Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN DIAGNOSA KLINIK VETERINER

“PEMERIKSAAN KUCING”

OLEH :
NAMA : ROWENA YUTIFRI
SYAHIDA
NIM : 155130107111027
KELAS :C Oleh:

KELOMPOK : 6
ASISTEN : SYADZA

LABORATORIUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan fisik pada kucing. Kucing
yang digunakan bernama Luna, berusia 2 tahun, ras persia medium berwarna
black tabby, sudah di vaksin dan obat cacing. Pemeriksaan meliputi kondisi
umum, kulit, rambut, membran mukosa, kelenjar limfa, muskuloskeletal, sistem
sirkulasi, sistem respirasi, sistem digesti, sistem urogenital, sistem syaraf, mata,
dan telinga.
Hal yang pertama kali dilakukan sebelum pemeriksaan yaitu penimbangan
berat badan kucing, hasil yang didapat adalah 3,4 kg dan termasuk dalam kategori
normal (tidak kurus ataupun gemuk). Lalu pemeriksaan Capillary Refill Time
(CRT) didapat hasil <2 atau normal dan membran mukosa berwarna pink yang
berarti normal. Selanjutnya dari pemeriksaan kelenjar limfa cervicalis, axillaris,
popliteal, dan mesenterica didapat hasil yang normal, tidak ada pembengkakan.
Pergerakan kucing juga normal, dilihat dari gait atau cara berjalan. Pemeriksaan
sistem respirasi normal, tidak ada leleran dari hidung. Sedangkan sistem digesti
juga normal, rongga mulut berbau makanan, gigi tidak ada karang, feses normal,
nafsu makan dan minum juga normal. Sistem syaraf normal, pemeriksaan mata
dan telinga normal, tidak ada abnormalitas pada mata dan telinga. Saat
pemeriksaan (tanggal 18 September 2017) kucing sedang dalam masa estrus.

Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam (suhu inti), bukan suhu permukaan
yang merupakan suhu kulit atau jaringan bawah kulit. Suhu inti relatif konstan
kecuali bila terjadi demam, sedangkan suhu permukaan lebih dipengaruhi
lingkungan. Pada kedokteran hewan pengukuran suhu tubuh hewan khususnya
kucing dengan menggunakan termometer yang diletakkan di rektum (Tambing,
2014). Ketika melakukan pengukuran suhu melalu rektum lakukan saat tidak ada
feses di dalam, agar suhu yang muncul melalui termometer menjadi wakil dari
suhu tubuh keseluruhan. Suhu normal pada kucing yaitu 38 0C – 39,30C.
Sedangkan suhu yang diperoleh dari pemeriksaan adalah 38,80C, sehingga suhu
tersebut termasuk normal. Pada semua hewan, suhu tubuh berubah-ubah
sepanjang hari, pada pagi hari suhu tubuh lebih rendah, tengah hari agak tinggi,
dan mencapai puncak pada sore hari jam 18.00 (rentang suhu dalam sehari adalah
± 0,80C) (Sajuthi dkk, 2011).
Frekuensi nafas normal pada kucing yaitu 20-30 kali/menit. Sedangkan
denyut jantung normal pada kucing yaitu 110-130 kali/menit. Dari pemeriksaan
frekuensi nafas didapatkan hasil 56 kali/menit dan denyut jantung 136 kali/menit.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi nafas dan denyut jantung
berada diatas normal (takikardi) . Hal tersebut diakibatkan karena kemungkinan
kucing yang kami bawa mengalami stress karena lingkungan yang masih asing
dan terdapat banyak orang (Wiji dkk, 2010).
Pada pemeriksaan kulit didapatkan hasil yang tidak normal, yaitu terdapat
lesi di belakang kepala. Lesi tersebut bersifat fausta dan diperkirakan disebabkan
oleh adanya jamur (dermatophytosis) (Hartuti dkk, 2014)

Dermatophytosis
Dermatophytosis dikatakan sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh
jamur, tanpa harus mengetahui spesies jamur kulit tersebut. Dermatophytosis pada
kucing umumnya zoonotik dan sangat tinggi penularannya. Penanganan penyakit
ini cukup sulit karena sering terjadi reinfeksi disamping membutuhkan waktu dan
biaya tinggi. Penyakit kulit jamur ini, seringkali terdeteksi hanya sebagai penyakit
kulit biasa. Pada umumnya kasus dermatophytosis pada kucing disebabkan oleh
jamur Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trichophyton (Sajuthi,
2012).
Faktor-faktor predisposisi kucing yang mudah terkena infeksi jamur ini
adalah:
1. Iklim yang lembab dan hangat
2. Kesehatan yang memburuk
3. Buruk sanitasi kandang per grup, kucing liar yang tidak terkontrol karena
dibebaskan keluar rumah
4. Berhubungan atau berdekatan dengan sejumlah kucing liar atau kelompok
kucing yang berjumlah besar (misalnya ditempat penitipan)
5. Kucing dari segala umur, namun di tempat klinik sering ditemukan pada usia
muda dan kucing tua
6. Kucing dengan bulu panjang (Sajuthi, 2012)
Gejala klinis dari dermatophytosis berhubungan dengan pathogenesisnya,
dermatophytosis memnginvasi rambut dan epitel tanduk. Jamur akan merusak
rambut, dan mengganggu keratinisasi kulit normal, secara klinis bulu rontok dan
pitak bisa sebagian kecil simetris ataupun asimetris dengan peradangan maunpun
tanpa peradangan, timbul kerak kemerahan, sampai lecet, sehingga dapat juga
terinfeksi dengan kuman lain (Sajuthi, 2012).
Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak membiarkan kucing bermain
diluar rumah, buat kerokan kulit jika dilihat ada tanda penyakit kulit dengan
menggunakan sikat gigi atau scalpel khusus dan kirim ke dokter hewan atau
laboratorium untuk dilakukan biakan jamur. Gunakan obat anti jamur topical
sampai diketahui hasil biakan. Sedangkan untuk pengobatan, jika kucing berbulu
pendek dan lesionya kurang dari 4 titik, hanya dicukur daerah yang bermasalah
saja. Berikan pengobatan secara topical dan sistematik, sampai hasil biakan
negatif untuk pemeriksaan 3 kali interval 1 – 2 minggu (Sajuthi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Hartuti, Reza S., Adam, M., Triva, M. 2014. Kajian Kesejahteraan Kucing Yang
Dipelihara Pada Beberapa Pet Shop Di Wilayah Bekasi, Jawa Barat.
Jurnal Medika Veterinaria Vol. 8 No. 1, Februari 2014.

Sajuthi, Cucu Kartini. 2012. Dermatophytosis Pada Kucing Sebagai Penyakit


Zoonosis: Monitoring Dan Pencegahan Reinfeksi. Jakarta : Lokakarya
Nasional Penyakit Zoonosis.

Sajuthi, D., Widodo, S., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., dan Lelalana,
R.P.A. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.

Tambing, Titin. 2014. Perbandingan Pengaruh Anestesi Ketamin-Xylazine dan


Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Kucing
Lokal (Feline Domestica) pada Kondisi Sudden Loss Of Blood.
Makassar: FK UNHAS.

Wiji, SDK., Rinjani, RR., Rahayu, MS., Prinando, M., dan Manan, RFA. 2010.
Pengaruh Stress terhadap Suhu Tubuh, Denyut Jantung, dan Pernafasan
Kucing Kampung (Felis domestica). Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai