Anda di halaman 1dari 15

PENGORGANISASIAN DAN KETERSEDIAAN SDM

Oleh
Rizky Ramadhan Hidayat1
2.216.6.056

Abstrak
Organisasi dan pengorganisasian merupakan dua hal yang saling
berhubungan, kalau organisasi diibaratkan wadah, maka pengorganisasian adalah
organisme yang membuatnya hidup secara dinamis. Pengorganisasian
(organizing) merupakan langkah kedua dalam manajemen organisasi setelah
perencanaan (planning). Perencanaan yang matang tidak akan berjalan sempurna,
tanpa ada yang menjalankan dan menggerakkan, tanpa diperjelas pekerjaan dan
siapa yang akan mengerjakannya. Itulah esensi pengorganisasian.
Pengorganisasian yang baik menghasilkan bentukorganisasi yang baik, mulai dari
sistem kerja, struktur, sumberdaya hingga aspek lainnya. Kajian ini akan
membahas pengorganisasian secara mendalam ditelaah dari sudut pandang Al-
Qurân dan Hadits menggunakan pendekatan tafsir tematik.

A. Pendahuluan
Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dikenal sebagai makhluk yang
multidimensional. Hal ini disebabkan karena banyaknya julukan yang diberikan
kepada manusia. Ia dikenal sebagai makhluk sosial (homo socius), makhluk
bekerja (homo laden), makhluk yang suka menggunakan lambang-lambang (homo
simbolicum), mahkluk organisasional, homo homini socius (sosok manusia
sebagai makhluk individu, tapi pada saat bersamaan manusia sebagai kawan sosial
bagi manusia lainnya), sebaliknya, ada yang menyebut manusia sebagai serigala
bagi manusia yang lain (homo homini lupus)2, dan lain semacamnya.
Salah satu dimensi manusia tersebut adalah makhluk organisasional. Ia
dikenal sebagai makhluk organisasional karena sejak lahir manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan struktur fisik manusia sendiri
sesungguhnya adalah suatu sistem yang tersusun dari sub-sistem anggota tubuh
yang semuanya sebagai suatu sistem tubuh yang memiliki fungsi masing-masing
dan terorganisasi secara sempurna hingga menghasilkan sosok manusia yang
sempurna.
Oleh karena itu, sejak lahir manusia akan selalu bersentuhan dengan
organisasi, mulai dari organisasi genetis (keluarga), organisasi rukun tetangga,
rukun warga, organisasi masyarakat, organisasi sekolah (pendidikan), organisasi
1
Diajukan untuk presentasi dalam mata kuliah Tafsir Manajemen pada tanggal 3 Oktober 2017
2
Dinn Wahyuddin, et.all.,Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
hal. 13
negara hingga organisasi dunia, bahkan sampai matipun manusia juga tetap
menjadi anggota organisasi kematian3. Sehingga keberadaan organisasi pada
dasarnya memang diciptakan untuk kepentingan manusia. Eksistensi manusia
jangan sampai diperbudak oleh organisasi, tetapi manusia yang harus mengatur,
mengelola dan mengembangkan organisasi. Jika dicermati, konsep dasar ini sudah
menunjukkan fungsi organizing untuk menghasilkan output yang optimal.
Keberadaan organisasi sangat penting bagi manusia karena merupakan alat untuk
mencapai tujuan hidup yang diinginkannya. Melalui organisasi, manusia akan
bekerja, dan menunjukkaneksistensinya agar bisa mencapai kepuasan terhadap
apa yang telah menjadi tujuannya. Untuk mencapai produktifitas dan kepuasan
dalam bekerja itulah, maka sebuah organisasi membutuhkan manajemen sebagai
alat atau seni mengelola organisasi agar bisa berjalan dengan efisien (berdaya
guna), efektif (berhasil guna), dan bisa mencapai tujuan yang diharapkan.4
Kompleksnya pekerjaan yang ada dalam suatu organisasi, maka
dibutuhkan langkah-langkah strategis yang jelas dan terorganisir dengan rapi, baik
dalam memerinci pekerjaan, membagi pekerjaan sesuai dengan cakupan tanggung
jawab dan wewenang kepada orang-orang yang tepat, maupun proses proses
penentuan struktur organisasi dan pengembangannya, agar segala tujuan
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Di sinilah fungsi pengorganisasian seperti yang telah digambarkan di atas,
harus dijalankan semaksimal mungkin.
Ernest Dale (Stoner, 1996) menyatakan bahwa pengorganisasian sebagai
sebuah proses yang berlangkah jamak (kompleks) yang dapat digambarkan
sebagai berikut5:
Pemerincian Pekerjaan

Pembagian Kerja

Penyatuan Pekerjaan

Koordinasi Pekerjaan

Monitoring dan Reorginasi


Oleh karena itu, manajemen sering didefinisikan oleh para pakar
manajemen seperti Richard L. Daft sebagai proses pencapaian sasaran-sasaran
3
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), hal. 126
4
Fathor Rachman. Manajemen Organisasi Dan Pengorganisasian Dalam Perspektif Al-Qur’an
Dan Hadits. (Ulûmunâ : Jurnal Studi Keislaman Vol.1 No.2 Desember 2015) hal. 293
5
Stoner, James A.F., Manajemen. (edisi revisi) (Terjemahan Alfonsus Sirait) (Jakarta: Erlangga,
1996) hal.10 (Buku aslinya diterbitkan tahun 1982 oleh New York: Prentice-Hall International
Inc).
organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi6. Hal
senada juga diungkapkan oleh James A.F. Stoner yang mengatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota dan penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan7.
Bahkan, Allah Swt. telah mengingatkan umat manusia agar segala
pekerjaan yang akan dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan saling
bekerja sama agar bisa terbangun sistem kerja yang kokoh dan tidak goyah oleh
berbagai macam rintangan yang akan dihadapi, laksana bangunan yang tersusun
dengan kokoh dan rapi. Dalam surah Ash-Shaf ayat 4, Allah Swt. memberikan
gambaran sebagai berikut:
         
 
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang (berjuang) dijalan-
Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)8
Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari sekian banyak anggotanya
yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi
teratur.Sedangkan kata marshushun berarti berdempet dan tersusun dengan rapi9.
Yang dimaksud ayat ini adalah tentang pentingnya kekompakan barisan,
kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan kerja sama dalam menghadapi berbagai
macam rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu.
Maksud dari shaff disitu menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk
dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai
tujuan.10 Dalam sebuah Hadits diterangkan:
11
‫إن هللا عز وجل يُب إذا عمل أحدكم عم َل أن يتقنو‬
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu
pekerjaan dilakukan dengan "tepat, terarah dan tuntas".

6
Daft, R.L.,Manajemen. (jilid 1 edisi kelima) (Terjemahan Emil Salim, dkk) (Jakarta: Erlangga,
2002), hal. 8. (Buku aslinya diterbitkan pada tahun 1988 oleh Vanderbilt University: Harcourt,
Inc).
7
Stoner, James A.F., Manajemen. (edisi revisi) (Terjemahan Alfonsus Sirait) (Jakarta: Erlangga,
1996) hal.8 (Buku aslinya diterbitkan tahun 1982 oleh New York: Prentice-Hall International Inc).
8
Departemen Agama RI, Tafsir Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Jumanatul Ali-ART,
2005), h. 552.
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Volume 14), hal. 191
10
Al-Qurtubi, Samsyu al-Din, Jami' al-Bayân li al-Ahkâm al-Qur'an, juz 1, (Mauqi'u al-Tafâsir:
Dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 5594
11
Al-Thabrani, Mu'jâm al-Ausâth, juz 2, (Mauqi'u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah,
2005) hal. 408
Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka
hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik, proses juga
dilakukan secara terarah dan teratur atau itqân.
Menurut al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah manusia seyogyanya
tetap pada tempatnya dan tidak bergoyah dari tempat tersebut. 12 Di samping itu,
dalam ayat tersebut banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat tersebut
adalah barisan dalam perang.13 Maka ayat tersebut mengindikasikan adanya tujuan
dari barisan perang yaitu berupaya untuk melaksanakan kewajiban yaitu jihad di
jalan allah dan memperoleh kemenangan.
Dalam penafsiran versi lain, dikemukakan bahwa ayat tersebut
menunjukkan barisan dalam shalat yang memiliki keteraturan. 14 Dari sini dapat
dikemukakan bahwa ciri organisasi adalah mempunyai pemimpin dan terjadi itba
terhadap kepemimpinan tersebut. Di samping itu, kata bunyanun marshusun
mengindikasikan bahwa dalam sebuah organisasi hendaknya terdapat pembagian
wewenang dan tugas, sebagaimana yang terjadi dalam sebuah bangunan atau
rumah, ada yang bertugas menjadi tangga, ada yang bertugas menjadi tiang, serta
ada yang bertugas menjadi atap dan sebagainya. Dalam bahasa Arab,
pengorganisasian diistilahkan dengan al-Tandhim. Menurut Mahmud Hawary:
‫ف مكانو وربط الَشياء ببعضها والَشخاص ببعضها من‬
ِ ‫ف مكانو وكل شخص‬ ِ ‫وضع كل شيء‬
ْ
‫اجل تكوين وحدة متكاملة اكبر من لررد الجمع الحسابى لجزائها‬
Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fungsinya, demikian juga setiap
anggota berada sesuai dengan fungsinya, dan merupakan ikatan dari perorangan
terhadap yang lain, guna melakukan kesatuan tindakan yang tepat, menuju
suksesnya fungsi masing-masing.15
Rumusan yang dikemukakan oleh Sayyid Mahmud al-
Hawarymenunjukkan bahwa organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk
perserikatan kerja sama manusia (didalamnya) ada struktur organisasi, pembagian
tugas, hak dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Dari definisi
tersebut, dapat diketahui bahwa pada intinya organisasi adalah wadah kerjasama
manusia yang terstruktur untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan
fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dengan perencanaan. Sebab
pengorganisasian merupakan langkah-langkah operasional dan fungsional
organisasi meliputi usaha-usaha departementalisasi (membagi pekerjaan
berdasarkan pembagian wilayah dan wewenang kerja) yang akan menentukan
12
Al-Baghawi, Abu Muhammad Hasan ibn Mas'ud, Mu'alim al Tanzil juz 8, (Dar Tayyibah lin
Nasr: Dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 108
13
At-Thabari, Ibn Jarir, Tafsir Jami' al Bayân fi ta'wil al-Qur'an, juz 23, (Mauqiu Majma' al Mulk:
dalam Software Maktabah Samilah, 2005) hal. 357
14
al-Qurtubi, Jami' al-Bayân li al-Ahkâm al-Qur'an……..juz 1, hal. 5594
15
Al-Hawary, Sayyid Mahmud, Idârah al-Asâs wa al-Ushul al-Ilmiyah, (Dar al-Kutub: Mesir,
1976) hal.189
spesialisasi orang-orang dalam kegiatan organisasi secara keseluruhan, termasuk
di dalamnya proses kerja sama yang kuat, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab, penentuan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan, pola koordinasi
yang akan dibangun, dan semacamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat tim yang hebat?
2. Bagaimana cara menjaga keutuhan organisasi?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam membuat job analysis?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam membuat job description?
5. Bagaimana cara membangun koordinasi dan kerjasama?
6. Bagaimana cara membangun efektifitas kerja?
7. Apa yang harus dilakukan dalam membangun integritas karyawan?
8. Apa yang harus dipersiapkan dalam membangun generasi yang unggul?

C. Metodologi
Kajian ini menggunakan metode analisis konsep yang dipadu dengan
pendekatan tafsir tematik. Tafsir Maudhui/tematik, adalah menafsirkan al-Qurân
dengan cara menghimpun seluruh/sebahagian ayat-ayat dari beberapa surah yang
berbicara tentang topik tersebut untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya
sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut
menurut pandangan al-Qurân.16 Data diperoleh dari Al-Qurân Hadits yang begitu
banyak menyinggung tentang pentingnya berorganisasi dan melakukan penataan
secara teratur pada organisasi itu sendiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam
Al-Qurân, Allah Swt telah menunjukkan contoh yang sangat gamblang dalam
mengatur kehidupan manusia, termasuk penciptaan segala sesuatu yang ada di
bumi dan langit..Bahkan substansi utama dalam pengorganisasian yang berisi
tentang penyusunan tugas dan pembagiannya, pembentukan struktur dan
pemilihan sumberdaya yang tepat juga banyak sekali disinggung dalam Al-Qurân
Hadits. Hal ini menunjukkan betapa sempurnanya Al-Qurân memberikan
petunjuk kepada umatmanusia, khususnya kepada para manajer (pemimpin) suatu
organisasi.

D. Pembahasan
1. Membangun Kerjasama

16
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur‟ân dengan Methode Maudhû‟I, hal. 33
Teamwork dalam Islam dapat diartikan sebagai bentuk kerjasama atau
saling tolong menolong dalam melakukan suatu pekerjaan yang baik atau sesuai
syariat islam. Sebagaimana terkandung dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 2 :
‫ب‬ِ ‫وا هّللا َ إِ َّن هّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
ْ ُ‫ان َواتَّق‬
ِ ‫اإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬ ˆْ ُ‫وا َعلَى ْالبرِّ َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعا َون‬
ِ ‫وا َعلَى‬ ْ ُ‫اون‬
َ ‫… َوتَ َع‬
“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya
tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya
agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang
termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai
realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis
perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.
Senada dengan Ibnu Katsir, keumuman maksud ayat difahami juga oleh
Imam As-Sa’di. Beliau mendefinisikan Al-Birr yang diperintahkan oleh Allah swt
untuk bekerjasama menghadirkannya adalah segala bentuk perbuatan yang
dicintai dan diridhoi Allah swt, baik perbuatan lahir maupun batin, perbuatan
yang terkait dengan hak-hak Allah swt maupun hak sesama manusia.17
Dalam pandangan Al-Mawardi seperti yang dinukil oleh Al-Qurthubi
bahwa perintah ta’awun untuk menghadirkan kebaikan dan ketakwaan di tengah-
tengah manusia merupakan sebuah perintah yang memiliki korelasi dengan
prinsip ‘hablum minallah dan hablum minannas’; ta’awun dalam kebaikan yang
bersifat umum merupakan sarana untuk menjaga hubungan baik dengan manusia,
sedangkan ta’awun dalam takwa merupakan sarana untuk meraih ridha Allah swt.
Sehingga tidak sempurna jika ta’awun itu hanya dalam Al-Birr, tetapi harus
diteruskan dalam konteks takwa juga. 18
Teamwork adalah komponen utama demokrasi Islam, yang terus-menerus
diperlukan untuk memperkuat dan menjalankan sistem untuk jangka waktu yang
panjang. Oleh karena itu, saat ini konsep teamwork atau bekerja dalam satu tim
sangat ditekankan karena hal ini merupakan unsur penting yang menjamin
kecemerlangan dan keberhasilan. Sebenarnya, konsep ini bukanlah hal baru dalam
Islam, konsep ini telah ditekankan oleh Islam sejak awal. Contohnya dalam kisah
Nabi ketika terjadi Perang Ahzab, dengn semangat kerjasama dan tolong-
menolong yang tinggi, umat Islam berhasil menggali parit sepanjang 5000 hasta.
untuk melaksanakan tugas ini, Nabi membagi para sahabat menjadi beberapa
grup. Setiap grup terdiri dari sepuluh orang dn setiap grup diarahkan untuk
mengali parit sepanjang 40 hasta dan Nabi juga turut terlibat dalam proyek

17
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Kebenaran Ilmiah Al-Quran Mizan, Bandung, 1994).
hal. 14
18
al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu’i, Dirasat Manhajiyyah Mawdhu’iyyah, 1977), 7
tersebut, Ketika musuh datang, Allah mengaruniakan bantuannya kepada umat
Islam.
Sikap bekerja dalam satu tim dengan pengorbanan sedemikian rupa jika
terwujud di kalangan manusia pasti akan menghasilkan kualitas kerja yang tinggi.
Hal ini mampu menumbuhkan perubahan yang hebat sebagaimana yang terjadi
zaman Nabi dan para sahabat. Maka, jika Rosul saja tidak bekerja dan berjuang
sendiri-sendiri, seharusnya muslim sekarangpun bisa lebih mengerti dan
memahami makna dari teamwork. Allah pun tidak menyukai orang yang
individualistis seperti apa yang dikemukakan oleh Imam Qadath bahwa Allah
tidak menyukai perintahnya dilaksanakan dengan cara yang tidak teratur. Allah
memerintahkan agar barisan dalam perjuangan berada dalam satu shaf ketika
sedang melakukan sholat berjamaah.
2. Menjaga Keutuhan Organisasi
Dalam menjalankan sebuah organisasi, seorang manajer atau pegawai
diharuskan untuk selalu menjaga keharmonisan dan kesabaran dalam bekerja. 19
Seperti firman Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 46 yang berbunyi :
      
   
Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (Al-Anfal :46)20
Ayat tersebut menjelaskan bahwa di dalam organisasi diharuskan untuk
menciptakan hubungan yang baik dan harmonis. Jika terjadi percekcokan, maka
organisasi akan menjadi pecah dan tidak utuh lagi. Jika dikaitkan dengan
manajemen pelayanan, maka petugas yang satu dengan yang lain harus bersabar
dalam menjalankan tugasnya. Dan jika ada perdebatan maka harus diselesaikan
dengan kesabaran.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan
lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi.
Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja dan disertai dengan
kesabaran, kesengguhan dan keseriusan.
3. Job Analysis
Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepada
umatnya bahwa tiap-tiap orang itu bekerja menurut kemampuannya sendiri-
sendiri. Allah sebagai penguasa semesta mengetahui siapa diantara manusia yang
mengikuti yang hak dan siapa diantara mereka yang mengikuti yang batil, semua
akan diberi keputusan dengan adil, tidak ada seseorangpun yang tidak
19
Syukri Ilyas, 2014, Organisasi Dalam Al-Qur’an, Word Press, diakses pada 28 September 2017
dari https://syukrihaekal03.wordpress.com/tag/organisasi-dalam-perspektif-al-quran.
20
Al-Qur’an, Al-Anfal: 46
memperoleh keputusan dengan adil dari Allah. Sebagaimana firman Allah dalam
Q.S Al-An’am ayat 135 :
        
         
 
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya
akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita)
yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya suatu pekerjaan
akan dianalisis sebagai kegiatan rutin. Sejalan dengan itu, proses analisis selalu
digunakan untuk pengembangan deskripsi dan fungsi jabatan atau penentuan
respons terhadap masing-masing posisi.21
Salah satu tujuan dari adanya dan diperlukannya analisis pekerjaan ini
adalah menciptakan SDM yang handal untuk menghadapi tantangan teknologi
modern, merasakan kenyamanan dalam bekerja, bermartabat dan berkeadilan
didalam suatu perusahaan. Pertama, penggunaan teknologi canggih sekalipun,
seperti mesin-mesin yang serba otomatis, dan komputerisasi, analisis pekerjaan
harus berfikir panjang untuk memenuhi tuntutan pekerjaan itu, seperti
keterampilan dan pelatihan. Kedua, kenyamanan dan suasana kerja akan
menciptakan hasil kerja yang maksimal dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ali
Imran ayat 110 :
      
        
       
 
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”.
Ayat diatas mengandung suatu dorongan kepada kaum mukmin supaya
tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai
semangat yang tinggi. Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang
mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah
kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah SWT.22

21
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada). 2009 hal 10.
22
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada). 2009 hal 114
4. Job Deskription
Pada tahap ini, seorang manajer harus sebisa mungkin membagi seluruh
beban pekerjaan yang telah dirinci menjadi kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan dilakukan perseorangan maupun kelompok. Pada aspek ini,
organisasi harus memiliki job description yang jelas disertai kejelasan struktur
organisasi yang akan dibangun, karena berkaitan dengan penentuan orang-orang
yang akan diserahi tugas dalam melakukan pekerjaan tersebut. Dalam konteks ini,
Allah Swt. sudah memberikan sinyal tentang pentingnya pembagian tugas
(pekerjaan) kepada orang-orang yang sesuai dengan keahliannya.Dalam QS. Az-
Zukhruf: 32 diberikan gambaran berikut:
       
       
        
   
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Ayat ini menjelaskan tentang peran Allah Swt dalam membagi-bagi sarana
penghidupan (pekerjaan, jabatan, dan tanggung jawab) di antara umat manusia
dalam kehidupan dunia, karena mereka tidak dapat melakukannya sendiri-sendiri
tanpa ada saling kerja sama. Bahkan di dalam ayat tersebut Allah Swt telah
menjanjikan akan meninggikan derajat sebagia umat manusia atas yang lain
(karena ilmu, harta benda, kekuatan, dan lain-lain) beberapa derajat, agar dapat
saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena masing-
masing orang pasti saling membutuhkan dalam mencari dan mengatur
kehidupannya23, termasuk dalam konteks ini mengatur jalannya kehidupan roda
suatu organisasi.
Bahkan di dalam ayat tersebut, Allah Swt juga telah menjelaskan akan
pentingnya membentuk struktur organisasi, karena dengan potensi dan kualitas
yang dimiliki oleh sebagian orang, Allah Swt telah menjanjikan posisi dan jabatan
yang layak bagi manusia sesuai dengan kualifikasinya. “kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain”. Oleh karena itu, dalam
konteks berorganisasi, khususnya dalam struktur organisasi, menjadi atasan dan
bawahan merupakan bukti akan janji Allah Swt. terhadap orang-orang yang
memiliki potensi untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kapasitas dan
kredibelitasnya. Sebab, memberikan wewenang dan tanggung jawab pekerjaan
suatu organisasi tidak boleh ditentukan secara asal-asalan, tetapi harus
berdasarkan pertimbangan yang matang dengan proses seleksi yang ketat dan
analisis yang tajam sesuai dengan job analysis dan job description yang telah
ditentukan sebelumnya. Berkali-kali Allah Swt telah mengingatkan akan hal ini
kepada kita (umat manusia) bahwa pekerjaan itu harus diberikan kepada
23
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…………………. (Volume 12), hal. 561
seseorang sesuai dengan keahlian masing-masing, agar pekerjaannya bisa
maksimal.
Berikut penegasan hal ini yang telah difirmankan oleh Allah Swt.:
a. Bekerja harus Sesuai dengan Keahlian Masing-masing:
        
 
Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya
aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, (az-Zumar: 39)
         
 
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing."
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (al-Isra‟: 84)

b. Menyerahkan Pekerjaan kepada Ahlinya agar pekerjaannya Lebih Maksimal


         
         
        
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (an-Nisa‟: 58) Dalam sebuah Hadits dijelaskan
Sesungguhnya Allah mewajibkan (kepada kita) untuk berbuat yang optimal dalam
segala sesuatu….24
Dengan demikian, dalam menerima delegasi wewenang dan tanggung
jawab hendaknya dilakukan dengan optimal dan sungguh-sungguh. Janganlah
pengurus ataupun anggota suatu organisasi melakukan tugas dan wewenangnya
dengan asal-asalan.

c. Pekerjaan harus Dilakukan dengan Amanah dan Tanggung Jawab


       
  
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. al-Anfal ayat 27).
5. Membangun Kordinasi dan Kerjasama
Suatu pekerjaan, terutama beban pekerjaan yang sangat berat, tidak
mungkin dilakukan sendiri tanpa ada koordinasi dengan orang lain. Di sini, suatu
organisasi dituntut untuk memiliki mekanisme kerja sama yang harmonis, toleran,
penuh keadilan dan rasa saling tolong menolong dalam melakukan pekerjaan
ataupun aktifitas organisasi lainnya.
Isyarat ini telah diingatkan oleh Allah Swt. ketika menurunkan firman-Nya
dalam QS. An-Nahl: 90 dan QS. At-Taubah: 71 yang isinya tentang tuntunan

24
Muslim al-Hajaj, Shahih Muslim, juz 10, (Mauqi'u al-Islam Dalam Software Maktabah
Syamilah, 2005), 122, hadits no.3615. Lihat juga al-Thabrani, Mu'jam al-Kabir, juz 6, (Mauqi'u al-
Islam Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005), 427, hadits no. 6970
untuk bekerja sama, saling tolong menolong, selalu berkoordinasi, dan berbuat
keadilan dan kebaikan dalam melakukan pekerjaan apapun.
        
      
  
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan.Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.(QS. an-Nahl ayat 90).
     
     
      
        
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (At-Taubah: 71)
Ayat ini menguraikan tentang pentingnya persatuan, kekompakan, dan
koordinasi dalam melakukan amal-amal soleh (melakukan pekerjaan secara
profesional). Menurut Prof. M. Quraish Shihab dalam ayat ini terkandung pesan
bahwa orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, yang telah menyatu hatinya,
merasa senasib seperjuangan dan sepenanggungan, maka sebagian mereka akan
menjadi penolong bagi sebagian yang lain dalam segala urusan dan kebutuhan
mereka25, termasuk dalam urusan pekerjaan suatu organisasi.
Dalam sebuah Hadits diterangkan bahwa apabila seseorang hanya
mementingkan kepentingan sepihak dan melakukan tugas serta tanggung
jawabnya dengan asal-asalan dan tidak mau berkoordinasi dengan baik maka akan
menyebabkan kehancuran. Di sini telah dicontohkan dengan nyata dalam Hadits
yang menerangkan tentang kekalahan umat Islam dalam perang Uhud
menunjukkan bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan peranan dan
koordinasi dengan baik sebagai bagian dari organisasi perang, maka akibatnya
adalah organisasi tersebut mengalami kekalahan.26 Jadi dalam sebuah organisasi
harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi penyalahgunaan
wewenang. Dalam ayat lain diterangkan:
      
        
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. al-
Anfal: 46)

25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah ……………………….. (Volume 5), hal. 650
26
Abu Abdillah Muhammad ibn Isma'il al-Bukhari, Shahih Bukhari juz 12, (Mauqi'u al-Islam:
dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 437
Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam sebuah organisasi tidak boleh
terdapat percekcokan yang membawa kepada permusuhan yang pada akhirnya
mengakibatkan hancurnya kesatuan.27
6. Membangun Efektifitas
Dalam Islam, secara etimologi al-Fauz berarti kemenangan, keberhasilan,
kesuksesan atau efektif.Sedangkan secara terminology, menurut Ahmad Musthafa
Al Maraghi28 al-Fauz adalah tercapainya suatu tujuan yang paling luhur dan cita-
cita yang sudah tidak ada lagi cita-cita sesudahnya, baik bersifat ruhiyah maupun
jasmaniyah. Sedangkan menurut Ari Ginanjar kemenangan disini hanya akan
dicapai apabila ada sikap proaktif yang disertai dengan prinsip yang benar, dan
konsep visi yang berorientasi pada siklus yang sesungguhnya, yaitu “hari
kemudian”.
Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang membahas tentang al-Fauz, salah
satunya terdapat dalam Q.S Asy-Syams ayat 9-10 :
         
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
Keberuntungan pada ayat ini dimaknai akan diperolehnya apa yang
diharapkannya kelak. Dari penjelasan-penjelasan tersebut, berdasarkan definisi
efektif yang dikemukakan oleh Al Maraghi dan Agustian jika diintegrasikan
kedalam efektivitas organisasi maka dapat disimpulkan bahwa organisasi akan
mencapai tujuannya apabila didukung oleh sikap proaktif dari karyawan yang
disertai dengan kejujuran dan konsep visi yang tidak menyimpang dari ajaran
Islam.
7. Membangun Integritas
Integritas dalam perspektif Islam mengacu pada pencapaian kesejahteraan
yang diridhoi oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qari’ah ayat 6-
7:
         
Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka Dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan.
Dengan demikian, seseorang yang berintegritas berarti tergolong orang
yang beruntung karena dapat memberikan manfaat bagi pihak lain. Baik di
lingkup organisasi maupun di masyarakat luas. Selain itu orang yang berintegritas
berarti tergolong orang yang dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya
baik di dunia hingga ke akhirat. Mengingat begitu pentingnya aspek karyawan
(manusia) di perusahaan / organisas, perlu diingat pula bahwa keistimewaan
manusia telah disinggung dalam Al-Qur’an, yaitu manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna dan diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Apabila karyawan
menyadari segala yang telah diberikan Allah kepadanya dapat dikembangkan
dengan baik, maka sudah pasti karyawan ini akan menjadi sumber daya manusia

27
Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1983), hal. 72
28
Ahmad Musthafa Al-maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Toha Putra, cet. Ke-2, 1993) juz 11.
yang sadar akan tanggung jawabnya baik tanggung jawabnya sebagai hamba
Allah maupun sebagai khalifah di bumi. Dan jika manusia tersebut mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal tentu akan berdaya guna bagi
lingkungan dimana dia berada. Dengan begitu, jika dia berada di organisasi berarti
efektivitas organisasi akan terwujud.
8. Membangun Generasi Unggul
Dalam pandangan Islam segala sesuatu harus dilakukan secara terencana,
dan teratur. Tidak terkecuali dengan proses kegiatan belajar-mengajar yang
merupakan hal yang harus diperhatikan, karena substansi dari pembelajaran
adalah membantu siswa agar mereka dapat belajar secara baik dan maksimal.
Manajemen dalam hal ini berarti mengatur atau mengelola sesuatu hal agar
menjadi baik.
Hal ini sesuai dengan hadits, An-Nawawi yang diriwayatkan dari Ya’la
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam
segala sesuatu.” 29
Dari hadits tersebut dapat penulis ambil suatu dasar bahwasannya
sekolah/madrasah merupakan salah satu tempat untuk mendidik anak bermain,
disiplin dan memperlakukan anak didik sebagai teman dalam proses belajar
mengajar, sehingga mereka nantinya dapat tumbuh sebagai generasi-generasi yang
tangguh.
Dengan demikian manajemen mutu pendidikan merupakan anjuran Islam
dalam rangka mewujudkan genersi unggul yang menjadi tiang kemajuan Islam.
Perwujudan genersi itu membutuhkan perencanaan, pengorganisasian,
pengawasan serta usaha yang sungguh –sungguh dari umat Islam sendiri.
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
         
 
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(Ash-Shaff: 4)
Ayat tersebut menceritakan tentang ketelodoran Sahabat nabi dalam
perang Uhud, karena sebagai pemimpin nabi tidak dianggap perkataannya.
Padahal Rasullah telah mengajarkan pada sahabatnya untuk tidak menyerang
musuh sebelum membariskan pasukannya dengan ‘merapat’. Menurut
pemahaman penulis tentang konsep ‘bangunan; bahwa dalam bangunan terdapat
komponen-komponen yang satu sama lain secara fisik berbeda dan memiliki
fungsi yang berbeda pula.
Dengan fungsi yang berbeda tersebut maka hubungan antar komponen
tersebut saling mendukung, mengayomi, dan tidak saling curiga. Sebagai contoh;
tidak usahlah pintu bangunan ‘iri’ pada atap bangunan yang terletak di atas karena
semua memiliki peran dan fungsi masing- masing jika melanggar maka akan
terjadi kerusakan bangunan sehigga fungsi bangungan sebagai berteduh akan

29
al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad ibn Isma'il, Shahih Bukhari juz 12, Mauqi'u al-Islam:
dalam Software Maktabah Samilah, 2005.
terkurangi (menjadi tidak nyaman, aman, dan indah) bahkan tidak bisa berfungsi
sama sekali.

E. Simpulan
Konsep pengorganisasian diistilahkan dengan at-tandhim, yang juga
berarti menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fungsinya, demikian juga setiap
anggota berada sesuai dengan fungsinya, dan merupakan ikatan dari perorangan
terhadap yang lain, guna melakukan kesatuan tindakan yang tepat, menuju
suksesnya fungsi masing-masing. Rumusan yang dikemukakan oleh Sayyid
Mahmud al-Hawaryini mengandung pengertian organisasi yang kurang lebih
sama dengan pengertian organisasi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen
modern, yaitu suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan kerja sama manusia
(didalamnya) ada struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung jawab
untuk mencapai tujuan bersama.

Daftar Pustaka
al-Baghawi, Abu Muhammad Hasan ibn Mas'ud. (2005). Mu'alim al Tanzil. Dar
Tayyibah lin Nasr: Dalam Software Maktabah Samilah.
al-Farmawi. (1997). al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu’i. Dirasat Manhajiyyah
Mawdhu’iyyah.
al-Hawary, Sayyid Mahmud. (1976). Idarah al-Asas wa al-Ushul al-Ilmiyah. Dar
al-Kutub: Mesir.
al-Maraghi, Ahmad Musthafa. (1993). Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar
Sitanggal, dkk., Semarang: Karya Toha Putra, cet. Ke-2 juz 11.
al-Thabari, Ibn Jarir. (2005). Tafsir Jami' al Bayan fi ta'wil al-Qur'an, Juz 23,
Mauqiu Majma' al Mulk: dalam Software Maktabah Samilah.
Al-Thabrani. (2005). Mu'jam al-Ausath, juz 2. Mauqi'u al-Islam: Dalam Software
Maktabah Syamilah.
al-Qurtubi, Samsyu al-Din. (2005). Jami' al-Bayan li al-Ahkam al-Qur'an, juz 1.
Mauqi'u al-Tafasir: Dalam Software Maktabah Samilah.
Daft, R.L. (2002). Manajemen. (jilid 1 edisi kelima), Terjemahan Emil Salim, dkk.
Jakarta: Erlangga, 2002. (Buku aslinya diterbitkan pada tahun 1988 oleh
Vanderbilt University: Harcourt, Inc).
Departemen Agama RI. (2005). Tafsir Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:
Jumanatul Ali-ART.
Didin Hafiduddin. (2003). Manajemen Syari'ah dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.
Dinn Wahyuddin. (2008). et.all.,Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Fathor Rachman. (2015). Manajemen Organisasi Dan Pengorganisasian Dalam
Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits. Ulûmunâ : Jurnal Studi Keislaman
Vol.1 No.2 ISSN 2442-8566
Husaini Usman. (2008). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
M. Quraish Shihab. (2006). Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟an (Volume 5, 11, 12, 14,). Jakarta: Lentera Hati, cet. IV.
_______________. (1994). Membumikan Al-Quran; Kebenaran Ilmiah Al-Quran.
Mizan, Bandung.
Muslim al-Hajaj. (2005). Shahih Muslim, juz 10. Mauqi'u al-Islam Dalam
Software Maktabah Syamilah.
Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Stoner, James A.F. (1996) Manajemen. (edisi revisi), Terjemahan Alfonsus Sirait.
Jakarta: Erlangga. (Buku aslinya diterbitkan tahun 1982 oleh New York:
Prentice-Hall International Inc).
Syukri Ilyas. (2014). Organisasi Dalam Al-Qur’an, Word Press. diakses pada 28
September 2017 dari https://syukrihaekal03.wordpress.com/tag/organisasi-
dalam-perspektif-al-quran.

Anda mungkin juga menyukai