Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Gejala emosional atau perilaku dapat terjadi sebagai respons peristiwa


kehidupan yang menimbulkan stres. Jika gejala atau perilaku tersebut tampak
dalam tiga bulan onset stressor dan bermakna secara klinis seperti yang ditandai
oleh penderitaan yang jelas melebihi apa yang diperkirakan dari pemaparan
stresor atau gangguan bermakna dalam fungsi social, pekerjaan atau akademik
suatu diagnosis gangguan penyesuaian harus dibuat. Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan yang
berhubungan dengan stres tidak boleh memenuhi kriteria untuk satupun gangguan
aksis I spesifik dan tidak boleh semata-mata merupakan eksaserbasi dari
gangguan Aksis I dan Aksis II yang telah ada sebelumnya. Kehilangan tidak
diangggap sebagai gangguan penyesuaian dalam DSM-IV.3
Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif jangka pendek terhadap apa
yang disebut oleh orang awam sebagai malang pribadi atau apa yang disebut
dokter psikiatrik sebagai stresor psikososial. Gangguan penyesuaian diharapkan
sembuh dengan spontan segera setelah stresor dihilangkan atau, jika stresor
menetap, dicapai tingkat adaptasi yang baru. Respons adalah maladaptif karena
adanya gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau karena gejala atau
perilaku adalah di luar respons yang normal, lazim, atau yang diperkirakan
terhadap stresor tersebut.3
2

BAB 2
ISI

2.1 Definisi
Gangguan penyesuaian adalah gejala-gejala emosional atau perilaku yang
bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap satu atau lebih stresor
yang nyata.2
Gejala timbul dalam tiga bukan terjadinya stresor dan menghilang dalam
waktu 6 bulan setelah tidak ada stresor.2
Gangguan Penyesuaian adalah, gangguan nonpsikotik yang berhubungan
dengan stress jangka pendek,. Orang dengan gangguan penyesuaian sering
dianggap sebagai tidak seimbang, kewalahan, atau terlalu intens dalam respon
mereka terhadap stimulus yang diberikan.5

2.2 Epidemiologi
Semua orang diyakini pernah mengalami masa stres dalah hidupnya. Karena
itu prevalensi gangguan penyesuaian diyakini mendekati 100%.
Gangguan penyesuaian adalah salah satu diagnosis psikiatrik yang paling
sering pada pasien yang dirawat dirumah sakit karena masalah medis atau bedah.
Dalam satu penelitian, 5 persen perawatan di rumah sakit selama periode tiga
tahun diklasifikasikan sebagai menderita gangguan penyesuaian. Gangguan paling
sering didiagnosis pada remaja tetapi dapat terjadi pada setiap usia.3
Dalam satu survei pasien psikiatrik, 10 persen populasi sampel ditemukan
menderita gangguan penyesuaian. Rasio wanita terhadap laki-laki adalah 2
berbanding 1. Wanita yang hidup sendirian biasanya dinyatakan sebagai yang
paling beresiko. Di antara remaja dari kedua jenis kelamin, bentuk stres pencetus
yang paling sering adalah masalah sekolah, penolakan orang tua, perceraian orang
tua, dan penyalahgunaan zat. Di antara orang dewasa, stres pencetus yang sering
adalah masalah perkawinan, perceraian, pindah ke lingkungan yang baru, dan
masalah finansial.3
3

2.3 Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor.
Walaupun adanya stresor merupakan komponen esesnsial dari gangguan
penyesuaian, namun stres adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum
pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut:
1. Genetik
Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu
peristiwa stres dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada
penelitian menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stresor
ada korelasi pada anak kembar, pada kembar monozigotik konkordans
lebih tinggi dibandingkan dengan dizigotik.
2. Biologik
Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau
disabilitas.
3. Psikososial
Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada
masa bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu,
kemampuan mentolerir frustrasi dalam hidup individu dewasa
berhubungan dengan kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa bayi.2

