Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

ANALISA PEMILIHAN KEPUTUSAN TRASE JALAN DENGAN


MENGGUNAKAN METODE
FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(Studi Kasus : Ruas Jalan Pacitan-Hadiwarno, Kabupaten Pacitan)
Moh. Matorurrozaq, Supani Hardjo Diputro
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK
Identifikasi trase jalan dari Pacitan ke Hadiwarno menghasilkan beberapa rute
jalan yang dapat menjadi alternatif trase jalan Pacitan-Hadiwarno. Karena dalam
pemilihan ini banyak kriteria yang dipertimbangkan sehingga perlu digunakan suatu
metode pengambilan keputusan yang sesuai. Berkaitan dengan kriteria yang akan
digunakan masih terdapat ketidakpastian maka dalam penelitian akan digunakan metode
pengambilan keputusan dengan menggunakan fuzzy AHP.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kriteria-kriteria trase jalan,
serta untuk mengetahui trase jalan yang paling optimal berdasarkan kriteria dan sub
kriteria yang ditetapkan dengan menggunakan metode Fuzzy AHP. Pengambilan
keputusan dengan menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process adalah bersifat
subjektif yang mengakomodasi adanya ketidakpastian. Data untuk analisis metode
Fuzzy AHP diperoleh dari perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria.
Tahapan selanjutnya adalah mengubah variabel linguistik kedalam bilangan fuzzy
triangular, mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria
dengan rata-rata menggunakan metoda Buckley. Alternatif trase jalan diperoleh dengan
perhitungan bobot crisp.
Hasil dari penelitian ini diperoleh kriteria teknis, non teknis, dan ekonomis
dengan beberapa sub kriteria, dan dengan menggunakan fuzzy AHP dapat ditentukan
bahwa trase terpilih adalah trase 1 (trase utara).
Kata kunci: Fuzzy AHP, Jalur Lintas Selatan, trase jalan.

PENDAHULUAN
Pulau Jawa merupakan wilayah dengan perkembangan yang pesat dan sangat
potensial bagi pergerakan aktivitas nasional bahkan internasional. Selain mempunyai
akses internasional, Pulau Jawa mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang besar. Namun dalam kenyataannya, tidak seluruh daerah di Pulau Jawa
menunjukkan perkembangan yang sama, secara fisik kawasan utara Pulau Jawa lebih
berkembang dibanding dengan kawasan selatan. Hal ini terbukti dengan adanya kota-
kota di kawasan Utara yang lebih berkembang. Selain itu persentase nilai PDRB per
kapita wilayah Jawa bagian selatan lebih rendah dibandingkan dengan bagian utara.
Rata-rata semua sektor ekonomi di wilayah Jawa bagian selatan mempunyai kontribusi
yang sangat kecil, dengan prosentase antara 0-13%.
Dalam rangka menyikapi berbagai isu permasalahan dan tantangan di atas,
diperlukan suatu Konsep Strategi Pengembangan Wilayah untuk percepatan
pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa yang berlandaskan pada kerangka
keterpaduan pembangunan yang mengedepankan kepentingan wilayah atau kawasan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

yang lebih luas melalui pelaksanaan prinsip-prinsip sinergi pembangunan (development


