Disusun oleh:
Fitri Amalia
073.12.072
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
BAB I
MINERALOGI
Gambar 1.1 Mineral
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari ikatan unsur pembentuk kulit bumi
(mineral) meliputi: Apa unsur pembentuknya, bagaimana bentuk ikatannya, bagaimana
proses pembentukannya, bagaimana sifat fisiknya dan bagaimana cara mengenalnya.
Mineral adalah benda padat homogen yang terbentuk dialam, terbentuk melalui
proses geologi, inorganik dan mempunyai struktur kristal padat, dengan komposisi kimia
tertentu dan mempunyai sifat fisik tertentu, Setiap mineral mempunyai susunan atom yang
teratur membentuk kristal padat
2
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Bangun Kristal:
1. Euhedral (Bagus)
2. Anhedral (Jelek)
3. Subhedral (Diantara bagus dan jelek)
Ukuran kristal:
1. Kristalin (Dapat dilihat tanpa alat bantu)
2. Mikrokristalin (Dapat dilihat dengan mikroskop)
3. Kriptokristalin (Dapat dilihat dengan Xray defraksi)
Sistem kristal:
1. Isometrik
b- a-
a+ b+
c-
2. Orthorombik
b- a+ a- b+
c-
3. Tetragonal
b-a+ a-b+
c-
Sistem
tetragonal 3
MINERALOGIasliDAN PETROLOGI
4. Hexagonal
4 sumbu, 3 sumbu saling membuat sudut 120 dan
sumbu ke 4 tegak lurus dengan ke 3 sumbu tersebut.
a┴c;b┴c;d┴c
a=b=d≠c
a+ < b+ = 120o b+ < d+ = 120o
d+ < a+ = 120o
5. Monoklin
3 sumbu
c+ a┴b;b┴c
c < a ≠ 90 derajat
a≠b≠c
a-
b- b+
a+
c- asli
Sistem monoklin
6. Triklin
4
MINERALOGI DAN PETROLOGI
LINGKUNGAN
SEDI •ek •Res
PEMBENTUKAN
MENT
•sedi
ARY
sal idu
•LAUT
asi •me
MINERAL
ENVI
ment
RON
kanis
asi •SUB
MENT
MAGMATIC
ENVIRONME VOLC •Hyd
NT •diss ANIC roter
•meta mal
METAMORP emina
somat •Repal
HIC ted •PL cemen
ik
ENVIRONME
UT t
NT •Cavit•peg
•Mag ON
matic
y
filling
matiti
conc k
entra
tion
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang
beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita
mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)
6
MINERALOGI DAN PETROLOGI
1. Sifat fisik terkait kohesi dan elastisitas
a. Cleaveage (belahan)
Sifat mineral yang cenderung untuk membelah pada arah tertentu dan
menghasilkan bentuk bidang rata yg teratur.
Menjadi :
1. Sempurna
Pecahan sejajar terhadap bidang.
2. Bagus
Lebih mudah belah didalam belahannya bila dibandingkan
dengan belahan ke arah lain.
3. Jelas
Pecahan yang sesuai terhadap bidang tetapi juga terpecah
kearah lain.
4. Tidak jelas
Bidang belahan seperti garis.
5. Jelek
Bidang belahan tidak rata dan sukar diamati.
b. Parting
Parting terjadi bila mineral dikenai gaya yang kuat, mineral akan pecah
mengikuti bidang struktur yang lemah. Bidang lemah ini terjadi karena
tekanan, bidang kembar atau exsolution. Bidang kembar dan bidang luncur
biasanya menjadi arah “parting”. “Parting” mirip dengan “cleavage”.
Walaupun demikian , tidak seperti halnya cleavage, parting tidak selalu terjadi
pada setiap mineral.
c. Fracture (pecahan)
Pada beberapa struktur kristal dan padatan amorf, kuat ikatan rata
kesegala arah. Memecahkan kristal atau masiv seperti itu pada arah lain
kecuali arah cleavage atau “parting plane” akan menghasilkan permukaan
yang tak teratur disebut fracture. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat
dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan
bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin
datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak
teratur (Danisworo, 1994).
7
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
d. Tenacity
Ketahanan mineral terhadap breaking, crushing, bending, cutting,
drawing, atau tearing.
Tenacity dikelompokan menjadi:
Brittle (Mudah dipecahkan atau dihancurkan)
Malleable (Mudah ditempa tanpa pecah)
Sectile (Dapat dipotong menjadi serat-serat tipis)
Ductile (Mudah ditarik menjadi bentuk kawat)
Flexible (Bila dibengkokkan tidak kembali ke bentuk semula
atau permanen)
Elastic (Bila dibengkokkan akan segera kembali ke bentuk
semula)
e. Hardness
Daya tahan permukaan mineral terhadap gesekan. Kekerasan nisbi
suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang
lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs
mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala
10 untuk mineral terkeras
8
MINERALOGI DAN PETROLOGI
SKALA MOHS
2. Sifat fisik yang terkait specific gravity (SG) ataupun berat jenis
a. Spesific gravity (SG)
Rasio antara berat benda dengan berat air pada volume yang sama.
b. Density ()
Berat benda dibagi dengan volumenya.
3. Sifat terkait dengan cahaya
a. Indeks bias
Rasio kecepatan rambat cahaya di udara terhadap kecepatan rambat
cahaya di mineral.
b. Diapheneity
Derajat ketransparanan
Transparan (Objek dapat terlihat jelas)
Transkusen (Objek tidak dapat terlihat tetapi cahaya terlihat)
Opak (Cahaya benar-benar tidak terlihat)
c. Colour
9
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Untuk mengamati warna mineral harus dilakukan dengan cahaya
“putih” karena bila dilakukan dengan cahaya monochromatic warnanya akan
sangat berlainan.
d. Streak (cerat)
Warna bubuk mineral. Warna sebuah mineral biasanya dapat beragam
beragam tetapi warna bubuk biasanya tetap. Hal ini dapat dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Contohnya :
a. Pirit, berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat
porselin akan meninggalkan jejak hitam.
b. Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat
porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
c. Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
d. Biotite : Ceratnya tidak berwarna
e. Luster (kilap)
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Refleksi mineral dalam menangkap sinar. ada dua yaitu metalik dan
nonmetalik.
Kilap nonmetalik dikelompokan menjadi:
Adamantine
Kilap yang terlihat seperti intan.
Earthy
Kilap yang terlihat seperti lempung.
Vitreous
Kilap yang terlihat seperti kaca.
Resinous
Kilap yang terlihat seperti kekuning-kuningan.
Greasy
Kilap yang terlihat seperti sabun.
Pearly
Kilap yang terlihat seperti mutiara.
Silky
Kilap yang terlihat seperti sutera.
Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap
atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
Galena
10
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Pirit
Magnetit
Kalkopirit
Grafit
Hematit
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini
dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan
yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).
11
MINERALOGI DAN PETROLOGI
dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung
waktu paruhnya (half time).
BAB II
PETROLOGI
A. Petrologi
1. Pengertian Petrologi
Berdasarkan Pinkerton (1811), Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang
berarti batu dan kata “ logos “ yang berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu
yang membahas proses pembentukan batuan. termasuk bahasan tentang struktur,
tekstur, komposisi mineral, kandungan fosil, umur, dan evolusi yg terjadi terhadap
batuan tersebut. Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan, secara luas
mempelajari asal , kejadian ,sejarah dan sejarah batuan.
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan
analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan.Ahli petrologi modern
juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus
geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal
batuan.
Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk
menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan
suhu yang ditinggikan.Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan
pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan
kepermukaan pada kondisi asli.
2. Batu sebagai penyusun kulit bumi
Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan adalah agregat satu atau
beberapa mineral dan atau mineraloid yang terjadi secara alamiah dan menyusun lapisan
kulit bumi.
12
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Gambar 2.1 Lapisan Bumi
o Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar yang terdiri dari batuan.
o Kevariasian bentuk muka bumi disebabkan oleh proses endogen yang berasal dari
dalam bumi dan bersifat membangun, serta proses eksogenik yang berasal dari luar dan
memiliki sifat merombak.
o Kandungan senyawa kimia yang paling banyak dalam litosfer yaitu oksida
silikon (SiO2).
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang
membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sadimen, batuan sadimen
dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali. Dapat dilihat skema
siklus batuan dibawah ini.
13
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Penjelasan Gambar Siklus Batuan :
2. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan
mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di
batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat
batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
3. Pelapukan secara kimia: contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping.
Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh
yang nyata adalah “hujan asam” yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan
secara kimia.
4. Pelapukan secara biologi: contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh
gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini
mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat
memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga
glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan
terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan
dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan
pada batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
14
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Proses ini sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel
yang ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit
diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk
batuan yang lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi
dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada
sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan sedimen
seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya
melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya
semen, dan juga adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil
mengalami proses erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan
bersama-sama.
Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada
sangatlah tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat
mengubah mineral yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme.
Semua batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme.
15
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang.
Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi.
Jenis-jenis batuan
Lapisan paling luar dari bumi adalah kerak bumi (litosfer). Lapisan ini terdiri dari batu-
batuan yang bahan dasarnya dari pembekuan magma. Berdasarkan proses terjadinya, batuan-
batuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Batuan Beku
adalah batuan hasil proses pembekuan dari bahan “lelehan” atau “sebagian lelehan”, yang
dikenal sebagai “magma".
2. Batuan Sedimen
adalah batuan yang dibentuk dari proses konsolidasi material lepas hasil sedimentasi,
presipitasi kimia dari suatu larutan dan sisa organisma, di atas muka bumi.
3. Batuan Metamorf
adalah batuan yang dibentuk oleh proses perubahan batuan yang sudah ada sebelumnya.
Perubahan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan sistem ( komponen T dan P)
berlangsung dalam keadaan padat.
1.a. Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
bersuhu antara 9000 - 11000 C dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi
bagian atas (Vide F.F.Grouts, 1947 : turner & Verheogan, 1960 : H.Williams, 1962).
Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit. Proses-
proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk sebuah rangkaian
khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation, pencampuran atau assimilation,
dan anateksis atau peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor
atau hal-hal yang selanjutnya akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan
yang meleleh, derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam magma oleh
batuan samping (parent rock).
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally, 1933 :
Winkler Vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat dirubah menjadi magma dengan
sifat yang lain, oleh proses-proses yang disebut :
Hibridisasi : ialah pembentukan magma baru, karena pencampuran dua
magma yang berlainan jenisnya.
Sinteksis : ialah proses pembantukan magma baru karena proses asimilasi
dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
Anateksis : ialah pembentukan magma dari peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar
Magma tersusun oleh unsur yang beraneka ragam sehingga magma membeku
membentuk kristal yang beraneka macam warna dan bentuk. Pembekuan magma membentuk
kristal-kristal melalui reaksi kimia yang memiliki pola tertentu terkait dengan sifat kimiawi
16
MINERALOGI DAN PETROLOGI
masing-masing unsur penyusunnya. Tiap-tiap unsur memiliki kecenderungan membeku pada
suhu dan tekanan tertentu dan bereaksi mengikat unsur tertentu. Kecenderungan-
kecenderungan tersebut telah dipelajari dan dirangkum menjadi sebuah pola sederhana yang
dikenal dengan Deret Reaksi Bown “Bown Reaction Series”. Lihat gambar di bawah ini.
Pada skema di atas terdapat dua seri pembentukan mineral. Olivin, Piroksen,
Hornblenda dan Biotit terdapat pada seri discontinue. Adapun pada sisi kanan Deret Reaksi
Bowen terdapat rangkaian pembentukan mineral plagioklas yang disebut dengan
seri continue.
Magma asli bersifat basa. Maka semakin dekat dengan sumbernya (mantel atas)
magma semakin bersifat basa. Semakin menjauh ke permukaan magma menjadi
intermediet atau bahkan asam. Batuan beku yang terbentuk pun mengikuti posisi di mana
terjadinya pembekuan magmanya. Batuan yang kaya akan mineral olivin dan piroksen adalah
batuan beku basa, sebaliknya semakin kaya SiO2 batuan masuk kategori intermediet dan
asam.
17
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Bahwa magma berasal dengan komposisi “mafic/ultramafic parent rock” dan selama evolusi
magma dapat menalami deferensi yang mengakibatan berubahnya komposisi magma
menjadi intermediet dan asam.
1. Diferensiasi Magma
yaitu proses dimana magma yang homogen terpisah dalam fraksi-fraksi komposisi yang
berbeda-beda.
1. Fraksinasi
Adalah pemisahan kristal dari larutan magma pada waktu terjadi pendinginan magma.
Kristal-kristal saat pendinginan magma tidak dapat mengikuti perkembangan komposisi
larutan magma yang baru, dia telah utuh sebagai kristal dan berhenti bereaksi mengikat
unsure lain untuk membentuk mineral lain. Proses fraksinasi ini merupakan
proses diferensiasi yang paling utama.
2. Asimilasi
adalah evolusi magma juga dipengaruhi oleh batuan sekitarnya (wall-rock). Magma
dalam temperatur tinggi, sewaktu kristal-kristal mulai terbentuk maka panas ini akan
menjalar dan melarutkan batuan-batuan sekitarnya. Sehingga mempengaruhi komposisi
magma tersebut. Hal ini sering terjadi terutama pada magma plutonik.
1. Tahap Orthomagmatik, yaitu pembekuan magma yang pertama kali, temperatur >
000
8000C
2. Tahap Pegmatitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur 6000C – 8000C
3. Tahap Pneumatolitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur 4000C – 6000Cserta
kaya gas
4. Tahap Hydrothermal, yaitu pembekuan magma berkisar antara 1000C – 4000C. Berupa
larutan sisa yang kaya akan gas dan larutan/cairan.
Fungsi hydrotermal:
1. Alat transpotasi bagi unsur2 kimia, dapat merembes keluar sehingga merubah batuan.
2. Masuk dalam struktur mineral sehingga membentuk hydroksil (biotit,klorit,
hornblenda)
3. Menbentuk fasa tersendiri (urat2 mineral/batuan)
4. Membentuk mineral sekunder
Yaitu, kaolinisasi, Saussutitisasi, Kloritisasi, Uralitisasi, Serpentinisasi, Silisifikasi,
Propilitisasi
2. Komposisi Mineral
19
MINERALOGI DAN PETROLOGI
1. Mineral Utama
Mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma (mineral mafik dan mineral
felsic). Contoh: Quartz, Feldspars, Pyroxenes, Olivines, Micas, Amphiboles.
2. Mineral Tambahan
Mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma terdapat dalam jumlah yang sedikit
(kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan . Contoh, mineral
oksida dan atau sulfida.
3. Mineral Sekunder (Secondary mineral)
Mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,reaksi
hidrotermal, maupun metamorfisme terhadap mineral utama.
Berdasarkan warna dan komposisi kimia maka mineral /kristal pembentuk batuan beku
secara garis besar dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu :
-Kaolinisasi/Argilitisasi : Feldspar menjadi argilit /kaolin atau mineral lempung yang lain
-Kloritisasi : Mineral Feromagnisian menjadi klorit
-Uralitisasi: Replesmen mineral pyroksen oleh ampibol.
-Sausoritisasi: Plagioklas menjadi sausurit.
-Serpentinisasi : Olivin menjadi pyroksen.
-Silisifikasi: Proses yang mengakibatkan impreknasi dan replesmen oleh silika.
-Propilitisasi : Alterasi mineral feromagnesian menjadi klorit,kalsit,serpentin,dan mineral
opak.
20
MINERALOGI DAN PETROLOGI
BAB III
BATUAN BEKU
Batuan beku atau igneous rock adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke
padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk
kristal – kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah akan
terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka
kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral
mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
mineral felsik. Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (Continous) dan tidak menerus
(discontinous).
Struktur batuan beku adalah refleksi dari proses ganesa batuan beku yang berukuran
besar dapat dilihat dengan mata dan mudah dikenali di lapangan.
Bentuk atau struktur ditentukan oleh hubungan sentuhan (kontak) antara batuan beku
yang menerobos dengan batuan lain yang diterobos.
21
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Intrusi.
Sills: konkordan, sejajar dengan struktur foliasi atau perlapisan batuan sedimen yang
diintrusinya. ukurannya tipis, sheetlike form, biasanya dibentuk oleh magma encer,
basaltic,bisa single ataupun multiple
Phacoliths : konkordan, berasosiasi denga batuan sedimen yang terlipat lipat.bila dlm
antiklin, bt.beku cembung keatas dan dalam sinklin batuan bekunya cekung diatas.
Batholith: pluton berukuran besar dengan kemiringan bidang kontak yang curam. dasarnya
tidak diketahui. ukuran dapat mencapai beberapa ribu km. bersoisasi dengan geosinklin.
Dikes intrusi dangkal dg lebar <20 m,memperlihatkan hubungan diskordan dengan struktur
batuan yg diintrusinya. dapat ditemukan menyendiri atau juga dapat dalam satuan yang
banyak (swarms of dikes) menerus kebawah menyatu dengan sebuah intrusi dalam.
Sills juga berukuran kecil ( tebal <50) sebuah intrusi dangkal yang memperlihatkan
hubungan konkordan dengan struktur batuan yang diintrusinya .
Ekstrusi
22
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Tingkat kristalisasi batun beku:
c. Hipokristalin, apabila batuan tersusun sebagian oleh kaca dan sebagian berupa kristal.
Ukuran mineral terbagi menjadi 3 yaitu kristalin, mikrokristalin, dan Kriptokristalin untuk
yang kristalin disebut tekstur afanitik dan yang mikrokristalin, kriptokristalin disebut tekstur
fanerik
Afanitik adalah kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal
penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.
Fanerik adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral penyusunnya, meliputi
bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir (kristal satu dengan kristal lainnya atau
kristal dengan kaca). Singkatnya, batuan beku mempunyai tekstur fanerik apabila mineral
penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelas/kaca, dapat diamati.
Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak
dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut
bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal
(tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan
bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.
b. Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas,
sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya
berbentuk kristal subhedral disebut hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.
c. Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur. Tekstur
batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik
granular atau xenomorfik granular.
Ukuran butir:
23
MINERALOGI DAN PETROLOGI
a. Equigranular, apabila kristal penyusunnya berukuran butir relatif seragam. Tekstur
sakaroidal adalah tekstur dimana ukuran butirnya seragam seperti gula pasir atau gula putih.
Amygdular : Dijumpai lobang-lobang gas yang terisi mineral lain. Contoh: Kalsit dan Kuarsa
Pumiceous : Dijumpai lobang –lobang gas yang sangat banyak yang diakibatkan hasil
pembekuan buih didalam air.
Panoidiomorf (Automorf)
yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal
euhedral (sempurna).
Hypidiomorf (Hypautomorf)
yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.
Allotriomorf (Xenomorf)
Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya
adalah dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah
andesit.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah
basalt.
24
MINERALOGI DAN PETROLOGI
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen atau Sedimentary Rock adalah batuan yang terbentuk dari proses
litifikasi dari hancuran batuan lain atau dari hasil reaksi kimia / organism. Litifikasi sendiri
merupakan proses perubahan material yang lepas / unconsolidated material menjadi material
– material yang padat dan kompak / consolidated material.
1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
2. Sifat klastik / fragmen yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada
golongan detritus.
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, klasit, dolomit dan rijang.
25
MINERALOGI DAN PETROLOGI
1. Golongan detritus/klastik
Batuan sedimen yang berasal dari rombakan/ pecahan-pecahan masa
batuan/mineral yang sudah ada lebih dahulu.
