Nurfriyatna Utami 143110180 3a

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 120

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KESEIMBANGAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI
RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelah Ahli Madya Keperawatan

NURFRIYATNA UTAMI
NIM : 143110180

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KESEIMBANGAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI
RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

NURFRIYATNA UTAMI
NIM : 143110180

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan keseimbangan Cairan dan Elektrolit
pada Pasien CKD di Ruangan Rawat Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari ibu
Hj.Reflita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I serta ibu Ns. Idrawati Bahar,
S.Kep, M. Kep selaku pembimbing II serta Ka. Prodi D-III Keperawatan Padang
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Maswardi M.Kes selaku penguji I dan Ibu Ns. Lola Felnanda
Amri S.Kep, M.Kep selaku penguji II.
2. Bapak H. Sunardi, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, S.KM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak/Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk bekal peneliti.
5. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku pimpinan
RSUP. Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk pengambilan
data.
6. Orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukunganm
aterial dan moral

iv
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta
penelitimendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Amin

Padang, Juni 2017

Peneliti

v
vi
E. Pengumpulan Data…………………………………………………… 44
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 45
G. Hasil Analisis........................................................................................ 46

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS……………………. 48


A. Deskripsi kasus……………………………………………………… 48
B. Pembahasan ………………………………………………………… 57

BAB V PENUTUP………………………………………………………....... 70
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 71
B. Saran……………………………………………………………….... 72

DAFTAR PUSTAKA

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elektrolit-elektrolit Utama……….……...………………………… 10


Tabel 2.2 Diagnosadan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC …….. 35
Table 4.1 Pengkajian pada partisipan 1 dan partisipan 2…….……......…….. 47
Table 4.1 Diagnosa pada partisipan 1 dan partisipan 2…………….……….. 51
Table 4.1 Intervensi pada partisipan 1 dan partisipan 2……………….…….. 52
Table 4.1 Implementasi pada partisipan 1 dan partisipan 2………………….. 54
Table 4.1 Evaluasi pada partisipan 1 dan partisipan 2……………………….. 55

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Informed Consent
Lampiran 4 Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan Partisipan 1 dan 2
Lampiran 6 Surat Tanda Selesai melakukan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Prodi Keperawatan Padang
Jurusan D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 7 Daftar Hadir Penelitian

xi
Poltekkes Kemenkes
Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurfriyatna Utami


NIM : 143110180
Tempat / Tanggal Lahir : Lubuk Alung, 18 April 1996
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Salfami
Ibu : Resmita Mulia
Alamat : Perumnas Kp. Ladang No. 14D Balah Hilir

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Pendidikan TahunAjaran
1 TK Dharma Wanita 2001-2002
2 SDN 27 Lubuk Alung 2002-2008

2 SMPN 1 Lubuk Alung 2008-2011


3 SMAN 1 Nan Sabaris 2011-2014
4 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan 2014-2017
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes
RI Padang

Poltekkes Kemenkes
Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama


adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai
kebutuhan paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan
kehidupannya (survive). Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah
kebutuhan akan cairan dan elektrolit yang merupakan cairan kedua setelah
oksigen. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan
cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi,
2013).

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam


memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas
sekitar 60% air yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun
demikian, besarnya kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan
kandungan lemak (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Untuk mejaga
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh harus memiliki jumlah, haluaran
air dan distribusi cairan dan elektrolit yang mencukupi, serta pengaturan
komponen-komponen tersebut.Sehingga tubuh mampu untuk
mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidupnya (Ernawati, 2012).

Ketidakseimbangan akan mempercepat proses metabolisme,


memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan benar,
memengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh kita
menyimpan limbah beracun (Bennita W. Vaughans, 2011).

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit hipovolume / dehidrasi


dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus,
klenjar gondok, diare, dan muntah.Hipervolume/ overhidrasi, kelebihan
cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, srosis hepatis, dan
kelainan ginjal (Agustina, 2013).
Chronic Kidney Disease atau gagal ginjal kronik merupakan suatu
perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Pada Gagal Ginjal

1
Poltekkes Kemenkes Padang
3

hemodialisa lebih lama, dengan proporsi pasien hemodialisa terbanyak


pada usia 45 s/d 64 tahun yaitu 27.31% - 29.46% (PERNEFRI, 2015).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013


prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi
kelompok umur ≥ 75 tahun dengan 0,6% lebih tinggi dari pada kelompok
umur yang lain. Prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah 0,5% dan
yang trendah Riau, DKI Jakarta, NTB dan Kalimantan Timur masing-
masing 0,1 %. Di provinsi Sumatera Barat prevalensi Gagal Ginjal Kronik
ini mencapai 0,2% dari penduduk Indonesia. Prevalensi tertinggi didaerah
Tanah Datar dan Kota Solok masing-masing 0,4% diikuti Pesisir Selatan,
Sijunjung, dan Kota Padang masing-masing 0,3% yang mencakup pasien
mengalami pengobatan, terapi pergantian ginjal, dialysis peritoneal dan
hemodialisis pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Masalah keperawatan yang biasa timbul pada pasien dengan gagal ginjal
kronik adalah kelebihan volume cairan tubuh.Intervensi keperawatan yang
spesifik agak bervariasi sesuai dengan kondisi patologis yang
mendasarinya dan tingkat kelebihan volume cairan. Rencana tindakan
yang dapat dilakukan untuk gangguan kelebihan cairan secara umum
adalah pantau jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan
status keseimbangan cairan, kurangi asupan garam, letakkan ekstremitas
yang lebih tinggi dari jantung (kecuali ada kontra indikasi), dan ubah
posisi pasien setidaknya setiap dua jam (Brunner & Suddarth, 2013).

Penyokong terapi untuk mencegah kelebihan beban cairan adalah


pembatasan asupan cairan dan garam. Untuk memperlambat kebutuhan
akan dialysis dapat juga dengan menggunakan diuretic. Saat gagal ginjal
kronik memburuk oliguria biasanya akan muncul, merupakan tanda dan
gejala kelebihan beban cairan. Pada pasien gagal ginjal kronik, pengkajian
status cairan yang berkelanjutan sangatlah penting, yang meliputi
melakukan pembatasan asupan dan pengukuran haluaran cairan yang
akurat, menimbang berat badan setiap hari dan memantau adanya
komplikasi cairan. Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan haluaran

Poltekkes Kemenkes Padang


4

cairan akan mengakibatkan, edema, hipertensi, edema paru, gagal jantung,


dan distensi vena jugularis, kecuali akan dilakukan terapi dialysis (Morton,
2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Arif Rahman di RSUPN


Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2014 tentang optimalisasi
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang mendapatkan
Hemodialisis, perawatan dilakukan selama 4 hari, dari penelitian tersebut
didapatkan setelah dilakukan pengaturan cairan dan dilakukan
penimbangan berat badan diantara dua waktu HD di dapatkan penambahan
berat badan tidak lebih dari 2% atau 1 Kg BB. Ini dilakukan dengan cara
mengukur kenaikan berat badan diantara dua waktu HD.

Pada survey awal yang dilakukan pada tanggal 19 Januari 2017 di Ruang
Rawat InapPenyakit Dalam yang menderita CKD atau gagal ginjal
didapatkan 4 orang pasien di ruang High Care Unit (HCU), 3 orang
pasien di Ruang Rawat Inap Priadan 5 orang pasien di Ruang Rawat Inap
Wanita yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien
dan keluarga pasien mengatakan bahwa badan terlihat bengkak, pasien
mengeluh sesak nafas, dan pengeluaran air kencing sedikit. Hasil
wawancara dengan perawat ruangan High Care Unit (HCU), Ruang
Rawat Inap PriadanRuang Rawat Inap Wanita, didapatkan semua pasien
yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit karena destruksi stuktur ginjal
secara progresif.Hasil dokumentasi status pasien dari 12 status pasien yang
mengalami CKD atau gagal ginjal kronik di ruang rawat Inap Penyakit
Dalam (HCU, RRIP, dan RRIW),9 status pasien diantaranya perawat
mengangkat kelebihan volume cairan dan 3 status pasien lainnya tidak
diangkat kelebihan volume cairan tetapi gangguan perfusi jaringan renal.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dalam mengatasi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, terutama kelebihan volume cairan,
dalam tindakan pemberian obat dan pembatasan cairan, perawat jarang
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
5

tindakan perawatan yang dilakukan. Serta perawat melibatkan keluarga


dalam menghitung output terutama urin pasien. Hasil wawancara yang
dilakukan dengan keluarga pasien, keluarga mengatakan tidak mengetahui
tujuan obat yang diberikan dan kurang memahami pembatasan cairan yang
dimaksudkan oleh perawat seperti banyaknya minum yang boleh diberikan
serta tujuan dalam menghitung urin.

Berdasarkan data dan fenomena yang peneliti uraikan diatas peneliti


mengangkat judul penelitian tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik” di RSUP Dr. M Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana Asuhan
Keperawatan dengan Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr.M. Djamil
Padang tahun 2017

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang penyakit dalam RSUP.Dr.M.
Djamil Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
penyakit dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal
Kronik di ruang penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan ketidakseimbangan


cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan ketidaksembangan
cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.

D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan Keperawatan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal dalam menulis karya tulis
ilmiah.
b. Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran dan masukan melalui direktur RSUP.Dr.M.
Djamil Padang untuk memotivasi perawat di dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD).

2. Pengembangan Keilmuan
a. Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang
laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pembaharuan khususnya mengenai penerapan Asuhan
keperawatan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien
gagal ginjal kronik oleh mahasiswa prodi keperawatan Padang.

b. Penelitian selanjutnya
7

Hasil penelitian laporan karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat


memberikan masukan bagi penelitian berikutnya untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit Tubuh
1. Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis karena
memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari total berat badan
berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi
sebagai media tempat aktivitas kima sel berlangsung. Cairan ini menyusun
sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun 30% dari
TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terdiri atas cairan
intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan
intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.

Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut tersusun atas


ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan
positif disebut kation, contohnya natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium
(Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan negative disebut
anion, contohnya klorida (Cl-), sulfat (SO42-), fosfat (PO43-), dan bikarbonat
(HCO-3).

Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia, keseimbangan elektrolit,


dan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).
2. Fisiologi Pengaturan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa
a. Cairan

8
9

Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
1. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma
darah (8%).
3. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan
diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan
dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan
melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.

Table 2.1 Elektrolit-elektrolit Utama

Elektrolit-elektrolit Fungsi Lokasi


utama Intraseluler Ekstraseluler
(mEq/L) (mEq/L)
Sodium ( Na+) Fungsi neuromuscular dan 12 145
manjemen cairan (elektrolit
ekstraseluler paling banyak)
Potassium (K+) Fungsi neuromuscular dan 150 4
jantung (elektrolit intraseluler
paling banyak)
Kalsium ( Ca++) Struktur tulang, fungsi 5 <1
neuromuscular dan
penggumpalan darah.
Magnesium ( Mg++) Transportasi aktif Na+ dan 40 2
K+, fungsi neuromuscular.
Klorida (Cl-) Osmolalitas, keseimbangan 103 4
asam basa.
Fosfat (HPO4-) Pembentukan ATP, 4 75
keseimbangan asam basa.
Dimodifikasi seizing Johson JY: Fluidsband Electrlytes Demystified. New York: McGraw-
Hill,2008:12 dalam Bennita W. Vaughans 2013.

Poltekkes Kemenkes Padang


10

Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran


untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam
hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk
menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam
jumlah sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal
atau lambung dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk
mengurangi atau menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan
untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik menjadi efektif,
organ atau system yang bertanggung jawab untuk penyerapan dan ekskresi
(gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekresi (renal) harus
berfungsi dengan baik.

c. Keseimbangan asam basa


Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal merupakan
mekanisme kunci untuk mengatur keseimbanagan asam basa dalam tubuh
manusia.
Penyangga adalah senyawa yang mengatur pH tubuh dengan menerima
atau melepaskan ion H+.Salah satu penyangga terpenting dalam tubuh
manusia adalah bikarbonat.

1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan


diterima oleh sel darah merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan
dibawah pengaruh karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera
dikonversi menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat
(HCO3-) dan H+.
4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalam
plasma menuju paru-paru.
5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat
berinteraksi dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan

Poltekkes Kemenkes Padang


11

pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah kedalam jaringan


untuk respirasi sel (Bennita, 2013).

Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:

1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah merah, dimana


selanjutnya dikonversi menjadi oksihemoglobin.
2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel darah
merah.
3) Setelah berada dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung
dengan H+ bebas (dari hasil formasi oksihemoglobin) untuk
membentuk asam karbon.
4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah
menjadi air dan CO2.
5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru,
dimana ia akan dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi
(Bennita, 2013).
System penyangga memfasilitasi keseimbangan asam basa, pengeluaran
karbon dioksida dari tubuh, dan transportasi oksigen keberbagai jaringan
tubuh untuk digunakan dalam respirasi seluler.

Peran paru-paru dalam mejaga keseimbangan asam basa dalam keadaan


normal telah disekripsikan sebelumnya.Jika terdapat kelebihan asam
dalam tubuh (asidosis), paru-paru menyumbang dengan menyebabkan
pernapasan dalam dan cepat untuk mengeluarkan kelebihan itu.Hal
sebaliknya terjadi ketika terjadi kelebihan jumlah basa dalam tubuh
(alkalosis) (Bennita, 2013).

Ginjal mengontrol keseimbanagn asam basa dengan mengeksresi atau


menahan H+ dan HCO3- dari tubuh untuk melawan asidosis atau
alkalosis.Ginjal merespon asidosis dengan meningkatkan pengeluaran H+
dari tubuh melalui eksesi urin dan dengan menahan HCO3-.Bikarbonat
yang disimpan oleh ginjal disirkulasikan dalam darah dan tersedia untuk
menetralkan ion H+ bebas yang beredar dalam darah.Dalam kasus

Poltekkes Kemenkes Padang


12

alkalosis, hal sebaliknya terjadi.Ion hydrogen ditahan, dan bikarbonat


dikeluarkan melalui urin. Pengaturan renal dari Ph merupakan proses yang
lambat, namun hasilnya adalah perbaikan ketidakseimbangan asam basa
yang efesien jangka panjang dan, tidak sepert system pernapasan dan
memulihkan pH secara total ke kisaran normal (Bennita, 2013).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan


Asam-Basa

Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mempengaruhi


proses metabolism dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan mempercepat
proses, memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan
benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh
kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ
(missal jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa secara efisien juga terpengaruh. Dikarenakan usia
merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang
telah disebutkan sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat
tua.
2) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke
intraseluler.
4) Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5) Sakit

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,


gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan
Wartonah, 2011).

4. Pengaturan Keseimbangan Cairan


a. Rasa Dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada
akhirnya meimbulkan produksi angiostensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensai haus.
2. Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat
mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Antidiuretik hormone (ADH)
ADH dibentuk dihipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.Hormone ini meningkatkan
reabsorbsi air pada duktus kolingentes sehingga dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjr adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbs natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serium dan system
rennin-angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfunsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan
darah, konstraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal.Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan
efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortiroid
Meningkatkan respon natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan

Poltekkes Kemenkes Padang


14

perubahan pada keseimbangan volume darah (Tarwoto dan


Wartonah,2011).

5. Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa


1) Ketidakseimbangan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi
antara keduanya (cairandan elektrolit) mendekati normal.Hipovolume
dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume cairan (fluid
volume deficit atau FVD).

Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit, tekanan osmotic


mengalami perubahan sehingga cairan interstisial dapat masuk ke
ruang intravaskuler.Hal ini menyebabka ruang interstisial kosong dan
cairan intrasel masuk kedalamnya.

Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya


kekurangan asupan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya
protein dan klorida atau natrium).kelebihan asupan zat terlarut dapat
menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta
pengeluaran keringat yang banyak dalam waktu yang lama.

Dehidrasi dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada


hipotalamus, kelenjar gondok, dan ginjal.Selain itu dehidrasi juga
dapat terjadi pada pasien yang mengalami diare dan muntah secara
terus menerus.
Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah isotonic yang hilang.
2) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih
besar daripada jumlah elektrolit yang hilang

Poltekkes Kemenkes Padang


15

3) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih


sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat


menyebabkan penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan
perubahan hematokrit.

Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:

1) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari
berat badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang
berlebihan dapat berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang
Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10%
dari berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam
tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter
atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai
159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat mengalami
hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).

b. Hipervolemia
Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang
ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi
atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau FVE).Kelebihan
cairan didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu
peningkatan volume darah dan edema.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau
edema pitting, edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting
adalah edema yang muncul didaerah perifer. Penekanan daerah edema,
akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan
melalui titik tekan.Edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan
yang menyeluruh.Edema nonpitting tidak menunjukkan kelebiahan
cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan
jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik
cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada


edema anasarka, tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam sehingga
menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru.
Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas ronki
basah.
Kelebihan cairan ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut.
1) Edema perifer atau edema pitting
2) Asites
3) Kelopak mata bengkak
4) Suara napas ronki basah
5) Penambahan berat badan yng tidak normal (Lyndon Saputra,
2013).

2) Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa


a. Hiponatremia (<134 mEq/L)
Adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam cairan ekstrasel
yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Pada kondisi ini,
kadar natrium serum < 136 mEq/L dan berat jenis urin < 1,010.

Poltekkes Kemenkes Padang


17

Penurunan kadar natrium menyebabkan cairan berpindah dari ruang


ekstrasel ke cairan intrasel sehingga menjadi bengkak.

Tanda dan gejala hiponatremia meliputi rasa haus berlebihan, denyut


nadi cepat, hipotensi postural, konvulsi, membrane mukosa kering,
cemas, postural dizziness, mual, muntah, dan diare.Hiponatremia
umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara berlebihan,
misalnya ketika terjadi diare atau muntah terus menerus dalam jangka
waktu lama.

b. Hipernatremia (>146 mEq/L)


Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam cairan ekstrasel
yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrsel. Pada
kondisi ini, kadar natrium serum >144 mEq/L dan berat jenis urine >
11,30. Peningkatan kadar natrium menyebabkan cairan intrasel
bergerak keluar sel.
Tanda dan gejala hipernatremia meliputi kulit dan mukosa bibir
kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit membengkak, oliguria atau
anuria, konvulsi, suhu tubuh tinggi, dan lidah kering serta kemerahan.
Hipernatremia bisa disebabkan oleh asupan natrium yang
berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare, disfagia, poliuria karna
diabetes insipidus, dan kehilangan cairan berlebihan dari paru-paru.

c. Hipokalemia (<3,4 mEq/L)


Hipokalemia adalah keadaan kekurangan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan kalium berpindah keluar sel. Pada
kondisi ini, kadar kalium serum < 3,5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG
terdapat gelombang T datar depresi segmen ST. hipokalemia ditandai
dengan kelemahan, keletihan, dan penurunan kemampuan otot. Selain
itu kondisi ini juga ditandai denga distensi usus, penurunan bising
usus, denyut jantung (aritmia) tidak beraturan, penurunan tekanan
darah, tidak napsu makan, dan muntah-muntah.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

d. Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang.

Tanda dan gejala hiperkalemia meliputi rasa cemas, iritabilitas,


hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas system pencernaan,
kelemahan, dan aritmia.Hiperkalemia ini berbahaya karena dapat
menghambat transmisi impuls jantung dan dapat menyebabkan
serangan jantung.

Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, dan
asidosis metabolic. Ketika terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menormalkan kadar kalium adalah dengan
pemberian insulin karena insulin dapat membantu mkalium masuk
kedalam sel.

e. Hipokalsemia( <8,6 mg/ dL atau 4,5 mEq/L)


Hipokalsemia adalah kondisi kekurangan kalsium dalam cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum <4,5 mEq/L serta
terjadi pemanjangan interval Q-T pada pemeriksaan EKG.
Hipokalsemia ditandai dengan terjadinya kram otot dan kram perut
kejang (spasme) dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,
gangguan kardiovaskuler dan osteoporosis.

f. Hiperkalsemia( >10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L)


Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

Hiperkalsemia ditandai dengan penurunan kemampuan otot, mual,


muntah, anoreksia, kelemahan dan letargi, nyeri pada tulang, dan
serangan jantung.Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar ogondok dan mengkonsumsi
vitamin D secara berlebihan.

g. Hipomagnesemia (<1,3 mEq/L)


Hipomagnesia adalah kondisi kekurangan kadar magnesium dalam
darah. Pada kondisi ini, kadar magnesium serum ≥ 1,4 mEq/L.
Hipomagnesia ditandai dengan iritabilitas, tremor, hipertensi,
disorientasi, konvulsi, halusinasi, kejang, dan kram pada kaki dan
tangan, reflek tendon profunda yang hiperaktif, serta takikardia.
Kondisi ini umunya disebabkan oleh konsumsi alcohol yang
berlebihan, malnutrisi, gagal hati, absorbs usus yang buruk, dan
diabetes mellitus.

h. Hipermagnesemia (>2,5 mEq/L)


Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium dalam darah. Pada
kondisi ini, nilai kadar magnesium serum ≥ 3,4 mEq/L. hipermagnesia
ditandai dengan depresi pernapasan, aritmia jantung, dan depresi
reflex tendon profunda.

i. Hipokloremia (≥95 mEq/L)


Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida dalam serum.
Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95 mEq/L. Hipokloremia ditandai
dengan gejal yang menyerupai alkalosis metabolic yaitu, kelemahan,
apatis, gangguan mental, pusing, dank ram. Kondisi ini dapat terjadi
karena tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal secara berlebihan,
misalnya karena muntah, diare, dieresis, atau pengisapan nasogastrik.

j. Hiperkloremia (> 105 mEq/L)


Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida dalam serum.Pada
kondisi ini, nilai ion klorida > 105 mEq/L. hiperkloremia sering

Poltekkes Kemenkes Padang


20

dikaitkan dengan hipernatremia, terutama pada kasus dehidrasi dan


masalah ginjal.

Hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga


menyebabkan ketidakseimbanagn asam basa. Jika berlangsung lama,
kondisi ini akan menyebabkan kelemahan, letrgi, dan pernapasan
kusmaul.

k. Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl)
Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion fosfat didalam
serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat < 2,8 mg/dl. Hiposfatemia
antara lain ditandai dengan anoreksia, parastesia, kelemahan otot, dan
pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena pengosumsian alcohol secara
berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan ketoasidosis diabetes.

l. Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat didalam
serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau > 3,0 mEq/L.
Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan peningkatan eksitabilitas
system saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan osteoporosis. Kondisi ini
dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau pada saat kadar parathormon
menurun.

m. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh karena
jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan
H2CO3 yang akhirnya menyebabkan peningkatan [H+].Hal ini
menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada asidosis respiratorik
dapat disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi paru (misalnya
asma dan enfisema), perdarahan, trauma kepala, dan tindakan
menahan napas.
Asidosis respiratorik memiliki tanda-tanda klinis sebagai berikut.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

1) Gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi


2) Terdapat tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran, dan disorientasi.
3) pH plasma <7,35
4) pCO2 tinggi (>45 mmHg)

ginjal melakukan kompensasi dengan cara :

1) meningkatkan pengeluaran hydrogen


2) mempertahankan kadar bikarbonat

n. Acidosis metabolic (pH<7.35, HCO3- ≤ 20 mEq/L, CO2 ≤23 mEq/L


BE <2 mEq/L)
Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH yang bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan
penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO 3-
secara berlebihan atau oleh penimbunan asam nonkarbonat.

Asidosis metabolic dapat disebabkan oleh penurunan bikarbonat


(misalnya karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya
karena gangguan fungsi ginjal). Gejala asidosis metabolic antara lain:
1) pH plasma <7,35 dengan nilai HCO3-< 22 mEq/L.
2) PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
3) Pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan dalam )
4) Kelelahan (malaise)
5) Disorientasi
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
1) Ginjal menahan bikarbonat dan mengeluarkan hydrogen
2) Paru meningkatkan pengeluaran CO2 dengan cara bernapas
cepat dan dalam.
o. Alkalosis respiratorik

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa


yang ditandai dengan kenaikan ph karena pengeluaran CO2 berlebih
akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kondisi
demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin.
Gejala klinis alkalosis respiratorik antara lain:
1) pH > 7,45
2) Penglihatan kabur
3) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
4) Kemampuan konsentrasi terganggu
5) Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan eksresi
bikarbonat dan menahan hydrogen.

p. Alkalosis metabolic (pH>7.45, HCO3->28 mEq/L, BE >2 mEq/L)


Alkalosis metabolic adalah keadaan penurunan jumlah ion hydrogen
dalam plasma yang disebabkan oleh defisiensi relative asam-asam non
bikarbonat.Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi
dengan peningktan CO2.
Gejala klinis alkalosis metabolic antara lain:
1) Nilai bikarbonat plasma > 26 mEq/L dan pH> 7,45
2) Apatis
3) Ganggun mental, misalnya letargi, bingung, dan gelisah
4) Lemah
5) Kram
6) Pusing
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
1) Ginjal menahan ion hydrogen dan mengekskresikan lebih
banyak HCO3-.
2) Napas menjadi lambat dan dangkal.

6. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronik atau
CKD.

Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
(a) Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk
melaksanakan seluruh beban kerja ginjal.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

(b) Terjadi peningkatan beban filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus
dalam setiap nefron, meskipun GFR diseluruh massa nefron turun
dibawah normal.

Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal
dari nefron.Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal
GFR (Glomerular Filtration Rate).Pada penurunan fungsi rata-rata 50%,
biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri, nokturia,
hipertensi dan sesekali terjadi anemia.Selain itu, selama terjadi kegagalan
fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu.
(Madara, 2008 dalam Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).

1) Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu
memekatkan urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan
(poliuria).Hipothenuria tidak disebabkan atau berhubungan degan
penurunan jumlah nefron, tetapi peningkatan beban zat tiap nefron.Hal ini
terjadi karena keutuhan nefron yang membawa zat tersebut dan kelebihan
air untuk nefron-nefron tersebut tidak dapat berfungsi lama.Terjadi
osmotic diuretic, menyebabkan seseorang menjadi dehidrasi.

Jika jumlah nefron yang tidak berfungsi meningkat, maka ginjal tidak
mampu menyaring urin (isothenurua). Pada tahap ini glomerulus menjadi
kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah melalui tubulus, maka
akan terjadi retensi cairan dengan retensi air dan natrium (Arif Muttaqin,
2011).

2) Ketidakseimbangan Natrium
Ketidakseimbangan natrium merupakan masalah yang serius dimana
ginjal mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau dapat
meningkat sampai 200 mEq per hari.Variasi kehilangan natrium
berhubungan dengan intact nephron theory. Dengan kata lain, bila terjadi
kerusakan nefron, maka tidak terjadi pertukaran natrium.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

Nefron menerima kelebihan natrium sehingga menyebabkan GFR


menurun dan dehidrasi.Kehilangan natrium lebih meningkat pada
gangguan gastrointestinal, terutama muntah dan diare.Keadaan ini
memperburuk hiponatremia dan dehidrasi.

Pada GGK yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan


meskipunterjadi kehilangan yang fleksibel pada natrium. Bila GFR
menurun di bawah 25-30 ml/menit, maka ekresi natrium kurang lebih 25
mEq/hari, maksimal eksresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan ini
natrium dalam diet dibatasi yaitu sekitar 1-1,5 gram/hari.

3) Ketidakseimbangan Kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolic terkontrol, maka
hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium IV.Keseimbangan kalium
berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama urine output
dipertahankan, kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkalemia terjadi
karena pemasukan kalium yang berlebihan, dampak pengobatan,
hiperkatabolik (infeksi), atau hiponatremia.Hiperkalemia juga merupakan
karakteristik dari tahap uremia.

Hipokalemia terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit
tubuler ginjal, dan penyakit nefron ginjal, dimana kondisi ini akan
menyebabkan ekresi kalium meningkat. Jika hipokalemia persisten,
kemungkinan GFR menurun dan produksi NH 3 meningkat HCO3 menurun
dan natrium bertahan.

4) Ketidakseimbangan Asam Basa


Asidosis metabolic terjadi karena ginjal tidak mampu mengeksresikan ion
hydrogen untuk menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler
mengakibatkan ketidakmampuan pengeluaran ion H dan pada umunya
penurunan eksresi H+ sebanding dengan penurunan GFR. Asam yang
secara terus menerus dibentuk oleh metabolism dalam tubuh dan tidak
difiltrasi secara efektif, NH3 menurun dan sel tubuler tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


25

berfungsi.Kegagalan pembentukan bikarbonat memperberat


ketidakseimbangan.Sebagian kelebihan hydrogen dibuffer oleh mineral
tulang.Akibatnya asidosis metabolic memungkinkan terjadinya
osteodistrofi.

5) Ketidakseimbangan magnesium
Magnesium pada tahap awal GGK adalah normal, tetapi menurun secara
progresif dalam eksresi urine sehingga menyebabkan
akumulasi.Kombinasi penurunan eksresi dan intake yang berlebihan pada
hipermagnesemia dapat mengakibatkan henti napas dan jantung.

6) Ketidakseimbangan kalsium dan Fosfor


Secara normal kalsium dan fosfor dipertahankan oleh paratiroid hormone
yang menyebabkan ginjal mreabsorbsi kalsium, mobilisasi kalsium dari
tulang, dan depresi reabsorbsi tubuler dari fosfor.Bila fungsi ginjal
menurun 20-25% dari normal, hiperfosfatemia dan hipokalsemia terjadi
sehingga timbul hiperparatiroidisme sekunder.Metabolism vitamin D
terganggu dan bila hiperpathyroidisme berlangsung dalam waktu lama
dapat mengakibatkan osteornal dystrophy.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan dan


Elktrolit pada Pasien CKD atau Gagal Ginjal Kronik

a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang


dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.

2) Identitas Penanggung Jawab


Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


26

3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat bervariasi, terlebih jika terdapat
penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa
urine output yang menurun (oliguria) sampai pada anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada system
sirkulsi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis,
fatigue, napas berbau urea,dan pruritus. Kondisi ini dipicu
oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolism/
toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan
filtrasi (Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien dengan gagal ginjal kronis terjadi penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena
komplikasi dari gangguan system ventilasi seperti
pernapasan kussmaul, fatigue, perubahan fisiologi kulit
seperti pruritus dan area ekimosis pada kulit, serta bau urea
pada napas. Selain itu, karena berdampak pada proses
metabolisme (sekunder karena intoksikasi), maka akan
terjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk
terjadinya gangguan nutrisi (Eko prabowo dan Andi eka
pranata, 2014).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut
dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu,
informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk
masalah. Biasanya ada riwayat penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya obat

Poltekkes Kemenkes Padang


27

yang bersifat nefrotoksik, BPH dan lain sebagainya yang


mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu ada beberapa
penyakit yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal
ginjal yaitu diabetes mellitus, hipertensi, dan batu saluran
kemih (urolithiasis) (Eko prabowo dan Andi eka pranata,
2014).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Gagal ginjal kronik bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada
penyakit ini.Namun pencetus sekunder seperti DM dan
Hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit
gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat
herediter.Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika
ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat
sakit.

4) Activity Daily Living (ADL)


1. Pola Nutrisi
Gangguan system pencernaan lebih dikarenakan efek
dari penyakit (stress effect).Sering ditemukan anoreksia,
nausea, vomit, dan diare.
2. Pola Eliminasi
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara
kompleks (filtrasi, sekresi, reabsorbsi dan ekskresi),
maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urin output < 400 ml/hari bahkan sampai
pada anuria (tidak adanya urine output).
3. Pola Aktivitas / istirahat
Klien mengalami penurunan tingkat kesadaran dan
keadaan umum yang lemah.Didapatkan adanya nyeri
panggul, sakit kepala, keram otot, defosit fosfat kalsium
dan keterbatasan gerak sendi serta menyebabkan

Poltekkes Kemenkes Padang


28

keletihan, kelemahan, malaise, dan aktivitas fisik


rendah.

5) Riwayat Psikososial
Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi
tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri
dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini
juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan sehingga klien mengalami kecemasan.

6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat.Tingkat
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat.Pada TTV sering didapatkan
adanya perubahan; RR meningkat, tekanan darah terjadi
perubahan dari hipertensi ringan sampai berat. (Arif Muttaqin,
2011).

b) Kepala
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan normachepal, rambut
tipis dan kasar
(2) Palpasi : Biasanya tidak ditemukan benjolan

c) Wajah
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan edema
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan pitting edema (+)

d) Mata
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis

e) Telinga
(1) Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan lesi

f) Hidung

Poltekkes Kemenkes Padang


29

(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan klien bernapas dengan


bau urine (fetor uremik) dan pernapasan kusmaul.

g) Mulut
(1)Inspeksi : Biasanya ditemukan klien dengan bau mulut
ammonia, dan peradangan mukosa mulut.

h) Leher
(1)Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan pembengkakan
(2)Palpasi : Biasanya ditemukan distensi vena jugularis

i) Thoraks
Paru
(1) Inspeksi : Biasanya terdapat tarikan dinding dada
(2) Palpasi : Biasanya premitus kiri dan kanan sama
(3) Perkusi : Biasanya terdengar bunyi pekak
(4) Auskultasi : Biasanya terdengar crackles

Jantung

(1) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak tampak


(2) Palpasi : Biasanya nadi meningkat
(3) Perkusi : Biasanya terdengar bunyi pekak
(4) Auskultasi : Biasanya ditemukan gangguan irama
jantung, friction rub

j) Abdomen
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan asites
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan distensi abdomen
(3) Perkusi : Biasanya terdengar bunyi timpani
(4) Auskultasi : Biasanya bising usus normal

k) Ekstremitas :
(1) Inspeksi : Biasanya ditemukan edema ,ptekie, area
ekimosis pada kulit.
(2) Palpasi : Biasanya ditemukan pitting edema (+).

b. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium

Poltekkes Kemenkes Padang


30

1. Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia, anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin : meninggi, perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini akan berkurang : ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes klirens
kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. Natrium normal; 135-
145 mEq/lt. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis. Dilihat dari hasil tes, kadar
potassium > 5 mEq/L. Kalium normal dalam tubuh; 3,5-5,3 mEq/lt.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK. Ureum dan kreatinin : meninggi, perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini akan
berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan
tes klirens kreatinin yang menurun.
5. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. Natrium normal; 135-
145 mEq/lt. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis. Dilihat dari hasil tes, kadar
potassium > 5 mEq/L. Kalium normal dalam tubuh; 3,5-5,3 mEq/lt.
6. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK. Kalsium normal dalam tubuh 4-5 mEq/lt, fosfat
normal dalam tubuh 2,5-4,5 mEq/L dalam serum darah. Phosphate
alkaline : meninggi akibat gangguang metabolism tulang, terutama
isoenzim fosfate lindi tulang.
7. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia; umumnya disebkan gangguan
metabolism dan diet rendah protein.

Poltekkes Kemenkes Padang


31

8. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada


gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
9. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
10. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, pH arteri kurang dari 7,35. BE yang menurun,normalnya -2
sampai +2. HCO3- yang menurun normalnya 22-26 mEq/L. PCO 2 yang
menurun,normalnya 35-45 mmHg. Semuanya disebabkan oleh retensi
asam-asam organic pada gagal ginjal.

c. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan
cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendrungan perdarahan dan membantu penyembuhan
luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
dapat menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia. Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi.
4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan.

d. Diagnosis Keperawatan
1. Aktual/risiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urin, retensi
cairan dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.

Poltekkes Kemenkes Padang


32

2. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit b/d destruksi stuktur


ginjal secara progrsif.
3. Aktual/risiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung b/d
ketidakseimbangan cairan dan elekrolit, gangguanfrekuensi, irama,
konduksi jantung, akumulasi/ penumpukan urea toksin, kalsifikasi
jaringan lunak.
4. ktual/risiko terjadinya kerusakan integritas kulit b/d gangguan status
metabolic, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum
dalam kulit.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan b/d kurangnya informasi. NANDA,2015.

e. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


NANDA, 2015; NOC, 2013; NIC 203

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1 Kelebihan volume a. Electrolit and acid Fluid Management
cairan base balance 1. Pertahankan catatan intake
Indikator : dan output yang akurat
1) Serum albumin, 2. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, Blood 3. Monitor hasil Hb yang
Urea Nitrogen sesuai dengan retensi cairan
(BUN), dalam (BUN, Hmt, osmolaritas
rentang normal urin)
2) pH urine, urine 4. Monitor vital sign
sodium, urine 5. Monitor indikasi retensi /
creatinin,urine kelebihan cairan
osmolarity, dalam 6. Kaji luas dan lokasi edema
rentang normal 7. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan hitung
kelemahan otot intake kalori
4) tidak terjadi 8. Monitor status nutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


33

disritmia 9. Kolaborasi pemberian


b. Fluid balance diuretikssuai interuksi
Indikator : 10.Kolaborasikan dokter jika
1) Tidak terjadi tanda cairan berlebih
asites muncul memburuk
2) Ekstremitas tidak
edema Fluid Monitoring
3) Tidak terjadi 1. Tentukan riwayat jumlah
distensi vena dan tipe intake cairan dan
jugularis eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
3. Monitor berat badan
4. Monitor TD, HR dan RR
5. Monitor tekanan darah
orthostastik dan perubahan
irama jantung
6. Monitor parameter
hemodinamik infasif
7. Catat secara akurat intake
dan output
8. Monitor tanda dan gejala
oedema
9. Beri cairan sesuai keprluan
10.Kolaborasi dalam
pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
2 Ketidakseimbangan Keseimbangan Manajemen
cairan dan elektrolit elektrolit dan Asam Elektrolit/Cairan
Basa 1. Pantau kadar serum
Indikator : elektrolit yang
1. Serum albumin, abnormal, seperti yang
kreatinin, tersedia
hematokrit, 2. Monitor peeubahan
Blood Urea status paru atau jantung
Nitrogen yang menunjukkan
(BUN), dalam kelebihan cairan atau
rentang normal dehidrasi
2. Tidak terjadi 3. Timbang berat badan
kelemahan otot, harian dan pantau
kram otot dan gejala
kram perut 4. Monitor hasil
3. Tidak terjadi laboratorium yang

Poltekkes Kemenkes Padang


34

disritmia relevan dengan


4. Tidak terjadi keseimbangan cairan
gangguan (misalnya, peningkatan
kesadaran BUN, albumin, protein
total, dan osmolalitas
serum)
5. Jaga pencatatan
intake/asupan dan
output yang akurat.
6. Batasi cairan yang
sesuai
7. Monitor tanda-anda
vital yang sesuai

8. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/atau
elektrolit yang menetap
atau memburuk

9. Instruksikan pasien dan


keluarga mengenai
alasan untuk
pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti yang
ditunjukkan.

3 Penurunan curah a. Cardiac Pump Cardiac Care


jantung effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
Indikator : dada(intensitas, lokasi,
1) Systolic blood durasi).
pressure dalam 2. Catat adanya disritmia
rentang normal jantung.
2) Diastolic blood 3. Catat adanya tanda dan gejala
pressure dalam penurunan cardiac output.
rentang normal 4. Monitor status
3) Tidak ada kardiovaskuler.
disritmia 5. Monitor status pernafasan
4) Tidak ada bunyi yang menandakan gagal

Poltekkes Kemenkes Padang


35

jantung abnormal jantung


5) Tidak terjadi 6. Monitor abdomen sebagai
angina indicator penurunan fungsi
6) Tidak ada edema 7. Monitor balance cairan
perifer 8. Monitor adanya perubahan
7) Tidak ada edema tekanan darah
paru 9. Istirahatkan klien dengan
8) Tidak dispnea tirah baring optimal
saat istirahat 10. Berikan oksigen tambahan
9) Tidak dispnea sesuai dg indikasi
ketika latihan 11. Kolaborasi untuk diit
10) Tidak terjadi jantung
hepatomegali 12. Kolaborasi untuk
11) Aktivitas toleran pemberian obat diuretik,
12) Tidak sianosis vasodilator, morfin sulfat,
dan antikoagulan
b. Circulation Status 13. Monitor respon pasien
Indikator : terhadap efek pengobatan
1) Systolic blood antiaritmia
pressure dalam 14. Atur periode latihan dan
rentang normal istirahat untuk menghindari
2) Diastolic blood kelelahan
pressure dalam 15. Monitor adanya dispneu,
rentang normal ortopneu, dan takipnue
3) Pulse pressure 16. Anjurkan untuk
dalam rentang menurunkan stress
normal
4) CVP (Central Vital Sign Monitoring
Venous Pressure) 1. Monitor TD, nadi, suhu dan
tidak meningkat RR
5) MAP dalam 2. Catat adanya fluktuasi
rentang normal tekanan darah
6) AGD (PaO2 dan 3. Monitor vital sign pasien saat
PaCO2) dalam berbaring, duduk atau berdiri
rentang normal 4. Auskultasi tekanan darah
7) Saturasi O2 pada kedua lengan dan
dalam rentang bandingkan
normal 5. Monitor TD,nadi, RR,
8) Tidak asites sebelum, selama,dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas nadi
c. Vital signs
7. Monitor adanya pulsus
Indikator : paradoksus
8. Monitor jumlah dan irama
1) Denyut jantung

Poltekkes Kemenkes Padang


36

jantung
apikal dalam
9. Monitor bunyi jantung
rentang normal
10. Monitor suara paru
2) Irama denyut 11. Monitor pola pernapasan
jantung dalam abnormal
rentang normal 12. Monitor sianosis perifer
13. Identifikasi penyebab dari
3) Denyut nadi
perubahan vital sign
radial dalam
rentang normal
4) Tekanan Systole
dan Diastole
dalam rentang
normal
4 Resiko Kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaianyang
Indikator : longgar
1) Integritas kulit 2. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit agar
( sensasi, elastic tetap bersih dan kering
sitas, temperature, 4. Mobilisasi pasien (ubah
hidrasi, posisi pasien setiap dua jam
pigmentasi ) sekali)
2) Tidak ada luka / 5. Monitor kulit akan danya
lesi pada kulit kemerahan
3) Perfusi jaringan 6. Oleskan lotion atau minyak
baik baby/baby oil pada daerah
4) Menunjukkan yang tertekan
pemahaman 7. Monitor aktivitas dan
dalam proses mobilisasi pasien
perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mencegah pasien
terjadinya cedera 9. Memandikan pasien dengan
berulang sabun dan air hangat
5) Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5 Kurangnya a. knowledge disease Teaching : disease process

Poltekkes Kemenkes Padang


37

pengetahuan tentang process 1) gambarkan tandadan


proses penyakit, diet, b. knowledge : gejala yang biasa
perawatan dan health behavior muncul pada penyakit
pengobatan 2) gambarkan proses
1) pasien dan penyakit
keluarga 3) diskusikan perubahan
menyatakan gaya hidup yang
pemahaman mungkin diperlukan
tentang untuk mencegah
penyakit, komplikasi dimasa
kondisi, yang akan datang dan
prognosis dan atau proses
program pengontrolan penyakit
pengobatan 4) diskusikan pilihan
2) pasien dan terapi atau penanganan
keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
3) pasien dan
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/ tim
kesehatan
lainnya

f. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Tahap
inimuncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pasien berbeda-beda
disesuaikan dengan kondisi pasien saat itu dan kebutuhan yang dirasakan
oleh pasien (Debora,2011).

g. Evaluasi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang


membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan criteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratai seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya
(Debora, 2011).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi
kasus. Hasil yang dilakukan oleh peneliti adalah asuhan keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronik di
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr.
M.Djamil Padang.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai
bulan juni 2017.Studi kasus dilaksanakan tanggal 25 - 31 Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
diteliti.Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal
kronik atau Chronic Kidney Desiaseyang berada di Ruang Rawat Penyakit
Dalam Wanita RSUP.Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah pasien 8 orang.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dipilih oleh populasi. Teknik sampling
merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada (Hidayat, 2013).
Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 orang dengan menggunakan
teknik dengan teknik simple random sampling Sampel penelitian ini
adalah dua orang partisipan gagal ginjal atau CKD yang mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di ruangan Rawat penyakit dalam
wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang yaitu Ny. J dan Ny. F.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:


a. Kriteria Inklusi

42 Poltekkes Kemenkes Padang


44

4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor


rekam medic, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan
NOC.
5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien,
nomor rekam medic, hari dan tanggal, jam dan implementasi keperawatan
serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medic, hari dan tanggal, diagnose keperawatan, evaluasi keperawatan dan
paraf yang melakukan evaluasi keperawatan.
7. Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari: stetoskop, thermometer,tensi
meter, timbangan berat badan dewasa dan jam tangan.

E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden dan
keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan dasar.Data
primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara observasi
langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden. Pengumpulan
data pada penelitian berikut dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik
(observasi), pengukuran, anamnesa (pengkakjian dengan wawancara
langsung dengan pasien atau keluarga), dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono,2014).

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien Chronik Kidney Desease (CKD)
yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit diperoleh
dariMedical Record RSUP. Dr. Djamil Padang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Poltekkes Kemenkes Padang


45

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)


dimana pengumpulan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Teknik triangulasi digunakan peneliti dengan
pengumpulan data yang berbeda-beda ntuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Peneliti dalam pengumpulan data ini menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada partisipan penelitian untuk mencari
peubahan tau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam
metode pemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi :
keadaan umum partisipan, tanda-tanda vital dan pemeriksaan head to toe
dan pemeriksaan dilakukan dengan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi).

2. Pengukuran
Pengukuran merupakan pemantauan kondisi pasien dengan mengukur
menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti mengukur berat badan, suhu,
dan tekanan darah serta menghitung frekuensi nafas dan nadi.
3. Wawancara atau anamnesa
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,
2014).Didalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin.Artinya, pewawancara diberi
kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin (Notoadmojo, 2012).Seperti riwayat
kesehatan responden, riwayat kesehatan keluarga responden, keluhan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


46

dirasakan responden sehingga dibawa kerumah sakit, dan keluhan yang


dirasakan pada saat sekarang ini.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah
berlalu yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi
pasien.Dokumentasi keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil
pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti
rontgen,dan EKG,. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari RS
untuk menunjang penelitian yang telah dilakukan.

G. Hasil Analisis
Data didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode
pengumpulan data dengan teknik wawancara.Analisa data dilakukan
berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan objektif.Hasil analisa data tersebut kemudian dirumuskan
menjadi diagnosis keperawatn sesuai dengan panduan Nursing American
Diagnosis (NANDA), dilanjutkan dengan menyusun intervensi keperawatan,
melaksanakan implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.Setelah
didapatkan hasil pengkajian, perumusan diagnosis dan intervensi, serta
pelaksanaan implementasi sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada klien yang mengalami gagal
ginjal atau CKD.Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian
antara teori yang ada dengan kondisi klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Pada bab ini peneliti membahas tentang proses asuhan keperawatan pada Ny. J
sebagai partisipan 1 yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2017 sampai 31 Mei
2017 dan Ny.F sebagai partisipan 2 yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2017
sampai 31 Mei 2017 di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Prinsip dari pembahasan ini dibuat dengan memperhatikan teori proses
keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan terhadap
masalah yang muncul.

Tabel 4.1 Pengkajian Pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Pasrtisipan 1 Parisipan 2


Keperawatan
Pengkajian Ny. J berusia 50 tahun , sudah Ny. F berusia 56 tahun , sudah
menikah, beragama islam, menikah, beragama islam,
pendidikan terakhir SMA dan pendidikan terakhir SMA dan
bekerja sebagai ibu rumah bekerja sebagai ibu rumah
tangga tangga

Ny. J masuk ke RSUP Dr. M. Ny.F datang dengan rujukan dari


Djamil Padang. datang melalui RSUD Rasyidin Padang ke
IGD pada tanggal 22 Mei 2017 RSUP Dr. M. Djamil Padang.
pukul 15.05 WIB diantar oleh Pasien diantar oleh keluarga,
keluarga, dengan keluhan melalui IGD tanggal 25 Mei
badan terasa lemah, letih, lesu, 2017 pukul 16.00 WIB dengan
sembab pada tangan dan kaki keluhan utama tidak terjadi
serta air kencing keluar sedikit. asites, ekstremitas tidak edema
dan tidak terjadi distensi vena
jugularis pasien mengalami
penurunan kesadaran sejak 1
hari yang lalu dan sebelumnya
mengalami kejang dirumah.

Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang

48
Poltekkes Kemenkes Padang
49

tanggal 25 Mei 2017, pasien tanggal 26 Mei 2017, pasien


mengatakan bahwa kaki dan mengatakan bahwa badan terasa
tangannya masih sembab, lemah, kurang nafsu makan, dan
mengeluh air kencing masih mual.
sedikit, dan sering merasa mual
dan badan lemah.

Pasien mengatakan bahwa Pasien mengatakan bahwa


pasien dahulunya sudah pasien ada menderita Diabetes
dikenal menderita Diabetes Melitus tipe II sejak 8 tahun
Melitus tipe II sejak 5 tahun yang lalu dan mendapatkan
yang lalu, adanya riwayat pengobatan metaformin 3 kali
hipertensi sejak 2 tahun yang sehari, namun sudah 2 minggu
lalu dan adanya riwayat stroke ini pasien tidak mengonsumsi
sejak 8 bulan yang lalu. obat OAD.

Pasien dan keluarga pasien Pasien dan keluarga pasien


mengatakan bahwa ada ibu dan mengatakan bahwa ada anggota
kakak pasien yang juga keluarga yang juga menderita
menderita Diabetes Melitus. diabetes melitus yaitu ibu
pasien.

Pasien mengatakan suka Pasien mengatakan bahwa


makanan yang bersantan dan pasien suka makanan yang
berminyak. Pasien diberikan bersantan dan berminyak. Pasien
diit ML RG II, pasien mampu diberikan diit MLRP 48 gr DD
menghabiskan diit ¼, minum 1700 kkal, pasien hanya mampu
pasien dibatasi± 750 cc. Pola memakan ½ diit. minum pasien
aktivitas pasien sehari-hari mulai dibatasi± 750 cc. Pola
yaitu sebagai ibu rumah tangga aktivitas pasien sehari-hari yaitu
dan terkadang pergi membantu sebagai ibu rumah tangga.
suami kesawah. pasien lebih Pasien mengatakan susah tidur,
banyak tidur dari hari yang karena kurang nyaman dengan
biasanya. suara rintihan pasien
disebelahnya. Klien BAB tetap 1
kali sehari dengan konsistensi
lunak dan berwarna kuning.

Saat dilakukan pemeriksaan Saat dilakukan pemeriksaan


fisik, tanggal 25 Mei 2017 fisik tanggal 26 Mei 2017,
keadaan umum pasien adalah keadaan umum pasien adalah
GCS : 15, hasil pengukuran GCS : 15, hasil pengkuran
tekanan darah : 140/90 mmHg tekanan darah 120/80 mmHg
(normal sistolik : 120-139) (normal sistolik : 120-139)

Poltekkes Kemenkes Padang


50

(normal diastolik 80-90), nadi : (normal diastolik 80-90), nadi :


80 kali permenit (normal nadi : 68 kali permenit (normal nadi :
60-100 kali permenit), suhu : 60-100 kali permenit), suhu :
370C (suhu normal : 36,50C – 37,10C (suhu normal : 36,50C –
37,50C), pernafasan : 24 kali 37,50C), pernafasan : 21 kali
permenit (pernafasan normal CCC permenit (pernafasan
16-24 kalipermenit). wajah normal 16-24 kalipermenit).
tampak pucat, konjungtiva wajah tampak pucat, konjugtiva
anemis, mulut tidak bersih, anemis, mulut kurang bersih,
mukosa bibir kering, tidak ada mukosa bibir kering, tidak ada
pernapasan cuping hidung, bau ammonia pada mulut, tidak
leher tidak ada ada pernapasan cuping hidung,
pembengakakan, tidak ada leher tidak ada pembengkakan,
distensi vena jugularis. tidak ada distensi vena jugularis.

Pemeriksaan pada paru-paru, Pemeriksaan pada paru-paru,


dada simetris kiri dan kanan, dada simetris kiri dan kanan,
tidak terdapat tarikan dinding tidak ada tarikan dinding dada,
dada, fremitus kiri dan kanan premitus kiri dan kanan sama,
sama, perkusi : sonor, perkusi : sonor, auskultasi paru :
auskultasi : vesikuler, pada vesikuler. Pada pemeriksaan
pemeriksaan jantung, ictus jantung, ictus cordis tidak
cordis tidak terlihat, ictus terlihat, palpasi: ictus cordis
teraba 1 jari di RIC VI , teraba 1 jari dimedial RIC V,
perkusi : pekak, auskultasi : perkusi : pekak, auskultasi :
irama regular. Pemeriksaan irama regular. Pemeriksaan
abdomen, tampak tidak abdomen, perut tidak
membuncit, ketika dilakukan membuncit, tidak ada distensi
palpasi distensi abdomen, abdomen, perkusi : timpani,
perkusi : asietes, auskultasi : auskultasi : bising usus normal.
bising usus normal.

Pada pemeriksaan ekstremitas Pada pemeriksaan ekstremitas


atas, kulit tampak kering, dan atas, kulit tampak kering
mengkilap, terdapat pitting bersisik, pruritus serta terdapat
edema, pruritus serta area area ekimosis pada kulit,
ekimosis pada kulit. kekuatan kekuatan otot gerak kanan dan
otot anggota gerak kanan 1, kiri 5, CRT kembali cepat <2
otot gerak kiri 5, CRT kembali detik. ekstremitas bawah, kulit
cepat <2 detik. Ekstremitas tampak kering bersisik, pruritus,
bawah tampak edema, kulit kekuatan otot anggota gerak
kering dan mengkilap, pruritus bawah kiri dan kanan 5, CRT
serta terdapat area ekimosis kembali cepat < 2 detik.
pada kulit kaki, kekuatan otot
51

anggota gerak kanan adalah


1,otot gerak kiri 5, CRT
kembali cepat < 2 detik.

Data psikologis pasien tampak Data psikologis pasien tampak


gelisah dan cemas, pasien sabar dalam menghadapi
mengatakan ingin cepat pulang masalah ksehatan yang dialami.
karena ia ingin berkumpul Hubungan pasien dengan
dengan keluarganya di rumah. keluarga baik.
Hubungan pasien dengan
keluarga baik.

Pemeriksaan penunjang yang Pemeriksaan penunjang yang


telah dilakukan oleh pasien telah dilakukan oleh pasien
pada tanggal 22 Mei 2017, adalah pemeriksaan
adalah gula darah sewaktu 132 laboratorium pada tanggal
mg/dl (normalnya 200), ureum 26/05/2017 gula darah sewaktu
darah 140 mg/dl (normalnya : 592 mg/dl (normalnya 200),
10,0-50,0), kreatinin darah 7,0 ureum darah 152 mg/dl
mg/dl (normalnya 6,6-8,7), (normalnya : 10,0-50,0),
protein total : 5,9 g/dl kreatinin darah 7,5 mg/dl
(normalnya 6,6 – 8,7) (normalnya 6,6-8,7), protein
albumin : 1,8 (3,4 - 4,8), APTT total : 5,5 g/dl (normalnya 6,6 –
: 40,6 detik (normalnya 28,20 – 8,7), albumin 2,3 g/dl
38,10), pH : 7,32 (normalnya (normalnya 3,8-5,0), globulin
7,35) PCO2 : 30 mmHg 3,2 g/dl (normalnya 1,3-2,7), pH
(normalnya : 35-45), PO2 : 66 : 7,31 (normalnya 7,35), PCO2 :
mmHg (normalnya ), HCO3- : 38 mmHg (normalnya : 35-45),
15,5 mmol/L (normalnya 22- PO2 : 114 mmHg (normalnya ),
26), BE : -9,4 mmol/L HCO3- : 19,1 mmol/L
(normalnya -2 sampai +2), (normalnya 22-26), BE : -7,2
Na+ : 146 (normalnya 135- mmol/L (normalnya -2 sampai
145), K+ : 3,3 mmol/L +2), Na+ : 124 (normalnya 135-
(normalnya 3,5- 5,3). 145), K+ : 4,7 mmol/L
(normalnya 3,5- 5,3).

Terapi pengobatan yang Terapi pengobatan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


52

didapatkan oleh Ny. J dimulai didapatkan oleh Ny. F dimulai


dari tanggal 22 Mei 2017 dari tanggal 25 Mei 2017 dalah
adalah diit ML DD RG II asam ML RP 48gr DD 1700 Kkal,
folat 1x5 mg, bicnat 3x500 mg, IVFD Nacl 0,9 % 8 j/kolf, Inj.
candesartan 1x16 mg, lasix 2x1 Ceftriaxone 1x2 mg, Bicnat
amp dan HD 2x seminggu. 3x500 j, As. Folat 1x5 mg,
Osteocal 1x1000 j, Drip critisil
111, IVFD Nacl 3 %12 jam/kolf,
Novorapid 3x4 iu, Lovemir 1x6
iu, HD 2x seminggu.

Tabel 4.2 Diagnosa Pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Pasrtisipan 1 Parisipan 2


Keperawatan
Diagnosa Setelah dilakukan pengkajian Setelah dilakukan pengkajian
Keperawatan dengan mengelompokkan data, dengan mengelompokkan data,
memvalidasi data, ditemukan memvalidasi data ditemukan
beberapa diagnosa beberapa diagnose keperawatan
keperawatan pada pasien. pada pasien, adapun diagnosa
Adapun diagnosa keperawatan keperawatan pada pasien yang
pada pasien yang ditemukan ditemukan berkaitan dengan
berkaitan dengan gangguan gangguan keseimbangan cairan
keseimbangan cairan dan dan elektrolit adalah sebagai
elektrolit adalah sebagai berikut : diagnose yang pertama
berikut : diagnose pertama yaitu ketidakseimbangan
yaitu kelebihan volume cairan dan elektrolit
cairan berhubungan dengan berhubungan dengan destruksi
retensi cairan dan naatrium , struktur ginjal secara
diagnose keperawatan ini progresif. Diagnosa
ditemukan karena beberapa keperawatan ini ditemukan
karakteristik dari data subjektif karena klien mengeluh bahwa
dan data objektif. Data badan terasa lemah, mual, tidak
subjektif yang ditemukan nafsu makan dan kulit kering
yakni klien mengatakan tangan bersisik. dari data objektif yang
dan kaki sembab, untuk data didapat yaitu ureum darah 152
objektifnya dinilai dari mg/dl (normalnya : 10,0-50,0),
pemeriksaan pada ektremitas kreatinin darah 7,5 mg/dl
atas dan bawah yaitu klien (normalnya 6,6-8,7), albumin 2,3
tampak sembab, terdapat g/dl (normalnya 3,8-5,0),
pitting edema ± 3 mm (derajat globulin 3,2 g/dl, protein total :
III), dan kulit tampak 5,5 g/dl (normalnya 6,6 – 8,7).
mengkilap. dari hasil labor
Na+: 146 (normalnya 135-145),
53

hematokrit 32% (normalnya


wanita : 37-43), K+ : 3,3
mmol/L (normalnya 3,5- 5,3),
albumin : 1,8 (3,4 - 4,8).

Diagnose keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang


kedua yaitu kerusakan kedua yaitu kerusakan
integritas kulit berhubungan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan status dengan gangguan status
metabolic. Diagnosa metabolic. Diagnosa
keperawatan ini ditemukan keperawatan ini ditemukan
karena klien mengeluh bahwa karena klien mengeluh bahwa
kulit kering, bersisik. Dari data kulit kering, bersisik. Dari data
objektif yang didapat yaitu objektif yang didapat yaitu kulit
kulit tampak kering bersisik tampak kering bersisik dan
dan pruritus serta terdapat area pruritus serta terdapat area
ekimosis pada kulit. ureum ekimosis pada kulit. ureum darah
darah 140 mg/dl (normalnya : 152 mg/dl (normalnya : 10,0-
10,0-50,0), kreatinin darah 7,0 50,0), kreatinin darah 7,5
mg/dl(normalnya 6,6-8,7). mg/dl(normalnya 6,6-8,7).

Tabel 4.3 Intervensi Pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Pasrtisipan 1 Parisipan 2


Keperawatan
Intervensi Perencanaan diawali dengan Perencanaan diawali dengan
keperawatan menentukan tujuan, kriteria menentukan tujuan, kriteria hasil
hasil dan rencana tindakan dan rencana tindakan yang akan
yang akan dilakukan. dilakukan. perencanaan ini
perencanaan ini diharapkan diharapkan dapat menyelesaikan
dapat menyelesaikan masalah masalah keperawatan yang
keperawatan yang muncul pada muncul pada pasien selama
pasien selama perawatan. pada perawatan. pada masalah utama
masalah utama kelebihan ketidakseimbangan cairan dan
volume cairan tubuh tujuan elektrolit berhubungan dengan
yang diharapkan adalah destruksi struktur ginjal secara
Electrolit and acid base progresif tujuan yang diharapkan
balance , serta fluid balance adalah elektrolit acid and base
dengan indikator serum balance dengan indikator serum
albumin, kreatinin, hematokrit, albumin, kreatinin, hematokrit,
Blood Urea Nitrogen (BUN), Blood Urea Nitrogen (BUN),
dalam rentang normal, tidak dalam rentang normal, tidak
terjadi kelemahan otot, tidak terjadi kelemahan otot, kram

Poltekkes Kemenkes Padang


54

terjadi disritmia, tidak terjadi otot, kram perut, tidak terjadi


asites, ekstremitas tidak edema disritmia dan tidak terjadi
dan tidak terjadi distensi vena gangguan kesadaran. Rencana
jugularis. Rencana tindakan tindakan yang akan dilakukan
yang akan dilakukan yaitu yaitu dengan pertahankan
dengan pertahankan catatan catatan intake dan output yang
intake dan output yang akurat, akurat, monitor hasil labor yang
monitor hasil labor yang sesuai relevan dengan keseimbangan
dengan retensi cairan (BUN, cairan (BUN, albumin, protein
Hematokrit, albumin, protein, total dan osmolalitas serum),
natrium dan kadar kalium), monitor tanda-tanda vital yang
monitor vital sign, pengukuran sesuai, timbang berat badan
berat badan harian, pantau harian, monitor perubahan status
adanya tanda dan gejala paru dan jantung yang
overhidrasi yang memburuk menunjukkan kelebihan cairan
atau dehidrasi, pengukuran atau dehidrasi.
berat badan harian kolaborasi
pemberian diuretic sesuai
interuksi

Pada diagnose keperawatan Pada diagnose keperawatan yang


yang kedua kerusakan kedua kerusakan integritas kulit
integritas kulit berhubungan berhubungan dengan gangguan
dengan gangguan status status metabolic. Tujuan yang
metabolic. Tujuan yang diharapkan adalah Tissue
diharapkan adalah Tissue integrity: skin and mucous
integrity: skin and mucous membranes dengan indikator
membranes dengan indikator integritas kulit yang baik bisa
integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
elastisitas, temperature, hidrasi, dan pigmentasi), tidak ada luka
dan pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, mampu
atau lesi pada kulit, mampu melindungi kulit dan
melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
mempertahankan kelembaban kulit dengan perawatan alami.
kulit dengan perawatan alami. Rencana tindakan yang akan
Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu hindari kerutan
dilakukan yaitu hindari kerutan pada tempat tidur, jaga
pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kebersihan kulit agar tetap dan kering, mobilisasi pasien
bersih dan kering, mobilisasi ( ubah posisi setiap 2 jam
pasien ( ubah posisi setiap 2 sekali), oleskan lotion atau baby
jam sekali), oleskan lotion atau oil pada daerah yang tertekan
baby oil pada daerah yang dan monitor status nutrisi pasien.
55

tertekan dan monitor status


nutrisi pasien

Tabel 4.4 Implementasi Pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Pasrtisipan 1 Parisipan 2


Keperawatan
Implementasi Implementasi merupakan Implementasi merupakan
keperawatan tindakan keperawatan yang tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien sesuai dilakukan pada pasien sesuai
denga rencana tindakan yang denga rencana tindakan yang
telah dirumuskan. telah dirumuskan. implementasi
implementasi dilakukan selama dilakukan selama 6 hari mulai
7 hari mulai dari tanggal 25 dari tanggal 26 Mei-31 Mei
Mei-31 Mei 2017. 2017.

Implementasi yang dilakukan Implementasi yang pada


pada diagnosa keperawatan diagnosa keperawatan yang
pertama kelebihan volume utama ketidakseimbangan
cairanberhubungan dengan cairan dan elektrolit
retensi cairan dan berhubungan dengan
naatriummenghitung intake destruksi struktur ginjal
dan output, mengukur tanda- secara progresif.Menghitung
tanda vital, kolaborasi intake dan output yang akurat,
pemberian diuretic sesuai mengukur tanda-tanda vital
interuksi yang sesuai, monitor perubahan
status paru dan jantung yang
menunjukkan kelebihan cairan
atau dehidrasi.

Implementasi yang dilakukan Implementasi yang dilakukan


pada diagnosa keperawatan pada diagnosa keperawatan yang
yang kedua kerusakan kedua kerusakan integritas
integritas kulit berhubungan kulit berhubungan dengan
dengan gangguan status gangguan status metabolic.
metabolic. adalah melihat adalah melihat keadaan kulit
keadaan kulit setiap kali setiap kali kunjungan. dengan
kunjungan. dengan menjaga menjaga dan menginformasikan
dan menginformasikan sprei sprei tetap bersih dan tidak ada
tetap bersih dan tidak ada kerutan, menginformasikan agar
kerutan, menginformasikan tetap menjaga kebersihan kulit
agar tetap menjaga kebersihan agar tetap bersih dan kering,
kulit agar tetap bersih dan mengingatkan pasien untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


56

kering, mengingatkan pasien posisi setiap 2 jam sekali,


untuk posisi setiap 2 jam mengingatkan pasien untuk
sekali, mengingatkan pasien mengoleskan lotion atau baby
untuk mengoleskan lotion atau oil pada daerah yang tertekan
baby oil pada daerah yang dan monitor status nutrisi pasien
tertekan dan monitor status dengan memotivasi pasien agar
nutrisi pasien dengan mampu menghabiskan diit yang
memotivasi pasien agar mampu diberikan oleh ahli gizi.
menghabiskan diit yang
diberikan oleh ahli gizi.

Tabel 4.5 Evaluasi Pada Partisipan 1 dan Partisipan 2

Asuhan Pasrtisipan 1 Parisipan 2


Keperawatan
Evaluasi Selama perawatan yang Selama perawatan yang dilakukan
keperawatan dilakukan selama 7 hari 25 selama 6 hari 26 Mei – 31 Mei
Mei – 31 Mei 2017 telah 2017 telah dilakukan tindakan
dilakukan tindakan keperawatan pada pasien masalah
keperawatan pada pasien keperawatan ketidakseimbangan
masalah keperawatan cairan dan elektrolit
kelebihan volume cairan berhubungan dengan destruksi
berhubungan dengan retensi struktur ginjal secara progresif
cairan dan diperoleh hasil evaluasitanggal 27
natrium,diperoleh hasil Mai 2017 balance cairan pasien
evaluasitanggal 25 Mai 2017 -100 cc, pada tanggal 28 Mai
sampai 27 Mai 2017 yaitu 2017 didapatkan balance cairan
didapatkan balance cairan + -50 cc, pada tanggal 29 Mai 2017
250 cc , sedangkan pada didapatkan balance cairan -150
tanggal 28 Mai 2017 balance cc, pada tanggal 30 Mai 2017
cairan didapatkan + 300 cc, didapatkan balance cairan – 50 cc
pada tanggal 29 Mai 2017 dan pada tanggal 31 Mai 2017
sampai 30 Mai 2017 di didapatkan balance cairan – 100
dapatkan balance cairan +200 cc . Masalah keperawatan ini
cc dan pada tanggal 31 Mai teratasi sebagian hingga hari ke
2017 didapatkan balance enam.
cairan pasien + 150
cc.masalah keperawatan ini
teratasi sebagian hingga hari
ke tujuh.
57

Pada masalah kerusakan Pada masalah kerusakan


integritas kulit integritas kulit berhubungan
berhubungan dengan dengan gangguan status
gangguan status metabolic, metabolic, diperoleh hasil
diperoleh hasil evaluasi evaluasi tanggal 26 Mai 2017
tanggal 25 Mai 2017 sampai sampai 28 Mai 2017 kulit kering
28 Mai 2017 kulit kering dan dan bersisik disertai gatal masih
bersisik disertai gatal masih ada, tidak ada kerutan pada
ada, tidak ada kerutan pada tempat tidur, miring kiri miring
tempat tidur, miring kiri kanan masih belum dilakukan,
miring kanan masih belum pada tanggal 29 Mai 2017 sampai
dilakukan, pada tanggal 29 31 Mai 2017 kulit kering dan
Mai 2017 sampai 31 Mai bersisik masih ada, namun gatal
2017 kulit kering dan bersisik sudah berkurang tidak ada
masih ada, namun gatal sudah kerutan pada tempat tidur, miring
berkurang tidak ada kerutan kiri miring kanan sudah
pada tempat tidur, miring kiri dilakukan. masalah keperawatan
miring kanan sudah ini teratasi sebagian hingga hari
dilakukan. masalah ke tujuh.
keperawatan ini teratasi
sebagian hingga hari ke tujuh.

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas koherasi antara teori dan
dengan laporan kasus asuhan keperawatan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada Ny. J dan Ny. F dengan penyakit Congestive Kidney Desease
(CKD) yang telah dilakukan sejak tanggal 25 Mei – 31 Mei 2017 di ruang
rawat penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, melakukan
implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan.
Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
terdapat perbedaan keluhan utama pada 2 partisipan yaitu Ny. J (50 tahun)

Poltekkes Kemenkes Padang


58

didapatkan keluhan utama badan terasa lemah, letih, lesu, sembab pada
tangan dan kaki serta air kencing keluar sedikit, sedangkan Ny. F (56
tahun) dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu
dan sebelumnya mengalami kejang dirumah.Menurut Barbara C Long,
1996, dalam Abdul dan Toto 2011) pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lainnya rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah, banyak
oliguri yang timbul disertai retensi produk sisa. Fungsi renal menurun,
produk akhir metabolism protein (yang normalnya diekskresikan kedalam
urin) terimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
system tubuh.Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011) bahwa ginjal
merupakan organ utama yang berperan dalam keseimbangan cairan, jika
terjadi gangguan pada ginjal maka keseimbangan cairan juga terganggu,
terjadinya retensi cairan dan cairan berpindah ke interstisial.Menurut
analisa peneliti gejala yang dirasakan oleh kedua partsipan sesuai dengan
teori yang ada.

upaya yang dapat dilakukan perawat dalam kasus ini adalah dengan
membatasi cairan yang masuk dalam tubuh agar kaki dan tangan tidak
bertambah udema.

Dari hasil pengkajian diatas ditemukan adanya kesamaan riwayat


kesehatan dahulu diabetes melitus. Menurut ArifMuttaqin (2011) faktor
resiko terjadinya gangguan pada ginjal adalah mempunyai penyakit
sistemik yaitu diabetes mellitus dan hipertensi. Hipertensi akan
memperburuk kondisi gagal ginjal, karena terjadinya peningkatan filtrasi
protein plasma, sehingga akan bertambah buruk dan semakin banyak
terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan nefron dan secara
59

progresif fungsi ginjal menurun drastis. Sedangkan kelainan yang terjadi


pada ginjal penyandang diabetes melitus dimulai dengan adanya
mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria umumnya didefinisikan sebagai
ekskresi albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap penting untuk
timbulnya nefropati diabetic yang jika tidak terkontrol kemudian akan
berkembang menjadi proteinuria secara klinis dan berlanjut dengan
penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan
gagal ginjal (Hendromarto, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pieter Hengkesa dan Ivy


Violan Lawalata dalam penelitian faktor risiko penyakit gagal ginjal
kronik tahun 2015,yang dilakukan di RSUD Dr. M. Halussy ruang rawat
inap dan unit hemodialisis menunjukkan bahwa responden yang
mengalami diabetes melitus lebih banyak menderita gagal ginjal
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami diabetes melitus.
Risiko terjadinya gagal ginjal kronik pada responden yangmenderita
diabetes melitus 5,134 kali lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tidak menderita diabetes melitus.

Menurut analisa peneliti keadaan penyakit Ny.J dan Ny.F dipicu oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus pada kasus Ny. F begitu juga
dengan kasus Ny. J yang dipicu penyakit diabetes melitus dan ditambah
dengan penyakit hipertensi.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan dan pemantauan kontrol cairan


harian yang didapat dari kontrol istimewa dalam Medical Record pasien
terdapat perbedaan

Dari pemeriksaan fisik pada kedua responden yang diambil dari data
sekunder yaitu Medikal Record didapatkan hasil pemeriksaan fisik Ny. J,
distensi abdomen, ekstremitas atas dan bawah tampak edema, terdapat
pitting edema, kulit kering, mengkilap,pasien mengalami pruritus dan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

terdapat area ekimosis pada kulit. Berbeda dengan hasil pemeriksaan fisik
Ny. F ekstremitas atas dan bawah tidak tampak edema, tidak terdapat
pittng edema, kulit kering, mengkilap, pasien mengalami pruritus dan
terdapat area ekimosis pada kulit.

Menurut (Corwin, 2009) tanda dan gejala gagal ginjal kronik yaitu
hipervolemia akibat retensi natrium, menurut (Price & Wilson, 2006)
hipervolemia memiliki tanda edema perifer dan periorbital. Menurut (Tato
Suharyanto & Abdul Madjid, 2011) Bila GFR menurun 5-10% dari
keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita
syndrome uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau
berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen akibat gagal ginjal.Perubahan
paling mencolok pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal
adalah perubahan warna kulit menjadi kuning kusam karena absorpsi dan
retensi pigmen urin. Kulit juga menjadi pucat (karena anemia), dan kering
serta bersisik Karena penurunan aktivitas kelenjar minyak dan keringat.
Pruritus terjadi karena peningkatan kadar ureum dan deposit kalsium-
fosfat dalam kulit. Rasa gatal begitu hebat sehingga menyebabkan
perdarahan atau infeksi sekunder akibat garukan. Rambut kering serta
rapuh dan kuku tipis dan beralur. Pada akhirnya dapat terjadi petekia dan
ekimosis yang disebabkan oleh abnormalitas trombosit.
Menurut analisa peneliti gejala penyakit yang dirasakan oleh kedua
partisipan sama dengan teori. perbedaan gejala yang dirasakan oleh
masing masing partisipan disebabkan perjalanan penyakit antara partispan
1 dan partispan 2.

Menurut (Tato Suharyanto & Abdul Madjid, 2011) Pada gagal ginjal
kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5 – 10% dari
keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita
syndrome uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau
61

berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen akibat gagal ginjal.


dimanifestasikan dengan asidosis metabolic (HCO3- serum 18-20 mEq/L),
azotemia ( Penurunan GFR, menyebabkan peningkatan BUN dan
kreatinin), hiperkalsemia,retensi Na+, hipermagnesia, dan hiperurisemia.
Menurut (Arif, Muttaqin, 2011) pemeriksaan BUN dan serum kreatinin
meningkat pada kerusakan glomerulus, penurunan laju filtrasi glomerular
tidak mampu mengekresikan kalsium menyebabkan hiperkalemia berat.
dan pada pemeriksaan pH ditunjukkan dengan penuruanan kandungan
karbondioksida darah dan pH. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium
yang di lakukan pada Ny. J ureum darah 140 mg/dl (normalnya : 10,0-
50,0), kreatinin darah 7,0 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), pH: 7,32
(normalnya 7,35) PCO2 : 30 mmHg (normalnya : 35-45),Na+ : 146
(normalnya 135-145), K+ : 3,3 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3) dan
pmeriksaan laboratorium Ny.F ureum darah 152 mg/dl (normalnya : 10,0-
50,0), kreatinin darah 7,5 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), pH : 7,31
(normalnya 7,35), PCO2 : 38 mmHg (normalnya : 35-45),Na + : 124
(normalnya 135-145), K+ : 4,7 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3).

