PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena
terletak di bagian luar tubuh yang memiliki beberapa fungsi seperti menerima
rangsang, rasa sakit, sentuhan, melindungi dari agen infesius, paparan sinar
matahari, debu dan paparan yang lainnya (Nuraeni, 2016).
Menjaga kesehatan kulit sangat penting bagi setiap individu, namun masih
banyak dari masyarakat yang mengabaikan kesehatan kulit dikarenakan
pengetahuan yang kurang dan menganggap bahwa penyakit kulit dianggap
sebagai masalah yang remeh. Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit
paling sering dijumpai di negara beriklim tropis. Kejadian penyakit kulit di
Indonesia masih tergolong tinggi. Penyakit kulit yang sering ditemukan di
Indonesia, lebih banyak disebabkan karena infeksi, baik itu infeksi bakteri, jamur,
virus dan parasite (Agustina et al, 2017).
Adapaun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan penyakit kulit
dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti
keadaan sawar kulit, gizi, imunitas penjamu, kebersihan perorangan dan
kebiasaan. Sedangkan faktor eksternal yang dapat memegaruhi kejadian penyakit
kulit yaitu suhu, kelembapan udara, faktor geografis, kebersihan lingkungan,
kepadatan hunian dan jumlah orang dalam satu lingkungan tempat tinggal yang
melebihi batas, serta dapat pula didukung dengan patogenesis dan virulensi
mikroorganisme penyebab (Radistyatuti&Anggraeni, 2017).
Prevalensi penyakit kulit di negara berkembang berkisar antara 20-80%.
Hal tersebut didasari oleh keadaan suhu dan kelembaban udara yang dapat
berubah-ubah pada negara tropis. Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun
2010, penyakit kulit menempati peringkat ketiga dari sepuluh besar masalah
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia
(Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010).
Berdasarkan data berbagai rumah sakit pendidikan kedokteran negeri di
Indonesia pada tahun 2009-2011 didapatkan angka penyakit kulit akibat infeksi
jamur paling banyak ditemukan di Semarang, yaitu sebesar 26.4%. Sedangkan
jumlah terendah di Yogyakarta sebesar 4.06%. Pada penelitian yang dilakukan di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan kasus penyakit kulit akibat infeksi
jamur yang paling banyak ditemukan adalah tinea korporis sebanyak 34.4%,
pitiriasis versikolor sebesar 28.4% (Citrashanty&Suyoso, 2011).
Beberapa infeksi kulit akibat bakteri yang umum ditemukan adalah
impetigo, ektima, folikulitis, furunkel, karbunkel, abses, erisepelas, dan selulitis.
Penelitian yang dilakukan Gama et al (2016) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado menyebutkan bahwa folikulitis adalah penyakit yang sering ditemukan
sebanyak 38.4% diikuti furunkel sebanyak 23.8%.
Penelitian Tanamal et al (2015) menyebutkan bahwa jenis penyakit kulit
akibat infeksi virus yang sering ditemukan meliputi moluskum kontangiosum
(52,9%), varisela (17,83%), dan herpes zoster (3,28%)
Di negara berkembang, salah satu penyakit kulit akibar infeksi parasite
yang masih menjadi masalah kesehatan utama adalah Scabies, dengan prevalensi
sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi apda anak-anak
dan remaja (Ma’rufi, 2005).
Puskesmas Cilongok II merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang memiliki 9 desa binaan. Salah satu penyakit dengan kunjungan
pasien terbanyak adalah penyakit kulit akibat infeksi. Angka kunjungan pasien
penyakit kulit akibat infeksi mencapai 1282 pada tahun 2020.
B. Perumusan Masalah
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
.
1. Karakteristik Radistyatuti., Data yang diambil Metode yang
Penyakit Kulit Anggraeni, oleh peneliti digunakan
Akibat Infeksi di P, 2017 menggunakan data oleh
Poliklinik Kulit rekam medis Radistyatuti &
dan Kelamin Anggraeni
RSUP Dr. Kariadi menggunakan
Semarang Periode deskriptive
Januari 2008- analitik
Desember 2010 dengan
pendekatan
retrospektif