2.4 Tanda dan Gejala


DSM-IV-TR menyatakan bahwa gejala-hejala gangguan penyesuaian timbul
dalam tiga bulan awitan stresor dan memenuhi sekurang-kurangnya kriteria
berikut:
1. Penderitaan yang berlebih dibandingkan dengan yang diharapkan dari
respon terhadap stresor.
2. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan atau akademik.
Adapun gejala-gejala tidak perlu timbul setelah adanya stresor, dapat dalam
kurun waktu tiga bulan setelah stresor. Demikian pula gejala-gejala tidak segera
4

mereda setelah stresor berhenti. Apabila stresor berlanjut, gangguan pun dapat
menetap selama hidup.
Ada 6 tipe gangguan penyesuaian dengan gejala-gejala yang predominan:
a. Dengan afek depresif,. Manifestasi yang menonjol adalah gejala-
gejala afek depresif, putus harapan, mudah menangis.
b. Dengan ansietas: adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas, dan
tidak tenang. Pada anak-anak ada ketakutan berpisah dari orang tua,
menolak untuk tidur sendiri dan masuk sekolah.
c. Dengan campuran ansietas dan afek depresi.
d. Dengan gangguan tingkah laku: mencakup gangguan tingkah laku,
seperti membolos, mencuri, mengebut, perilaku merusak, seks yang
tidak wajar dan tidak pada tempat-tempatnya. Mereka melanggar
hak-hak azasi orang lain, pelanggaran aturan dan hukum tanpa
penyesalan.
e. Dengan campuran gangguan emosi dan tingkah laku: mencakup
gabungan antara perubahan tingkah laku dan perasaan depresi dan
ansietas.
f. Yang tak tergolongkan: mencakup mereka yang kurang dapat
beradaptasi terhadap stres dan gejala-gejala yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam salah satu kategori spesifik di atas. Misalnya
respons terhadap diagnosis penyakit fisik dengan mengingkari dan
adanya ketidakpatuhan berobat dan atau menjauh dari kontak sosial
Beberapa studi mendapatkan bahwa gejala-gejala depresi paling sering
ditemukan. Data menunjukkan bahwa 76% dari pasien gangguan penyesuaian
menderita depresi.
Gejala fisik lebih sering terdapat pada anak-anak dan usia lanjut. Keluhan lain
dapat berupa insomnia, juga suicide. 2

2.5 Diagnosis
Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
a. Bentuk, isi, dan beratnya gejala.
b. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian.
c. Kejadian, situasi yang “stressful” atau krisis kehidupan
Adanya faktor ketiga di atas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
5

Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas,


campuran ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas
dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak satupun dari gejala tersebut yang spesifik
untuk mendukung diagnosis.
Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
“stressful” dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali
dalam hal reaksi yang berkepanjangan.4

2.6 Penatalaksanaan
a. Psikoterapi:
Adalah pilihan utama, intervensi ini dapat dengan psikoterapi
pseikodinamik, kognitif, perilaku, suportif, konseling. Secara individual
ada kesempatan untuk mengeksplorasi makna stresor bagi pasien sehingga
trauma masa kecil dapat diselesaikan, perlu memberikan dukungan,
berbagai alternatif untuk mengatasi (coping) dan empati.
Ada kalanya setelah melewati psikoterapi yang berhasil, pasien sembuh
menjadi orang yang lebih kuat dibandingkan premorbid
Terapis perlu memperhatikan kemungkinan timbulnya keuntungan
sekunder yang dapat menyulitkan terapi. Adapun peran sakit dari orang
normal dapat diartikan sebagai kesempatan terbebas dari tanggung jawab
misalnya dari segi hukum, petugas berwenang atau sekolah.
Perhatian terapis, simpati dan pengertian yang merupakan syarat
suksesnya terapi dapat merupakan reward bagi pasien sehingga gejala
semakin kuat. Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan sebelum
melakukan psikoterapi yang intensif, karena apabila pasien telah
merasakan keuntungan sekunder, terapi selanjutnya akan sulit.
Terapi sekelompok pasien yang mengalami peristiwa yang sama misalnya
para pensiunan, atau pasien yang mengalami dialisis karena kegagalan
fungsi ginjal. Terapi lainnya dapat berupa terapi keluarga, biofeedback,
terknik relaksasi, hipnosis.
Intervensi klinis, suatu terapi singkat bertujuan untuk membantu pasien
mengatasi situasi dengan cepat secara suportif, sugestif, reasurance,
manipulasi lingkungan dan hospitalisasi bila diperlukan.
b. Farmakoterapi
6

Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat,


tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan
yang efektif.
Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan, tetapi
hindarilah ketergantungan obat seperti benzodiazepine.
Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi, mis. SSRI.
Perlu diketahui bahwa intervensi farmakologik adalah sebagai augment
psikoterapi dan bukan sebagai terapi primer. 2

2.7 Prognosis
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umumnya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu tiga bulan.
Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat sembuh
sendiri setelah mendapat terapi.
Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulihbkembali dibandingkan
dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah 5 tahun untuk
mendapatkan 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21% berkembang
menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme.
Pada remasa prognosis kurang baik, karena43% menderita gangguan
skizofrenia dengan gangguan skizoafektif, deperesi mayor. Gangguan penyalah-
gunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh diri cukup tinggi. 2

2.7 Pencegahan dan Rehabilitasi


Sampai sekarang pencegahan terhadap timbulnya gangguan penyesuaian
belum banyak diketahui. Pada banyak kasus pencegahan terhadap stresor sebagai
pencetus gangguan penyesuaian adalah jarang.
Suatu strategi pencegahan yang dapat berguna pada banyak pasien adalah
pembelajaran proaktif tentang mengatur stres hidup yang biasanya dan
memaksimalkan kemampuan mengatasi problem tidak dalam krisis. Terapi yang
sesuai dapat mencegah berbagai gangguan mental yang serius seperti penyalah-
gunaan zat, gangguan depresi mayor, bunuh diri. 2
7

BAB 3
KESIMPULAN
Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering
dijumpai pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupu
operasi.
Didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau perilaku yang bermakna
secara klinis dan terjadi sebagai respon terhadap satu atau lebih stresor yang
nyata.
Gejala-gejala timbul dalam tiga bulan terjadinya stresor dan menghilang
dalam waktu enam bulan setelah tidak ada stresor.
Gangguan ini dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja.
Pada orang dewasa perempuan dengan gangguan penyesuaian adalah dua kali
daripada laki-laki. Berbeda dengan pada anak dan remaja, baik pada perempuan
maupun laki-laki, prevalensi gangguan tersebut adalah sama.
Penatalaksanaan gangguan penyesuaian bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
psikoterapi dan farmakoterapi. Psikoterapi merupakan pilihan utama, sedangkan
apabila diberikan farmakoterapi maka obat-obatan harus diberikan dalam waktu
yang singkat.
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umumnya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu tiga bulan.
Sampai sekarang pencegahan terhadap timbulnya gangguan penyesuaian
belum banyak diketahui. Pada banyak kasus pencegahan terhadap stresor sebagai
pencetus gangguan penyesuaian adalah jarang, namun terapi yang sesuai dapat
mencegah berbagai gangguan mental yang serius seperti penyalah-gunaan zat,
gangguan depresi mayor, bunuh diri.
8

DAFTAR PUSTAKA

1. Elkin, David dkk. Introduction to Clinical Psychiatry Edisi 1. Prentice-Hall


International. London:1999. 70-71

2. Kandou, Elizabeth J. Buku Ajar Psikiatri. FK UI. Jakarta: 2010.294-298

3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri,
Jilid 2. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 251-257

4. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III.


FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50

5. Benton, Tamie dan Ifeagwu, Judith. Medscape. 2009. 1. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/292759-overview [Accessed on 24
Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai