Nurfriyatna Utami 143110180 3a
Nurfriyatna Utami 143110180 3a
Nurfriyatna Utami 143110180 3a
NURFRIYATNA UTAMI
NIM : 143110180
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
NURFRIYATNA UTAMI
NIM : 143110180
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan keseimbangan Cairan dan Elektrolit
pada Pasien CKD di Ruangan Rawat Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari ibu
Hj.Reflita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I serta ibu Ns. Idrawati Bahar,
S.Kep, M. Kep selaku pembimbing II serta Ka. Prodi D-III Keperawatan Padang
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Maswardi M.Kes selaku penguji I dan Ibu Ns. Lola Felnanda
Amri S.Kep, M.Kep selaku penguji II.
2. Bapak H. Sunardi, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, S.KM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak/Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk bekal peneliti.
5. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku pimpinan
RSUP. Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk pengambilan
data.
6. Orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukunganm
aterial dan moral
iv
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta
penelitimendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Amin
Peneliti
v
vi
E. Pengumpulan Data…………………………………………………… 44
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 45
G. Hasil Analisis........................................................................................ 46
BAB V PENUTUP………………………………………………………....... 70
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 71
B. Saran……………………………………………………………….... 72
DAFTAR PUSTAKA
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Poltekkes Kemenkes
Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Pendidikan TahunAjaran
1 TK Dharma Wanita 2001-2002
2 SDN 27 Lubuk Alung 2002-2008
Poltekkes Kemenkes
Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Poltekkes Kemenkes Padang
3
Masalah keperawatan yang biasa timbul pada pasien dengan gagal ginjal
kronik adalah kelebihan volume cairan tubuh.Intervensi keperawatan yang
spesifik agak bervariasi sesuai dengan kondisi patologis yang
mendasarinya dan tingkat kelebihan volume cairan. Rencana tindakan
yang dapat dilakukan untuk gangguan kelebihan cairan secara umum
adalah pantau jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan
status keseimbangan cairan, kurangi asupan garam, letakkan ekstremitas
yang lebih tinggi dari jantung (kecuali ada kontra indikasi), dan ubah
posisi pasien setidaknya setiap dua jam (Brunner & Suddarth, 2013).
Pada survey awal yang dilakukan pada tanggal 19 Januari 2017 di Ruang
Rawat InapPenyakit Dalam yang menderita CKD atau gagal ginjal
didapatkan 4 orang pasien di ruang High Care Unit (HCU), 3 orang
pasien di Ruang Rawat Inap Priadan 5 orang pasien di Ruang Rawat Inap
Wanita yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien
dan keluarga pasien mengatakan bahwa badan terlihat bengkak, pasien
mengeluh sesak nafas, dan pengeluaran air kencing sedikit. Hasil
wawancara dengan perawat ruangan High Care Unit (HCU), Ruang
Rawat Inap PriadanRuang Rawat Inap Wanita, didapatkan semua pasien
yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit karena destruksi stuktur ginjal
secara progresif.Hasil dokumentasi status pasien dari 12 status pasien yang
mengalami CKD atau gagal ginjal kronik di ruang rawat Inap Penyakit
Dalam (HCU, RRIP, dan RRIW),9 status pasien diantaranya perawat
mengangkat kelebihan volume cairan dan 3 status pasien lainnya tidak
diangkat kelebihan volume cairan tetapi gangguan perfusi jaringan renal.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dalam mengatasi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, terutama kelebihan volume cairan,
dalam tindakan pemberian obat dan pembatasan cairan, perawat jarang
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana Asuhan
Keperawatan dengan Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr.M. Djamil
Padang tahun 2017
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang penyakit dalam RSUP.Dr.M.
Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
penyakit dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal
Kronik di ruang penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan Keperawatan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal dalam menulis karya tulis
ilmiah.
b. Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran dan masukan melalui direktur RSUP.Dr.M.
Djamil Padang untuk memotivasi perawat di dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD).
2. Pengembangan Keilmuan
a. Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang
laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pembaharuan khususnya mengenai penerapan Asuhan
keperawatan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien
gagal ginjal kronik oleh mahasiswa prodi keperawatan Padang.
b. Penelitian selanjutnya
7
8
9
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
1. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma
darah (8%).
3. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan
diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan
dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan
melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.
1) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari
berat badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang
berlebihan dapat berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang
Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10%
dari berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam
tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter
atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai
159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat mengalami
hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).
b. Hipervolemia
Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang
ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi
atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau FVE).Kelebihan
cairan didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu
peningkatan volume darah dan edema.
Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau
edema pitting, edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting
adalah edema yang muncul didaerah perifer. Penekanan daerah edema,
akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan
melalui titik tekan.Edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan
yang menyeluruh.Edema nonpitting tidak menunjukkan kelebiahan
cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan
jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik
cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
d. Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang.
Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, dan
asidosis metabolic. Ketika terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menormalkan kadar kalium adalah dengan
pemberian insulin karena insulin dapat membantu mkalium masuk
kedalam sel.
k. Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl)
Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion fosfat didalam
serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat < 2,8 mg/dl. Hiposfatemia
antara lain ditandai dengan anoreksia, parastesia, kelemahan otot, dan
pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena pengosumsian alcohol secara
berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan ketoasidosis diabetes.
l. Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat didalam
serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau > 3,0 mEq/L.
Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan peningkatan eksitabilitas
system saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan osteoporosis. Kondisi ini
dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau pada saat kadar parathormon
menurun.
m. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh karena
jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan
H2CO3 yang akhirnya menyebabkan peningkatan [H+].Hal ini
menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada asidosis respiratorik
dapat disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi paru (misalnya
asma dan enfisema), perdarahan, trauma kepala, dan tindakan
menahan napas.
Asidosis respiratorik memiliki tanda-tanda klinis sebagai berikut.
6. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronik atau
CKD.
Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
(a) Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk
melaksanakan seluruh beban kerja ginjal.
(b) Terjadi peningkatan beban filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus
dalam setiap nefron, meskipun GFR diseluruh massa nefron turun
dibawah normal.
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal
dari nefron.Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal
GFR (Glomerular Filtration Rate).Pada penurunan fungsi rata-rata 50%,
biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri, nokturia,
hipertensi dan sesekali terjadi anemia.Selain itu, selama terjadi kegagalan
fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu.
(Madara, 2008 dalam Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).
1) Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu
memekatkan urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan
(poliuria).Hipothenuria tidak disebabkan atau berhubungan degan
penurunan jumlah nefron, tetapi peningkatan beban zat tiap nefron.Hal ini
terjadi karena keutuhan nefron yang membawa zat tersebut dan kelebihan
air untuk nefron-nefron tersebut tidak dapat berfungsi lama.Terjadi
osmotic diuretic, menyebabkan seseorang menjadi dehidrasi.
Jika jumlah nefron yang tidak berfungsi meningkat, maka ginjal tidak
mampu menyaring urin (isothenurua). Pada tahap ini glomerulus menjadi
kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah melalui tubulus, maka
akan terjadi retensi cairan dengan retensi air dan natrium (Arif Muttaqin,
2011).
2) Ketidakseimbangan Natrium
Ketidakseimbangan natrium merupakan masalah yang serius dimana
ginjal mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau dapat
meningkat sampai 200 mEq per hari.Variasi kehilangan natrium
berhubungan dengan intact nephron theory. Dengan kata lain, bila terjadi
kerusakan nefron, maka tidak terjadi pertukaran natrium.
3) Ketidakseimbangan Kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolic terkontrol, maka
hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium IV.Keseimbangan kalium
berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama urine output
dipertahankan, kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkalemia terjadi
karena pemasukan kalium yang berlebihan, dampak pengobatan,
hiperkatabolik (infeksi), atau hiponatremia.Hiperkalemia juga merupakan
karakteristik dari tahap uremia.
Hipokalemia terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit
tubuler ginjal, dan penyakit nefron ginjal, dimana kondisi ini akan
menyebabkan ekresi kalium meningkat. Jika hipokalemia persisten,
kemungkinan GFR menurun dan produksi NH 3 meningkat HCO3 menurun
dan natrium bertahan.
5) Ketidakseimbangan magnesium
Magnesium pada tahap awal GGK adalah normal, tetapi menurun secara
progresif dalam eksresi urine sehingga menyebabkan
akumulasi.Kombinasi penurunan eksresi dan intake yang berlebihan pada
hipermagnesemia dapat mengakibatkan henti napas dan jantung.
