Soal 1
Misalnya satu perusahaan selaku vendor yang belum PKP melakukan pengadaan barang
kepada salah satu instansi pemerintah dengan nilai tagihan Rp 250.000.000,00.
Hitunglah:
1. PPN
2. PPnBM
3. PPh 22
4. Jumlah bersih yang diterima vendor
Jawab:
1. Vendor tidak ada kewajiban dipungut PPN karena belum PKP meskipun kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dilakukan termasuk Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP).
2. Vendor tidak ada kewajiban dipungut PPnBM karena belum PKP meskipun kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dilakukan termasuk Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP).
3. Jika vendor memiliki NPWP:
PPh pasal 22 = 1,5% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
= 1,5% x Rp250.000.000
= Rp3.750.000
Jika vendor tidak memiliki NPWP (dikenakan tarif 100% lebih tinggi)
PPh pasal 22 = 1,5% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x 200%
= 1,5% x Rp250.000.000 x 200%
= Rp7.500.000
4. Jika vendor memiliki NPWP
Jumlah bersih yang diterima = Rp250.000.000 – Rp3.750.000 = Rp246.250.000
Jika vendor tidak memiliki NPWP:
Jumlah bersih yang diterima = Rp250.000.000 – Rp7.500.000 = Rp242.500.000
Soal 2
Jika anda adalah seseorang PPK dan satker yang anda kelola akan membutuhkan beberapa komputer baru
dengan nilai sebesar Rp120.000.000 maka jelaskan:
Jawab:
Soal 3
Anda adalah seseorang PPK pada sebuah satker di lingkungan Kementerian X. Apa yang anda akan
lakukan ketika menemui masalah sebagai berikut:
Jawab:
1. Jika Penyedia melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan, maka
a. PPK memberikan peringatan kepada penyedia dan memberikan kesempatan bagi penyedia
untuk memperbaiki kontraknya.
b. PPK mengusulkan kepada PA/KPA agar pelanggaran ini bisa dikenakan sanksi ganti
kerugian sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
2. Jika terjadi keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan, maka:
a. PPK menerbitkan surat-surat peringatan atas kegagalan pelaksanaan kontrak.
b. PPK menilai kembali apakah penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan. Apabila penyedia
mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka penyedia diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam kurun waktu 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
c. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dimuat dalam
adendum kontrak yang didalamnya mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan
sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia, dan perpanjangan Jaminan Pelaksanaan.
d. PPK dapat memutuskan kontrak, apabila setelah diberikan kesempatan menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, penyedia tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan.
e. PPK dapat mencairkan jaminan pelaksanaan yang telah ditentukan dalam kontrak.
f. Pelanggaran ini bisa dikenakan sanksi denda keterlambatan. Pengenaan sanksi denda
keterlambatan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh PPK dalam Kontrak sebesar 1‰ (satu
permil) dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan. Dalam
hal ini Nilai Kontrak atau Nilai Bagian Kontrak tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
3. Alasan atas setiap tindakan PPK tersebut yakni agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa tidak
terhambat oleh masalah yang ditimbulkan Penyedia. Apa yang dilakukan PPK diatas adalah guna
mengantisipasi kegagalan kontrak dalam pemenuhan barang/jasa serta untuk menghasilkan
barang/jasa yang tepat dari segi jumlah kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi dan penyedia untuk
setiap uang yang dibelanjakan.