DISUSUN OLEH:
MUJIBUSSALIM 1804107010037
Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan Geofisika. Laporan ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan
sebagai referensi tambahan dalam belajar tentang pemodelan geofisika. Makalah ini
dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahami
pemodelan geofisika secara lebih lanjut. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada
semua pihak yang namanya tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan laporan ini. Segala
upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan laporan ini, namun tidak mustahil apabila
dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnaan
laporan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang pemodelan geofisika. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita
semua.
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Bumi merupakan suatu planet yang memiliki komposisi batuan yang berbeda-
beda. Batuan-batuan tersebut tersebar diseluruh kerak bumi yang memiliki karakteristik
sangat keras. Tentunya, berbagai jenis batuan akan memiliki sifat yang berbeda-beda.
Dengan pengukuran geolistrik, variasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan yang
berasosiasi dengan keberadaan benda-benda megalitik di situs purbakala dapat diketahui.
Metode geolistrik merupakan metode yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi
dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan bumi. Hal ini meliputi pengukuran
potensial dan pengukuran arus yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi
arus kedalam bumi. Oleh karena itu metode geolistrik mempunyai banyak macam, salah
satunya adalah metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas).
Model adalah representasi keadaan geologi oleh besaran fisika agar permasalahan
dapat disederhanakan dan responya dapat diperkirakan atau dihitung secara teoritis.
Besaran atau variabel yang digunakan untuk mengkarakterisasi model disebut parameter
model yang secara umum terdiri dari parameter fisika serta variasinya terhadap posisi
(Widodo, 2009). Forward modeling (pemodelan kedepan) adalah suatu metode
interpretasi yang
1
memperkirakan densitas bawah permukaan dengan membuat terlebih dahulu benda
geologi bawah permukaan.
Salah satu sifat batuan adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan
kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Perbedaan sifat kelistrikan
pada masing-masing batuan memberikan respon berbeda terhadap arus yang diberikan.
Perbedaan respon ini nantinya dapat dipakai sebagai data rujukan untuk menentukan
lapisan yang ada di bawah permukaan dan pendekatan kondisi bawah permukaan melalui
harga resistivitas yang didapatkan. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka
semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan harga resistivitasnya, batuan digolongkan dalam 3 kategori yakni:
konduktor baik, konduktor sedang, dan isolator. Terdapat jangkauan nilai kelistrikan dari
setiap batuan yang ada dan hal ini akan membantu dalam penentuan jenis batuan
berdasarkan harga resistivitasnya atau sebaliknya.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Resistivitas
Resistivitas/Tahanan jenis merupakan sifat fisika yang menunjukkan
kemampuannya dalam menghambat aliran arus listrik. Harga resistivitas batuan
ditentukan oleh banyak sekali faktor yg saling berinteraksi secara cukup kompleks. Suatu
jenis batuan yg sama pun belum tentu memiliki harga resistivitas yg sama persis,
melainkan ada rentang / interval harga tertentu. Metode Geolistrik adalah salah satu cara
yang dapat memperkirakan distribusi resistivitas bawah-permukaan (setelah melalui
pemodelan), baru kita dapat mengasosiasikan harga resistivitas tersebut dengan suatu
jenis batuan tertentu. Resistivitas keseluruhan dari suatu media tertentu bergantung pada
sifat listrik (kemampuan untuk menghantarkan arusnya) dan pada ukuran medianya.
Resistansi (hambatan) juga bergantung pada diameter materialnya. Semakin tebal
materialnya, maka semakin banyak elektron yang dapat melewatinya. Oleh karena itu,
resistivitas didefinisikan sebagai:
𝑆
𝜌=𝑅
𝑙
3
Sebagian besar mineral pembentuk batuan adalah isolator walaupun beberapa
logam asli dan grafit menghantarkan listrik. Namun karena struktur batuan yang
mengandung pori-pori, patahan, retakan, mineral lempung, dan lain-lain dapat membuat
batuan menjadi lebih konduktif ataupun malah kurang konduktif. Resistivitas yang
terukur pada material bumi utamanya ditentukan oleh pergerakan ion-ion bermuatan
dalam pori-pori fluida. Air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat
menambah kemampuannya untuk menghantarkan listrik, meskipun air tanah bukan
konduktor listrik yang baik. Nilai resistivitas / tahanan jenis sangat bergantung pada
macam-macam materialnya, densitas. Porositas, ukuran, bentuk pori batuan, kandungan
air, kualitas dan juga suhu.
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode ini dibagi menjadi dua yaitu
mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode yang bertujuan
mempelajari resistivitas bawah permukaan secara horizontal, sedangkan metode
resistivitas sounding mempelajari resisitivitas batuan secara vertikal. Terdapat banyak
macam bentuk konfigurasi elektroda pada metode resistivitas, dimana masing-masing
dari konfigurasi ini memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri dalam perhitungan untuk
mengetahui resistivitas batuan di bawah permukaan. Sehingga pilihan konfigurasi yang
tepat akan menentukan kualitas dan efisiensi survey yang akan dilakukan.
Penyusunan elektroda dalam geolistrik (konfigurasi elektroda) dapat menggunakan
beberapa aturan seperti:
5
Gambar 1. Konfigurasi Wenner Faktor geometri dari Konfigurasi Wenner adalah:
𝐾 = 2𝜋𝑎
Jika jarak antara elektroda potensial MN adalah a, maka jarak antar elektroda arus (A
dan B) adalah 2na+a. Faktor geometri dari konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah:
𝑘 = 𝑛(𝑛 + 1)𝜋𝑎
Dengan a = jarak antara elektroda M dan N.
2𝜋𝑛(𝑛2 + 𝑛)
Konfigurasi Dipole-Dipole dilakukan dengan kedua elektroda arus dan elektroda
potensial terpisah dengan jarak a. Elektroda arus dan elektroda potensial pada bagian
dalam system konfigurasi terpisah sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat.
Data resistivitas yang diperoleh dari hasil metode VES ini masih
merupakan nilai resistivitas semu. Untuk memperoleh nilai resistivitas
sebenarnya, perlu dilakukan pengolahan data menggunakan metode inversi
dengan bantuan beberapa software untuk pengolahan data VES ini.
METODE PENELITIAN
Dengan menggunakan konfigurasi wenner alpha diperoleh kedalaman sebesar 7.7 ohm
meter dengan nilai resistivitas terendah sebesar 10.5 yang ditandai denagn warna biru gelap dan
nilai resistivitas tertinggi yaitu sebesar 43.3 yang ditandai dengan warna ungu. Menggunakan
konfigurasi ini tidak memperoleh kedalaman yang dalam.
Pada gambar diatas menunjukkan nilai sebaran resistivitasnya pada rentan 300 ohm
sampai 700 ohm dan bentangan sepanjang 320 m dengan kedalaman penetrasinya 48,7 m.
pada kedalaman sekitar 41,5 sampai 48,7 terdapat nilai resistivitas yang tinggi ditandai
dengan spektrum warna ungu.
Pada gambar diatas menunjukkan sebaran nilai resistivitasnya berada pada rentan 200
ohm sampai 500 ohm dan bentangan sepanjang 320 m dengan kedalaman penetrasinya 37,4
m. pada kedalaman sekitar 22,9 m sampai 33,3 m disisi kiri dan kanan terdapat nilai
resistivitas yang tinggi yang ditandai dengan spektrum yang berwarna ungu dan di tengahnya
terdapat nilai resististivitas sekitar 200 ohm sampai268 ohm yang ditandai dengan spekrum
warna biru tua hingga biru muda.
Pada gambar diatas menunjukan sebaran nilai resistivitasnya berada pada rentan 200
ohm sampai 800 ohm dan bentangannya sepanjang 320 m dengan kedalaman penetrasinya
mencapai 94,2 m. pada kedalaman sekitar 39,5 m sampai 57,3 m disisi kiri dan kanan
terdapat nilai resistivitas yang tinggi dengan ditandai spektru berwarna ungu dan ditengahnya
terdapat nilai resistivitas sekitar 200 ohm sampai 269 ohm dengan ditandai oleh spektrum
warna biru tua hingga biru muda. Gambar diatas tidak terlihat rata dikarenakan kemungkinan
adanya error yang disebabkan oleh sistem atau manusia.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari laporan ini adalah Resistivitas/Tahanan jenis
merupakan sifat fisika yang menunjukkan kemampuannya dalam menghambat aliran arus
listrik. Hasil penampang menunjukkan bahwa dengan adanya penampang forward modeling,
kita dapat melihat gambaran bawah permukaan dan menduga dimana letak anomali.
Terdapat nilai sebaran dan kedalaman yang berbeda-beda di setiap konfigurasi, baik forward
modelling Fault maupun dyke. Pada forward modeling fault dan dyke, bentangan yang
didapat akan sama pada setiap konfigurasi. Pada forward modeling fault konfigurasi dipole-
dipole dan forward modeling dyke dipole-dipole terdapat kemungkinan error yang
disebabkan oleh sistem atau manusia (human error).
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan, M.L; Prawita, S.M; & Fatmasari, N.W. 2017. Identifikasi Bidang Patahan
Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk
Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor.
Santoso, B., Wijatmoko, B., Supriyana, E., & Harja, A. (2016). Penentuan
Resistivitas Batubara Menggunakan Metode Electrical Resistivity Tomography
dan Vertical Electrical Sounding. Jurnal Material Dan Energi Indonesia,
06(01), 8–14.
Shiska, P.; Prasetyo, Y.; & Suprayogi, A. 2017. Analisis Identifikasi Kawasan Karst
Menggunakan Metode Polarimetrik Sar (Synthetic Aperture Radar) Dan
Klasifikasi Supervised. Jurnal Geodesi Undip 6(1): 66-7.