Berdasarkan analisa peneliti gagal ginjal kronik pada Ny. J dan Ny. F
menyebabkan gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada
tubuh yang menyebabkan pasien akan menderita syndrome uremik yang
berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kedua kasus,


didapatkan tiga diagnosa dari kedua kasus, didapatkan diagnosa yang
berbeda dari kedua kasus Ny. J dan Ny. F yaitu Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan retensi cairan dan natrium, dan diagnosa
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan destruksi
struktur ginjal secara progresif. Serta satu diagnosa yang sama yaitu
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik.

Poltekkes Kemenkes Padang


62

Pada diagnosa pertama pada Ny. J yaitu Kelebihan volume cairan


berhubungan dengan retensi cairan dan natrium. Batasan karakteristik
diagnosa ini yang ditemukan pada pasien berdasarkan Nursing Outcome
Classification and Nursing Intervension Classification (NOC & NIC) 2015
adalah edema dan ketidakseimbangan elektrolit, ditunjukkan dengan pasien
mengeluh sembab pada kedua tangan dan kaki serta mengeluh badan terasa
lemah, letih dan lesu. dari hasil laboratorium tanggal 22 Mei 2017
menunjukkan ureum darah 140 mg/dl (normalnya : 10,0-50,0), kreatinin
darah 7,0 mg/dl (normalnya 6,6-8,7),Na+ : 146 (normalnya 135-145), K+ :
3,3 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3). Begitu juga dengan Ny. F dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan destruksi
struktur ginjal secara progresif, dengan batasan karakteristik disfungsi
ginjal dan kelebihan volume cairan, ditunjukkan dengan pasien mengeluh
badan terasa lemah, kurang nafsu makan dan mual, dari hasil laboratorium
tanggal 26 Mei 2017 ureum darah 152 mg/dl (normalnya : 10,0-50,0),
kreatinin darah 7,5 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), Na+ : 124 (normalnya 135-
145). Menurut Barbara C Long, 1996, dalam Abdul dan Toto 2011) pada
waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lainnya rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR /
daya saring.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah,
banyak oliguri yang timbul disertai retensi produk sisa.Menurut Tarwoto
dan Wartonah (2011) bahwa ginjal merupakan organ utama yang berperan
dalam keseimbangan cairan, jika terjadi gangguan pada ginjal maka
keseimbangan cairan juga terganggu, terjadinya retensi cairan dan cairan
berpindah ke interstisial.Ketidakseimbangan akan mempercepat proses
metabolisme, memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari makanan
dengan benar, memengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau
63

menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita W.


Vaughans, 2011). Berdasarkan ini peneliti mengangkat kelebihan volume
cairan menjadi diagnosa utama yang membuat pasien mengalami gangguan
metabolisme tubuh pada Ny. J , dan mengangkat ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit pada pasien Ny. F.

Pada diagnosa kedua pada kasus Ny. J dan Ny. F yaitu kerusakan integritas
kulit.Berdasarkan data yang didapatkan yaitu pasien mengeluh kulit kering
bersisik dan gatal, terlihat pada kulit terdapat area ekimosis pada
kulit.Masalah pada kulit merupakan masalah yang mengganggu
kenyamanan pasien.kulit menjadi kering karena atropi kelenjar keringat
dan perubahan warna kulit akibat terjadi akibat pigmen urokrom. pasien
juga mengalami pruritus akibat hiperparatiroidisme sekunder dan deposit
kalsium pad kulit (Black & Hawk, 2005Fanny & Arcellia, 2016).
Perubahan paling mencolok pada pasien yang mengalami penurunan fungsi
ginjal adalah perubahan warna kulit menjadi kuning kusam karena absorpsi
dan retensi pigmen urin.Kulit juga menjadi pucat (karena anemia), dan
kering serta bersisik Karena penurunan aktivitas kelenjar minyak dan
keringat. Pruritus terjadi karena peningkatan kadar ureum dan deposit
kalsium-fosfat dalam kulit. Rasa gatal begitu hebat sehingga menyebabkan
perdarahan atau infeksi sekunder akibat garukan.

Dari analisa peneliti, dua diagnosa tersebut sama diangkat padakedua kasus
karena batasan karakteristik dari diagnosa tersebut ada pada keluhan kedua
partisipan yaitu Ny. J dan Ny. F. yaitu mengalami kulit kering bersisik,
terdapat area ekimosis pada kulit dan pruritus.

Berdasarkan diagnosa yang ada pada teori, peneliti menemukan


kesenjangan bahwa tidak selamanya semua diagnosa yang ada dalam teori
muncul dalam kasus penelitian yang dialami oleh pasien.Diagnosa yang
tidak muncul pada pasien adalah yang pertama actual / resiko tinggi
terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


64

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi irama


konduksi jantung. Diagnosa kedua adalah kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi. Diagnosa diatas tidak muncul pada pasien karena
tidak ditemukan data yang memungkinkan untuk menegakkan diagnosa
tersebut. Diagnosa keperawatan merupakan respon pasien terhadap
perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari
proses penyakityang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang
berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus dapat terjadi.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkanatau
mengurangi masalah-masalah pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek
keperawatan, peran da tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan, serta
memilah dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi
tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam
melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain. kegiatan
perencanaan ini meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil serta tindakan (Alimul, 2009).

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan


kelebihan volume cairandan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit yaitu pertahankan catatan intake dan output yang
akurat dengan memantau jumlah intake dan output. pemantauan dilakukan
dengan cara mencatat jumlah cairan yang diminum dan jumlah urin setiap
harinya (Shepherd, 2011 Fanny & Arcellia, 2016). sehubungan dengan
65

pentingnya program pembatasan cairan pada pasien dalam rangka


mencegah komplikasi serta mempertahankan kualitas hidup, maka
diperlukan analisis praktek terkait intervensi dalam mengontrol jumlah
asupan cairan yang diminum serta urin yang dikeluarkan setiap harinya.

Tindakan keperawatan dalam mengatasi over-load meliputi pemantauan


tanda - tanda vital, suara nafas, distensi vena jugularis, pemantauan
adanya edema, ascites, kolaborasi pembatasan cairan dan pantau intake
output (Dongoes, Moorhouse, & Murr, 2010Fanny & Arcellia, 2016).

Monitor vital sign dengan pemantauan tekanan darah menjadi salah satu
intervensi utama dlam penanganan pasien dengan overload karea tekanan
darah merupakan salah satu indikator adanya peningkatan volume cairan
intravakuler. oleh sebab itu, intervensi pemantauan tekanan darah pada
pasien gagal ginjal kronik sangat penting untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya overload pada pasien (Black & Hawk, 2009
dalam Fanny & Arcellia, 2016).

intervensi selanjutnya yang dilakukan dalam mengatasi kelebihan cairan


pada pasien gagal ginjal kronik adalah berupa pemantauan berat badan,
edema atau ascites dan status hidrasi. perubahan berat badan secara
signifikan yang terjadi dalam 24 jam menunjukkan kemungkinan adanya
tambahan akumulasi cairan pada jaringan tubuh sebanyak 1 liter.
pemantauan adanya akumulasi cairan di jaringan interstisial tubuh yang
salah satu kemungkinan penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.
salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan volume cairan
dalam pembuluh darah ( Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’brien & Bucher,
2007 dalam Fanny & Arcellia, 2016).

Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik.pemberian terapi


furosemide dapat digunakan untuk mengurangi oedema dan hipertensi
ringan sampai sedang. Injeksi furosemide adalah golongan diuretic yang
berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang.

Poltekkes Kemenkes Padang


66

Furosemide merupakan diuretic kuat (loop/high-ceiling) bekerja pada ansa


henle dengan menghambat transport klorida terhadap natrium kedalam
sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif). Garam natrium dan air
akan keluar bersama dengan kalium, kalsium dan magnesium.(Joyce,
2008).

Rencana tindakan yang dilakukan pada diagnosa kerusakan integritas kulit


kasus Ny.J.dan Ny.F adalah dengan menganjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar, hindari kerutan pada tempat tidur,
jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, mobilisasi pasien (ubah
posisi setiap 2 jam), oleskan lotion atau baby oil pada daerah yang
tertekan.Umumnya rencana tindakan ini dilakukan untuk menjaga
kesehatan kulit tubuh pasien agar tidak merusak citra tubuh.

4. Implementasi keperawatan

Peneliti melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang


telah disusun sebelumnya.Hasil implementasi yang dilakukan pada pasien
dengan gangguan rasa nyaman nyeri dilakukan dengan menyesuaikan
dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep
keperawatan. Pada diagnosa kelebihan volume cairan pada kasus Ny. J
dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada kasus Ny. F dilakukan
tindakan keperawatan yang sama sesuai dengan kondisi pasien.

Pada rencana tindakan pada masalah kelebihan volume cairan pada Ny. J
dan ketidakseimbangan cairan pada Ny. F tidak semua dilakukan peneliti,
tindakan yang dapat dilakukan pada Ny.J adalah dengan ikut pencatatan
intake dan output, monitor vital sign, dan ikut kolaborasi pemberian
diuretic sesuai interuksi, yang mana sebelumnya kolaborasi telah
67

dilakukan oleh perawat ruangan sebelum peneliti melakukan penelitian.


Begitu juga dengan perencanaan tindakan pada masalah
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada Ny. F, tindakan yang dapat
dilakukan adalah pencatatan intake dan output dan monitor tanda-tanda
vital.Hal ini dapat dilakukan karena adanya bantuan dan motivasi dari
perawat senior dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Tindakan yang tidak dapat dilakukan untuk diagnosa kelebihan volume


cairan pada Ny. J dan Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada Ny. F
adalah penimbangan berat badan harian, dikarenakan pasien Ny. J lemah
badan sebelah kanan ditambah dengan edema pada kedua ekstremitas,
sehingga pasien sulit untuk berdiri sedangkan Ny. F mengeluh badan
terasa lemah dan lemas sehingga menolak dilakukan penimbangan berat
badan harian. Serta tidak adanya prasarana yang mendukung untuk
dilaksanakannya rencana

Tindakan yang dapat dilakukan pada rencana masalah kerusakan


integritas kulit pasien, semua tindakan keperawatan dapat dilakukan oleh
peneliti yaitu menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar, menghindari kerutan pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering, memobilisasi pasien atau ubah posisi pasien
stiap 2 jam, mengoleskan lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan,
serta melihat area kulit setiap melakukan kunjungan.Hal ini dapat
dilakukan karena adanya motivasi dan juga kemauan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya yang sakit.

5. Evaluasi

Pada Kasus Ny. J dan Ny. F masing-masing telah dilakukan


implementasi.Evaluasi yang dilakukan tanggal 31 Mei 2017, untuk
diagnosa kelebihan volume cairan pada Ny. J dan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit pada Ny. F Hasilnya pada Ny. J masih mengalami
edema pada kedua ekstremitas, dari data subjektif dari pasien,

Poltekkes Kemenkes Padang


68

mengatakan badan sudah merasa lebih baik dari hari kemarin, tetapi
badan masih sembab, data objektif ditemukan masih terjadi kelemahan
otot, masih terjadi asites, dan ekstremitas masih edema. Pada kasus Ny. F
data subjektif dari pasien mengeluh badan masih lemah, letih dan lesu.
Data objektif ditemukan tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 70 kali
permenit , pernafasan : 20 kali permenit suhu : 36,8 0C. Tidak ada
perubahan status paru dan jantung yang menunjukkan kelebihan cairan
atau dehidrasi.Intervensi tidak dilanjutkan karena kedua partisipan pulang
paksa.

Menurut Nanda (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kelebihan volume cairan adalah tidak terjadi kelemahan otot, tidak terjadi
disritmia, tidak terjadi asites, dan ekstremitas tidak edema.Kriteria hasil
untuk ketidaksembangan cairan dan elektrolit adalah, tidak terjadi
kelemahan otot, kram otot, kram perut, tidak terjadi disritmia dan tidak
terjadi gangguan kesadaran.

Pada diagnosa kedua yaitu kerusakan integritas kulit kasus Ny. J dan Ny.
F setelah dilakukan implementasi , di dapatkan hasil Ny. J mngeluh kulit
masih kering dan bersisik. data objektif ditemukan masih ditemukan kulit
kering bersisik, tidak ada kerutan pada tempat tidur, pasien sudah
melakukan miring kiri dan miring kanan karena pasien sudah merasa
baikan daripada hari sebelumnya. begitu juga dengan Ny. F masih
ditemukan kulit kering bersisik, tidak ada kerutan pada tempat tidur,
pasien sudah melakukan miring kiri dan miring kanan karena badan sudah
terasa membaik dari hari sebelumnya.Intervensi tidak dilanjutkan karena
kedua partisipan pulang paksa.

Menurut Nanda (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kerusakan integritas kulit adalah dengan indikator integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, dan
69

pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, mampu melindungi kulit
dan mempertahankan kelembaban kulit dengan perawatan alami.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit pada pasien Chronik Kidney Desease (CKD) di ruang rawat
penyakit dalam wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang berbeda yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Pada partisipan 1 dengan kelebihan volume cairan didapatkan pasien
mengeluh badan terasa lemah, letih, lesu, sembab pada kedua ekstremitas
dan air kencing keluar sedikit. Sedangkan pada partisipan 2 dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit didapatkan pasien mengalami
penurunan kesadaran dan sebelumnya mengalami kejang dirumah. Hal ini
menjukkan bahwa, jika seseorang mengalami Chronik Kidney Desease
(CKD) memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang
berbeda sesuai dengan kondisi tubuh partisipan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan berbeda tetapi
sesuai dengan konsep teori.Pada partisipan 1 memiliki diagnosa kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium. Pada
partisipan ke 2 memiliki diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan destruksi struktur ginjal secara progresif. Namun
partisipan 1 dan 2 memiliki kesamaan diagnosa yang kedua yaitu
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik.
3. Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Rencana keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Rencana keperawatan untuk diagnosa kelebihan volume cairan
adalah, adalah dengan dengan pertahankan catatan intake dan output yang
akurat, monitor hasil labor yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
Hematokrit, albumin, protein, natrium dan kadar kalium), pantau adanya

70
71

tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi, monitor vital
sign, pengukuran berat badan harian, kolaborasi pemberian diuretic sesuai
interuksi. untukdiagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:
pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor tanda-tanda
vital yang sesuai, timbang berat badan harian, monitor perubahan status
paru dan jantung yang menunjukkan kelebihan cairan atau dehidrasi.
Untuk diagnosa kerusakan integritas kulit: hindari kerutan pada tempat
tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, mobilisasi pasien
(ubah posisi setiap 2 jam sekali), oleskan lotion atau baby oil pada daerah
yang tertekan dan monitor status nutrisi pasien.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang


telah disusun. Implementasi keperawatan keperawatan dilakukan selama
13 hari. Adapun implementasi yang tidak dapat dilakukan disebabkan oleh
keadaan pasien yang tidak mendukung untuk dilakukan implementasi.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua partisipan dilakukan selama 13
hari rawatan dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil evaluasi yang
dilakukan pada partisipan 1 menunjukkan bahwa masalah kelebihan
volume cairan teratasi sebagian sampai hari ke- 7, begitu juga dengan
partisipan 2 masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
sebagian pada hari ke- 6. Sedangkan diagnosa ke 2 kedua partispan
masalah kerusakan integritas kulit teratasi pada partisipan 1 tertasi
sebagian pada hari ke- 5 sedangkan partisipan 2 teratasi sebagian pada hari
ke- 4. Intervensi di hentikan karena pasien pulang paksa.

B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Disarankan melalui Direktur RSUP Dr. M. Djamil padang dapat
meningkatkan pelayanan rumah sakit dengan memberikan saran kepada
perawat agar melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang telah
dibuatsesuai dengan NIC serta evaluasi yang dilakukan sesuai NOC
sehingga perawat ruangan dapat mempertahankan dan memaksimalkan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

PoltekkesKemenkes Padang
71

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan
dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada pasien Congestive Kidney Desease (CKD)
yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Perawatan. Jakarta : Salemba Medika

. . 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta :


Salemba Medika

Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan.

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun


2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan Riskesdas
2013. Diakses tanggal 17 Januari 2017.

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.

Hengkesa, Pieter & Lawalata, Ivy, Violan. 2014. Faktor Risiko Penyakit Gagal
Ginjal Kronik

Hendromartono. Nefropati Diabetik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI ; 2014.

J Corwin Elizabeth. 2009. Buku saku Pathofisiologi, Penerjemah Nike BudhiSu


bekti, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Poltekkes Kemenkes Padang


Kee, Joyce L, et.al. (2008). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC

Morton, P.G, dkk. (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 1.
Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA International.2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan


Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Pace, R.C 2007.Fluid Management In Patient On Hemodialysis. Nephrplogy Nursing


Journal.September-October.Vol.34, No.5.

Prabowo, Eko & Andi, Eka, Pranata. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Nuha Medika

Price, s. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.

Poltekkes Kemenkes Padang


Rahman, Arif. 2014. Optimalisasi Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Mendapatkan Hemodialisis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta

Report of Indonesia Renal Registry. 2015. diakses tanggal 17 April 2017 dari
http://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202015.pdf.

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:


Binarupa Aksara

Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogya : Mitra Cendikia

Smeltzer, Suzanne C & Brenda, G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah: Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Surhayono, Toto & Madjid Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan

Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: SalembaMedika.

USRDS. 2015. Annual Data Report volume 2 ESRD In United


States.https://www.usrds.org/2015/download/vol2_USRDS_ESRD_15.pdf.
diakses tanggal 17 April 2017

Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHANKEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. J
b. Tempat / tanggal lahir : Pasa Usang/ 1 Februari 1967
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Sudah menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 22 Mei 2017
i. Alamat : Pasa Usang, Kab. Padang Pariaman
j. Tanggal pengkajian : 25 Mei 2017
1) Diagnosa medis : CKD stg V ec PGD on HD

2. Identifikasi penanggung jawab


a. Nama : Nn. M
b. Pekerjaan : Mahasiswi
c. Alamat : kuranji, Padang
d. Hubungan : Anak kandung

3. Riwayat kesehatan-
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Ny. J masuk ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang. datang melalui IGD pada tanggal 22 Mei 2017 pukul
15.05 WIB diantar oleh keluarga, dengan keluhan badan terasa
lemah, letih, lesu, sembab pada tangan dan kaki serta air kencing
keluar sedikit.

2) Keluhan saat dikaji : Riwayat kesehatan sekarang tanggal 25


Mei 2017, pasien mengatakan bahwa kaki dan tangannya masih
sembab, mengeluh air kencing masih sedikit, dan sering merasa mual
dan badan lemah.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan bahwa pasien dahulunya sudah dikenal menderita
Diabetes Melitus tipe II sejak 5 tahun yang lalu, adanya riwayat

Poltekkes Kemenkes Padang


hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan adanya riwayat stroke sejak 8
bulan yang lalu.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa ada ibu dan kakak
pasien yang juga menderita Diabetes Melitus.

4. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum :
a) Makan
1) Sehat
Pada saat sehat, pasien makan 3 kali dalam sehari dengan nasi, lauk,
dan sayur. pasien mengatakan suka makanan yang bersantan dan
berminyak.
2) Sakit
Pasien diberikan diit ML DD RG II, mampu hanya mampu makan ¼
porsinya saja, lalu ditambah dengan memakan buah. jenis minuman
yang sering diminum pada saat sehat adalah air putih, namun pada saat
sakit, minum pasien mulai dibatasi.
b) Minum
1) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari.

2) Sakit
jenis minuman yang sering diminum pada saat sehat adalah air
putih, namun pada saat sakit, minum pasien mulai dibatasi.
b. Tidur :
1) Sehat
Siang : -
Malam : 7-8 jam dalam sehari
2) Sakit
Siang : 2-3 jam dalam sehari
Malam : 4-5 jam dalam sehari.

c. Eliminasi :
a. BAB
1) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari, konsistensi lunak,
berwarna kuning.

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Sakit
Pasien ada BAB 1 kali shari, konsistensi lunak, berwarna kuning.

b. BAK
1) Sehat
Pasien BAK minimal 5 kali sehari
2) Sakit
Pasien BAK ± 500 cc/hari dengan warna kuning dan konsentrasi
lebih bening.

d. Aktifitas pasien :
1. Sehat
Pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.

2. Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktivitas dibantu oleh
keluarga.

5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 156 cm
b. Berat badan :-
c. Tingkat kesadaran : GCS : 15
d. TTV : TD : 150/60 mmHg, N : 68 X/I, RR : 21 x/I
suhu : 36,80C
i. Rambut : kepala normachepal, rambut kering,mudah
rontok
e. Telinga : tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
f. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil isokor, reflek kedip ada.
g. Hidung : bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
h. Mulut : Mukosa mulut kering
i. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-),
j. Toraks :
a. Paru
1) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada retraksi dinding dada.
2) Palpasi
Premitus kiri dan kanansama

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
4) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler.

k. Abdomen :
1. inspeksi : Tampak membuncit
2. palpasi : Tidak ada distensi abdomen
3. perkusi : Timpani
4. auskultasi : Bising usus normal
l. Genitalia : Terapasang kateter, bersih
m. Ekstermitas :
1) Ekstremitas Atas : kulit tampak kering, dan mengkilap, terdapat
pitting edema, pruritus serta area ekimosis pada kulit. kekuatan
otot anggota gerak kanan 1, otot gerak kiri 5, CRT kembali cepat
<2 detik
2) Ekstremitas Bawah :bawah tampak edema, kulit kering dan
mengkilap, pruritus serta terdapat area ekimosis pada kulit kaki,
kekuatan otot anggota gerak kanan adalah 1,otot gerak kiri 5, CRT
kembali cepat < 2 detik.

6. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien pada tanggal 22
Mei 2017, adalah gula darah sewaktu 192 mg/dl (normalnya 200), ureum
darah 140 mg/dl (normalnya : 10,0-50,0), kreatinin darah 7,0 mg/dl
(normalnya 6,6-8,7), protein total : 5,9 g/dl (normalnya 6,6 – 8,7)
albumin : 1,8 (3,4 - 4,8), APTT : 40,6 detik (normalnya 28,20 – 38,10), pH
: 7,32 (normalnya 7,35) PCO2 : 30 mmHg (normalnya : 35-45), PO 2 : 66
mmHg (normalnya ), HCO3- : 15,5 mmol/L (normalnya 22-26), BE : -9,4
mmol/L (normalnya -2 sampai +2), Na + : 146 (normalnya 135-145), K+ :
3,3 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3).

7. Program pengobatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Terapi pengobatan yang didapatkan oleh Ny. J dimulai dari tanggal 22 Mei
2017 adalah diit ML DD RG II asam folat 1x5 mg, bicnat 3x500 mg,
candesartan 1x16 mg, lasix 2x1 amp dan HD 2x seminggu.

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Data Masalah Penyebab


Kelebihan volume Retensi cairan dan natrium
DS : klien mengeluh cairan
klien mengatakan
tangan dan kaki
sembab.
DO :klien tampak
sembab, terdapat
pitting edema ± 3 mm
(derajat III), dan kulit
tampak mengkilap.
dari hasil labor Na+ :
146 (normalnya 135-
145), hematokrit 32%
(normalnya wanita :
37-43), K+ : 3,3
mmol/L (normalnya
3,5- 5,3), albumin :
1,8 (3,4 - 4,8).

DS : klien mengeluh Kerusakan Gangguan status metabolic


bahwa kulit kering, integritas kulit
bersisik
DO :kulit tampak
kering bersisik dan

Poltekkes Kemenkes Padang


pruritus serta terdapat
area ekimosis pada
kulit. ureum darah
140 mg/dl (normalnya
: 10,0-50,0), kreatinin
darah 7,0
mg/dl(normalnya 6,6-
8,7).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Dipecahkan
No Diagnosa keperawatan masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 kelebihan volume cairan 25 Mei 25 Mei
berhubungan dengan 2017 2017
retensi cairan dan
naatrium
kerusakan integritas kulit 25 Mei 25 Mei
2 berhubungan dengan 2017 2017
gangguan status
metabolic.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Poltekkes Kemenkes Padang


No Diagnosa Intervensi
NOC NIC
keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


1. elektrolit acid 1. pertahankan catatan
intake dan output
1 kelebihan volume and base balance
yang akurat.
cairan berhubungan serta fluid 2. monitor hasil labor
yang relevan dengan
dengan retensi cairan balance dengan
keseimbangan cairan
dan naatrium indikator serum (BUN, Hematokrit,
albumin, protein,
albumin,
natrium dan kadar
kreatinin, kalium).
3. Pantau adanya tanda
hematokrit,
dan gejala over
Blood Urea hidrasi yang
memburuk atau
Nitrogen (BUN),
dehidrasi.
dalam rentang 4. monitor tanda-tanda
vital yang sesuai.
normal,
5. timbang berat badan
2. tidak terjadi
harian.
kelemahan otot, 6. kolaborasi pemberian
diuretic sesuai
kram otot, dan
interuksi
kram perut,
3. tidak terjadi
disritmia dan
tidak terjadi
gangguan
kesadaran
4. tidak terjadi
asites
5. ekstremitas tidak
edema dan tidak
terjadi distensi
vena jugularis

Poltekkes Kemenkes Padang


kerusakan integritas Tissue integrity: skin 1. hindari kerutan pada
2 kulit berhubungan and mucous tempat tidur.
2. jaga kebersihan kulit
dengan gangguan membranes.
agar tetap bersih dan
status metabolic. Indikator :
kering.
1. integritas kulit
3. mobilisasi pasien
yang baik bisa
( ubah posisi setiap 2
dipertahankan
jam sekali).
(sensasi, 4. oleskan lotion atau
elastisitas, baby oil pada daerah
temperature, yang tertekan .
5. monitor status nutrisi
hidrasi, dan
pasien.
pigmentasi).
2. tidak ada luka
atau lesi pada
kulit.
3. mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dengan
perawatan alami

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosa Tindakan keperawatan Paraf

Poltekkes Kemenkes Padang


hari keperawatan
Kamis kelebihan volume a) mencatat catatan intake dan
25 Mei cairan output pasien yang akurat.
berhubungan b) pantau adanya tanda dan gejala
2017/ overhidrasi yang memburuk
dengan retensi
cairan dan atau dehidrasi.
natrium c) monitor vital sign
d) pengukuran berat badan harian
e) kolaborasi pemberian diuretic
sesuai interuksi

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


tidur.
integritas kulit
b) jaga kebersihan kulit agar tetap
berhubungan bersih dan kering.
c) mobilisasi pasien (ubah posisi
dengan gangguan
setiap 2 jam sekali).
status metabolic. d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
monitor status nutrisi pasien.

Jumat kelebihan volume a) mencatat catatan intake dan


26 / cairan output pasien yang akurat.
berhubungan b) pantau adanya tanda dan gejala
Mei / overhidrasi yang memburuk
dengan retensi
2017 cairan dan atau dehidrasi.
naatrium c) monitor vital sign
d) pengukuran berat badan harian
e) kolaborasi pemberian diuretic
sesuai interuksi

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
berhubungan b) jaga kebersihan kulit agar tetap
dengan gangguan bersih dan kering.
status metabolic. c) mobilisasi pasien (ubah posisi
setiap 2 jam sekali).
d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
monitor status nutrisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


Sabtu kelebihan volume a) mencatat catatan intake dan
cairan output pasien yang akurat.
27 / 05 /
berhubungan b) pantau adanya tanda dan gejala
2017 dengan retensi overhidrasi yang memburuk
cairan dan atau dehidrasi.
naatrium c) monitor vital sign
d) pengukuran berat badan harian
e) kolaborasi pemberian diuretic
sesuai interuksi

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
berhubungan b) jaga kebersihan kulit agar tetap
dengan gangguan bersih dan kering.
status metabolic c) mobilisasi pasien (ubah posisi
setiap 2 jam sekali).
d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
monitor status nutrisi pasien.

Minggu kelebihan volume a) mencatat catatan intake dan


cairan output pasien yang akurat.
28 / 05 /
berhubungan b) pantau adanya tanda dan gejala
2017 dengan retensi overhidrasi yang memburuk
cairan dan atau dehidrasi.
naatrium c) monitor vital sign
d) pengukuran berat badan harian
e) kolaborasi pemberian diuretic
sesuai interuksi

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
berhubungan b) jaga kebersihan kulit agar tetap
dengan gangguan bersih dan kering.
status metabolic c) mobilisasi pasien (ubah posisi
setiap 2 jam sekali).
d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
monitor status nutrisi pasien.

EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf

Poltekkes Kemenkes Padang


/ hari keperawatan
Kamis ketidakseimbanga S : pasien, mengeluh badan lemah
25 / 05 / n cairan dan dan mual, serta badan masih
2017 elektrolit sembab
berhubungan O : masih terjadi kelemahan otot,
dengan destruksi masih terjadi asites, dan ekstremitas
struktur ginjal masih edema , balance cairan
secara progresif pasien +250cc.
A : masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan.

P : Intervensi dilanjutkan

kerusakan S : subjektif dari pasien mngeluh


integritas kulit kulit kering dan bersisik serta
berhubungan gatal-gatal
dengan gangguan O : ditemukan masih ditemukan
status metabolic kulit kering bersisik, tidak ada
kerutan pada tempat tidur,
pasien belum melakukan miring
kiri dan miring kanan karena
mengeluh badan lemah, letih
dan lesu.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Jumat 26 ketidakseimbanga S : pasien mengeluh badan masih


/ 05 / n cairan dan lemah, dan badan masih sembab,
2017 elektrolit O : masih terjadi kelemahan otot,
berhubungan masih terjadi asites, dan
dengan destruksi ekstremitas masih edema
struktur ginjal balance cairan pasien +250cc.