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat bervariasi, terlebih jika terdapat
penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa
urine output yang menurun (oliguria) sampai pada anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada system
sirkulsi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis,
fatigue, napas berbau urea,dan pruritus. Kondisi ini dipicu
oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolism/
toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan
filtrasi (Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).
5) Riwayat Psikososial
Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi
tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri
dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini
juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan sehingga klien mengalami kecemasan.
6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat.Tingkat
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat.Pada TTV sering didapatkan
adanya perubahan; RR meningkat, tekanan darah terjadi
perubahan dari hipertensi ringan sampai berat. (Arif Muttaqin,
2011).
b) Kepala
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan normachepal, rambut
tipis dan kasar
(2) Palpasi : Biasanya tidak ditemukan benjolan
c) Wajah
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan edema
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan pitting edema (+)
d) Mata
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis
e) Telinga
(1) Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan lesi
f) Hidung
g) Mulut
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan klien dengan bau mulut
ammonia, dan peradangan mukosa mulut.
h) Leher
(1)Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan pembengkakan
(2)Palpasi : Biasanya ditemukan distensi vena jugularis
i) Thoraks
Paru
(1) Inspeksi : Biasanya terdapat tarikan dinding dada
(2) Palpasi : Biasanya premitus kiri dan kanan sama
(3) Perkusi : Biasanya terdengar bunyi pekak
(4) Auskultasi : Biasanya terdengar crackles
Jantung
j) Abdomen
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan asites
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan distensi abdomen
(3) Perkusi : Biasanya terdengar bunyi timpani
(4) Auskultasi : Biasanya bising usus normal
k) Ekstremitas :
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan edema ,ptekie, area
ekimosis pada kulit.
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan pitting edema (+).
b. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
1. Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia, anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin : meninggi, perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini akan berkurang : ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes klirens
kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. Natrium normal; 135-
145 mEq/lt. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis. Dilihat dari hasil tes, kadar
potassium > 5 mEq/L. Kalium normal dalam tubuh; 3,5-5,3 mEq/lt.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK. Ureum dan kreatinin : meninggi, perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini akan
berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan
tes klirens kreatinin yang menurun.
5. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. Natrium normal; 135-
145 mEq/lt. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis. Dilihat dari hasil tes, kadar
potassium > 5 mEq/L. Kalium normal dalam tubuh; 3,5-5,3 mEq/lt.
6. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK. Kalsium normal dalam tubuh 4-5 mEq/lt, fosfat
normal dalam tubuh 2,5-4,5 mEq/L dalam serum darah. Phosphate
alkaline : meninggi akibat gangguang metabolism tulang, terutama
isoenzim fosfate lindi tulang.
7. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia; umumnya disebkan gangguan
metabolism dan diet rendah protein.
c. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan
cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendrungan perdarahan dan membantu penyembuhan
luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
dapat menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia. Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi.
4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan.
d. Diagnosis Keperawatan
1. Aktual/risiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urin, retensi
cairan dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.
e. Intervensi Keperawatan
8. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/atau
elektrolit yang menetap
atau memburuk
jantung
apikal dalam
9. Monitor bunyi jantung
rentang normal
10. Monitor suara paru
2) Irama denyut 11. Monitor pola pernapasan
jantung dalam abnormal
rentang normal 12. Monitor sianosis perifer
13. Identifikasi penyebab dari
3) Denyut nadi
perubahan vital sign
radial dalam
rentang normal
4) Tekanan Systole
dan Diastole
dalam rentang
normal
4 Resiko Kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaianyang
Indikator : longgar
1) Integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit agar
( sensasi, elastic tetap bersih dan kering
sitas, temperature, 4. Mobilisasi pasien (ubah
hidrasi, posisi pasien setiap dua jam
pigmentasi ) sekali)
2) Tidak ada luka / 5. Monitor kulit akan danya
lesi pada kulit kemerahan
3) Perfusi jaringan 6. Oleskan lotion atau minyak
baik baby/baby oil pada daerah
4) Menunjukkan yang tertekan
pemahaman 7. Monitor aktivitas dan
dalam proses mobilisasi pasien
perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mencegah pasien
terjadinya cedera 9. Memandikan pasien dengan
berulang sabun dan air hangat
5) Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5 Kurangnya a. knowledge disease Teaching : disease process
f. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Tahap
inimuncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pasien berbeda-beda
disesuaikan dengan kondisi pasien saat itu dan kebutuhan yang dirasakan
oleh pasien (Debora,2011).
g. Evaluasi Keperawatan
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dipilih oleh populasi. Teknik sampling
merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada (Hidayat, 2013).
Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 orang dengan menggunakan
teknik dengan teknik simple random sampling Sampel penelitian ini
adalah dua orang partisipan gagal ginjal atau CKD yang mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di ruangan Rawat penyakit dalam
wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang yaitu Ny. J dan Ny. F.
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden dan
keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan dasar.Data
primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara observasi
langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden. Pengumpulan
data pada penelitian berikut dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik
(observasi), pengukuran, anamnesa (pengkakjian dengan wawancara
langsung dengan pasien atau keluarga), dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono,2014).
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien Chronik Kidney Desease (CKD)
yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit diperoleh
dariMedical Record RSUP. Dr. Djamil Padang.
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada partisipan penelitian untuk mencari
peubahan tau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam
metode pemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi :
keadaan umum partisipan, tanda-tanda vital dan pemeriksaan head to toe
dan pemeriksaan dilakukan dengan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi).
2. Pengukuran
Pengukuran merupakan pemantauan kondisi pasien dengan mengukur
menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti mengukur berat badan, suhu,
dan tekanan darah serta menghitung frekuensi nafas dan nadi.
3. Wawancara atau anamnesa
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,
2014).Didalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin.Artinya, pewawancara diberi
kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin (Notoadmojo, 2012).Seperti riwayat
kesehatan responden, riwayat kesehatan keluarga responden, keluhan yang
G. Hasil Analisis
Data didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode
pengumpulan data dengan teknik wawancara.Analisa data dilakukan
berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan objektif.Hasil analisa data tersebut kemudian dirumuskan
menjadi diagnosis keperawatn sesuai dengan panduan Nursing American
Diagnosis (NANDA), dilanjutkan dengan menyusun intervensi keperawatan,
melaksanakan implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.Setelah
didapatkan hasil pengkajian, perumusan diagnosis dan intervensi, serta
pelaksanaan implementasi sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada klien yang mengalami gagal
ginjal atau CKD.Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian
antara teori yang ada dengan kondisi klien.
A. Deskripsi Kasus
Pada bab ini peneliti membahas tentang proses asuhan keperawatan pada Ny. J
sebagai partisipan 1 yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2017 sampai 31 Mei
2017 dan Ny.F sebagai partisipan 2 yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2017
sampai 31 Mei 2017 di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Prinsip dari pembahasan ini dibuat dengan memperhatikan teori proses
keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan terhadap
masalah yang muncul.
48
Poltekkes Kemenkes Padang
49
B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas koherasi antara teori dan
dengan laporan kasus asuhan keperawatan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada Ny. J dan Ny. F dengan penyakit Congestive Kidney Desease
(CKD) yang telah dilakukan sejak tanggal 25 Mei – 31 Mei 2017 di ruang
rawat penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, melakukan
implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan.
Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
terdapat perbedaan keluhan utama pada 2 partisipan yaitu Ny. J (50 tahun)
didapatkan keluhan utama badan terasa lemah, letih, lesu, sembab pada
tangan dan kaki serta air kencing keluar sedikit, sedangkan Ny. F (56
tahun) dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu
dan sebelumnya mengalami kejang dirumah.Menurut Barbara C Long,
1996, dalam Abdul dan Toto 2011) pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lainnya rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah, banyak
oliguri yang timbul disertai retensi produk sisa. Fungsi renal menurun,
produk akhir metabolism protein (yang normalnya diekskresikan kedalam
urin) terimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
system tubuh.Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011) bahwa ginjal
merupakan organ utama yang berperan dalam keseimbangan cairan, jika
terjadi gangguan pada ginjal maka keseimbangan cairan juga terganggu,
terjadinya retensi cairan dan cairan berpindah ke interstisial.Menurut
analisa peneliti gejala yang dirasakan oleh kedua partsipan sesuai dengan
teori yang ada.
upaya yang dapat dilakukan perawat dalam kasus ini adalah dengan
membatasi cairan yang masuk dalam tubuh agar kaki dan tangan tidak
bertambah udema.
