Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN DIAGNOSA KLINIK VETERINER

“PEMERIKSAAN ULAR”

OLEH :
NAMA : ROWENA YUTIFRI
SYAHIDA
NIM : 155130107111027
KELAS :C Oleh:

KELOMPOK : 6
ASISTEN : DHIYA ULFA GIARLI

LABORATORIUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
A. HASIL
Gambar Keterangan
Pada praktikum pemeriksaan
umum pada reptil, hewan yang
digunakan adalah ular Phython
reticulatus jantan yang bernama
“Chunchun”.
Pemeriksaan kondisi umum
menunjukkan bahwa Chunchun
termasuk dalam kategori kurus
karena os vertebrae dapat teraba
secara jelas dan tidak terasa
lapisan lemak ataupun musculus
di atas vertebrae. Dari
pengamatan cara berjalan dapat
disimpulkan bahwa cara bergerak
Chunchun normal dan tipe
pergerakan concentrine.
Pengamatan pada kondisi kulit
diketahui bahwa kulit Chunchun
kusam. Saat pemeriksaan,
Chunchun sering mengalami
urinasi sehingga dapat
disimpulkan bahwa produksi urin
menigkat.

a
Alat-alat yang digunakan
untuk restrain pada ular:
a. Snake Grabstick
b. Snake Hook
c. Snake Nets
b

c
B. PEMBAHASAN
Ular digolongkan menjadi dua jenis, yaitu venomous (memiliki
racun) dan nonvenomous (tidak memiliki racun). Salah satu ular yang tidak
memiliki racun yaitu ular Python reticulatus. Ular Python reticulatus
mendiami hutan hujan tropis lembab. Ular ini sangat bergantung pada air dan
dapat ditemukan di areal sungai kecil atau kolam. Ular membutuhkan
lingkungan tropis dengan suhu berkisar < 37,80C. Makanan utama dari ular
Python reticulatus adalah mamalia kecil, burung dan reptil lainnya seperti
biawak. Ular Python reticulatus yang masih kecil bisa memangsa mencit
(tikus putih), kodok dan kadal, sedangkan yang berukuran besar sering
memangsa ayam, anjing, monyet, babi hutan, rusa, dan bahkan manusia yang
berada dekat dengan ular tersebut. Saat ini pemanfaatan ular tidak hanya
terbatas sebagai hewan pertunjukan, pengobatan, makanan dan bahan baku
pabrik tetapi juga sebagai hewan kesayangan (pet animal) dan dalam
pemeliharaan inilah terkadang muncul beberapa kendala seperti masalah
kesehatan, perilaku, pakan, reproduksi dan obat-obatan (Telnoni dkk, 2016).
Reptil pada umumnya memiliki empat kaki, tetapi berbeda dengan
ular. Ular tidak memiliki kaki dan pectoral girdle (tulang bahu). Seperti reptil
lain, tubuh ular ditutupi oleh sisik halus dan mengkilap yang berfungsi untuk
melindungi diri dari cedera. Ular sanca batik (Phython reticulatus)
mempunyai kulit kasar dan kusam seperti ular Hognose. Bagian terluar kulit
ular adalah epidermis yang tebal. Kemudian lapisan dibawahnya adalah
dermis. Dermis terdiri dari kromatofora, beberapa sel pigmen yang
memberikan warna pada kulit ular. Sisik terbentuk sebagian besar dari keratin
yang berasal dari epidermis (Mader, 2006). Pada hasil pemeriksaan didapat
hasil bahwa kulit Chunchun terlihat kusam, hal ini adalah normal jika
dibandingkan dengan literatur.
Ular pada dasarnya mempunyai tubuh berbentuk tabung panjang yag
terbagi menjadi beberapa bagian. Seperempat bagian tubuhnya terdiri dari
kepala, kerongkongan, trakea dan jantung. Bagian tubuh sekitar 26 sampai 50
persen terdiri dari paru-paru, hati dan lambung. Bagian tubuh sekitar 51
sampai 75 persen dari tubuh ulat terdiri dari kantung empedu, limpa, dan
pankreas (atau splenopankreas, tergantung pada spesies). Setelah serangkaian
organ-organ tersebut akan ditemukan kelenjar gonad (testis atau ovarium).
Paru-paru kanan berdampingan dengan usus halus (pada beberapa spesies
terletak paru-paru kiri). Bagian tubuh yang terakhir yaitu antara 76 sampai
100 persen merupakan usus halus, usus besar, dan sekum (jika ada) ginjal
(tepat di depan sebelah kiri) dan kloaka yang ditemukan bersimpangan
(Raharjo dkk, 2008).
Gambaran anatomi tubuh ular
Kejadian stress pada ular biasanya terlambat diketahui karena tidak
terlalu menunjukkan gejala yang signifikan. Anoreksia merupakan salah satu
gejala stress yang jarang diketahui, karena ular tidak makan secara teratur tiga
kali sehari setiap hari seperti anjing dan kucing. Penurunan berat badan juga
bukan gejala yang mudah ditemukan, terutama pada ular kecil yang beratnya
hanya beberapa ons. Gejala stress lainnya pada ular adalah letargi atau
kelesuan. Beberapa ular memiliki sifat cukup aktif namun beberapa ular
bergerak lambat dan pada ular yang bersifat nokturnal, gejala ini seringkali
dilewatkan. Stress bisa menyebabkan kematian karena ular akan berhenti
makan dan menjadi rentan terhadap beberapa kondisi lain yang melemahkan,
sehingga harus benar-benar diperhatikan (Moberg, 2006).
Stress, baik ringan ataupun berat dan efek dari masalah lingkungan
seperti ukuran kandang, orientasi, suhu, cahaya, pakan, kelembapan dan lain-
lain dapat menyebabkan ular mudah terserang penyakit. Suhu yang tidak
sesuai, gangguan regulasi sistem endokrin, gangguan tidur, adanya rasa takut
serta ketidaknyamanan, dan malnutrisi dapat mengakibatkan munculnya
berbagai macam penyakit dan gangguan tubuh. Stress dapat menekan sistem
imun, membuat tubuh tidak mampu untuk memerangi infeksi dan mengontrol
parasit dalam tubuh. Semakin tinggi tingkat stress, maka ular akan semakin
melemah (Lance, 2007).
Ular pada umumnya dapat bertahan hidup lama karena merupakan
hewan ektoterm, berdarah dingin, dan mampu menyimpan energi untuk
mempertahankan fungsi tubuh dalam waktu yang lama. Ular cenderung tidak
menunjukkan gejala apapun ketika sakit ataupun stress, hal ini disebabkan
karena di alam bebas, hewan yang lemah dan sakit akan dimangsa. Hewan-
hewan yang mampu menyembunyikan gejala-gejala penyakit memiliki
kesempatan untuk memulihkan diri sebelum dimangsa hewan lain (Moberg,
2006).
Ular memiliki beberapa persyaratan khusus untuk lingkungan,
makanan, dan perawatan yang membuatnya menjadi hewan peliharaan yang
cukup sulit untuk dirawat. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena apabila
semua kebutuhannya dipenuhi, maka ular akan sehat dan dapat bertahan
selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk
memelihara ular, banyak hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti
kebutuhan ruang untuk ular yang didasarkan pada ukuran tubuhnya, suhu
yang sesuai berbeda-beda untuk setiap spesies dan makanan yang sesuai dan
disukai oleh ular tersebut. Selain itu, cara kita memperlakukan seekor ular
juga harus diperhatikan. Seperti apabila ular yang dimiliki merupakan ular
yang pemalu dan penyendiri, maka jangan memaksa untuk memegangnya,
karena hal ini sangat mengganggu ular tersebut dan dapat memicu terjadinya
stress, biarkan ular tersebut mengekspresikan dirinya sesuai dengan
karakternya (Lance, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Lance, V. A. 2007. Evaluating Pain and Stress in Reptiles. The Care and Use of
Amphibians, Reptiles and Fish in Research (Pp. 101-106).
Latifa, Isma Olivia. 2015. Uji Aktivitas Lendir Bekicot (Achatina fulica) Terhadap
Tingkat Kesembuhan Luka Insisi Secara Makroskopis dan Mikroskopos
pada Ular Sanca Batik (Phython reticulatus). Surabaya: FKH UNAIR.
Mader, Douglas M. 2006. Reptile Medicine and Surgery; ed 03. Missouri:
Saunders Elsevier.
Moberg, G. P. 2006. Biological Response to Stress: Key to Assessment of Animal
Well-Being. American Physiological Society Stress in Animals (Pp. 27-
51).
Raharjo, Slamet, Albert Jackson Yang, Guntari Titik Mulyani, dkk. 2008.
Korelasi Antara Panjang Tubuh Terhadap Berat Tubuh Ular Sanca
Batik (Phyton reticulatus). Jurnal Sain Veteriner Vol. 26 No. 1.
Telnoni, Febriyani R. R., I Bagus Made Oka, Sri Kayati Widyastuti. 2016.
Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus
yang Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar. Indonesia Medicus
Veterinus 5(2): 104-112.

Anda mungkin juga menyukai