Anda di halaman 1dari 5

ATURAN ARITMETIKA MATRIKS, MATRIKS ELEMENTER

DAN METODE MENCARI Aˉ¹

Disusun Oleh :
Kelompok IV

Eka Kusuma Ning Intan


Anisa Dewi Safitri
Olce Valencia Adi

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Aturan Aritmetika Matriks
1. Sifat operasi matriks untuk bilangan real a dan b, selalu berlaku ab
= ba yang disebut hukum komutatif perkalian (commutative law
for multiplicaton). Tetapi untuk matriks AB dan BA tidak selalu
setara. Kesetaraan tidak terjadi karena tiga alasan : Kemungkinan
pertama, hasil kali AB dapat di definisikan tetapi BA tidak dapat di
definidikan. Sebagai contoh, jika A adalah matrik 2 x 3 dan B
adalah matriks 3 x 4. Mungkin pula terjadi bahwa AB dan BA
keduanya dapat didefinisikan tetapi memiliki ukuran yang berbeda.
Ini terjadi jika matriks A adalah matriks 2 x 3 dan B adalah matriks
3 x 2.

Contoh : AB dan BA tidak selalu setara


Perhatikan matriks-matriks berikut :

A = -3 2 B= 1 3
5 3 4 0

Dengan mengalikan keduanya akan diperoleh :

AB = 5 -9 BA = 12 11
17 15 -12 8

Jadi, AB ≠ BA
Meskipun hukum komutatif perkalian tidak berlaku dalam aritmetika
matriks, banyak hukum-hukum aritmetika lain yang berlaku untuk matriks.

2. Sifat – sifat Aritmetika Matriks


Dengan mengasumsikan bahwa ukuran matriks sedemikian
rupa hingga operasi-operasi yang disebutkan dapat dilakukan,
aturan-aturan aritmetika matriks berikut ini berlaku :

i. A + B = B + A ( Hukum komutatif penjumlahan)


ii. A + ( B + C) = (A + B) + C ( Hukum Asosiatif
penjumlahan)
iii. A (BC) = (AB)C ( Hukum Asosiatif perkalian)
iv. A (B + C) = AB + AC ( Hukum distributif kiri)
v. (B + C)A = BA + CA ( Hukum distributif kanan)
vi. A(B – C) = AB – AC
vii. (B – C)A = BA – CA
viii. A(B + C) = aB + Ac
ix. A(B - C) = aB - Ac
x. (a + b) C = aC + bC
xi. (a - b) C = aC – bC
xii. a (bC) = (ab)C
xiii. a (BC) = (aB) = B(aC)

Contoh : Sebagai sebuah ilustrasi hukum asosiatif pada


perkalian matriks, perhTIKn matriks-matriks berikut :
1 6 4 2 2 4
A= 3 2 , B= 5 1 , C= 1 2
0 2

Maka, 1 6 34 8 4 2 2 4
AB = 3 2 4 2 = 22 8 dan BC = 5 1 1 2
0 2 5 1 10 2

= 10 20
11 22

34 8 76 152
(AB)C = 22 8 2 4 = 52 104
10 2 1 2 22 44

Dan
1 6 76 152
A(BC) = 3 2 10 20 = 52 104
0 2 11 22 22 44

Sehingga (AB) = ( BC), sehingga dinyatakan pada sifat – sifat aritmetika


matriks di atas.
B. Matriks Elementar

Matriks Elementer adalah sebuah matriks n x n yang diperoleh dengan


melakukan sebuah operasi baris elementer terhadap matriks identitas n x n.
Operasi baris elementer terhadap sebuah matriks Aₙₓₙ menghasilkan matriks
yang sama dengan perkalian kiri matriks A dengan matriks elementer yang
bersesuaian dengan operasi baris tersebut.

Contoh : Operasi baris elementer “ Jumlahkan -3 kali baris pertama pada


ketiga” dari matriks A = 1 -2 menghasilkan matriks 1 -2
3 5 0 11.
Matriks elementer yang bersesuaian dengan baris “ Jumlahkan -3 kali baris
pertama pada baris ketiga” adalah E = 1 0
-3 1, sehingga diperoleh

EA = 1 0 1 -2 = 1 -2
-3 1 3 5 0 11

C. METODE MATRIKS Aˉ¹


Diberikan sebuah matriks A yang non singular. Invers dari A dapat
ditemukan dengan memperluas matriks A dengan matriks I, kemudian
menerapkan serangkaian operasi baris elementer terhadap A | I sampai
diperoleh I | Aˉ¹

1 2 3
Contoh : Tentukan Invers dari A = 2 5 3
1 0 8

Jawab : 1 2 3 1 0 0 2 -2 1 1 2 3 1 0 0
2 5 3 0 1 0 3 - 1 0 1 -3 -2 1 0
1 0 8 0 0 1 0 -2 5 -1 0 1

3 +2 2 1 2 3 1 0 0
0 1 -3 -2 1 0
0 0 -1 -5 2 1
1 2 3 1 0 0
- 3 0 1 -3 -2 1 0
0 0 1 5 -2 -1

2 +3 3 1 2 0 -14 6 3
1 -3 3 0 1 0 13 -5 -3
0 0 1 5 - 2 -1

1 -2 2 1 0 0 -40 16 9
0 1 0 13 -5 -3
0 0 1 5 -2 -1

Sehingga diperoleh : Aˉ¹ = -40 16 9


13 -5 -3
5 -2 -1

Anda mungkin juga menyukai