Anda di halaman 1dari 12

SURAT PERJANJIAN

ANTARA
WAHANA VISI INDONESIA DENGAN (BENYAMIN DENGKENG)

Jenis Perjanjian : Perjanjian Psikososial Support Training Manggarai Timur


No. Surat Perjanjian :

Pada hari ini, Senin, 12 Januari 2021, telah dibuat dan ditandatangani Surat Perjanjian Kerjasama
(selanjutnya disebut “Perjanjian”) oleh dan antara :

1. Tommy Pinem, yang dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya selaku Ketua Pengurus,
dari dan oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama serta mewakili WAHANA VISI
INDONESIA, yang beralamat kantor di Jln. Graha Bintaro Blok GB/GK 2 no 9. Kelurahan
Parigi Baru - Kecamatan Pondok Aren Bintaro-Tangerang Selatan

-----------------------------untuk selanjutnya disebut “Pihak Pertama” -----------------------------

2. (Benyamin Dengkeng ), (NPWP tidak ada) yang dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya
kepala sekolah/guru dari dan oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama serta
mewakili diri sendiri, beralamat di ..... (Rewung,Desa Tango Molas)

------------------------------- untuk selanjutnya disebut “Pihak Kedua” ------------------------------

Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama selanjutnya disebut sebagai “Para Pihak”.

Para Pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa Pihak Pertama adalah suatu yayasan sosial kemanusiaan Kristen yang bekerja
untuk membawa perubahan berkelanjutan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat
yang hidup dalam kemiskinan tanpa membedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin serta
mempunyai visi, yaitu ”Visi kami untuk setiap anak hidup utuh sepenuhnya, doa kami
untuk setiap hati tekad untuk mewujudkannya”.
b. Bahwa Pihak Kedua adalah Kepala guru dari sekolah SDI Rewung
c. Bahwa Pihak Pertama bermaksud untuk mengadakan kerjasama dengan Pihak Kedua
untuk dan dalam hal mengikuti training online pemlejaran dari rumah/pembelajaran jarak
jauh dan mengimplentasikannya disekolah masing-masing.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk
membuat Perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

PASAL 1
DASAR PERJANJIAN

Perjanjian ini dibuat dengan mengacu kepada :


a. Daftar Riwayat Hidup(Lampiran I).
b. PKS (Perjanjian Kerjasama) antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua Lampiran II).
Yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

PASAL 2

- 1 -
JANGKA WAKTU PERJANJIAN

Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat bahwa Perjanjian ini berlaku terhitung sejak tanggal 12
Februari 2021 dan berakhir sampai tanggal 28 Februari 2021. Dengan rincian kegiatan:
1. Pelatihan PSS, tanggal 15 – 16 dan 18 Februari 2021 (Online)
2. Implementasi PSS disekolah masing-masing tanggal 19, 20 dan 22 Februari 2021
3. Pengumpulan laporan implementasi tanggal 23 Februari 2021
4. Evaluasi kegiatan tanggal 24 Februari 2021(Online)

PASAL 3
NILAI PERJANJIAN DAN CARA PEMBAYARAN

1. Nilai Perjanjian mengacu pada Surat Penawaran Pihak Kedua yang telah disetujui oleh Pihak
Pertama dan besarnya sesuai dengan nilai yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama Pihak
Pertama.
2. Pembayaran Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dilakukan dengan cara Transfer setiap selesai
mengikuti Pelatihan online dan setelah melaporkan pekerjaan.
3. Jumlah yang dibayarkan Pihak Kedua oleh Pihak Pertama sebagai berikut:
A. Pulsa Paket sebesar Rp. 50.000,- setiap mengikuti pelatihan dan Evaluasi secara
Online
b. Penggantian mengikuti pelatihan sebesar Rp. 200.000,- setiap mengikuti pelatihan dan
dibuktikan dengan absensi.
c. Penggantian Implementasi program sebesar Rp. 200.000,-/hari dan akan dibayar
setelah ada laporan. Dalam laporan memuat deskripsi jalannya kegiatan, 3 foto
kegiatan, 3 video kegiatan dengan durasi 30 detik, dan Absen kegiatan.
d. Penggantian implementasi berlaku hanya untuk guru honorer.
4. Total Pembayaran akan disesuaikan dengan pelatihan dan tugas yang dilakukan, dibuktikan
dengan laporan dan absensi.

