Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 02 No. 01 April 2014

Evaluasi Proses Pembinaan Posyandu oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Singkawang Kalimantan Barat

Evaluation on Integerated Health Post Monitoring Process by Health Workers


in Singkawang City Primary Healthcare Centers,West Kalimantan
Dwi Sulistyawati¹, Laksmono Widagdo², Cahya Tri Purnami²
¹Akademi Kebidanan Singkawang
Jl. Gang Cermai , Singkawang Barat, Kalimantan Barat
BTN Bhayangkararia 1 , Jalan Damai Blok A4 No 1 Sungai Garam ,
Singkawang, Kalimantan Barat - Telp 085292733329, listya.mote@gmail.com
²Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK
Angka Kematian Bayi (AKB) di Singkawang Tahun 2011 masih tinggi yaitu 9/1000 Kelahiran
Hidup (Nilai Absolut 44 kematian). Di Posyandu, pelayanan dasar yang bermanfaat bagi penurunan
AKB adalah program Gizi dan Penanggulangan diare. Sementara perkembangan Posyandu di Kota
Singkawang Tahun 2011 masih belum optimal, Jumlah Posyandu Aktif 9,7 % dari 134 Unit. Kasus
Balita BGM dan Balita gizi buruk yang berhasil ditemukan di Posyandu pada Tahun 2011 masih
kecil yaitu 5,1% dan 1,09% dari jumlah kasus di lapangan. Kebijakan di Singkawang tentang
Posyandu yaitu mendelegasikan kegiatan pembinaan kepada bidan di wilayah kerjanya. Kendala
yang dialami bidan dalam pembinaan Posyandu yaitu Pelaksanaan pembinaan 5 meja posyandu
kurang optimal, jarang dilaksanakan kunjungan rumah, kader mengalami masalah dalam kegiatan
penyuluhan, Dana pembinaan Posyandu kecil.
Metode Penelitian ini bersifat kualitatif. Informan utama adalah bidan pembina, informan triangulasi
kader, ibu pengguna posyandu dan koordinator posyandu. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah
Content Analysis (Analisis isi).
Hasil penelitian dalam hal kegiatan pembinaan posyandu, terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan
rapat koordinasi, Pembinaan SIP (Sistem Informasi Posyandu) dan pembinaan pencatatan pelaporan,
yaitu hanya terjadi antara koordinator posyandu dan kader tanpa melibatkan bidan pembina posyandu
tersebut. Umur tenaga kesehatan yang muda membuat pengunjung kurang percaya karena anggapan
kurangnya pengalaman yang dimiliki petugas, terdapat suku tertentu masih sulit mengimunisasikan
balitanya di posyandu, tenaga kesehatan dari puskesmas induk datang terlambat, belum tersedianya
tempat yang layak untuk posyandu, tenaga kesehatan yang belum mendapatkan pelatihan serta belum
ada kebijakan berupa uraian tugas dan alur kerja dalam pembinaan posyandu.
Perlu dilakukan koordinasi antar tenaga kesehatan terutama koordinator posyandu dengan bidan di
lapangan dalam kegiatan pembinaan, melibatkan tenaga kesehatan yang relatif muda, pendekatan
kepada sesepuh suku tertentu, pengaturan waktu petugas puskesmas agar tidak datang terlambat,
bersama masyarakat mengupayakan tempat yang layak untuk posyandu , pengadaan pelatihan dan
perumusan kebijakan terkait pembinaan posyandu.
Kata kunci : Evaluasi Proses, Pembinaan Posyandu Oleh Tenaga Kesehatan, Sistem Informasi
Posyandu.

19
ABSTRACT
Infant mortality rate (IMR) in Singkawang in 2011 was high, 9/1000 live births (absolute number of
death was 44). In the integrated health service post (Posyandu), basic services that would reduce
IMR were nutritional program and diarrhea control. The development of posyandu in Singkawang
in 2011 was not optimal, and the total number of active posyandu was 9.7% of 134 units. Cases of
under-five children with ‘below the red line (BGM)’ and with severe malnutrition found in the
posyandu in 2011 were still low; it was 5.1% and 1.09% respectively from all cases in the field.
Policy regarding posyandu in Singkawang was to delegate supervision activity to local midwives.
Problems faced by midwives in the posyandu supervision were the implementation of supervision
for 5 tables was not optimal, home visits were rarely conducted, cadres had difficulty in conducting
education activities, and funding for posyandu supervision was insufficient.
This was a qualitative study. Main informants were midwives supervisors, and triangulation
informants were cadres, mothers who participated in the posyandu, and coordinator of posyandu.
Data collection was done by conducted in-depth interview using interview guidelines. Method of
analysis used was content analysis.
Results of the study showed that there was inappropriate implementation of coordination meeting;
supervision of posyandu information system (SIP) and supervision of reporting and recording were
not properly done; this supervision was only between posyandu coordinator and cadres; it did not
include midwives who were the supervisors of the posyandu. Young health workers who served in
the posyandu made posyandu participants uncomfortable. The participants of posyandu felt that
health workers had insufficient experiences. There was a tribe that was reluctant to have their
children immunized in the posyandu. Health workers from the main puskesmas came late; no proper
place for posyandu was provided; health workers who had not received training, and there was no
job description and work procedure in the supervision of posyandu.
Coordination among health workers are needed specifically for posyandu coordinator and midwives
in the field during supervision, and it includes relative young health workers; an approach to key
persons are needed; time management for puskesmas workers is required to avoid they come late in
the posyandu; appropriate place for posyandu should be provided together with the community;
training and formulation of policies related to posyandu supervision are required.
Keywords : evaluation of the process, supervision of posyandu by health workers, posyandu
information system

PENDAHULUAN terkait upaya peningkatan kualitas hidup,


Angka Kematian Ibu adalah salah satu kamandirian dan kesejahteraannya3.
indikator untuk melihat derajat kesehatan Posyandu merupakan salah satu bentuk
perempuan. Survey terakhir menunjukkan AKI pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Indonesia pada Tahun 2009 Angka Kematian Ibu masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan
sejumlah 240/100.000 kelahiran hidup. Indikator tekhnis dari petugas kesehatan4.Agar kegiatan
lainnya adalah Penurunan AKB (Angka kematian Posyandu berlangsung dengan baik maka perlu
Bayi) yang meningkat dari 32 menjadi 19 per diadakan pengelolaan posyandu yang salah satu
1000 kelahiran hidup (Tahun 2007) menjadi 30 kegiatannya merupakan kegiatan pembinaan5.
per 1000 kelahiran hidup pada Tahun 20091. Peran serta pemerintah dalam peningkatan
Upaya mengatasi AKI tidak mungkin dapat kinerja posyandu adalah kegiatan Revitalisasi
dilakukan pemerintah sendiri tanpa partisipasi Posyandu dan salah satu strategi dalam rangka
masyarakat2. Pemberdayaan masyarakat perlu mencapai tujuan Revitalisasi Posyandu adalah
diupayakan dengan tujuan untuk meningkatkan memperkuat dukungan pembinaan dan
kapasitas masyarakat, baik secara individu pendampingan dari tenaga profesional dan
maupun dalam memecahkan berbagai persoalan masayarakat termasuk unsur LSM6.

20
Posyandu aktif di Kota Singkawang tahun HASIL
2011 sejumlah 9,7%. Kasus Balita BGM A. Proses Pembinaan Posyandu
sebanyak 5,1 % dan kasus campak ditemukan 1. Pembinaan Prosedur Tetap Posyandu
32 Kasus. Sedangkan AKI Kota Singkawang 65 a. Pendataan sasaran
/ 100.000 Kleahiran Hidup (Nilai Absolut 3 Proses pembinaan pendataan sasaran
Kematian) dan AKB sejumlah 9/1000 Kelahiran posyandu dilakukan 5 Informan utama (Bidan)
Hidup (Nilai Absolut 44 Kematian). dengan memberdayakan kader dengan cara
Pada tahun 2011 di Kota Singkawang dari menjadikan kader sebagai tenaga utama yang
134 Posyandu baru 1 Posyandu yang berstrata mendata sasaran di setiap wilayah binaannya.
mandiri, Sedangkan upaya yang telah dilakukan Masalah yang dialami terkait kegiatan
Dinas Kesehatan Kota Singkawang adalah pendataan sasaran adalah tempat yang terpisah
Pelatihan seluruh Kader Posyandu Se Kota dengan wilayah lain, masalah tersebut telah
Singkawang jumlah Kader 120 orang dibagi diatasi bidan dengan tetap mengarahkan kader
menjadi 2 tahap. untuk melaksanakan pendataan secara
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 bergantian.
orang bidan, masih terdapat masalah dalam b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi
kegiatan pembinaan posyandu di Wilayah Pelaksanaan rapat koordinasi hanya
kerjanya yaitu masih terdapat masalah dengan dilaksanakan 1 dari 5 Informan dengan frekuensi
peralatan, kurang maksimal dalam pelaksanaan 2 atau 3 bulan sekali. Empat Informan lainnya
evaluasi posyandu, kendala dalam pelaksanaan tidak pernah melaksanakan rapat koordinasi.
kunjungan rumah, kendala dalam pembinaan Masalah yang dialami adalah kesalahan
kader. anggapan bahwa posyandu hanya milik orang
Kendala yang dihadapi bidan disebabkan kesehatan serta kesulitan dalam menyingkronkan
keterbatasan sarana prasarana, keterbatasan waktu. Upaya yang dilakukan bidan sebagai
tenaga kesehatan, akses yang relatif jauh, kendala tenaga pembina posyandu yaitu dengan
bahasa daerah, alokasi dana belum ada dan pendekatan kepada lurah, pendekatan RT serta
kurangnya kepercayaan masyarakat dengan memotivasi kader untuk melakukan pendekatan
petugas yang berusia muda relatif muda. terhadap ketua RT.
c. Pembagian Undangan atau pemanggilan
METODE PENELITIAN sasaran
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan Semua informan utama yaitu bidan tidak
pendekatan observasional melalui wawancara pernah melaksanakan pembagian undangan
mendalam dan observasi. Sebagai Informan maupun pemanggilan sasaran dari rumah ke
utama adalah Bidan Pembina Wilayah Kota rumah. Bidan hanya mengarahkan kader untuk
Singkawang berjumlah 5 orang, sedangkan mendatangi sasaran atau mengumumkan hari
Informan Triangulasi adalah kader posyandu buka posyandu melalui sarana umum yaitu
berjumlah 5 orang, Ibu pengguna Posyandu mesjid serta ada juga bidan yang mengumumkan
berjumlah 6 Orang dan Koordinator Posyandu saat hari posyandu untuk bulan berikutnya.
Tingkat Puskesmas Induk berjumlah 2 orang. Masalah yang sering dialami adalah sasaran
Variabel penelitian adalah Proses Pembinaan yang lupa jadwal posyandu, sehingga bidan
posyandu dan Variabel yang mempengaruhi berupaya mengatasinya dengan mengarahkan
kinerja yaitu Umur, Suku, Jarak, Ketenagaan, kader untuk memanggil sasaran maupun
Dana, Sarana dan Prasarana, Pelatihan Serta menghubungi lewat telepon.
Kebijakan. Pengumpulan data dilakukan dengan d. Pembinaan 5 meja Posyandu
wawancara mendalam menggunakan pedoman Pembinaan 5 meja secara lengkap hanya
wawancara. Metode analisis yang digunakan dilaksanakan 1 dari 5 Informan utama. Empat
adalah Content Analysis (Analisis isi). informan lain tidak melaksanakan karena
kesulitan dalam membagi waktu. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada
21
yaitu dengan mengarahkan kader sesuai dengan pembinaan, upaya yang dilakukan informan
materi yang tidak dimengerti. utama yaitu menyarankan kader untuk menunggu
e. Pelaksanaan pertemuan Posyandu tenaga dari puskesmas dan mengarahkan pada
beberapa saat setelah selesai Posyandu bagian yang sesuai dengan keilmuan.
Pelaksanaan pertemuan beberapa saat 6. Pembinaan Kader
setelah selesai posyandu hanya dilaksanakan 3 Pembinaan kader tidak dilaksanakan secara
dari 5 informan utama. Masalah yang dihadapi lengkap, hanya dilakukan sebagai pendampingan
karena kesulitan dalam menyingkronkan waktu, sesuai dengan bagian yang tidak dipahami kader.
bidan memiliki tugas lain selain di posyandu. Masalah yang dihadapi berupa keterbatasan
2. Pelaksanaan kunjungan rumah kepada kader dalam mengingat materi dan upaya yang
sasaran yang tidak datang dilaksanakan yaitu dengan mengingatkan dan
Empat dari 5 Informan utama menyatakan mengarahkan kader.
dalam kegiatan kunjungan rumah, bidan hanya
mengarahkan kader dan 1 Informan lainnya B. Faktor Kinerja dalam Proses Pembinaan
tidak melaksanakan kunjungan rumah. Masalah posyandu
yang dialami karena kader tidak memiliki cukup 1. Umur
waktu untuk melaksanakan kunjungan rumah. Satu dari 5 informan mengalami masalah
Informan belum melakukan upaya dalm yaitu pengunjung kurang percaya jika dilayani
permasalahan ini. atau dibina oleh tenaga kesehatan yang berumur
3. Pembinaan Sistem Informasi posyandu muda. Upaya yang dilakukan adalah dengan
(SIP) mengalihkan pengunjung ke tenaga kesehatan
a. Pengisian Format & Pembinaan Balok yang lebih senior.
SKDN 2. Suku
Semua informan tidak melaksanakan Mayoritas suku informan triangulasi adalah
pembinaan pengisian format, karena pembinaan melayu yang homongen dengan suku Kader.
dilaksanakan oleh koordinator posyandu di Masalah yang dihadapi adalah masih ada suku
puskesmas yaitu petugas gizi, perawat dan tenaga tertentu yang belum mau diimunisasikan dan
promosi kesehatan. Masalah yang dihadapi mendapatkan pelayanan oleh tenaga kesehatan
adalah bidan tidak dapat mengetahui secara yang se suku. Belum ada upaya yang dilakukan
langsung kondisi posyandu yang dibinanya dan oleh tenaga kesehatan.
upaya yang dilakukan adalah pendekatan dengan 3. Jarak
kader. Semua informan triangulasi menyatakan
4. Pelaksanaan Promosi Kesehatan/ tidak ada masalah yang terjadi dengan jarak.
Penyuluhan Jarak antara posyandu dan tempat tenaga
Promosi Kesehatan / Penyuluhan hanya kesehatan relatif dekat dengan keadaan jalan
dilaksanakan satu dari lima informan, empat yang baik. Jarak tempuh sekitar 15 sampai 20
informan lainnya tidak melaksanakan menggunakan kendaraan bermotor.
penyuluhan karena kader masih merasa kurang 4. Ketenagaan
percaya diri melakukan penyuluhan dan bidan Tenaga yang dilibatkan dalam pembinaan
tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan posyandu adalah bidan, petugas gizi, petugas
penyuluhan. Upaya yang dilaksanakan yaitu imunisasi yaitu perawat. Masalah yang terjadi
dengan memberikan KIE kepada pengunjung adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang
posyandu. sering datang terlambat, upaya yang dilakukan
5. Pembinaan Pencatatan Pelaporan informan yaitu dengan menghubungi lewat
Semua Informan Utama tidak melakukan telepon agar cepat datang.
pembinaan untuk pencatatan pelaporan, 5. Dana
pembinaan pencatatan pelaporan dilaksanakan Dana pembinaan posyandu tidak
oleh koordinator posyandu. Masalah yang dianggarkan secara rutin, sehingga pelaksanaan
dihadapi adalah kekurangan waktu dalam proses pembinaan optimal, belum ada upaya secara
22
spesifik yang dilakukan oleh informan utama. b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi
6. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan rapat koordinasi masih belum
Sarana dalam pelaksanaan posyandu lengkap sesuai dengan teori yang ada yaitu hanya 2 atau
tetapi untuk beberapa posyandu ada 3 posyandu 3 bulan sekali serta hanya diikuti oleh bidan dan
yang belum layak karena masih menumpang di Ketua RT dan kader saja, sedangkan Rapat
rumah warga serta warung. Belum ada upaya koordinasi idealnya diselenggarakan setiap bulan
spesifik yang dilakukan informan. pada 2 hari sebelum pelaksanaan posyandu yang
7. Pelatihan dihadiri oleh kepala desa dan pamong desa,
Semua informan menyatakan tidak Unsur badan Permusyawaratan Desa (BPD),
mendapatkan pelatihan, dan menggunakan buku unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
pegangan kader sebagai acuan dalam (LPMD), pengurus PKK Desa, Pengurus
melaksanakan pembinaan. Belum ada upaya Posyandu dan Forum Kesehatan Desa, Kader
yang dilaksanakan oleh Informan utama. Posyandu dan setiap RT, Tokoh masyarakat,
8. Kebijakan bidan desa, perawat kesehatan desa, pembina
Untuk kegiatan pembinaan, belum ada kesehatan desa, PLKB dan unsue Sektor Lintas
kebijakan secara spesfik tentang alur dan job Kecamatan
deskripsi dalam kegiatan pembinaan posyandu, Koordinasi didefinisikan sebagai proses
belum ada upaya spesifik yang dilakukan oleh penyatuan tujuan-tujuan dan kegiatan pada
Informan utama, hanya melaksanakan kegiatan tingkat satu satuan terpisah dalam suatu
pembinaan sesuai dengan bidangnya masing- organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang
masing. telah ditetapkan terlebih dahulu berkaitan dengan
fungsi koordinasi kegiatan rapat koordinasi jika
PEMBAHASAN dilakukan dengan baik akan meningkatkan
A. Proses Pembinaan Posyandu kesadaran para pihak terkait bahwa posyandu
1. Pembinaan Prosedur Tetap Posyandu bukan hanya milik satu pihak saia tetapi
a. Pendataan sasaran tanggung jawab bersama.
Penelitian menunjukkan bahwa semua bidan c. Pembagian Undangan atau pemanggilan
tidak melaksanakan pendataan secara langsung sasaran
melainkan mengarahkan kader untuk Bidan dapat mengarahkan kader untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini sesuai mengundang sasaran atau orang tua balita untuk
dengan teori dengan teori pendataan adalah tugas datang ke posyandu, jika sasaran cukup banyak
yang dilakukan oleh kader, hal ini dilakukan pemanggilan sasaran dapat dilakukan dengan
untuk mengetahui siapa saja sasaran yang akan bantuan tokoh masyarakat atau tokoh agama
datang ke posyandu. Bidan sebagai tenaga setempat. Fasilitas umum seperti sarana ibadah
pembina posyandu mengarahkan tugas (mesjid, gereja, pura, wihara dan sebagainya)
pendataan kader agar dapat menerima masukan dapat dijadikan sarana untuk menyebarluaskan
catatan keberadaan ibu hamil, kelahiran, informasi hari buka posyandu
kematian bayi dan kematian ibu melahirkan, d. Pembinaan 5 meja Posyandu
nifas dari kelompok dasawisma Informan utama sebagai tenaga kesehatan
Pengarahan adalah keinginan untuk yang paling dekat dengan kader melakukan
membuat orang lain mengikuti keinginannya upaya untuk mengatasi masalah tentang kegiatan
dengan menggunakan kekuatan pribadi atau 5 meja yaitu mengingatkan dan membimbing
jabatan secara efektif, tujuannya agar tugas-tugas kader jika belum memahami tugasnya.
dapat terselesaikan dengan baik. Dengan Lima langkah kegiatan bukan berarti benar-
demikian sesuai teori yang ada bidan benar harus ada 5 meja karena ini hanyalah
mengarahkan kader memiliki tujuan agar tugas- merupakan sistem kegiatan, artinya 5 jenis
tugas yang berkaitan dengan pendataan dapat kegiatan, dan bisa saja tidak semua kegiatan
terselesaikan dengan baik. menggunakan meja yang sesungguhnya

23
e. Pelaksanaan pertemuan Posyandu kadang-kadang-kadang melakukan penyuluhan
beberapa saat setelah selesai Posyandu kelompok pada hari posyandu atau luar hari
Pelaksanaan pertemuan posyandu beberapa posyandu
saat setelah selesai posyandu bertujuan untuk 5. Pembinaan Pencatatan Pelaporan
mengevaluasi hasil posyandu pada hari itu, bidan Pencatatan pelaporan merupakan salah satu
bersama-sama kader saling memberikan unsur yang utama untuk melihat perkembangan
informasi hasil kegiatan posyandu kepada Pokja posyandu terutama dari cakupan yang telah
Posyandu, pada pertemuan bulanan, dan diperoleh. Dari cakupan tersebut dapat
merencanakan kegiatan posyandu yang akan ditentukan posyandu pada posisi strata apa. Agar
datang perkembangan posyandu lebih terpantau seluruh
2. Pelaksanaan kunjungan rumah kepada petugas kesehatan harus mengetahui dan dapat
sasaran yang tidak datang. menginterpretasikan data yang ada pada
Pelaksanaan kunjungan rumah merupakan pencatatan pelaporan.
tugas kader, namun sebagai tenaga kesehatan 6. Pembinaan Kader
yang turut berperan dalam pembinaan posyandu Ketika kader dalam melaksanakan tugasnya
adalah bidan, selain itu juga bidan bertugas menemui kesulitan, maka kader dapat
mengarahkan kader untuk mengarahkan dan mendiskusikan kesulitan mereka dengan para
memberikan gambaran siapa saja yang wajib tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa,
didatangi pada saat kunjungan rumah. petugas kesehatan dan petugas kesehatan dan
3. Pembinaan Sistem Informasi posyandu petugas lainnya yang terkait dengan pelaksanaan
(SIP) posyandu
a. Pengisian Format dan Pembinaan
Pengisian Balok SKDN B. Faktor Kinerja dalam Proses Pembinaan
Sebagian besar format posyandu diisi dengan posyandu
data yang ada pada satu wilayah binaan dimana 1. Umur
posyandu tersebut didirikan. Tenaga kesehatan Kinerja seseorang dipengaruhi oleh
yang paling mengerti keadaan dan kondisi karakteristik biografikal yang salah satunya
jumlah sasaran di suatu wilayah adalah bidan, adalah umur Sedangkan umur responden masih
namun pada posyandu tempat posyandu tempat dalam kategori produktif yaitu masih dalam
penelitian semua pembinaan format dilakukan rentang 15 sampai 64 Tahun
oleh tenaga dari Puskesmas yaitu tenaga gizi dan 2. Suku
Promosi kesehatan. Hal ini justru kurang efektif Kesulitan suku tertentu untuk membaur
karena petugas kesehatan di Puskesmas tidak dengan warga pribumi dikarenakan pertemuan
memantau secara langsung kondisi di lapangan maupun interaksi hanya sebatas pada forum
dan waktu yang dimiliki sangat terbatas. dagang saja Sedangkan untuk suku lain yang
4. Pelaksanaan Promosi Kesehatan/ enggan mengimunisasikan anaknya karena
Penyuluhan alasan takut sakit, takut panas efek imunisasi,
Penyuluhan merupakan penyampaian imunisasi tidak ada manfaatnya dan tidak
informasi dari sumber informasi kepada diijinkan orang tua.
seseorang atau sekelompok orang mengenai 3. Jarak
berbagai hal yang berkaitan dengan suatu Variabel jarak pada jarak penelitian tidak
program di posyandu, materi yang diberikan menimbulkan masalah terkait kegiatan
biasanya berkaitan dengan kesehatan ibu dan pembinaan posyandu, hal ini sejalan dengan
anak penelitian sejenis yaitu Analisis aksebilitas bidan
Kegiatan penyuluhan di posyandu dilakukan di desa dan kinerja bidan dalam program
melalui pendekatan perorangan, sehingga bukan perbaikan kurang gizi oleh Mahdinur yang
merupakan penyuluhan kelompok, melainkan membahas bahwa faktor jarak tempuh dan waktu
penyuluhan, melainkan penyuluhan perorangan. tidak berhubungan secara bermakna dengan
Meskipun demikian kader dan petugas kesehatan kinerja bidan di desa.
24
4. Ketenagaan tertentu, pengaturan waktu petugas puskesmas
Menurut Gibsons, kinerja seseorang akan agar tidak datang terlambat, bersama masyarakat
dipengaruhi iklim kerja, rekan kerja, imbalan dan mengupayakan tempat yang layak untuk
gaya kepemimpinan dengan demikian posyandu, pengadaan pelatihan dan perumusan
ketenagaan dalam proses pembinaan posyandu kebijakan terkait pembinaan posyandu.
tidak hanya bergantung pada seorang bidan tetapi
rekan kerja atau petugas kesehatan yang lain. DAFTAR PUSTAKA
5. Dana 1. Kementerian Kesehatan RI, 2011, Panduan
Dana dalam suatu kegiatan juga bisa Pelatihan Kader Posyandu
dimanfaatkan sebagai imbalan yang diberikan 2. Anonim, 2012, Fungsi pengarahan dalam
untuk penghargaan atas hasil kerja seseorang. manajemen ilm4a7eg WordPress.com site
Amstrong menyatakan bahwa manajemen/ diakses tanggal 30 Oktober 2012.
sistem penghargaan dapat meningkatkan kinerja 3. Sulaeman ES, Manajemen Kesehatan Teori
individu dan kinerja organisasi, sehingga dan Praktik di Puskesmas. 2011, Yogyakarta:
mendorong pencapaian misi dan strategi Gadjah Mada University Press.
organisasi. Sistem penghargaan itu sendiri terkait 4. Anakciremai, 2009, Makalah Manajemen
bagaimana organisasi memberikan pengakuan Tentang Organisasi, Koordinasi, wewenang
dan imbalan kepada pegawai dalam rangka Delegasi dan Penyusunan Personalia
menjaga keselarasan kebutuhan individu dan Organisasi, KlikSAYA.Com diakses tanggal
tujuan organisasi 30 oktober 2012.
6. Sarana dan Prasarana 5. Kementerian Kesehatan RI, Buku Panduan
Masalah sarana dan prasarana sering muncul Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar
dalam suatu upaya kesehatan tanpa terkecuali Gizi, Jakarta : Kemenkes RI 2012.
posyandu, hal ini terjadi karena kurangnya 6. Ismawati S, Cahyo,dkk., Posyandu dan Desa
dukungan sumber daya, program promosi Siaga Panduan Untuk Bidan dan kader.
kesehatan belum dijadikan program prioritas, 2010, Yogyakarta: Nuha Medika. 132.
posyandu cenderung menurun kualitasnya. 7. Robert Siburian, 2004 Etnis Cina di
7. Pelatihan Indonesia, Fakta Komunikasi Antar Budaya.
Tujuan utama pelatihan adalah agar penge- Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan
tahuan, keterampilan . Bernardin mendefinisikan Kebudayaan Lembaga Ilmu pengetahuan
pelatihan merupakan segala kegiatan untuk Indonesia.
meningkatkan kinerja individu / pegawai sesuai 8. Mahdinur, 2010, Abstrak, http://
dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegangnya Simkesfkugm.ac.id diakses tanggal 7
atau berhubungan dengan tugas saat ini Oktober 2012.
8. Kebijakan 9. Trisminendah NG, Faktor-faktor yang
Pengaruh dari kebijakan terhadap kinerja berhubungan dengan kinerja petugas
seseorang juga ditunjukkan dari hasil penelitian pelaksana farmasi Puskesmas di kabupaten
sebelumnya oleh Endang pada Tahun 2004 yang Kebumen Tahun 2008, http://SkripsiStikes
menyatakan bahwa perubahan kinerja karyawan word press.com, diakses tanggal 7 Oktober
dapat dijelaskan sebesar 88,2 % melalui 2012.
perubahan kebijakan sumber daya manusia yang 10. Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan
diteliti Kompetensi SDM, 2009, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
KESIMPULAN 11. Marliana, Sulistyaningsih, Endang, 2004,
Perlu dilakukan koordinasi antar tenaga Pengaruh Kebijakan SDM Terhadap
kesehatan terutama koordinator posyandu Kinerja Karyawan, Studi Kasus di PT CMT,
dengan bidan di lapangan dalam kegiatan Jakarta, http://lib.atmajaya.ac.id diakses
pembinaan, melibatkan tenaga kesehatan yang tanggal 8 Oktober 2012.
relatif muda, pendekatan kepada sesepuh suku
25

Anda mungkin juga menyukai