Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH SHOLAT IDUL ADHA

  ِّ‫هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أك بر هللا أك بر اَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ َرب‬
ِ ‫ْال َعالَ ِم ْينَ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُوْ بُ اِلَ ْي ِه َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر اَ ْنفُ ِسنَا َو َسيِّئَا‬
‫ت اَ ْع َمالِنَا َم ْن‬
‫ اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن‬.ُ‫ي لَه‬
َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬
ِ ‫يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬
َّ ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َوال‬
‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َءالِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َع هُ اِلَى يَ وْ ِم‬
‫ال هللاُ تَ َع الَى فِى‬ َ َ‫ ق‬. َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َو هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح وْ ن‬ ِ ْ‫ اُو‬: ِ‫اعبَا َد هللا‬ ِ َ‫ فَي‬:‫ اَ َّما بَ ْع ُد‬.‫ال ِّدي ِْن‬
َّ ‫ يَااَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬:‫ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Di tengah situasi pandemi saat ini kita harus memiliki hubungan sosial yang
baik dengan keluarga, saudara, tetangga maupun karib kerabat lainnya.
Sebagai makhluk sosial, manusia harus hidup bermasyarakat dengan saling
memberi manfaat antara satu dengan lainnya. Jika tidak, maka kita akan
ditimpa kehinaan dan keresahan dimana pun kita berada. Hal ini ditegaskan
dalam firman Allah :

۟
ِ َّ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ٱل ِّذلَّةُ أَي َْن َما ثُقِفُ ٓوا إِاَّل بِ َحب ٍْل ِّم َن ٱهَّلل ِ َو َحب ٍْل ِّم َن ٱلن‬
‫اس‬ ْ َ‫ُرب‬
ِ ‫ض‬
"Mereka ditimpa kehinaan dimana saja berada, kecuali jika mereka menjalin
hubungan baik kepada Allah dan menjalin hubungan baik kepada manusia
(QS. Ali-Imran : 112)

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk sosial yang harus bergaul dan
bermasyarakat, hidup berdampingan dengan sesama, bahu membahu, tolong
menolong dan bahkan saling mensejahterakan.

Nam Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah..

Pada kenyataannya hal ini berbeda jauh dengan kenyataan alias, jauh
panggang dari api. Masyarakat tampak semakin individualistik, egois,
materialistis, cuek dan bahkan opportunis. Dekat bila memerlukan dan
menjauh ketika tidak membutuhkan, na’udzubillah min dzaalik! Di tengah
pandemi Covid-19 ini, masyarakat merasakan dampak sosial dan ekonomi
yang dahsyat. KDRT meningkat, kriminalitas merajalela, dan keuangan pun
sangat bermasalah. Jangankan beli paket data untuk anaknya yang sekolah
online, untuk makan keseharian pun mereka kepayahan. Banyak juga anggota
keluarga, karib kerabat dan tetangga kita dirundung kesusahan, dan serba
sendirian menghadapi cobaan. Al-hasil, kita pun merasa hidup terasing di
tengah kerumunan banyak orang. Sungguh memprihatinkan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah


Di tengah kehidupan bermasyarakat dibutuhkan kelekatan sosial yang bisa
saling mengisi, berbagi dan melengkapi satu sama lain. Berdiri sama tinggi,
duduk sama rendah, cepat kaki, ringan tangan, ringan sama dijinjing berat
sama dipikul adalah pribahasa-pribahasa yang menggambarkan pentingnya
kelekatan sosial. Dalam Islam, kelekatan sosial ini dikenal dengan kata qaraba
(dekat) yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi akrab, karib
dan kerabat yang menunjukkan kedekatan yang istimewa. Seperti termaktub
dalam QS An-Nahl ayat 90,

‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى‬ ْ


ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat”.

Menurut Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy-Syaukani dalam Kitab Fath
al-Qadir hal. 798, ayat ini mengandung petunjuk tentang wajibnya seseorang
untuk memberi bantuan kepada kerabatnya sebagaimana Allah SWT
menyuruh untuk menegakkan keadilan dan berbuat kebajikan. Untuk
menciptakan kelekatan sosial ini, ibadah kurban menjadi sarana ampuh
untuk mewujudkannya baik untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub
ilallah) maupun  kedekatan kepada manusia (taqarub ilannas). Sehingga
ibadah kurban mengandung dua dimensi yakni dimensi spiritual-
transendental sebagai konsekwensi dari kepatuhan kepada Allah dan dimensi
sosial humanis yang nampak dalam pola pendistribusian hewan kurban untuk
mereka yang berhak (mustahiq). Sementara untuk mewujudkan kelekatan
sosial melalui ibadah kurban ini, ada tiga hal yang dapat dilakukan yakni
pertama peduli sesama dalam bentuk berbagi daging qurban, kedua 
memberikan pesan dan harapan yang tinggi dengan menyebarkan syiar Islam
dan ajakan untuk berkurban, dan ketiga memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dan berkontribusi melalui sinergi kepanitiaan dan partisipasi
aktif dalam meraih pahala dan fadhilah kurban.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol pendekatan spiritual


seorang hamba kepada Tuhannya dan sekaligus pendekatan sosial
kemanusiaan dengan sesamanya. Pemaknaan seperti inilah yang memberikan
spirit dari esensi yang akan menemukan relevansinya dengan kondisi yang
sulit seperti sekarang ini. Secara sosiologis antropologis, ketaatan dan
ketulusan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk mengurbankan
anaknya merupakan simbol keteladanan sosial paling tinggi walaupun
akhirnya Nabi Ismail as diganti dengan hewan sembelihan. Penggantian
kurban manusia dengan hewan ini sendiri merupakan apresiasi dan
aktualisasi janji Allah untuk memberi balasan yang terbaik pada orang yang
bertakwa dan berbuat baik.
Allah berfirman:  

َ ِ‫ َك ٰ َذل‬. ‫ َس ٰلَ ٌم َعلَ ٰ ٓى إِب ٰ َْر ِهي َم‬. ‫ين‬


‫ك‬ ِ ‫ َوتَ َر ْكنَا َعلَ ْي ِه فِى ٱلْ َء‬. ‫ْح َع ِظ ٍيم‬
َ ‫اخ ِر‬ ٰ
ٍ ‫َوفَ َد ْينَهُ بِ ِذب‬
َ ِ‫إِنَّ ۥهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا ْٱل ُم ْؤ ِمن‬. ‫ين‬
‫ين‬ َ ِ‫نَجْ ِزى ْٱل ُمحْ ِسن‬
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman". (QS. As-
Shaffat: 107-111)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Dalam perspektif lain, ibadah kurban juga menegaskan bahwa ajaran Islam
ingin menyelamatkan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia
dan kemanusiaan. Ibadah kurban juga bertujuan menghilangkan sifat buruk
binatang yang terkadang muncul pada manusia diganti dengan sifat saling
menyayangi dengan wujud saling berbagi. Dalam konteks ini, ibadah kurban
menjadi simbol perlawanan terhadap stan dan hawa nafsu (sifat-sifat
kebinatangan), yang hadir lewat sikap menzalimi demi menghalalkan segala
cara. Nilai-nilai yang dapat disikapi dari ritual kurban, yaitu pembelajaran
ketika Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor hewan, tersirat makna
agar manusia tidak lagi menginjak-injak harkat dan derajat manusia dan
kemanusiaan.

Ulama besar Imam Al Ghazali mengatakan bahwa penyembelihan hewan


kurban menyimbolkan penyembelihan sifat kehewanan manusia. Oleh karena
itu, qurban semestinya bisa pula mempertajam kepekaan dan tanggung jawab
sosial Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk berkurban
diharapkan timbul rasa kebersamaan di masyarakat. Sebagai sebuah simbol,
perintah kurban haruslah bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih
luas. Ibadah kurban tidak akan menemui esensinya jika hanya dipahami
sebagai ibadah ritual tahunan saat menjelang Idul adha saja tanpa
menumbuhkan semangat rela berkorban untuk mensyiarkan agama Allah.

Sehingga apapun bentuknya, sebuah pengorbanan, baik berupa harta, ilmu,


pikiran dan tenaga yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain jika
dilakukan dengan kesungguhan hati dan keikhlasan semata karena Allah
dapat mengantarkan seseorang menjadi lebih dekat kepada Tuhannya. Ibadah
kurban tidak hanya dituntut untuk menjaga ketaatan secara individual
kepada Allah, tetapi juga dituntut menghadirkan kemanfaatan bagi sesama.
Rasulullah saw bersabda :

‫خيرالناس انفعهم للناس‬


“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi
orang lain.” (HR. Bukhari)
‫‪Semoga kurban di tengah pandemi ini, memberikan pelajaran berharga untuk‬‬
‫‪kita semua. Mari maksimalkan syiar kurban di lingkungan kita dan rajutlah‬‬
‫‪jala ukhuwah dengan saling mengakrabkan satu dengan lainnya. Dengan‬‬
‫‪keakraban dan kelekatan sosial inilah kita bisa saling tolong menolong dan‬‬
‫‪meringankan beban penderitaan kita. Kiranya kita tetap dalam lindungan‬‬
‫‪Allah agar terhindar dari virus Corona. Amin ya rabbal alamin‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر‬ ‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ .‬ونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِم َن اآليَ ا ِ‬ ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ رْ ِ‬ ‫ار َ‬ ‫بَ َ‬
‫اس تَ ْغفِر ُْوا اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر‬
‫الس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪ .‬فَ ْ‬ ‫ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬وتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِ َ‬
‫الوتَ هُ اِنّهُ هُ َو َّ‬
‫ال َّر ِحيْم‬
‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫ان هللا بُ ْك َرةً َو‬ ‫لح ْم ُد هللِ َكثِ ْي رًا َو ُس ب َْح َ‬ ‫هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×4‬هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْا َ‬
‫الش ْك ُر لَ هُ‬ ‫لى اِحْ َس انِ ِه َو ُّ‬ ‫لح ْم ُد ‪  ‬اَ ْل َح ْم ُد هللِ َع َ‬ ‫أَصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ هللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َوهللِ ْا َ‬
‫ْك لَ هُ َواَ ْش هَ ُد اَ َّن َس يِّ َدنَا‬ ‫َعل َى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬واَ ْش هَ ُد اَ ْن الَ اِلَ هَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري َ‬
‫ص لِّ َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه‬ ‫ض َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫لى ِر ْ‬ ‫اعى اِ َ‬ ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ ال َّد ِ‬
‫َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْس لِ ْي ًما ِك ث ْيرًا‪ .‬اَ َّما بَ ْع ُد‪ .‬فَي ا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنتَهُ ْوا َع َّما‬
‫نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا اَ َّن هللاّ اَ َم َر ُك ْم بِا َ ْم ٍر بَ َدأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ ا َل تَع اَلَى اِ َّن‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َس لِّ ُم ْوا تَ ْس لِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫لى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬ ‫هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ ي َ‬
‫ك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َ‬
‫الص َحابَ ِة‬ ‫رو ُع ْث َم ان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة َّ‬ ‫َّاش ِدي َْن اَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َم َ‬ ‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫َوارْ َ‬
‫ك يَا‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَ ابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِاِحْ َس ا ٍن اِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬
‫ت اَالَحْ ي آ ُء ِم ْنهُ ْم‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫َّاح ِمي َْن‪ .‬اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫اَرْ َح َم الر ِ‬
‫ك‬ ‫ص رْ ِعبَ ا َد َ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْن ُ‬ ‫الش رْ َ‬‫ت اللهُ َّم اَ ِع َّز ْا ِال ْس الَ َم َو ْال ُم ْس لِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ِّ‬ ‫َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ اَ ْع َدا َءال ِّدي ِْن َوا ْع ِل‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬
‫لوبَ ا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َو ُس ْو َء ْالفِ ْتنَ ِة‬ ‫ك اِلَى يَ ْو َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ‬ ‫َكلِ َماتِ َ‬
‫خآص ةً َو َس ائِ ِر ْالب ُْل َدا ِن ْال ُم ْس لِ ِمي َْن‬ ‫َّ‬ ‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْس يَّا‬ ‫َو ْال ِم َح َن َما َ‬
‫ار‪.‬‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َس نَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َس نَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اس ِري َْن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! اِ َّن هللاَ‬ ‫لخ ِ‬‫اواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِ رْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ‬ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َس نَ َ‬‫َربَّنَا َ‬
‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم‬ ‫يَأْ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِالحْ َسا ِن َوإِيْتآ ِء ِذى ْالقُرْ َ‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َعل‬

Anda mungkin juga menyukai