synergy) dan kemanfaatan bersama Penataan Ruang Wilayah Untuk Percepatan
Pembangunan Koridor Pantai Selatan Jawa (complementary benefits), dengan
mengacu pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Jalur Lintas Selatan Jawa Timur membentang dari Kabupaten Pacitan,
Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. Melihat
tingginya kebutuhan pergerakan lalu lintas di Jawa Timur maka pembangunan Jalur
Lintas Selatan Jawa Timur merupakan solusi yang harus dipilih guna mengurangi
kepadatan lalu lintas pada jaringan jalan yang sudah ada yang tentunya akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah di Koridor Pantai Selatan Jawa Timur.
Pada saat ini tahapan pembangunan jalur lintas selatan jawa timur berlokasi di
kabupaten Pacitan. Jalan Lintas Selatan di kabupaten Pacitan dimulai dari kota Pacitan
melalui beberapa daerah kecamatan ke arah timur menuju arah kecamatan Hadiwarno.
Identifikasi trase jalan dari Pacitan ke Hadiwarno menghasilkan beberapa rute jalan
yang dapat menjadi alternatif trase jalan Pacitan-Hadiwarno. Guna menghasilkan output
yang diharapkan maka tentunya harus dipilih trase jalan yang paling optimal. Dari hasil
identifikasi maka didapat 3 (tiga) alternatif trase jalan yang memungkinkan untuk
dilakukan pembangunan jalan. Trase tersebut antara lain :
Trase 1 ( disebut trase utara )
Trase ini ruas jalan Pacitan-Mentoro-Hadiwarno, merupakan jalan eksisting
dengan status Jalan Nasional.
Trase 2 ( disebut trase utara-selatan/tengah )
Trase ini berupa ruas jalan eksisting Pacitan-Mentoro-Petung kemudian ke arah
selatan ke Jetak menyusuri pantai selatan ke arah Hadiwarno.
Trase 3 ( disebut trase selatan )
Trase ini berupa ruas jalan Pacitan-Kayen-Hadiwarno. Trase selatan
merupakan trase jalan baru yang menyusuri pantai selatan kabupaten Pacitan.
Pengambilan keputusan dengan menggunakan Analytical Hierarchy
Process/AHP (Saaty,1978) adalah bersifat subjektif. Data untuk analisis metode AHP
diperoleh dari perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria. Hal ini akan
terjadi kesulitan dalam memetakan preference seseorang untuk suatu perkiraan yang
berkaitan dengan ketidakpastian dari suatu nilai perbandingan. Permasalahan tersebut
telah dikembangkan dengan suatu metode yang disebut dengan fuzzy AHP. Mengingat
dalam penelitian ini masih terdapat ketidakpastian dalam penilaian matrik
berpasangan,maka dalam pemilihan trase jalan akan dipergunakan metode fuzzy AHP.

METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama adalah melakukan identifikasi kriteria pemilihan trase jalan, bagian
kedua adalah memilih trase jalan yang terbaik sebagai jalan nasional berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dengan menggunakan metode fuzzy AHP.
Penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian sistem pengambilan keputusan.
Dalam metode pengambilan keputusan beberapa metode yang ada dapat digunakan
salah satunya adalah dengan menggunakan AHP. Tetapi karena adanya ketidak pastian
dalam pengambilan keputusan dan penilian dari bobot kriteria yang lebih mendekati
dengan inferensi yang lebih human, metode AHP telah diperbaiki dengan metode yang
disebut Metode Fuzzy AHP. Mengingat dalam pengambilan trase jalan Pacitan

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Hadiwarno ini dimungkinkan adanya ketidakpastian dalam penilaian bobot kriteria


maka dipergunakan metode tersebut. Penilaian yang akan dilakukan meliputi penilaian
tingkat kepentingan antar kriteria dengan menggunakan bilangan fuzzy, penilaian
derajad kepercayaan dari masing-masing nilai dan penilaian alternatif yang
menggunakan bobot crisp.Hasil dari penelitian ini adalah akan diketahui alternatif mana
yang terbaik menurut beberapa pengambil keputusan yang akan dipilih.
Identifikasi Kriteria
Kriteria pemilihan alternatif jalan untuk penelitian ini diperoleh dari hasil kajian
literatur dan wawancara awal adalah sebagai berikut :
- Faktor teknis dengan sub kriteria,
o Kondisi Geologi
o Panjang Rute
o Kondisi Topografi
o Tata Guna Lahan
o Pertimbangan Konstruksi
- Faktor non teknis antara lain,
o Promoting Sector
o Keinginan Pemerintah Daerah
o Daerah terlayani (aksesibilitas)
o Potensi wilayah
o Aspek Sosial Budaya.
- Ekonomis (biaya Konstruksi)
Penggunaan fuzzy AHP
Penilaian Perbandingan Berpasangan
Penilaian matrik perbandingan berpasangan diberikan oleh evaluator untuk
setiap kriteria dengan istilah linguistik “sangat baik”, “baik”, “cukup”, “jelek”, dan
“sangat jelek” seperti pada tabel berikut :
Fungsi Keanggotaan Skala Linguistik
Tabel 1. Fungsi Keanggotaan Skala Linguistik
Bilangan Fuzzy Skala linguistik Skala Bilangan
Fuzzy
Sama Penting (SMp) (1,1,3)
Sedikit lebih penting (SLp) (1,3,5)
Lebih Penting (LBp) (3,5,7)
Sangat Lebih Penting (SaLp) (5,7,9)
Mutlak Lebih Penting (MLp) (7,7,9)

Gambar 1. Fungsi keanggotaan variabel lingusitik untuk membandingkan 2 kriteria

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Mengubah variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy


Tahapan selanjutnya adalah mengubah variabel linguistik kedalam bilangan
fuzzy triangular seperti pada tabel 1 diatas, bilangan fuzzy triangular dideskripsikan
sebagai M = (a,b,c) dan dengan menginputkan tingkat keyakinan (confidence level) α,
maka didapat:

Dengan menginputkan α ke dalam Bilangan fuzzy triangular seperti pada tabel diatas
maka didapat hasil sebagai berikut :

Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy


Untuk mendefinisikan rata-rata geometri fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria
dengan rata-rata menggunakan metoda Buckley (1985) dalam Setioko (2007) sebagai
berikut:

dimana ãin adalah nilai perbandingan fuzzy dari kriteria i ke kriteria n, ri adalah rata-rata
geometris dari nilai perbandingan fuzzy kriteria i terhadap setiap kriteria, wi dan adalah
bobot fuzzy dari kriteria ke i, dan dapat diindikasikan dengan TFN LwMwUw =. Lwi,
Mwi,dan Uwi masing-masing adalah nilai bawah, tengah, dan atas dari bobot fuzzy
kriteria ke i.
Perhitungan bobot crisp
Setelah perhitungan bobot fuzzy dengan menginputkan α maka selanjutnya
adalah perhitungan bobot crisp dengan menggunakan lamda (λ) yang yang mempunyai
nilai 0,05 , 0,5 , 0,95 yang merefleksikan situasi / attitude responden berupa situasi
pesimis, moderat dan optimis. Perhitungan bobot crisp menggunakan rumus dalam
jurnal M.H. Vahidniaa, A. Alesheikhb, A. Alimohammadic, A. Bassirid yaitu :

Dari hasil analisis ini akan diperoleh alternatif mana yang paling baik berdasarkan
preferensi dari pengambil keputusan.
Nilai CI tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai Radio Index (RI) sesuai dengan
ukuran matriks sehingga diperoleh nilai Consistency Ratio (CR). Matriks dinyatakan
konsisten jika nilai CR tidak lebih dari 0,1.

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

DATA DAN PEMBAHASAN


Setelah diperoleh kriteria, maka langkah selanjutnya adalah pengumpulan data
mengenai kondisi dari masing-masing kriteria untuk masing-masing alternatif trase
jalan yang akan dibandingkan. Selanjutnya dilakukan penentuan skala kepentingan
untuk masing-masing kriteria termasuk penilaian untuk masing-masing bobot kriteria.
Hasil terakhir adalah dilakukan analisis dengan menggunakan metode fuzzy AHP.
Respondent Penelitian yang dipilih adalah para pengambil keputusan, mempunyai
keahlian, keilmuan dan pengalaman dalam pekerjaannya contohnya Kepala Satuan
Kerja Kepala Bidang Perencanaan dan Pengawasan Pejabat Pembuat Komitmen
Pembangunan Jalan Pacitan.Team Leader/Highway Engineer. Untuk mendapatkan
Kriteria pemilihan alternatif jalan untuk penelitian ini diperoleh dari hasil kajian
literatur dan wawancara awal adalah sebagai Faktor teknis ,Faktor non teknis dan faktor
biaya.faktor teknis meliputi Kondisi Geologi.Panjang Rute.Kondisi Topografi.Tata
Guna Lahan dan Pertimbangan Konstruksi. Untuk faktor non teknis meliputi Promoting
Sector,Keinginan Pemerintah Daerah, Daerah terlayani (aksesibilitas)Potensi
wilayah,dan Aspek Sosial Budaya, sedangkan dari segi biaya dari segi ekonomis. Dan
saya mendapatkan data sebagai berikut
Dari hasil identifikasi faktor-faktor sebagai kriteria pemilihan trase jalan serta hasil
diskusi beberapa trase jalan yang menjadi alternatif trase yang akan dipilih, dapat
digambarkan hirarki keputusannya seperti model fuzzy AHP pada gambar berikut ini.
P emilhan T ras e ruas
L evel 0
J alan P acitan-
F ocus H adiwarno

L evel 1 Non T eknis


T eknis E konomi
C riteria

K ondisi P anjang K ondisi T ata G una P ertimbangan P romoting K einginan Aksesibili P otensi Aspak B iaya
G eologi T opografi PD tas Wilayah S osial K onstruksi
R ute L ahan K onstruksi S ector budaya

L evel 2 T ras e 1 T ras e 2 T ras e 3

Alternative (Utara) (Utara-S elatan) (S elatan)

