Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan terkait GAKY sebagai berikut:

 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan

Garam Beryodium

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2010 Tentang

Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Di Daerah

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Upaya Perbaikan Gizi

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang

timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka

waktu yang cukup lama. Secara nasional, program penanggulangan GAKI di Indonesia

dimulai sejak dekade 1980-an melalui beberapa strategi, antara lain Universal Salt Iodization

(USI) atau “garam beriodium untuk semua”, pemberian kapsul minyak iodium, baik secara

oral maupun suntikan (lipiodol) ke daerah-daerah, dan iodinasi air minum. Ketiga strategi ini

masih dilanjutkan sampai tahun 1998, namun program tersebut belum dapat menyelesaikan

masalah dimana prevalensinya masih diatas 5% dan dampak yang ditimbulkannya sangat

besar meliputi abortus, kecacatan, dan retardasi mental terlihat sangat besar.

Berdasarkan penilaian prevalensi goiter atau gondok endemik, ternyata tidak semua

daerah di Indonesia berhasil menurunkan prevalensi GAKY secara merata. Dalam rangka

percepatan eliminasi GAKY di Indonesia, dilaksanakan program Intensifikasi

Penanggulangan GAKI (IP-GAKY) yang didanai dari pinjaman World Bank (Bank Dunia)

sejak tahun 1997 hingga 2003. Hal yang menarik dari program ini adalah bahwa waktu

pelaksanaan yang tepat yaitu diantara survei nasional GAKI tahun 1998 dan 2003.

Komponen program yang dilaksanakan ada lima, yaitu pemantauan status yodium

masyarakat, peningkatan konsumsi garam beryodium, peningkatan pasokan garam


beryodium, distribusi kapsul minyak beryodium tepat sasaran, dan pemantapan koordinasi

lintas sektoral penanggulangan GAKY.

Komitmen Baru dan Indonesia Sehat 2010, setahun sebelum Survei Nasional tahun

2003, United Nation General Assembly (UNGASS) menyepakati pembaharuan komitmen

terhadap eliminasi GAKY dan USI berupa konsumsi garam beriodium yang harus mencapai

90% secara berkesinambungan dimulai dari tahun 2005. Target yang ditetapkan dalam

Indonesia Sehat tahun 2010 adalah pencapaian USI pada tahun 2010. Strategi yang paling

aktual ini merupakan kelanjutan program IP-GAKY dan diperuntukkan bagi pengambil

kebijakan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Beberapa fokus strategi RAN KPP GAKY garam beriodium meliputi penguatan

industri garam beryodium nasional, penetapan standar yodium pada produk-produk garam di

Indonesia, pembantuan distribusi garam beryodium, serta peningkatan pemantauan konsumsi

garam beryodium di Indonesia. Strategi kapsul minyak beryodium adalah menyepakati

berbagai daerah endemis GAKY berat dan sedang yang perlu diberikan kapsul yang

diberikan sekali dalam setahun kepada ibu hamil, wanita usia subur, dan anak usia sekolah.

Namun, sampai tahun 2003, cakupan kapsul minyak beryodium hanya sekitar 33%.

Data Riskesdas tahun 2007 menunjukan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi

garam beryodium secara cukup di Indonesia hanya 62,3%. Angka ini menunjukkan

penurunan dari survei GAKY tahun 2003 (73,3%). Dari 33 provinsi di Indonesia, baru 6

provinsi yang sudah mencapai proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium.

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi GAKY di Indonesia mencapai 11,1%.

Setelah lebih dari 30 tahun berjuang dalam program penanggulangan GAKY namun

masih belum mencapai hasil yang optimal. Sekarang di kenal dengan era GERMAS

pemerintah giat mempromosikan mengkonsumsi garam beryodium serta ayo makan ikan

untuk generasi sehat dan cerdas.

Anda mungkin juga menyukai