AY PANTI
ASA WILASA
N M“Dr. E DCIPTO”
I K A SEMARANG
GMIM
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014 Medika Foundation
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Gereja Masehi Injili di Minahasa
Kep. KEMENKES Hukum & HAM No. : AHU-6426.AH.01.04.Tahun 2012 Tanggal 12 Oktober 2012
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
4. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Komite
Keselamatan Pasien RS Edisi 2, Jakarta tahun 2008;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : AMURANG
Pada tanggal :
DIREKTUR
RSU GMIM KALOORAN AMURANG
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
e. Setiap indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus
selama setahun dan tidak bermanfaat untuk melakukan perbaikan karena
sudah tidak ada lagiyang perlu diperbaiki maka indikator tersebut diganti
dengan indikator mutu baru.
f. Direktur RS dan Komite PMKP serta Tim Akreditasi rumah sakit
melakukan supervisi terhadap proses pengumpulan data dan melakukan
rapat hasil supervisi dengan unit.
g. Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) bersama dengan komite medis dan
KSM memilih dan menetapkan 5 (lima) panduan praktik klinis (PPK), alur
klinis (Clinical Pathway) dan atau protocol klinis, dan atau prosedur
yang dipergunakan untuk pengukuran mutu prioritas RS dengan mengacu
pada panduan praktik klinis dan alur klinis yang sudah diterapkan oleh
KSM di unit pelayanan.
h. Evaluasi PPK dapat dilakukan melalui audit medis atau audit klinis untuk
menilai efektivitas penerapannya dan dpaat dibuktikan bahwa penggunaan
PPK dan Alur Klinis (CP) mengurangi variasi proses dan hasil Indikator area
Klinis (IAK), Indikator Mutu Area Manajemen (IAM), Indikator Sasaran
Keselamatan Pasien (ISKP), dapat digunakan sebagai indikator audit
medis dan atau audit klinis.
i. Semua unit pelayanan dan unit kerja memilih indikator yang terkait dengan
prioritas unit dengan mengacu kepada : prioritas RS, menggunakan
indikator mutu yan tercantum dalam standar pelayanan minimal, fokus
mengukur hal –hal yang ingin diperbaiki, pelayanan yang dikontrakan (bilaada),
koordinasi dengan komite medis dalam evaluasi PPK dan evaluasi kinerja
dokter menggunakan indikator mutu.
j. Pemilihan indikator mutu unit dilakukan oleh kepala instalasi dan kepala
ruangan dengan melibatkan Komite PMKP dan Tim Akreditasi sehingga
indikator yang dipilih valid, reliable, sensitif dan spesifik. Indikator mutu di
unit pelayanan meliputi Indikator Area Klinis (IAK), Indikator Mutu Area
Manajemen (IAM), Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (ISKP), Indikator
mutu unit kerja (non pelayanan), minimal meliputi indikator area
manajemen.
k. RSU GMIM Kalooran Amurang melakukan pengumpulan data dan informasi
untuk mendukung asuhan pasien, manajemen rumah sakit, pengkajian
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
1/4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 136/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Kebijakan Keselamatan Pasien Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
5. MANAJEMEN RISIKO
a. Direktur RSU GMIM Kalooran Amurang menerapkan kerangka acuan
manajemen resiko setiap tahun dengan program manajemen resiko
berkelanjutan untuk melakukan identifikasi dan mengurnagi KTD dan
mengurangi resiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
b. RSU GMIM Kalooran Amurang melakukan pendekatan proaktif untuk
manajemen resiko dengan adanya program manajemen resiko yang
mencakup : identifikasi resiko, prioritas resiko, pelaporan resiko,
manajemen resiko, investigasi kejadian tidak diharapkan (KTD) dan
manajemen terkait tuntutan (klaim).
c. RSU GMIM Kalooran Amurang melaksanakan dan mendokumentasikan
penggunaan alat pengurangan terjadinya resiko dan proaktif terhadap
pencegahan kemungkinan resiko dalam suatu proses serta dari hasil analisis
pimpinan membuat rancang ulang dari proses yang mengandung resiko.
d. RSU GMIM Kalooran Amurang membuat daftar resiko dengan ruang
lingkup manajemen resiko meliputi :pasien, staf medis, tenaga kesehatan dan
tenaga lainnya yang bekerja di RS, fasilitas RS, lingkungan RS serta
membuat langkah strategis mengurangi resiko.
e. Dalam menerapkan manajemen resiko RSUD Anugerah Tomohon melakukan
analisis proaktif terhadap proses kritis dan beresiko tinggi dengan
menggunakan Failure Mode Effect Analysis (FMEA).
Amurang,
Direktur,
1/4
dr.Ellaine M. C. Wenur , M.Kes