Gambar 2 Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Hierarki yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tingkat. Pada
tingkat pertama merupakan representasi dari misi utama, yaitu menentukan trase pada
ruas Pacitan-Hadiwarno. Tingkat kedua merupakan serangkaian atribut yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan. Dan terakhir, tingkat ketiga merupakan alternatif-
alternatif dari trase jalan pada ruas Jalan Pacitan Hadiwarno yang akan dipilih.
Perhitungan konsistensi rasio dari keempat responden dilakukan dengan menentukan
terlebih dahulu matik perbandingan berpasangan (aij) dari jawaban masing-masing
responden. Selanjutnya dilakukan normalisasi dengan membagi tiap nilai dengan jumlah
nilai selanjutnya menjumlahkan hasil normalisasi setiap kriteria sehingga diperoleh
jumlah tiap prioritas tiap prioritas.selanjutnya dilakukan perhitungan konsistensi dari
matrik berpasangan untuk menentukan nilai eigenvector dan nilai eigenvalue dapat di
ambil data dari keempat responden.

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Perhitungan bobot kriteria untuk masing-masing responden untuk kriteria utama adalah
mengubah bilangan fuzzy triangular seperti bilangan fuzzy triangular dideskripsikan
sebagai M = (a,b,c) dan dengan menginputkan tingkat keyakinan (confidence level) α,
maka didapat :

Hasil dari konsitensi utama dari keempat koresponden


Responden CI CR Keterangan
Responden 1 0,06950 0,06208 Memenuhi Syarat
Responden 2 0,10090 0,09006 Memenuhi Syarat
Responden 3 0,10090 0,09006 Memenuhi Syarat
Responden 4 0,10390 0,09273 Memenuhi Syarat
Hasil dari kriteria teknis dari keempat koresponden
Responden CI CR Keterangan
Responden 1 0,0470 0,0420 Memenuhi Syarat
Responden 2 0,0661 0,0590 Memenuhi Syarat
Responden 3 0,0576 0,0515 Memenuhi Syarat
Responden 4 0,0931 0,0832 Memenuhi Syarat
Hasil dari kriteria non teknis dari keempat koresponden
Responden CI CR Keterangan
Responden 1 0,0990 0,0884 Memenuhi Syarat
Responden 2 0,0184 0,0164 Memenuhi Syarat
Responden 3 0,0179 0,0160 Memenuhi Syarat
Responden 4 0,0295 0,0264 Memenuhi Syarat

Dari data tersebut maka dapat di simpulkan sebagai berikut


Tabel 2. Rekapitulasi Bobot Kriteria
Rekapitulasi bobot krtieria

Bobot
No Kriteria
Local Global

C1 teknis 0.361
C1.1 Kondisi Geologi 0.553 0.200
C1.2 Panjang Rute 0.175 0.063
C1.3 Kondisi Topografi 0.139 0.050
C1.4 Tata Guna Lahan 0.055 0.020
C1.4 Pertimbangan Konstruksi 0.077 0.028
C2 Non Teknis 0.524
C2.1 Promoting Sector 0.142 0.074
C2.2 Keinginan Pemerintah Daerah 0.179 0.094
C2.3 Daerah terlayani (aksesibilitas) 0.221 0.116
C2.4 Potensi wilayah 0.458 0.240
C3 Ekonomi 0.115
C7.1 Biaya Konstruksi 1.000 0.115

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

0.30

0.25

0.20

Bobot
0.15

0.10

0.05

0.00

C1.1

C1.2

C1.3

C1.4

C1.5

C2.1

C2.2

C2.3

C2.4

C3.1
Kriteria

Gambar 3 Grafik bobot global masing kriteria

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk kriteria teknis maka
faktor yang paling mempengaruhi dan mempunyai bobot tertinggi adalah kondisi
geologi dengan bobot global 0.200. sedangkan dari kriteria non teknis maka faktor yang
paling mempengaruhi dan mempunyai bobot tertinggi adalah potensi wilayah dengan
bobot global 0.240. Jadi dapat disimpulkan bahwa para responden kriteria yang paling
dominan adalalah non teknis dengan sub kriteria potensi wilayah . hal ini dimungkinkan
karena ada beberapa potensi wilayah yang perlu dikembangkan antara lain potensi
pariwisata di pantai selatan, perkebunan kelapa dan pertambangan.
Dari hasil penilaian oleh pengambil keputusan disajikan dalam bentuk tabel seperti
berikut ini :
Tabel 3 Rangking Alterbatif.
Rangking alternatif
‫ג‬ = 0,5
Trase Jalan
Teknis Non Teknis Ekonomi
Bobot Total
C1.1. C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C2.1 C2.2 C2.3 C2.4 C3.1
Bobot 0,20 0,08 0,06 0,02 0,03 0,07 0,09 0,11 0,23 0,12
Trase 1 0,129 0,039 0,033 0,010 0,017 0,035 0,045 0,061 0,114 0,084 0,568
Trase 2 0,109 0,039 0,020 0,008 0,014 0,031 0,038 0,061 0,114 0,034 0,467
Trase 3 0,083 0,032 0,041 0,005 0,012 0,024 0,065 0,079 0,076 0,084 0,501