Poltekkes Kemenkes Padang


secara progresif A : masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan.
P : intervensi dilanjutkan.

kerusakan S : pasien mngeluh kulit kering dan


integritas kulit bersisik serta gatal-gatal
berhubungan O : ditemukan masih ditemukan
dengan gangguan kulit kering bersisik, tidak ada
status metabolic kerutan pada tempat tidur,
pasien belum melakukan miring
kiri dan miring kanan karena
mengeluh badan lemah, letih
dan lesu.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Sabtu ketidakseimbanga S : mengeluh badan masih lemah,


27 / 05 / n cairan dan dan badan masih sembab
2017 elektrolit namun sekarang badan terasa
berhubungan lebih ringan
dengan destruksi O : masih terjadi kelemahan otot,
struktur ginjal masih terjadi asites, dan
secara progresif ekstremitas masih edema,
balance cairan +250cc.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

kerusakan S : pasien mngeluh kulit kering dan


integritas kulit bersisik serta gatal-gatal
berhubungan O : ditemukan masih ditemukan
dengan gangguan kulit kering bersisik, tidak ada

Poltekkes Kemenkes Padang


status metabolic kerutan pada tempat tidur,
pasien belum melakukan miring
kiri dan miring kanan karena
mengeluh badan lemah, letih
dan lesu.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Minggu ketidakseimbanga S : pasien mengeluh badan masih


28 / 05 / n cairan dan lemah, dan badan masih
2017 elektrolit sembab
berhubungan O : masih terjadi kelemahan otot,
dengan destruksi masih terjadi asites, dan
ekstremitas masih edema,
struktur ginjal
balance cairan +250cc.
secara progresif A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

kerusakan S : pasien mngeluh kulit kering dan


integritas kulit bersisik serta gatal-gatal
berhubungan O : ditemukan masih ditemukan
dengan gangguan kulit kering bersisik, tidak ada
status metabolic kerutan pada tempat tidur,
pasien belum melakukan miring
kiri dan miring kanan karena
mengeluh badan lemah, letih
dan lesu.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


FORMAT PENGKAJIAN

ASUHANKEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. F
b. Tempat / tanggal lahir : Sidempuan/ 10 April 1962
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Sudah menikah
e. Agama : Islam

Poltekkes Kemenkes Padang


f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 25 Mai 2017
i. Alamat : Kuranji, Padang
j. Tanggal pengkajian : 26 Mai 2017
k. Diagnosa medis : CKD stg V ec PGD on HD

2. Identifikasi penanggung jawab


a. Nama : Nn. N
b. Pekerjaan : Mahasiswi
c. Alamat : kuranji, Padang
d. Hubungan : Anak kandung

3. Riwayat kesehatan-
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Keluhan utama : Pasien datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang
merupakan rujukan RSUD Air Dingin Padang pada tanggal 25 Mei 2017
pukul 18.44 WIB. Pasien dating melalui IGD dengan penurunan
kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan kejang 2 kali,
pasien mengatakan badanya terasa lemah dan letih. Keluarga pasien
mengatakan sebelumnya pasien dapat berkomunikasi tapi lama kelamaan
pasien tampak mengantuk dan tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga.
c. Keluhan saat dikaji :
Pasien mengatakan bahwa kaki dan tangannya masih sembab,
mengeluh air kencing masih sedikit, dan sering merasa mual dan
badan lemah.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien juga mengatakan sebelumnya ia pernah dirawat di Rumah Sakit
Tentara Reksodiwiryo Tk. III B, pasien sudah mengidap penyakit
diabetes mellitus tipe 2 sejak 8 tahun yang lalu dan mendapatkan
pengobatan melformin 3 kali sehari, tetapi sudah dua minggu pasien
tidak mengkonsumsi OAD. Pasien juga pernah dirawat dengan penyakit
CKD stg V dan sudah HD tiga kali di rumah sakit tersebut.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa ada anggota keluarga
yang juga menderita diabetes melitus yaitu ibu pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum :
1) Makan
a). Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk, pantangan/alergi
tidak ada. Pasien mengatakan menyukai makanan yang bersantan
dan berminyak.
b). Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan setengah porsi makan
yang diberikan. Pasien tidak menyukai susu yang diberikan gizi dari
Rumah sakit.Diit RP 48 gr DD 1700 kkal.
2). Minum
a). Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari

b). Sakit

Minum ± 500 cc dalam sehari dan terpasang Nacl 0.3 %


500ml/12 jam

3). Tidur :
a). Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 7-8 jam dalam sehari
b). Sakit
Siang : 2-3 jam dalam sehari
Malam : 4-5 jam dalam sehari.

b. Eliminasi :
1) BAB

a). Sehat

Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari, konsistensi lunak,


berwarna kuning.

b). Sakit
Pasien ada BAB 1 kali shari, konsistensi lunak, berwarna kuning.

Poltekkes Kemenkes Padang


3) BAK
a). Sehat
Pasien BAK minimal 5 kali sehari
b). Sakit
Pasien BAK ± 1200 cc/hari dengan warna kuning pucat dan
konsentrasi lebih bening.
c. Aktifitas pasien :

a). Sehat

Pasien bekerja sebagai asisten rumah tangga, dan bisa melakukan


aktivitas seperti biasanya.
b). Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktivitas dibantu oleh
keluarga.

5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 150 cm
b. Berat badan :-
c. Tingkat kesadaran : GCS : 15
d. TTV : TD : 130/70 mmHg, N : 68 X/I, RR : 21 x/I
suhu : 37,6 0C
e. Rambut : kepala normachepal, rambut kering,
mudah rontok
f. Telinga : tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
g. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil isokor, reflek kedip ada.
h. Hidung : bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
i. Mulut : Mukosa mulut kering
j. Leher : Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah
bening (-), pembesaran tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-).
k. Toraks :
1). Paru
a). Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi dinding
dada.
b). Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama
c). Perkusi

Poltekkes Kemenkes Padang


Bunyi perkusi sonor.
d). Auskultasi
Bunyi napas vesikuler.

l. Abdomen :
1) inspeksi : Tidak tampak membuncit
2) palpasi : Tidk ada distensi abdomen
3) perkusi : Timpani
4) auskultasi : Bising usus normal

m. Genitalia : Terapasang kateter, bersih

n. Ekstermitas :
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infuse NaCl 0,3 %, tidak ada
edema.
2) Ekstremitas Bawah : Tidak terdapat edema pada kedua tungkai,
akral teraba hangat, CRT < 2 detik.

6. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium Ny. F pada tanggal 26/05/2017 gula darah
sewaktu 592 mg/dl (normalnya 200), ureum darah 152 mg/dl (normalnya :
10,0-50,0), kreatinin darah 7,5 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), protein total : 5,5
g/dl (normalnya 6,6 – 8,7), albumin 2,3 g/dl (normalnya 3,8-5,0), globulin
3,2 g/dl (normalnya 1,3-2,7), pH : 7,31 (normalnya 7,35), PCO 2 : 38 mmHg
(normalnya : 35-45), PO2 : 114 mmHg (normalnya ), HCO 3- : 19,1 mmol/L
(normalnya 22-26), BE : -7,2 mmol/L (normalnya -2 sampai +2), Na + : 124
(normalnya 135-145), K+ : 4,7 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3), SaO2 : 98%
(normalnya 95-100).

7. Program pengobatan
Terapi pengobatan yang didapatkan oleh Ny. F dimulai dari tanggal 25 Mei
2017 dalah ML RP 48gr DD 1700 Kkal, IVFD Nacl 0,9 % 8 j/kolf, Inj.
Ceftriaxone 1x2 mg, Bicnat 3x500 j, As. Folat 1x5 mg, Osteocal 1x1000 j,
Drip critisil 111, IVFD Nacl 3 %12 jam/kolf, Novorapid 3x4 iu, Lovemir
1x6 iu, HD 2x seminggu.

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Data Masalah Penyebab

Poltekkes Kemenkes Padang


Ketidakseimbanga Destruksi struktur ginjal
DS : klien mengeluh n cairan dan secara progresif
bahwa badan terasa elektrolit
lemah, mual, tidak
nafsu makan dan kulit
kering bersisik

DO : ureum darah
152 mg/dl (normalnya
: 10,0-50,0), kreatinin
darah 7,5 mg/dl
(normalnya 6,6-8,7),
albumin 2,3 g/dl
(normalnya 3,8-5,0),
globulin 3,2 g/dl,
protein total : 5,5 g/dl
(normalnya 6,6 – 8,7).

DS : klien mengeluh Kerusakan Gangguan status metabolic


bahwa kulit kering, integritas kulit
bersisik
DO :kulit tampak
kering bersisik dan
pruritus serta terdapat
area ekimosis pada
kulit. ureum darah
152 mg/dl (normalnya
: 10,0-50,0), kreatinin
darah 7,5 mg/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Poltekkes Kemenkes Padang


Ditemukan Dipecahkan
No Diagnosa keperawatan masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 ketidakseimbangan 26 Mei 26 Mei
cairan dan elektrolit 2017 2017
berhubungan dengan
destruksi struktur ginjal
secara progresif
kerusakan integritas kulit 26 Mei 26 Mei
2 berhubungan dengan 2017 2017
gangguan status
metabolic.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
NOC NIC
keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


kerusakan integritas Tissue integrity: skin 6. hindari kerutan pada
2 kulit berhubungan and mucous tempat tidur.
7. jaga kebersihan kulit
dengan gangguan membranes.
agar tetap bersih dan
status metabolic. Indikator :
kering.
4. integritas kulit
8. mobilisasi pasien
yang baik bisa
(ubah posisi setiap 2
dipertahankan
jam sekali).
(sensasi, 9. oleskan lotion atau
elastisitas, baby oil pada daerah
temperature, yang tertekan .
10. monitor status nutrisi
hidrasi, dan
pasien.
pigmentasi).
5. tidak ada luka
atau lesi pada
kulit.
6. mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dengan
perawatan alami

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosa Tindakan keperawatan Paraf


hari keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Jumat ketidakseimbangan a) Mencatat intake output pasien
b) mengukur tanda-tanda vital
26 / 05 / cairan dan
pasien
2017 elektrolit
c) monitor perubahan status paru
berhubungan
dan jantung yang
dengan destruksi
menunjukkan kelebihan cairan
struktur ginjal
atau dehidrasi. dengan
secara progresif
menghitung nadi dan
pernapasan

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
b) jaga kebersihan kulit agar tetap
berhubungan
bersih dan kering.
dengan gangguan
c) mobilisasi pasien (ubah posisi
status metabolic.
setiap 2 jam sekali).
d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
e) monitor status nutrisi pasien.
ketidakseimbangan a) Mencatat intake output
Sabtu cairan dan pasien.
b) mengukur tanda-tanda vital
27/ 05/ elektrolit
pasien.
2017 berhubungan
c) monitor perubahan status
dengan destruksi
paru dan jantung yang
struktur ginjal
menunjukkan kelebihan
secara progresif
cairan atau dehidrasi. dengan
menghitung nadi dan
pernapasan.

kerusakan e) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
f) jaga kebersihan kulit agar
berhubungandenga
tetap bersih dan kering.

Poltekkes Kemenkes Padang


n gangguan status g) mobilisasi pasien (ubah
metabolic. posisi setiap 2 jam sekali).
h) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
i) monitor status nutrisi pasien.
Minggu ketidakseimbangan a) Mencatat intake output
28/ 05 / cairan dan pasien.
b) mengukur tanda-tanda vital
2017 elektrolit
pasien.
berhubungan
c) monitor perubahan status
dengan destruksi
paru dan jantung yang
struktur ginjal
menunjukkan kelebihan
secara progresif
cairan atau dehidrasi. dengan
menghitung nadi dan
pernapasan.

kerusakan a) hindari kerutan pada tempat


integritas kulit tidur.
b) jaga kebersihan kulit agar
berhubungan
tetap bersih dan kering.
dengan gangguan
c) mobilisasi pasien (ubah
status metabolic.
posisi setiap 2 jam sekali).
d) oleskan lotion atau baby oil
pada daerah yang tertekan .
monitor status nutrisi pasien.

EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


/ hari keperawatan
Jumat ketidakseimbangan S : Pasien, mengeluh badan masih
cairan dan elektrolit
26 / 05 / lemah, letih dan lesu
berhubungan
2017 dengan destruksi O :Tanda-tanda vital tekanan
struktur ginjal darah : 120/90 mmHg (normal
secara progresif sistolik : 120-139) (normal

Poltekkes Kemenkes Padang


diastolik 80-90), nadi : 68 kali
permenit (normal nadi : 60-
100 kali permenit), pernafasan
: 21 kali permenit (pernafasan
normal 16-24 kali permenit),
suhu : 37,10C (suhu normal :
36,50C – 37,50C). Tidak ada
perubahan status paru dan
jantung yang menunjukkan
kelebihan cairan atau
dehidrasi, balance cairan +50
cc.
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

kerusakan integritas S : subjektif dari pasien mngeluh


kulit kulit kering dan bersisik serta
berhubungandenga gatal-gatal
n gangguan status O : ditemukan masih ditemukan
metabolic. kulit kering bersisik, tidak ada
kerutan pada tempat tidur, pasien
belum melakukan miring kiri dan
miring kanan karena mengeluh
badan lemah, letih dan lesu.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Sabtu ketidakseimbangan S: Pasien, mengeluh badan masih


27 / 05 / cairan dan elektrolit lemah, letih dan lesu
2017 berhubungan O : Ditemukan tekanan darah :
dengan destruksi 130/90 mmHg, nadi : 70 kali
permenit , pernafasan : 22 kali
struktur ginjal
permenit suhu : 37,00C. Tidak ada
secara progresif perubahan status paru dan jantung
yang menunjukkan kelebihan

Poltekkes Kemenkes Padang


cairan atau dehidrasi, balance
cairan pasien -100cc.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

kerusakan integritas S: subjektif dari pasien mngeluh


kulit kulit kering dan bersisik serta gatal-
berhubungandenga gatal
n gangguan status O : ditemukan masih ditemukan
metabolic. kulit kering bersisik, tidak ada
kerutan pada tempat tidur, pasien
belum melakukan miring kiri dan
miring kanan karena mengeluh
badan lemah, letih dan lesu.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Minggu ketidakseimbangan S : pasien mengeluh badan masih


28 / 05 / cairan dan elektrolit lemah, letih dan lesu
2017 berhubungan O :ditemukan tekanan darah :
dengan destruksi 110/90 mmHg, nadi : 70 kali
permenit , pernafasan : 21 kali
struktur ginjal
permenit suhu : 36,80C. Tidak ada
secara progresif perubahan status paru dan jantung
yang menunjukkan kelebihan
cairan atau dehidrasi.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

kerusakan integritas S : pasien mngeluh kulit kering dan


kulit bersisik serta gatal-gatal
berhubungandenga O : masih ditemukan kulit kering

Poltekkes Kemenkes Padang


n gangguan status bersisik, tidak ada kerutan pada
metabolic. tempat tidur, pasien belum
melakukan miring kiri dan miring
kanan karena mengeluh badan
lemah, letih dan lesu.
A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai