MPI 6A
DOSEN PENGAMPU:
BATUSANGKAR
2021
b. Metode
Karena tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pendidikan moral,
maka metode yang sebaiknya dipakai ialah:
1) Pemberian contoh dan teladan,
2) Nasihat,
3) Tuntunan dalam menyelesaikan persoalan,
4) Kerjasama dengan lingkungan,
5) kerjasama dengan pendidik lainnya,
6) Tanya jawab dalam hal intelektual.
7) Kualitas Pendidik Agama
Menurut Harun Nasution ada beberapa syarat-syarat yang perlu bagi
pendidik agama antar lain:
1) Menjadi teladan,
2) Menguasai ilmu pengetahuan,
3) Mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama selalin
pengetahuan yang menjadi jurusan,
Jadi, Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang
untuk membantu seorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup.
Istilah islam dapat dimaknai sebagai islam wahyu. Islam wahyu meliputi
Al-Qur’an hadis-hadis Nabi Yusuf al- Qardhawy memberikan pengertian bahwa,
pendidikan islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Menurut Prof. Dr. Jalaluddin yang di kutip oleh Akmal Hawi, pendidikan
Islam yaitu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara
optimal agar dapat menjadi pengabdi Allah yang setia, berdasarkan dan dengan
pertimbangan latar belakang perbedaan individu, tingkat usaha, jenis kelamin, dan
lingkungan masing-masing
1. Mengubah orientasi dan focus pengajaran agama yang semula berpusat pada
pemberian pengetahuan agama dalam arti memahami dan menghafal ajaran
agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada
pengalaman dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup
sesuai dengan agama.
2. Melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
dengan penekanan utamanya pada pengamalan agama dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Meningkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan dan pengawasan yang
diberikan oleh orang tuanya di rumah.
4. Melaksanakan tradisi keislaman yang didasarkan pada al Qur’an dan al sunnah
yang disertai dengan penghayatan dan pesan moral yang terkandung di
dalamnya.
5. Pembinaan sikap keagamaan melalui media informasi dan komunikasi.
2. Pengertian madrasah
Pengertian "madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan
tempat" (zharaf makan) dari akar kata "darasa". Secara harfiah "madrasah"
diartikan sebagai "tempat belajar para pelajar", atau "tempat untuk
memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata
"midras" yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar";
kata "al-midras" juga diartikan sebagai "rumah untuk mempelajari kitab
Taurat". Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata "madrasah"
memiliki arti "sekolah" kendati pada mulanya kata "sekolah" itu sendiri
bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu
school atau scola.
Pengertian madrasah menurut Peraturan Menteri Agama RI No.1
Tahun 1946 dan Peraturan Menteri Agama RI No.7 Tahun 1950,
madrasah mengandung makna: (a) Tempat pendidikan yang diatur sebagai
sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam,
menjadi pokok pengajaran, (b) Pondok dan Pesantren yang memberi
pendidikan setingkat dengan madrasah.
1. Tujuan Umum:
Membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-
ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupannya serta menjadikan sebagian orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan negara.
2. Tujuan Khusus:
a. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan ketrampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang
ber-Pancasila.
b. Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia selaku kader-kader ulama
dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah dan teguh dalam menjalankan
syariat Islam secara utuh dan dinamis.
c. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya dan
bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
d. Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga yang cakap dalam berbagai
sektor pembangunan mental spiritual.
e. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat bangsanya.
Dengan demikian tujuan pendidikan dipesantren dan madrasah dapat
dipahami dari fungsi yang diembannya, yaitu sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam. Dan dari sinilah dapat diketahui bahwa tujuan
pendidikan pesantren dan madrasah sesungguhnya tidak hanya
semata-mata bersifat keagamaan, akan tetapi mempunyai relevansi pula
dengan kehidupan nyata dan berkembang dalam masyarakat.
Memperhatikan tujuan tersebut di atas, maka tujuan pendidikan
pesantren dan madrasah dapat diidentikkan dengan tujuan pendidikan
Islam, yakni, pendidikan keseimbangan antara kepentingan dunia dan
kepentingan akhirat, yaitu memperdalam pengetahuan agama Islam,
membangun dan mengembangkan kepribadian muslim agar selalu taat
dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT di setiap kondisi,
dan melaksanakan dakwah Islamiyah.
2. Organizing
Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu
penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang
ada dalam organisasi.Organizing dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan
aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan
tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
terciptanya aktivitas-aktivitas yang berguna dan berhasil dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pengorganisasian terdiri dari :
a. Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang efisien.
b. Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara
teratur.
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d. Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
e. Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari
sumber-sumber lain yang diperlukan.
3. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen yang berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha
agar petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
4. Directing
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan
dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan tersebut, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Directing merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya
agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi
dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar
dapat efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan.
5. Leading
Leading adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi 5 macam
kegiatan, yaitu :
a. Mengambil keputusan
b. Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan
bawahan
c. Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
bertindak
d. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
e. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Coordinating
Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang
terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha
yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud, antara lain :
a. Dengan memberi instruksi
b. Dengan memberi perintah
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan yang dapat memberi penjelasan-
penjelasan
d. Memberi bimbingan atau nasihat
e. Mengadakan coaching
f. Bila perlu memberi teguran.
7. Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada
bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang
dikehendaki oleh atasan tersebut.
8. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu
fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah
digariskan.
9. Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa
penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan
mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada
pejabat yang lebih tinggi baik secara lisan maupun secara tulisan.
10. Forecasting
Forecasting adalah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau
mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi
sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.
Misalnya, suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar
belajar di akademi tersebut. Ramalan tersebut menggunakan indikator-
indikator, seperti jumlah lulusan SLTA dan lain sebagainya.
2. Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan
akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
3. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara
sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk,
pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki
kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses
manajemen.
4. Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional
semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana
untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
A. Kepemimpinan Transformasional
Perta Mc Gregor Burns, seorang ahli kepemimpinan Menurut Burns,
kepemimpinan dapat dilihat ketika para pemimpin dan pengiikut membuat satu
sama lain untuk maju ketingkat yang lebih tinggi moral dan motivasi. Melalui
kekuatan visi dan kepribadian sang pemimpin, mereka mampu menginspirasi para
pengikutnya untuk bekerja bersama bersama.
Kepemimpinan Transformasional adalah pendekatan
kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan
semangat, dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan
usaha esktra dalam mencapai tujuan organisasi tanpa tertekan atau ditekan.
B. Sifat-sifatPemimpinTransformasional
Pertama, sifat-sifat karismatik yaitu: gabungan ciri- ciri dan tingkah laku
unggul pemimpin. Sifat karismatik, merupakan salah satu sifat terpenting
dalam transformasi diartikan sebagai, ciri pribadi luar biasa yang dianugerahkan
pada seseorang individu yang menyebabkan beliau berbeda daripada orang biasa.
Kharismatik merupakan ciri-ciri unggul dan tingkah laku unggul pemimpin
seperti sanggup berkorban demi organisasi, menunjukkan keyakinan dan
kewibawaan, berpegang kuat pada nilai-nilai organisasi dan menekankan kepada
pentingnya mempunyai misi bersama.
Kepemimpinan karismatik dikatakan sensitif kepada keperluan bawahan,
menjelaskan arah masa depan organisasi yang hendak dicapai, suka bertukar ide-
ide dengan bawahan, suka memberi inspirasi, setia menanggung resiko, senantiasa
mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan organisasi dan senantiasa
dilihat sebagai pemimpin yang berinovasi. Pemimpin karismatik tidak
hanya melaksanakan tugas harian, tetapi sebagai agen perubahan yang
radikal dalam organisasi. Pemimpin ini senantiasa memperlihatkan tindakan
inovatif dan terpuji yang dapat dijadikan teladan oleh para bawahan.
Kedua, sifat-sifat kekuatan membangkitkan inspirasi yaitu: dimana
pemimpin mencetuskan ilham para bawahan dengan memberi perangsang dan
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai secara menarik dan meyakinkan. Ini akan
membangkitkan rasa ingin berusaha dengan lebih gigih untuk mencapai prestasi
tinggi yang melampaui harapan. Pemimpin mempunyai sikap tanggung
jawab yang tinggi dan suka menolong bawahan yang berada dalam kesulitan. Para
bawahan menyenangi pemimpin mereka dengan dan besar dengan
organisasinya.
Ketiga, kemahiran merangsang intelektual para bawahan secara aktif
dengan memberi dorongan kepada para bawahan supaya mengkaji dan menilai
keadaan lama, mengikut persfektif yang baru. Pemimpin senantiasa mengajak para
bawahan membuat keputusan dengan bukti-bukti yang konkrit serata meyakinkan
para bawahan tentang perlunya bekerja sebagai satu kelompok dan bukan secara
individu untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin transformasi gemar mengamalkan komunikasi dan interaksi
dua arah sebagai cara untuk mengajak pemikiran pengikut untuk menyelesaikan
sesuatu masalah yang kompleks dan sukar. Ini menyebabkan pengikut-
pengikutnya mampu menyelesaikan masalah dengan lebih dan lebih berhasil; dan
Keempat bersifat tenggang rasa secara individu, yaitu memberi perhatian secara
individu denan memberi penekanan kepada puncak-puncak keperluan yang dapat
menimbulkan kepuasan kepada pengikut-pengikut. Pemimpin senantiasa
mendengar, berbincang serta menolong menyelesaikan masalah dan perkara
yang bersifat pribadi.
C. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional
Ciri pertama seorang pemimpin transforasmasional adalah memiliki visi.
Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistis
tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika semua tujuan dan sasarannya
telah tercapai. Inilah yang menegaskan bahwa pemimpin transformasional adalah
pemimpin yang mendasarkan dirinya pada cita-cita di masa depan, terlepas apakah
visinya itu visioner dalam arti di akui oleh semua orang sebagai visi yang hebat dan
mendasar.
Seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi
sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf
sehingga para staf mempunyai rasa memiliki dan komitmen dalam pelaksanaannya.
Sergiovani berargumentasi bahwa: Makna simbolis tindakan seorang pemimpin
transformasional adalah lebih penting dari pada tindakan aktual. “Nilai-nilai dasar
yang terpenting dan di junjung tinggi pemimpin adalah segala-galanya dan
dapat dijadikan rujukan untuk dijadikan nilai-nilai dasar organisasi (basic values)
yang di junjung oleh seluruh staf” (Sergiovani,
2. Intellectually stimulating
Melalui gaya kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin atau
kepala sekolah akan menstimulasi ide- ide cemerlang yang inovativ
dari pengikutnya. Pemimpin juga akan mengajak pengikutnya untuk
menjadi lebih kreativ dan professional untuk menyelesaikan tangggung
jawabnya.
3. Individually considerate
Seorang pemimpin atau kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan
transformasional peka terhadap keragaman dan perbedaan yang terdapat
pada setiap individu. Maka pemimpin ini akan memimpin, membina dan
mengayomi pengikutnya dengan cara yang berbeda terhadap setiap
individu. Hal ini dikarenakan pemimpin memahami bahwa
setiap individu adalah unik dan membutuhkan pendekatan yang
beragam. Oleh sebab itu, timbul rasa saling menghormati antara
pemimpin dan pengikutnya.
A. Pengertian Kemitraan/Hubungan
Secara etimologis, kata atau istilah kemitraan adalah kata turunan dari
kata dasar mitra. Mitra, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya
teman, sahabat, kawan kerja. Kemitraan diartikan sebagai hubungan
kooperatif antara orang atau kelompok orang yang sepakat untuk berbagi
tanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan.
Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam modul
pemberdayaan Komite Sekolah menjelaskan bahwa yang dimaksud
kemitraan dalam konteks hubungan resiprokal antara sekolah dan
masyarakat kemitraan bukan sekedar sekumpulan aturan main yang
tertulis dan formal atau suatu kontrak kerja melainkan lebih menunjukkan
perilaku hubungan yang bersifat intim antara dua pihak atau lebih dimana
masing-masing pihak saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Dari definisi-definisi diatas kita bisa mengetahui bahwa hakikat
kemitraan adalah adanya keinginan untuk berbagi tanggung jawab yang
diwujudkan melalui perilaku hubungan dimana semua pihak yang terlibat
saling bantu-membantu untuk mencapai tujuan bersama. Masing-masing
pihak yang bermitra memiliki posisi dan tanggung jawab yang sama.
Hubungan atasan-bawahan tidak berlaku dalam konteks kemitraan.
Masing-masing menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan tugas dan
batas-batas wewenang yang dimiliki.
A. Sertifikasi Guru
1. Pengertian Sertifikasi Guru
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga professional. Sertifikasi guru adalah proses pemberian
sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat
yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai
bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru
sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru sehingga ke
depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.
Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia
segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan Semakin meningkat kualitas
dan profesionalitas seorang guru, semakin baik pula kualitas negara tersebut.
Mulyasa (2009: 17-22) bahwa sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan
guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan
pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
B. Tujuan Akreditasi
diperlukan,
1. Objektif
2. Komprehensif
3. Adil
swasta.
Sekolah/Madrasah harus dilayani sesuai demgan kriteria
4. Transparan
yang memerlukannya.
5. Akuntabilitas
ditetapkan.
1. Standar Isi
2. Standar Proses