Analisis Tingkat Kelestarian Kudapan Seupan Tradisional Sunda Di Kota Bandung
Analisis Tingkat Kelestarian Kudapan Seupan Tradisional Sunda Di Kota Bandung
Proposal Skripsi
oleh
1607813
BANDUNG
2020
i
ANALISIS TINGKAT EKSISTENSI KUDAPAN KUKUS TRADISIONAL
SUNDA DI KOTA BANDUNG
Abstrak
i
ii
DAFTAR ISI
Abstrak................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................................7
1.4.1. Manfaat akademisi...........................................................................................7
1.4.2. Manfaat Keilmuan...........................................................................................8
BAB 2................................................................................................................................9
TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................................9
2.1. Landasan Teoritis....................................................................................................9
2.1.1. Pengertian Pariwisata......................................................................................9
2.1.2. Pariwisata dan Kuliner.....................................................................................9
2.1.4. Makanan Tradisional.....................................................................................10
2.1.5. Makanan Tradisional Sunda..........................................................................11
2.1.6. Kudapan Tradisional......................................................................................13
2.1.7. Kudapan Tradisional kukus (seupan).............................................................14
2.1.8. Pengertian Tingkat Eksistensi........................................................................15
2.2. Penelitian Terdahulu.............................................................................................17
2.3. Kerangka Berpikir.................................................................................................19
BAB 3..............................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.................................................................................................20
3.1. Objek penelitian....................................................................................................20
3.2 Metode Penelitian...................................................................................................20
2.2. Operasional variabel.........................................................................................22
3.4 Populasi dan Sampel..............................................................................................23
3.4.1 Populasi...........................................................................................................23
3.4.2 Sampel.............................................................................................................24
3.5 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
Ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Kunjungan Bulanan Wisatawan mancanegara Tahun 2016 dan 2017
Wisatawan
Tahun
Jumlah Pertumbuhan
2014 9 435 411 14,3%
2015 10 230 775 7,77%
2016 11 519 275 11,18%
2017 14 039 799 17,95%
2018 15 810 305 11,19%
Sumber : Kementrian Pariwisata,2018
1
2
Gambar 1.1
Perkembangan Wisatawan Nasional Tahun 2002-2018
Gambar 1.1
Perkembangan Wisatawan Nasional Tahun 2002-2018
Tabel 1.2
Jumlah
Kunjungan
Wisatawan
menurut
Wisatawan Wisatawan
Kabupaten/Kota Jumlah
Mancanegara Nusantara
di Jawa Barat
padaTahun
2016Kabupaten/K
ota
Kabupaten
13 4.018.
1. Bogor 4.158.825
9.826 999
4 443.
2. Sukabumi 492.933
9.138 795
11.
3. Cianjur 20.490
9.350 140
7 3.965.
4. Bandung 4.042.458
7.200 258
2 13.
5. Garut 42.741
9.158 583
23.
6. Tasikmalaya 24.876
1.476 400
70.
7. Ciamis 73.576
3.505 071
188.
8. Kuningan - 188.727
727
130.
9. Cirebon 132.384
1.588 796
70.
10. Majalengka 71.385
500 885
144.
11. Sumedang 151.704
7.455 249
78.
12. Indramayu 78.506
251 255
4 1.104.
13. Subang 1.149.831
5.507 324
209.
14. Purwakarta 217.786
7.913 873
6 73.
15. Karawang 135.208
1.237 971
6 186.
16. Bekasi 250.236
3.246 990
4
27 481.
17. Bandung Barat 759.141
8.027 114
1 912.
18. Pangandaran 922.528
0.344 184
Kota
72 2.978.
1. Bogor 3.701.336
2.901 435
199.
2. Sukabumi 205.231
5.311 920
17 4.624.
3. Bandung 4.801.108
6.487 621
176.
4. Cirebon 182.114
5.891 223
65.
5. Bekasi 72.323
6.515 808
6
6. Depok 61.215
1.110 105
3
7. Cimahi 3.879
496 .383
207.
8. Tasikmalaya 208.354
501 853
61.
9. Banjar 61.326
126 200
1.76 20.445.
Jawa Barat 22.210.221
5.059 162
Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa Kota Bandung menjadi daerah yang
cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Karena di Kota Bandung sendiri banyak destinasi wisata yang dapat dikunjungi
yaitu wisata alam yang bertempat di daerah Bandung Utara, wisata religi
contohnya berbagai kajian di mesjid-mesjid di kota Bandung, wisata belanja
contohnya di kawasan Cihampelas walk dan Pasar Baru. Juga Kota Bandung juga
terkenal dengan wisata kuliner yang dapat dikunjungi dan dinikmati kudapannya.
Juga di Kota Bandung kita masih menemukan pasar jajanan pasar yang cukup
terkenal. Karena kekayaan kuliner yang ada di Kota Bandung, wisatawan bisa
menemukan beragam tempat wisata dan peninggalan nenek moyang yang masih
ada hingga sekarang contohnya gastronomi sunda.
banyak di setiap sudut Kota Bandung dan kudapan seupan khas Sunda mulai
berkurang peminat juga produsen nya juga.
Tabel 1.5
Hasil Kuisioner Pra Penelitian.
Menurut data hasil pra penelitian pada tabel adalah dari 45 responden , 37
orang belum mengetahui 5 sampai 10 kudapan seupan khas Sunda dan ternyata
responden lebih mengetahui kudapan tradisional yang digoreng yaitu sebanyak 40
responden. 19 orang masih sering menjumpai kudapan kukus khas Sunda dan 26
sisanya sudah tidak atau jarang menjumpai. 15 orang menikmati kudapan seupan
khas sunda tidak lebih beberapa minggu yang lalu dan sisa nya yaitu sebanyak 30
orang tidak menikmati kudapan seupan khas sunda beberapa minggu terakhir.
Sebanyak 7 orang menemukan 5 sampai 10 produsen dan sisanya yaitu 38 orang
tidak menjumpai produsen kudapan supan khas Sunda di daerah sekitarnya. Dan
semua responden setuju jika kudapan seupan khas Sunda harus dilestarikan.
Dari pra penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa
banyak dari masyarakat yang belum mengenal , jarang mengkonsumsi Kudapan
Seupan khas Sunda dan sulit ditemukannya produsen dari kudapan Seupan khas
Sunda itu sendiri, maka dari itu penulis bermaksud melakukan penelitian
mengenai “Analisis Tingkat Eksistensi Kudapan Kukus Tradisioanl Sunda Di
Kota Bandung:.
7
1. Secara teori
2. Secara Praktik
Penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengalaman dalam
melakukan penelitian dengan mengetahui perkembangan Gastronomi
Sunda di Kota Bandung Jawa Barat, serta sebagai langkah awal untuk
melestarikan kudapan Seupan khas Sunda.
Penelitian ini juga dapat memberitahukan tingkat. eksistensi
kudapan tradisional Sunda yaitu kudapan Seupan khas Sunda di Kota
Bandung.
8
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Definisi yang sudah dipaparkan wisata kuliner ini erat kaitannya dengan
budaya bahkan dikategorikan sebagai wisata budaya, dalam buku Terminologi
(2007:396) wisata budaya itu adalah kegiatan yang termotivasi oleh adanya obyek
dan daya tarik wisata, yang berwujud hasil – hasil seni budaya setempat atau
kegiatan wisata yang berbasis budaya seperti; mengamati kebiasaan hidup para
9
10
ques, use, composition, and nutritional consequences for the people using
the food” (Kuhnlein and Receveur 1996: 417).
Tanah Sunda sangat kaya akan alamnya, beraneka jenis tumbuhan tumbuh
subur dan juga di tanah Sunda banyak dialiri aliran sungai, itu semua
mempengaruhi jenis makanan tradisional Sunda. Masyarakat Sunda sangat
menggemari beraneka jenis tumbuhan sebagai makanan pelengkap (rencang
sangu) seperti lalap, sangat banyak tumbuhan yang dijadikan lalapan oleh orang
sunda, lalapan biasanya disajikan dengan berbagai macam sambel (sambal)
12
seperti sambal terasi, sambal muncang, sambal oncom, sambal goreng, dan lain-
lain, lalap juga biasanya dipakai sebagai bahan beberapa makanan seperti lotek,
pencong, reuceuh dan lain-lainya. Sama halnya sepeti tumbuhan karena
banyaknya aliran sungai di daerah Sunda membuat budidaya ikan berkembang
baik, berbagai jenis makanan berbahan utama ikan sangat banyak dengan cara
pembuatan yang beragam dari dibakar, digoreng dipepes, dibubuy (dibungkus
oleh daun pisan kemudian dimasukan kedalam abu panas) dan lain-lain. (sepeti
dikutip Kasmana, 2014, h.6) makanan Sunda umumnya terbuat dari biji-bijian,
buah-buahan, umbi-umbian, daun/pucuk tanaman, kulit batang, tepung, tanaman
secara keseluruhan, ikan, daging dan telur. Menurut pemaparan di atas jelas
menggambarkan kedekatan masyarakat Sunda dengan lingkungan di sekitarnya.
Makanan pokok orang Sunda adalah nasi (sangu) yang berasal dari beras, di
Sunda beras ada dua jenis yaitu beras putih dan beras merah (beas bereum). Pada
dasarnya makanan pokok orang Sunda adalah pengolahan dari nasi putih, seperti
kupat yang disajikan saat Idul Fitri dan Idul Adha, ada juga nasi kuning/sangu
koneng (nasi putih yang diberi bumbu kunyit) yang biasanya disajikan saat
perayaan dan peringatan hari-hari tertentu, nasi timbel, nasi uduk, nasi liwet,
nasi tutug oncom dan lain-lain.
Lauk pauk/rencang sangu biasanya diolah dari hewan dan tumbuhan, seperti
menurut Kasmana (2014). Lauk pauk/rencang sangu orang Sunda meliputi
daging dari jenis hewan seperti ikan, ayam, bebek, merpati, domba, sapi, kerbau
dan beberapa hewan yang tidak umun dikonsumsi sepeti tutut, kelinci, rusa dan
lain-lain. Adapun olahan dari jenis tumbuhan dan sayuran seperti lotek, karedok,
reuceuh (salad sayuran yang bisa mentah dan juga matang) dan lalapan (sayuran
yang dimakan mentah atau diseupan berserta sambal). Sambal berfungsi sebagai
penambah rasa, dan sebagai pelengkap biasanya disajikan bersama kerupuk dan
kasreng.
13
Kededemes adalah salah satu makanan tradisional Sunda yang masuk dalam
katagorian lauk pauk/rencang sangu, dibuat dari kulit singkong yang ditumis dan
biasa disajikan bersama nasi putih.
atau makan malam). Kudapan ini (‘seupan”) dapat dimasak sendiri oleh keluarga
atau dibeli dari pedagang yang menjajakan dagangan dengan berkeliling. Jenis
makanan “seupan” ini banyak dijual oleh penjaja makanan dengan menggunakan
gerobak dorong pada pagi hari sekitar pukul 10.00 pagi atau siang hari mulai
dijajakan pada pukul 14.00 siang.
Sebagai salah satu bentuk kecerdasan lokal, makan kudapan “seupan” ini
perlu revitalisasi keberadaannya agar generasi mendatang tetap dapat
mengkomsumsi makanan tradisional sunda ini.
Eksistensi berasal dari bahasa Latin existere yang terdiri atas kata ex
berarti keluar dan sistere berarti tampil atau muncul (KBBI, 1997:253). Dari arti
kata eksistensi tersebut, Bagus (2005:183--185) memberikan beberapa pengertian
tentang eksistensi. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi
adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang
dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah
kesempurnaan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa eksistensi berarti keberadaan,
merujuk pada sentral kajiannya yaitu wujud manusia. Akan tetapi, memiliki arti
berbeda jika pada wujud benda. Dalam filsafat eksistensialisme, benda hanya
sebatas “berada”, sedangkan manusia lebih dari sekedar apa yang dikatakan
“berada”, bukan sebatas ada, tetapi “bereksistensi” (Tafsir, 2006:218--219). Hal
inilah yang menunjukkan bahwa manusia sadar akan keberadaanya di dunia,
berada di dunia, dan mengalami keberadaanya berada di dunia. Di pihak lain
benda tidak sadar akan keberadaannya, tak ada hubungan antara benda yang satu
dan benda yang lainnya meskipun saling berdampingan.
Simpulannya, eksistensi adalah sesuatu yang akan mendapat makna jika
adanya keberlanjutan dan keberlanjutan tersebut akan mendapat maknanya jika
ada aktivitas sehingga eksistensi juga dapat diartikan sebagai keberlanjutan dari
suatu aktivitas (Hadiwijiono, 1980:150). Dalam penelitian ini eksistensi yang
dimaksud dalam wujud benda, yaitu eksistensi Kudapan kukus tradisional khas
Sunda di Kota Bandung. Jadi, eksistensi kudapan kukus tradisional Sunda adalah
keberadaan, wujud benda yang tampak dan yang memiliki aktualitas, serta akan
bermakna jika diberikan makna oleh keberadaan manusia (Muzairi, 2002:55).
Penulis menyimpulkan bahwa tingkat eksistensi adalah urutan atau
kedudukan sebuah keberadaan wujud benda yang tampak dan yang memiliki
aktualitas, serta akan bermakna jika diberikan makna oleh keberadaan manusia.
Adapun indikator – indikator tingkat eksistensi suatu produk kuliner
menurut Kerly , bentuk eksitensi bisa dilihat dari pola kebiasaan makan,
penyiapan dan pengolahan bahan makanan, keberadaan suatu produk, pemasaran
produk, dan juga waktu penyajian (Kerly, 2018).
17
Nama , Variabel
No Judul Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1 Galuh Persepsi dan Perilaku Persepsi dan Menganalisis persepsi remaja dan
Putri Remaja Terhadap Perilaku perilaku konsumen remaja
Hardikna Makanan Tradisional Konsumen terhadap makanan modern dan
Sempati, dan Makanan Modern makanan tradisional
(Skripsi),
2017
2 Oda, Dra., Revitalisasi Jajanan Revitalisasi Pada saat ini sebagian besar orang
M.Si, Tradisional ‘Seupan’ dari mulai anak, kaum muda dan
(Jurnal) sebagai warisan tua, lupa dengan keberadaan
budaya Sunda kudapan “seupan”. Kondisi ini
(Jajanan “Seupan” tentu harus menjadi perhatian
Sebagai Bentuk semua orang warga Jawa Barat,
Kearifan Lokal termasuk pengelola café atau
Warisan Budaya ) tempat nongkrong,dan restoran,
hotel untuk melestarikan
Makanan tradisional kudapan
“seupan” ini.
3 Ambar Jajanan Pasar Profil Jajanan Pasar yang khas, menarik
Andianto Makanan Tradi sional Jajanan dan tidak terlalu menyengat.
(Jurnal) , Masyarakat Jawa Pasar Karena dengan sentuhan ilmu dan
2014 sebagai teknologi bukan tidak mungkin
Makanan makanan ringan tradisional ini
Tradisional menjadi komoditi ekspor dan
daya tarik kuliner sekaligus bisa
dimanfaatkan untuk
pengembangan kepariwisataan di
Indonesia
4 Soimas, Gastronomi In Mengkaji tentang warisan budaya
18
( Fakhri Zamzam,208 hlm 75). Penulis menulis penelitian ini berdasarkan alur
pikir sebagai berikut :
Metode Penelitian
1. Observasi
2. Wawancara
3. Kuesioner
4. Studi Literatur
HASIL
20
BAB 3
METODE PENELITIAN
Objek penilitian adalah suatau bentuk sasaran ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor
atau ukuran yang berbeda. Objek penelitian merupakan salah satu unsur terhadap
permasalahan yang diteliti. Menurut Arikunto (2000:29), objek penelitian adalah
variabel penelitian yaitu suatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.
Sedangkan menurut Sugiyono (2012:38) objek penelitian adalah suatu atribut,
sifat atau nilai dari orang,objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kudapan Seupan khas Sunda
dengan subjek penelitian adalah produsen dan konsumen, di Kota Bandung serta
narasumber ahli.
21
21
konsep
no Variabel Konsep teoritis indikator skala
empiris
1 Tingkat eksistensi adalah Sumber informasi yang ordinal
Eksistensi keberadaan, wujud didapatkan
benda yang
tampak dan yang
memiliki Informasi nama kudapan ordinal
aktualitas, serta Persepsi seuppan khas Sunda
akan bermakna Masyarakat
jika diberikan
makna oleh
keberadaan Pengetahuan terhadap ordinal
manusia (Muzairi, kudapan seuppan khas
2002:55). Sunda
23
3.4.1 Populasi
atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian atau populasi yang
merupakan objek atau subjek yang berbeda pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah.
3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah konsumen atau wisatawan
serta produsen jajanan pasar di kota Bandung. Namun, dikarenakan lokasi
penelitian yang terbatas maka respoden yang diambil belum dapat diketahui pasti
jumlahnya. Oleh karena itu, penentuan jumlah sempel yang akan diambil dapat
ditentukan melalui rumus berikut ini (Riduwan dan Akdon, 2010:255):
2
Z α /2 σ 2 ( 1,96 ) .(0,25)
n= ( e ) (=
0,05 ) =96,04
Jadi berdasarkan rumus di atas, sampel yang akan diambil dalam penelitian
ini adalah sebanyak 96,04 orang. Untuk memudahkan perhitungan maka akan
dibulatkan ke atas menjadi 100 orang responden :
25
1. Observasi/ Survei
2. Wawancara
3. Kuesioner/ angket
4. Studi Literatur
Data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder (studi pustaka) dari
sumber-sumber sebelumnya, penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan data
primer meliputi wawancara dan penyebaran kuisioner serta melakukan survey dan
observasi langsung.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Sugiyono
(2009:137) sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti. Data ini dapat diperoleh dengan cepat. Dalam penelitian ini
yang menjadi sumber data sekunder adalah literature, artikel, jurnal serta situs di
internet yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu sumber bisa
berasal dari dari dokumen instansi pemerintahan yang terkait, antara lain jumlah
kunjungan wisatawan Kota Bandung serta gambaran umum lokasi penelitian, dan
beberapa informasi mengenai wisata kuliner di Kota Bandung
.
28
DAFTAR PUSTAKA
Disbudpar Jabar. 2016. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Jawa Barat Tahun 2016
Herlando, Dody. 2017. Jawa Barat Dalam Angka, Jawa Barat in Figures 2017.
Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. Diakses 20 Desember 2019. Tersedia:
http://jabar/bps.go.id
28