Menurut analisa peneliti keadaan penyakit Ny.J dan Ny.F dipicu oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus pada kasus Ny. F begitu juga
dengan kasus Ny. J yang dipicu penyakit diabetes melitus dan ditambah
dengan penyakit hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik pada kedua responden yang diambil dari data
sekunder yaitu Medikal Record didapatkan hasil pemeriksaan fisik Ny. J,
distensi abdomen, ekstremitas atas dan bawah tampak edema, terdapat
pitting edema, kulit kering, mengkilap,pasien mengalami pruritus dan
terdapat area ekimosis pada kulit. Berbeda dengan hasil pemeriksaan fisik
Ny. F ekstremitas atas dan bawah tidak tampak edema, tidak terdapat
pittng edema, kulit kering, mengkilap, pasien mengalami pruritus dan
terdapat area ekimosis pada kulit.
Menurut (Corwin, 2009) tanda dan gejala gagal ginjal kronik yaitu
hipervolemia akibat retensi natrium, menurut (Price & Wilson, 2006)
hipervolemia memiliki tanda edema perifer dan periorbital. Menurut (Tato
Suharyanto & Abdul Madjid, 2011) Bila GFR menurun 5-10% dari
keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita
syndrome uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau
berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen akibat gagal ginjal.Perubahan
paling mencolok pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal
adalah perubahan warna kulit menjadi kuning kusam karena absorpsi dan
retensi pigmen urin. Kulit juga menjadi pucat (karena anemia), dan kering
serta bersisik Karena penurunan aktivitas kelenjar minyak dan keringat.
Pruritus terjadi karena peningkatan kadar ureum dan deposit kalsium-
fosfat dalam kulit. Rasa gatal begitu hebat sehingga menyebabkan
perdarahan atau infeksi sekunder akibat garukan. Rambut kering serta
rapuh dan kuku tipis dan beralur. Pada akhirnya dapat terjadi petekia dan
ekimosis yang disebabkan oleh abnormalitas trombosit.
Menurut analisa peneliti gejala penyakit yang dirasakan oleh kedua
partisipan sama dengan teori. perbedaan gejala yang dirasakan oleh
masing masing partisipan disebabkan perjalanan penyakit antara partispan
1 dan partispan 2.
Menurut (Tato Suharyanto & Abdul Madjid, 2011) Pada gagal ginjal
kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5 – 10% dari
keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita
syndrome uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau
61
Berdasarkan analisa peneliti gagal ginjal kronik pada Ny. J dan Ny. F
menyebabkan gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
tubuh yang menyebabkan pasien akan menderita syndrome uremik yang
berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa kedua pada kasus Ny. J dan Ny. F yaitu kerusakan integritas
kulit.Berdasarkan data yang didapatkan yaitu pasien mengeluh kulit kering
bersisik dan gatal, terlihat pada kulit terdapat area ekimosis pada
kulit.Masalah pada kulit merupakan masalah yang mengganggu
kenyamanan pasien.kulit menjadi kering karena atropi kelenjar keringat
dan perubahan warna kulit akibat terjadi akibat pigmen urokrom. pasien
juga mengalami pruritus akibat hiperparatiroidisme sekunder dan deposit
kalsium pad kulit (Black & Hawk, 2005Fanny & Arcellia, 2016).
Perubahan paling mencolok pada pasien yang mengalami penurunan fungsi
ginjal adalah perubahan warna kulit menjadi kuning kusam karena absorpsi
dan retensi pigmen urin.Kulit juga menjadi pucat (karena anemia), dan
kering serta bersisik Karena penurunan aktivitas kelenjar minyak dan
keringat. Pruritus terjadi karena peningkatan kadar ureum dan deposit
kalsium-fosfat dalam kulit. Rasa gatal begitu hebat sehingga menyebabkan
perdarahan atau infeksi sekunder akibat garukan.
Dari analisa peneliti, dua diagnosa tersebut sama diangkat padakedua kasus
karena batasan karakteristik dari diagnosa tersebut ada pada keluhan kedua
partisipan yaitu Ny. J dan Ny. F. yaitu mengalami kulit kering bersisik,
terdapat area ekimosis pada kulit dan pruritus.
3. Intervensi Keperawatan
Monitor vital sign dengan pemantauan tekanan darah menjadi salah satu
intervensi utama dlam penanganan pasien dengan overload karea tekanan
darah merupakan salah satu indikator adanya peningkatan volume cairan
intravakuler. oleh sebab itu, intervensi pemantauan tekanan darah pada
pasien gagal ginjal kronik sangat penting untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya overload pada pasien (Black & Hawk, 2009
dalam Fanny & Arcellia, 2016).
4. Implementasi keperawatan
Pada rencana tindakan pada masalah kelebihan volume cairan pada Ny. J
dan ketidakseimbangan cairan pada Ny. F tidak semua dilakukan peneliti,
tindakan yang dapat dilakukan pada Ny.J adalah dengan ikut pencatatan
intake dan output, monitor vital sign, dan ikut kolaborasi pemberian
diuretic sesuai interuksi, yang mana sebelumnya kolaborasi telah
67
5. Evaluasi
mengatakan badan sudah merasa lebih baik dari hari kemarin, tetapi
badan masih sembab, data objektif ditemukan masih terjadi kelemahan
otot, masih terjadi asites, dan ekstremitas masih edema. Pada kasus Ny. F
data subjektif dari pasien mengeluh badan masih lemah, letih dan lesu.
Data objektif ditemukan tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 70 kali
permenit , pernafasan : 20 kali permenit suhu : 36,8 0C. Tidak ada
perubahan status paru dan jantung yang menunjukkan kelebihan cairan
atau dehidrasi.Intervensi tidak dilanjutkan karena kedua partisipan pulang
paksa.
Menurut Nanda (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kelebihan volume cairan adalah tidak terjadi kelemahan otot, tidak terjadi
disritmia, tidak terjadi asites, dan ekstremitas tidak edema.Kriteria hasil
untuk ketidaksembangan cairan dan elektrolit adalah, tidak terjadi
kelemahan otot, kram otot, kram perut, tidak terjadi disritmia dan tidak
terjadi gangguan kesadaran.
Pada diagnosa kedua yaitu kerusakan integritas kulit kasus Ny. J dan Ny.
F setelah dilakukan implementasi , di dapatkan hasil Ny. J mngeluh kulit
masih kering dan bersisik. data objektif ditemukan masih ditemukan kulit
kering bersisik, tidak ada kerutan pada tempat tidur, pasien sudah
melakukan miring kiri dan miring kanan karena pasien sudah merasa
baikan daripada hari sebelumnya. begitu juga dengan Ny. F masih
ditemukan kulit kering bersisik, tidak ada kerutan pada tempat tidur,
pasien sudah melakukan miring kiri dan miring kanan karena badan sudah
terasa membaik dari hari sebelumnya.Intervensi tidak dilanjutkan karena
kedua partisipan pulang paksa.
Menurut Nanda (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kerusakan integritas kulit adalah dengan indikator integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, dan
69
pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, mampu melindungi kulit
dan mempertahankan kelembaban kulit dengan perawatan alami.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit pada pasien Chronik Kidney Desease (CKD) di ruang rawat
penyakit dalam wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang berbeda yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Pada partisipan 1 dengan kelebihan volume cairan didapatkan pasien
mengeluh badan terasa lemah, letih, lesu, sembab pada kedua ekstremitas
dan air kencing keluar sedikit. Sedangkan pada partisipan 2 dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit didapatkan pasien mengalami
penurunan kesadaran dan sebelumnya mengalami kejang dirumah. Hal ini
menjukkan bahwa, jika seseorang mengalami Chronik Kidney Desease
(CKD) memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang
berbeda sesuai dengan kondisi tubuh partisipan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan berbeda tetapi
sesuai dengan konsep teori.Pada partisipan 1 memiliki diagnosa kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium. Pada
partisipan ke 2 memiliki diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan destruksi struktur ginjal secara progresif. Namun
partisipan 1 dan 2 memiliki kesamaan diagnosa yang kedua yaitu
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik.
3. Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Rencana keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Rencana keperawatan untuk diagnosa kelebihan volume cairan
adalah, adalah dengan dengan pertahankan catatan intake dan output yang
akurat, monitor hasil labor yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
Hematokrit, albumin, protein, natrium dan kadar kalium), pantau adanya
70
71
tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi, monitor vital
sign, pengukuran berat badan harian, kolaborasi pemberian diuretic sesuai
interuksi. untukdiagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:
pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor tanda-tanda
vital yang sesuai, timbang berat badan harian, monitor perubahan status
paru dan jantung yang menunjukkan kelebihan cairan atau dehidrasi.
Untuk diagnosa kerusakan integritas kulit: hindari kerutan pada tempat
tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, mobilisasi pasien
(ubah posisi setiap 2 jam sekali), oleskan lotion atau baby oil pada daerah
yang tertekan dan monitor status nutrisi pasien.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Disarankan melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil padang dapat
meningkatkan pelayanan rumah sakit dengan memberikan saran kepada
perawat agar melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang telah
dibuatsesuai dengan NIC serta evaluasi yang dilakukan sesuai NOC
sehingga perawat ruangan dapat mempertahankan dan memaksimalkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
PoltekkesKemenkes Padang
71
Alimul Aziz, H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Perawatan. Jakarta : Salemba Medika
Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan.
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media
Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.
Hengkesa, Pieter & Lawalata, Ivy, Violan. 2014. Faktor Risiko Penyakit Gagal
Ginjal Kronik
Hendromartono. Nefropati Diabetik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI ; 2014.
Morton, P.G, dkk. (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 1.
Jakarta : EGC
Prabowo, Eko & Andi, Eka, Pranata. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Report of Indonesia Renal Registry. 2015. diakses tanggal 17 April 2017 dari
http://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202015.pdf.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda, G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah: Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
Surhayono, Toto & Madjid Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: SalembaMedika.
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. J
b. Tempat / tanggal lahir : Pasa Usang/ 1 Februari 1967
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Sudah menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 22 Mei 2017
i. Alamat : Pasa Usang, Kab. Padang Pariaman
j. Tanggal pengkajian : 25 Mei 2017
1) Diagnosa medis : CKD stg V ec PGD on HD
3. Riwayat kesehatan-
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Ny. J masuk ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang. datang melalui IGD pada tanggal 22 Mei 2017 pukul
15.05 WIB diantar oleh keluarga, dengan keluhan badan terasa
lemah, letih, lesu, sembab pada tangan dan kaki serta air kencing
keluar sedikit.
4. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum :
a) Makan
1) Sehat
Pada saat sehat, pasien makan 3 kali dalam sehari dengan nasi, lauk,
dan sayur. pasien mengatakan suka makanan yang bersantan dan
berminyak.
2) Sakit
Pasien diberikan diit ML DD RG II, mampu hanya mampu makan ¼
porsinya saja, lalu ditambah dengan memakan buah. jenis minuman
yang sering diminum pada saat sehat adalah air putih, namun pada saat
sakit, minum pasien mulai dibatasi.
b) Minum
1) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari.
2) Sakit
jenis minuman yang sering diminum pada saat sehat adalah air
putih, namun pada saat sakit, minum pasien mulai dibatasi.
b. Tidur :
1) Sehat
Siang : -
Malam : 7-8 jam dalam sehari
2) Sakit
Siang : 2-3 jam dalam sehari
Malam : 4-5 jam dalam sehari.
c. Eliminasi :
a. BAB
1) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari, konsistensi lunak,
berwarna kuning.
b. BAK
1) Sehat
Pasien BAK minimal 5 kali sehari
2) Sakit
Pasien BAK ± 500 cc/hari dengan warna kuning dan konsentrasi
lebih bening.
d. Aktifitas pasien :
1. Sehat
Pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.
2. Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktivitas dibantu oleh
keluarga.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 156 cm
b. Berat badan :-
c. Tingkat kesadaran : GCS : 15
d. TTV : TD : 150/60 mmHg, N : 68 X/I, RR : 21 x/I
suhu : 36,80C
i. Rambut : kepala normachepal, rambut kering,mudah
rontok
e. Telinga : tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
f. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil isokor, reflek kedip ada.
g. Hidung : bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
h. Mulut : Mukosa mulut kering
i. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-),
j. Toraks :
a. Paru
1) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada retraksi dinding dada.
2) Palpasi
Premitus kiri dan kanansama
k. Abdomen :
1. inspeksi : Tampak membuncit
2. palpasi : Tidak ada distensi abdomen
3. perkusi : Timpani
4. auskultasi : Bising usus normal
l. Genitalia : Terapasang kateter, bersih
m. Ekstermitas :
1) Ekstremitas Atas : kulit tampak kering, dan mengkilap, terdapat
pitting edema, pruritus serta area ekimosis pada kulit. kekuatan
otot anggota gerak kanan 1, otot gerak kiri 5, CRT kembali cepat
<2 detik
2) Ekstremitas Bawah :bawah tampak edema, kulit kering dan
mengkilap, pruritus serta terdapat area ekimosis pada kulit kaki,
kekuatan otot anggota gerak kanan adalah 1,otot gerak kiri 5, CRT
kembali cepat < 2 detik.
7. Program pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ditemukan Dipecahkan
No Diagnosa keperawatan masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 kelebihan volume cairan 25 Mei 25 Mei
berhubungan dengan 2017 2017
retensi cairan dan
naatrium
kerusakan integritas kulit 25 Mei 25 Mei
2 berhubungan dengan 2017 2017
gangguan status
metabolic.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
P : Intervensi dilanjutkan
P : intervensi dilanjutkan
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. F
b. Tempat / tanggal lahir : Sidempuan/ 10 April 1962
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Sudah menikah
e. Agama : Islam
3. Riwayat kesehatan-
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Keluhan utama : Pasien datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang
merupakan rujukan RSUD Air Dingin Padang pada tanggal 25 Mei 2017
pukul 18.44 WIB. Pasien dating melalui IGD dengan penurunan
kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan kejang 2 kali,
pasien mengatakan badanya terasa lemah dan letih. Keluarga pasien
mengatakan sebelumnya pasien dapat berkomunikasi tapi lama kelamaan
pasien tampak mengantuk dan tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga.
c. Keluhan saat dikaji :
Pasien mengatakan bahwa kaki dan tangannya masih sembab,
mengeluh air kencing masih sedikit, dan sering merasa mual dan
badan lemah.
b). Sakit
3). Tidur :
a). Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 7-8 jam dalam sehari
b). Sakit
Siang : 2-3 jam dalam sehari
Malam : 4-5 jam dalam sehari.
b. Eliminasi :
1) BAB
a). Sehat
b). Sakit
Pasien ada BAB 1 kali shari, konsistensi lunak, berwarna kuning.
a). Sehat
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 150 cm
b. Berat badan :-
c. Tingkat kesadaran : GCS : 15
d. TTV : TD : 130/70 mmHg, N : 68 X/I, RR : 21 x/I
suhu : 37,6 0C
e. Rambut : kepala normachepal, rambut kering,
mudah rontok
f. Telinga : tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
g. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil isokor, reflek kedip ada.
h. Hidung : bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
i. Mulut : Mukosa mulut kering
j. Leher : Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah
bening (-), pembesaran tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-).
k. Toraks :
1). Paru
a). Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi dinding
dada.
b). Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama
c). Perkusi
l. Abdomen :
1) inspeksi : Tidak tampak membuncit
2) palpasi : Tidk ada distensi abdomen
3) perkusi : Timpani
4) auskultasi : Bising usus normal
n. Ekstermitas :
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infuse NaCl 0,3 %, tidak ada
edema.
2) Ekstremitas Bawah : Tidak terdapat edema pada kedua tungkai,
akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
7. Program pengobatan
Terapi pengobatan yang didapatkan oleh Ny. F dimulai dari tanggal 25 Mei
2017 dalah ML RP 48gr DD 1700 Kkal, IVFD Nacl 0,9 % 8 j/kolf, Inj.
Ceftriaxone 1x2 mg, Bicnat 3x500 j, As. Folat 1x5 mg, Osteocal 1x1000 j,
Drip critisil 111, IVFD Nacl 3 %12 jam/kolf, Novorapid 3x4 iu, Lovemir
1x6 iu, HD 2x seminggu.
DO : ureum darah
152 mg/dl (normalnya
: 10,0-50,0), kreatinin
darah 7,5 mg/dl
(normalnya 6,6-8,7),
albumin 2,3 g/dl
(normalnya 3,8-5,0),
globulin 3,2 g/dl,
protein total : 5,5 g/dl
(normalnya 6,6 – 8,7).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
NOC NIC
keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan