Untuk mendiagnosa parasit pada gastrointestinal ruminansia, parasit atau
Larvanya/telur harus diambil dari saluran pencernaan hewan atau dapat dilakukan dengan pengambilan feses yang kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Teknik diagnostik dilakukan dalam jangkauan sebagian laboratorium untuk mengidentifikasi dan mengukur infeksi parasit dari pemeriksaan dapat dilakukan dengan feses. Metode yang digunakan adalah metode apung atau Flotation Method. Pada metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini dapat dilakukan dengan sentrifugasi ataupun tanpa sentrifugasi, namun akan lebih mudah mendeteksi keberadaan telur jika menggunakan sentrifugasi karena proses sentrifugasi akan memisahkan telur dengan kotoran. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil. Penting untuk memahami keterbatasan dasar dari pemeriksaan feses dalam mendiagnosis parasit gastrointestinal. a. Demonstrasi parasit telur atau larva di feses menyediakan bukti positif bahwa hewan yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tingkat infeksi. b. Kegagalan dalam tes tidak selalu berarti bahwa tidak ada parasit; parasit mungkin ada tetapi dalam tahap belum dewasa atau tes yang digunakan mungkin tidak cukup sensitif. c. Pada umumnya tidak ada korelasi antara jumlah telur/larva per gram kotoran dan jumlah cacing dewasa yang terdapat pada ternak. Pengecualian untuk ini dapat terjadi infeksi primer pada hewan muda yang merumput pertama kali. Ada beberapa indikasi korelasi kuat dalam domba dan kambing dengan campuran infeksi. Berbagai faktor dapat mempengaruhi ketepatan dan kepentingan dari perhitungan telur feses. a. Ada fluktuasi yang cukup biasa pada nilai output perhitungan telur. b. Telur yang tidak merata di seluruh kotoran. c. Output telur dipengaruhi oleh musim per tahun (besar infeksi dapat diperoleh selama musim hujan). d. Kekebalan tubuh inang dapat menekan atau sepenuhnya menghambat produksi telur parasit. e. Cacing dewasa tidak menunjukkan kehadiran mereka dengan memproduksi telur. f. Kekebalan dapat mengakibatkan perpanjangan periode prepatent dan rendahnya produksi telur oleh parasit betina. g. Jumlah telur sering mengacu pada jumlah telur dari campuran spesies yang berbeda secara luas baik dalam potensi biotic dan pathogenisitas. h. Telur tidak dapat dideteksi karena jumlahnya sedikit atau rendahnya sensitivitas tes.