Pembayaran Pihak Pertama dilakukan dengan cara ditransfer melalui rekening Pihak Kedua
yaitu :
Bank : BRI
Atas nama : Benyamin Dengkeng
Nomor rekening : 7644-01-003670-53-8

PASAL 4
PELAKSANAAN PERJANJIAN

1. Pihak Pertama memberikan pekerjaan kepada Pihak Kedua untuk mengimplementasikan


BDR/PJJ. Adapun teknis dari Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di atas akan
terdiri dari :

a. Mengikuti Online Training


b. Mengimplentasikan PSS dan membuat laporan kegiatan yang telah disupervisi oleh
kepala sekolah

- 2 -
PASAL 5
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK PERTAMA

1. Pihak Pertama wajib Membuat Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Kedua (Community
Volunteer)
2. Pihak Pertama Wajib melakukan pembayaran kepada Pihak Kedua setiap selesai mengikuti
pelatihan, menyelesaikan pekerjaan dan menyerahkan laporan via online.

PASAL 6
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA

1. Pihak Kedua wajib menyelesaikan Pekerjaan sesuai dengan Permintaan Pihak Pertama.
2. Pihak Kedua wajib menjaga kualitas Pekerjaan.

PASAL 7
PENGAKHIRAN DAN PERPANJANGAN PERJANJIAN

1. Perjanjian ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 atas
persetujuan Para Pihak yang tertuang dalam bentuk tertulis.
2. Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak apabila :
a. Pihak Kedua tidak dapat menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan Pasal 6 di atas dan tidak mematuhi ketentuan Kebijakan Perlindungan Anak dan
Penerima Manfaat Dewasa sebagaimana yang akan diatur dalam Perjanjian ini.
b. Pihak Kedua mengalihkan kedudukannya baik sebagian maupun seluruhnya dalam
Perjanjian ini kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
3. Pengakhiran Perjanjian tidak mengakhiri dan menghapuskan kewajiban Para Pihak sampai
dengan tanggal pengakhiran.
4. Para Pihak dapat memperpanjang Perjanjian ini dengan pemberitahuan secara tertulis
selambat lambatnya satu (1) Minggu sebelum berakhirnya Perjanjian ini kepada pihak lainnya.
5. Para Pihak sepakat bahwa Perjanjian ini dapat dibatalkan apabila terjadi keadaan Force
Majeure sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian ini.

PASAL 8
KERAHASIAAN INFORMASI

Para Pihak sepenuhnya setuju untuk menjaga dan memperlakukan sebagai rahasia isi Perjanjian
ini, seluruh dan setiap dokumen yang diserahkan oleh masing-masing Pihak kepada pihak lainnya
sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini (“Informasi Rahasia”) baik selama Perjanjian
berlangsung maupun setelah berakhirnya Perjanjian. Tiada satu pihak pun dari Perjanjian ini yang
diperkenankan untuk memberitahukan Informasi Rahasia, baik untuk sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak ketiga manapun diluar Perjanjian ini tanpa kesepakatan tertulis Para
Pihak.

PASAL 9
FORCE MAJEURE

1. Apabila pelaksanaan Perjanjian ini mengalami kegagalan akibat Force Majeure maka akan
diadakan perpanjangan waktu setara dengan waktu selama Force Majeure terjadi. Namun

- 3 -
kerugian yang timbul akibat terjadinya Force Majeure tersebut menjadi tanggungan masing-
masing pihak dan tidak dapat saling menuntut, kecuali kewajiban masing-masing pihak yang
ada atau telah ada sebelum Force Majeure.
2. Force Majeure yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut di atas adalah dalam keadaan perang,
pemberontakan, kerusuhan, huru-hara, blokade, ledakan, pemogokan, bencana alam dan
adanya perubahan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan Perjanjian ini, yang
mana peristiwa tersebut di luar kemampuan pihak yang terkena untuk mengatasinya, sehingga
mengakibatkan tertunda, terhambat atau terhalanginya pihak yang terkena dampak Force
Majeure tersebut untuk melaksanakan kewajibannya tepat waktu berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian ini.
3. Pihak yang terkena Force Majeure harus memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis
selambat-lambatnya dalam masa 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak terjadinya Force Majeure
tersebut untuk dipertimbangkan diterima atau ditolak, kelalaian melakukan pemberitahuan
Force Majeure dalam jangka waktu tersebut, maka dianggap tidak terjadi Force Majeure dan
juga tidak dapat diajukan kembali sebagai Force Majeure.
4. Setelah kejadian Force Majeure tersebut Para Pihak dalam Perjanjian dapat melakukan
musyawarah kembali untuk membicarakan kelanjutan Perjanjian ini.

PASAL 10
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN ANAK DAN PENERIMA MANFAAT DEWASA

1. Pihak Kedua dengan ini setuju dan sepakat untuk mematuhi protokol Kebijakan Perlindungan
Anak dan Penerima Manfaat Dewasa (Safeguarding Policy) dari Pihak Pertama seperti
tertuang pada Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
2. Dalam melaksanakan Perjanjian ini, Pihak Kedua dan karyawan Pihak Kedua akan
memastikan bahwa :
a. Semua interaksi yang dilakukan dengan anak dan/atau penerima manfaat dewasa atau
terhadap data pribadi dari anak dan/atau penerima manfaat dewasa, wajib mematuhi
Protokol Perilaku Perlindungan dari Pihak Pertama seperti tertuang pada Lampiran yang
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, dan dengan semua
tindakan perlindungan yang pantas yang dapat ditentukan dan yang dapat ditentukan oleh
Pihak Pertama.
b. Semua insiden/kejadian berbahaya atau resiko berbahaya yang terjadi/yang mungkin
terjadi kepada anak-anak atau penerima manfaat dewasa akan segera dilaporkan kepada
Pihak Pertama.
c. Setiap orang dengan/yang memiliki akses ke anak-anak dan/atau penerima manfaat
dewasa atau terhadap data pribadi dari anak dan/atau penerima manfaat dewasa, harus
menjalani pemeriksaan latar belakang hukum yang bersih khususnya terhadap anak-anak
atau terhadap orang dewasa (sesuai dengan standar dan ketentuan pemeriksaan yang
berlaku dari Pihak Pertama).
d. Semua ketentuan perlindungan ini akan dikomunikasikan secara jelas kepada dan
diketahui oleh semua karyawan Pihak Kedua yang memiliki akses ke anak-anak dan/atau
penerima manfaat dewasa atau terhadap data pribadi dari anak dan/atau penerima manfaat
dewasa, dan akan diperluas di dalam bentuk yang sama kepada semua subkontraktor dari
Pihak Kedua (apabila ada) yang terlibat untuk melaksanakan Perjanjian ini.
3. Yang dimaksud dengan Penerima Manfaat Dewasa dalam Perjanjian ini adalah orang dewasa
yang mendapatkan/memperoleh manfaat dari pelaksanaan Perjanjian ini.

- 4 -
PASAL 11
KEDUDUKAN HUKUM

1. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia.
2. Para Pihak dengan ini sepakat untuk mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1266 dan 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia berkenaan dengan Perjanjian ini.

PASAL 12
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Setiap perselisihan, gugatan dan masalah yang timbul dari hal-hal yang berhubungan dengan
Perjanjian ini akan diselesaikan melalui jalur Musyawarah untuk mufakat. Apabila Musyawarah
untuk mufakat tidak menemukan jalan keluar, maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya
melalui mediasi dengan menggunakan jasa mediator bersertifikat; dan apabila mediasi tidak
mencapai kesepakatan, Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui prosedur hukum yang
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 13
PEMBERITAHUAN

Setiap pemberitahuan yang diberikan berkaitan dengan Perjanjian ini disampaikan kepada Para
Pihak melalui alamat sebagai berikut:

PIHAK PERTAMA
Nama : Tommy Pinem
Alamat : Jln. Adyaksa Konggang Ruteng Kel. Waso Kec. Langke Rembong Kab.
Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur
Telepon : 0385 21784
E-mail : Tommy_Pinem@wvi.or.id

PIHAK KEDUA
Nama : Benyamin Dengkeng
Alamat : Rewung
Telepon : 0853 3752 2626
E-mail :-

PASAL 14
KETENTUAN LAIN

1. Pihak Kedua wajib melaksanakan Perjanjian sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1
tersebut di atas dalam ruang lingkup dan spesifikasi/kualifikasi yang ditentukan dalam standar
yang tercantum dalam Perjanjian ini dan Lampiran-Lampiran yang terlampir dalam Perjanjian
ini serta menjadi satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
2. Apabila Pihak Kedua terlambat melaksanakan Perjanjian (baik sebagian maupun seluruhnya)
seperti jadwal yang telah disepakati bersama dalam Perjanjian dan Lampiran-Lampiran yang
terlampir dalam Perjanjian ini serta menjadi satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian ini, maka Pihak Kedua wajib memberitahukan alasan keterlambatan secara
tertulis satu (1) minggu sebelumnya kepada Pihak Pertama. Apabila Pihak Kedua tidak

- 5 -
memberitahukan alasan keterlambatan pelaksanaan Perjanjian tersebut kepada Pihak Pertama,
maka Pihak Kedua bersedia untuk dikenakan sanksi denda sebesar 1‰ (satu per seribu) per
hari keterlambatan dari Nilai Perjanjian.
3. Pihak Kedua tidak dapat untuk mengalihkan kedudukannya dalam Perjanjian ini kepada pihak
lain (baik sebagian maupun seluruhnya) tanpa persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.
4. Para Pihak menyelesaikan kewajiban perpajakan masing-masing pihak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 15
PENUTUP

Segala hal-hal yang belum termasuk, dan segala macam perubahan di dalam Perjanjian ini Para
Pihak sepakat untuk menambahkan atau merubah ke dalam suatu Addendum dimana Addendum
tersebut memiliki sifat mengikat dan tidak terlepas dari Perjanjian ini dan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Perjanjian ini.

Demikian Perjanjian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan sebagai
bukti bilamana diperlukan serta ditandatangani oleh Para Pihak dan dibuat dalam rangkap 2 (dua)
bermeterai cukup yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Pihak Pertama,
WAHANA VISI INDONESIA Pihak Kedua,

Tommy Pinem Benyamin Dengkeng


AP Manager Guru Mapel

- 6 -
Pernyataan Persetujuan Kode Etik Perilaku dan Protokol Perilaku Kebijakan
Perlindungan Anak dan Penerima Manfaat Dewasa WVI

Semua pihak yang berafiliasi dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) yaitu termasuk anggota
Dewan (Board), staf, sukarelawan (pelajar, kalangan professional/bisnis, masyarakat/sosial 1),
Pekerja Harian Lepas (PHL), penerima hibah (sub-grantee), donor, sponsor, pengunjung,
kontraktor, dan mitra diharapkan mematuhi dan mengakui secara tertulis persetujuan atas Kode
Etik Perilaku dan Protokol Perilaku Kebijakan Perlindungan Anak dan Penerima Manfaat Dewasa
WVI.

WVI tidak mungkin mendaftarkan seluruh bentuk perilaku yang dapat dikategorikan sebagai yang
DAPAT DITERIMA dan TIDAK DAPAT DITERIMA, namun daftar di bawah ini merupakan
beberapa perilaku yang diharapkan:
 Memperlakukan orang lain dengan hormat, bermartabat, dan tidak membedakan.
 Bertindak jujur dan dapat dipercaya.
 Menjaga etika kantor yang tepat (termasuk ketepatan waktu dan persiapan yang memadai
sebelum mengadakan pertemuan).
 Mengikuti kebijakan-kebijakan WVI.
 Mengikuti aturan keselamatan, keamanan, dan kesehatan.
 Memakai busana yang tepat dengan menghargai tradisi dan kebijakan setempat.
 Mengelola aset, dana, dan barang milik WVI lainnya dengan sebaik-baiknya.
 Menciptakan dan memelihara lingkungan yang mencegah eksploitasi seksual dan
pelecehan terhadap anak-anak dan orang dewasa penerima manfaat dan menggalakkan
implementasi Kode Etik adan Protokol Perilaku ini.
 Berhati-hati dengan persepsi dan penampilan dalam berbicara, bertindak dan berhubungan
dengan anak-anak dan penerima manfaat dewasa. Baik secara langsung maupun melalui
media digital (baik online maupun offline) dengan menunjukkan rasa hormat terhadap
penerima manfaat anak-anak dan dewasa serta hak-hak mereka.
 Memastikan bahwa semua kontak fisik dengan anak-anak dan orang dewasa penerima
manfaat sesuai dengan budaya setempat.
 Menggunakan metode positif, tanpa kekerasan dalam mengelola perilaku anak-anak.
 Menerima tanggung jawab atas perilaku dan tindakan pribadi sebagai perwakilan WVI.
 Selalu bertanggung jawab atas respons kita terhadap perilaku anak, bahkan jika anak
berperilaku dengan cara yang tidak pantas secara seksual. Sebagai orang dewasa, staf
harus menghindari untuk menempatkan anak dan orang dewasa lainnya serta dirinya
sendiri pada posisi yang membahayakan atau rentan.
 Jika memungkinkan, ikuti aturan 'dua orang dewasa' dalam melakukan pekerjaan WVI, di
mana dua orang dewasa atau lebih hadir dan mengawasi semua kegiatan yang melibatkan
anak-anak di setiap saat dan tempat.
 Mematuhi proses penyelidikan atau investigasi (baik internal maupun eksternal) bilamana
terjadi pelanggaran, dan memastikan ketersediaan setiap dokumen atau informasi lain
yang diperlukan untuk menyelesaikan proses penyelidikan.
 Mematuhi undang-undang privasi data yang berlaku dengan kebijakan keamanan
informasi WVI yang relevan, termasuk protokol digital perlindungan anak WVI, ketika
menangani data pribadi tentang penerima manfaat anak-anak atau orang dewasa, dengan
memperhatikan secara umum bahwa pengumpulan atau penggunaan data tersebut harus

1
PP No. 39/2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

- 7 -
dibatasi sesuai dengan keperluan, dan bahwa data tersebut harus disimpan dan ditransfer
dengan cara yang aman dan rahasia.
 Segera melaporkan melalui mekanisme pelaporan yang telah ditetapkan, insiden yang
diketahui atau dicurigai bilamana terjadi pelanggaran terhadap kebijakan ini baik yang
dilakukan oleh staf atau pihak yang berafiliasi dengan WVI.

Perilaku yang TIDAK DAPAT DITERIMA:

 Pelecehan seksual atau tindakan melanggar hukum


 Perilaku seksual yang tidak tepat atau berpotensi membahayakan bagi reputasi WVI
(termasuk kegiatan seksual atau gaya hidup yang bertentangan dengan etos Kristiani dan
nilai-nilai WVI dan/atau membahayakan citra WVI dan/atau berdampak negatif terhadap
persepsi orang, termasuk donor.)
 Kekerasan yang mengancam atau terlibat dalam perilaku kekerasan di tempat kerja.
 Pencurian, ketidaktepatan perpindahan atau kepemilikan dari asset, dana, atau barang
milik WVI lainnya, milik rekan kerja, atau milik penjual (vendor).
 Menunjukkan keberpihakan.
 Penyalahgunaan kekuasaan di tengah masyarakat, misalnya (namun tidak terbatas pada)
menyimpan uang milik masyarakat/kelompok, mempunyai kuasa untuk menyetujui
penggunaan uang milik masyarakat/kelompok.
 Merekrut saudara dekat, teman, rekan satu etnis hingga pengeluaran orang lainnya yang
berkualitas dan/atau tanpa mengikuti panduan HR yang ada.
 Pemalsuan riwayat.
 Berada di lingkungan WVI atau di proyek/kegiatan WVI di bawah pengaruh zat-zat
seperti alkohol, narkotika, dan obat-obatam, dll., yang dapat mengganggu fungsinya,
menempatkan pekerja atau orang lain pada resiko, dan atau berpotensi membawa dampak
negatif bagi WVI sebagai WVI.
 Menggunakan atau memiliki benda-benda yang melanggar hukum.
 Pengabaian atau berperilaku tidak tepat yang mengarah pada rusaknya milik staf atau
pelanggan.
 Berperilaku yang tidak sopan.
 Kepemilikan benda yang berbahaya atau tidak sah, seperti senjata api atau bahan peledak
di tempat kerja;
 Ketidakhadiran yang berlebihan atau ketidakhadiran tanpa pemberitahuan.
 Penggunaan telekomunikasi yang tidak sah, termasuk namun tidak terbatas pada telepon,
telepon genggam, mesin fax, internet, sistem video, sistem surat elektronik (e-mail), kop
surat WVI atau peralatan yang dimiliki staf.
 Membelai, memegang, mencium, memeluk atau menyentuh anak-anak atau penerima
dewasa dengan cara yang tidak pantas atau tidak berperilaku yang sesuai dengan budaya
setempat.
 Menggunakan bahasa yang tidak pantas atau kasar, termasuk bahasa yang menyebabkan
rasa malu atau penghinaan, atau meremehkan atau merendahkan, pada saat memberikan
saran kepada penerima manfaat anak atau dewasa.
 Menghabiskan waktu yang berlebihan sendirian dengan penerima manfaat anak atau
dewasa, jauh dari atau tanpa orang lain atau di balik pintu tertutup atau di daerah terpencil;
 Membiarkan atau berpartisipasi dalam perilaku dengan anak-anak atau penerima dewasa
yang ilegal, yang tidak aman atau kasar; termasuk praktik tradisional yang berbahaya,
penyalahgunaan spiritual atau ritualistik.
 Mempekerjakan anak dalam segala bentuk perburuhan anak (termasuk sebagai “pembantu
rumah tangga”) kecuali itu adalah demi kepentingan terbaik anak dan sejalan dengan

- 8 -
hukum setempat dan standar internasional ('Pekerja anak' adalah pekerjaan yang secara
mental, fisik, sosial, dan moral berbahaya bagi anak-anak, atau yang mengganggu sekolah
mereka. 'Pekerja anak' sebaliknya dapat bermanfaat jika diizinkan oleh Konvensi WVI
Buruh Internasional (ILO) dan menempatkan kepentingan anak di atas segala manfaat
yang diperoleh oleh orang dewasa).
 Memukul atau menggunakan hukuman fisik lainnya terhadap seorang anak ketika anak itu
dalam pendampingan WVI atau staf WVI atau pihak lain yang berafiliasi dengan WVI
yang sedang melakukan pekerjaan WVI.
 Membawa seorang anak sendirian dalam kendaraan untuk kegiatan WVI, kecuali jika
benar-benar diperlukan, dan dengan izin orang tua/wali dan manajemen.
 Menyalahgunakan atau ceroboh dengan data pribadi dari penerima manfaat anak-anak
atau orang dewasa.
 Berkomunikasi dengan seorang anak di area program WVI melalui media sosial digital
(mis. Facebook, Twitter), melalui teknologi seluler (mis. SMS, Whatsapp, Skype), atau
media online lainnya tanpa persetujuan dan sepengetahuan orang tuanya. Selanjutnya, staf
atau pihak yang berafiliasi dengan WVI tidak diperkenankan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan media teknologi seluler, digital atau online lainnya dengan penerima
manfaat anak-anak atau dewasa dengan cara yang tidak pantas.
 Tetap diam, atau menutupi insiden pelanggaran Etika Perilaku dan Protokol Perilaku
Perlindungan Anak dan Penerima Manfaat Dewasa WVI oleh staf atau pihak yang
berafiliasi dengan WVI yang diketahui atau diduga terjadi.

Prinisip-prinsip perilaku seksual yang digariskan standar internasional untuk perlindungan anak
menjadi bagian tak terpisahkan dari kebijakan ini:
 Eksploitasi dan pelecehan seksual oleh WVI atau pekerja kemanusiaan terhadap penerima
bantuan (baik dewasa maupun anak) merupakan tindakan tidak senonoh dan oleh karena
itu menjadi dasar bagi penghentian kontrak kerja.
 Aktivitas seksual antara staf WVI atau pekerja kemanusiaan dengan anak-anak (orang
yang berusia di bawah 18 tahun) sangat dilarang, tanpa memandang usia mayoritas atau
usia yang diperbolehkan di tempat itu. Pemahaman yang keliru mengenai usia seorang
anak tidak menjadi sebuah pembelaan.
 Imbalan uang, pekerjaan, barang, atau layanan seks (termasuk hadiah hubungan seks atau
bentuk tindakan yang memalukan, menghinakan, dan eksploitasi lainnya) sangat dilarang
dan dapat dikenai sanksi pengakhiran masa kerja. Hal ini juga termasuk imbalan yang
telah diberikan sebelumnya kepada penerima bantuan (jadi apa yang sudah diberikan
kepada penerima bantuan pada masa-masa sebelumnya termasuk dalam pernyataan ini).
 Hubungan seksual antara pekerja WVI atau pekerja kemanusiaan dengan penerima
bantuan tidak dapat diterima dan tidak dapat ditolerir karena hubungan mereka didasarkan
pada pengaruh kekuatan yang tidak seimbang. Hubungan yang demikian merusak
kredibilitas dan integritas pekerjaan kemanusiaan WVI.
 Di mana seorang pekerja WVI atau pekerja kemanusiaan merasa khawatir atau curiga
tentang pelecehan seksual atau eksploitasi oleh sesama rekan kerja, apakah berasal dari
lembaga yang sama atau tidak, ia harus melaporkan kekuatiran tersebut lewat mekanisme
pelaporan WVI yang sudah ditentukan.
 Seluruh pekerja WVI atau pekerja kemanusiaan diharuskan untuk menciptakan dan
mempertahankan lingkungan yang mencegah terjadinya eksploitasi dan/atau pelecehan
seksual dan meningkatkan penerapan Etika Perilaku WVI. Para manajer WVI di semua
level memiliki tanggungjawab khusus untuk mendukung dan mengembangkan sistem
yang mempertahankan lingkungan ini.

- 9 -
Tindakan Korektif: Pelanggaran terhadap Etika Perilaku dan Protokol Perilaku Perlindungan
Anak dan Penerima Manfaat Dewasa WVI, kegagalan untuk mengikuti setiap bagian dari
Kebijakan Perlindungan Anak dan Penerima Manfaat Dewasa WVI, atau melakukan perilaku
tidak pantas lainnya terhadap penerima manfaat anak-anak atau dewasa, atau gagal melaporkan
insiden perlindungan yang diketahui atau diduga terjadi yang dilakukan oleh staf atau pihak yang
berafiliasi dengan WVI, merupakan alasan untuk tindakan disiplin, hingga dan termasuk
pemutusan hubungan kerja atau afiliasi lainnya dengan WVI.

Semua pihak yang berafiliasi dengan WVI dipersilakan dan didorong untuk melaporkan bukti
perilaku yang melanggar atau tidak sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam pedoman ini.
WVI akan memastikan bahwa pelaporan dapat dilakukan secara rahasia. Staf dapat melaporkan
bukti tindakan yang melanggar atau tidak sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam pedoman
ini kepada:
a. Atasan langsung untuk diteruskan kepada perwakilan manajemen, dan Incident Focal
Person.
b. Langsung kepada Incident Focal Person (tanpa melaporkan kepada Atasan).
c. Jika staf merasa tidak nyaman dengan kedua opsi 1 dan 2, maka dimungkinkan untuk
dapat langsung memberikan laporan melalui jalur hotline Whistle Blower 001-803-011-
3570 (bebas biaya) atau http://worldvision.ethicspoint.com

- 10 -
- 11 -
- 12 -

Anda mungkin juga menyukai