0,140

0,120

0,100 Trase 1
Trase 2
0,080
bobot

Trase 3
0,060

0,040

0,020

0,000
.2

.3

.4

.5

.1

.2

.3

.4

.1
.
.1
C1

C1

C1

C1

C2

C2

C2

C2

C3
C1

kriteria

Gambar 4. Grafik bobot rangking untuk masing-masing prioritas.


Dari grafik diatas menunjukkan bahwa bobot yang paling berpengaruh dalam pemilihan
jalan adalah c1.1. atau kondisi geologi dan C2.4 atau potensi dari wilayah setempat.

KESIMPULAN
1. Mengacu pada identifikasi kriteria berdasarkan studi literatur dan wawancara
dengan para pengambil keputusan dan ahli dibidang studi dan perencanaan jalan
maka kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut :

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

- Faktor teknis dengan sub kriteria,


o Kondisi Geologi
o Panjang Rute
o Kondisi Topografi
o Tata Guna Lahan
o Pertimbangan Konstruksi
- Faktor non teknis antara lain,
o Promoting Sector
o Keinginan Pemerintah Daerah
o Daerah terlayani (aksesibilitas)
o Potensi wilayah
o Aspek Sosial Budaya.
- Ekonomis (biaya Konstruksi)
Sesuai dengan hasil wawancara dengan respondent didapat bahwa Aspek
Sosial Budaya dianggap tidak perlu dimasukkan sebagai salah satu sub
kriteria dalam pemilihan trase jalan, karena diantara 3 (tiga) trase yang
dibandingkan berada pada lokasi yang berdekatan
2. Sesuai dengan analisis dengan menggunakan metode fuzzy AHP dapat disimpulkan
bahwa prioritas untuk pemilihan trase jalan yang mempunyai bobot paling tinggi
adalah trase 1 dengan nilai 0,568, kemudian trase 3 dengan nilai 0,501, dan yang
terakhir adalah trase 2 dengan nilai 0,467. Sehingga dapat ditentukan bahwa trase
terpilih adalah trase 1 (trase utara) yakni ruas jalan Pacitan-Mentoro-Hadiwarno.

DAFTAR PUSTAKA
Al Fitri Maizir, Indra & Hartaman, Wiliam hartaman (2005) Trase Jalan Berdasarkan Faktor
Geometrik dan Estetika Dengan Menggunakan Proses Analisis Hirarki (Studi Kasus Jalan
Layang Paspati)
Brodjonegoro, Bambang Permadi S (1992)”AHP” Analytical Hierarchy Process. Jakarta :
PAU-Ekonomi Universitas Indonesia.
Buchmeister, et all (2006) Fuzzy Decision Support System Using Risk Analysis
Ching-Chow Yang* and Bai-Sheng Chen (2004) Key Quality Performance Evaluation Using
Fuzzy Ahp
Fenton, N., & Wang, W. (2006). Risk and Confidence Analysis for Fuzzy Multicriteria Decision
Making. Knowledge-Based System 19 , 430-437.
M.H. Vahidniaa *, A. Alesheikhb, A. Alimohammadic, A. Bassirid (2008) Fuzzy Analytical
Hierarchy Process In Gis Application
Oktavitri, Nur Indradewi, Ciptomulyo,Udisubakti (2008) Penilaian risiko lingkungan dengan
fuzzy analytical hierarchy process (fahp) pada manajemen risiko lingkungan lumpur
berbahan berbahaya dan beracun (B3) dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
(studi kasus : PT. A dan PT. B)
Saaty, T.L (1993) Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Cetakan Kedua, Gramedia
PT., Jakarta.
Zamachsari, A. (2007) Evaluasi Teknis Perencanaan Teknik Jalan di Kabupaten Pacitan, PT.
Wiraguna Tani, Bandung

ISBN : 978-979-99735-9-7
B-5-8

Anda mungkin juga menyukai