Kelompok detritus
1. Kelompok detritus kasar
Ukuran butir dari 1/16 mm sampai > 256 mm.
Contoh: breksi, konglomerat, batupasir.
2. Kelompok detritus halus
Ukuran butir kurang dari 1/16 mm.
Contoh: batu lanau, batu lempung, serpih, napal.
Kelompok Karbonat
Fragmen terdiri dari kandungan mineral klasit (CaCO3) lebih dari 50% atau
pecahan trumbu gamping (reef), berasal dari kelompok binatang laut.
Contoh: batu gamping klastik, batu gamping bioklastik, batu gamping
kerangka (sekletal)
A. Kelompok karbonat
Sering disebut batugamping (limestone), umumnya terdiri atas mineral:
Klasit (CaCO3)
Dolomit (CaMg(CO3)2)
Cara pengenalan:
B. Kelompok batubara
Terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan
pemanasan.
Dapat dibedakan jenisnya, yang merupakan sfifat kematangannya sebagai
berikut:
Gambut (peat) = 54% C-5% H
Batubara muda (lignit) = 67% C- 6% H
Batubara (coal) = 78% C- 6% H
Antrasit = 91% c- 3% H
C. Kelompok evaporite
26
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Terjadi karena proses penguapan air laut dalam suatu cekungan.
Batuan bersifat mono mineral.
Macamnya:
Anidrit (CaSO4) bersifat keras, sering berbentuk serabut.
Gips (CaSO4. nH2O) lebih bersifat kristal dari pada anhidrit.
Halite (NaCL) batugaram
D. Kelompok silika
Kelompok ini terbentuk di lingkungan laut dalam, bersifat kimiawi dan
kadang-kadang juga terdapat pengaruh organisme (radiolaria dan diatomae).
Macamnya:
Rinjang
Radiolarit
Tanah diaatomae
Komponen Pembentuk Batuan Sedimen
1. ALLOGENIC
Berasal dari luar Basin, dari batuan yang sudah ada sebelumnnya, masuk dalam
bentuk pecahan.
- Hasil rombakan
Inorganik ; mineral, batuan.
Organik : material karbon,organisme
- Bukan hasil rombakan
Hasil aktivitas volkanik
Larutan yang tertransport
2. AUTHOGENIC
Berasal dari dalam Basin, bahan yang terbentuk atau mengkristal dalam
lingkungan sedimentasi.
- Sisa sisa organisme
- Evaporite
- Pengendapan unsur tertentu
Lingkungan Pengendapan
Tempat mengendapnya mineral sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan
biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu.
1. Darat
a. Terestrial ( tidak berair)
Desert
Glacial
b. Aqueous (berair)
Fluvial
Braided stream
Flood plain
Meandering
Alluvial fan
Lacustrine (danau)
Swamp (rawa)
Cave (goa)
2. Transisi
27
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Deltaic
Lagoonal
Littoral
3. Laut
Neritik
Bathyal
Abyssal
a. Struktur primer(sygnetik)
b. Struktur sekunder(epygenetik)
c. Struktur organic
A. Struktur primer
Struktur Primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika
batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer
ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu
batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
B. Struktur sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu
diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar,
lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
a. Fragmen
Yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa mineral, pecahan
batuan, cangkang, fosil dan zat organik.
b. Matriks
Yaitu butiran yang lebih kecil dari fragmen, terendapkan bersama-sama
dengan fragmen. Terdapat disela-sela fragmen sebagai massa dasar.
c. Semen
Yaitu material yang sangat halus (hanya dapat dilihat dengan mikroskop)
diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai pengisi rongga serta pengikat
antar butir sedimen. Semen umumnya terdiri dari:
Semen karbonat (kalsit, dolomit)
Semen silika (calsedon, kuarsit)
Semen oksida (limonit, hematit)
28
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Ukuran Butir:
Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
29
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata.
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran
butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi
bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila
semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal
ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari
halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
Porositas
30
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari
bauan. Pembagian porositas biasa dipergunakan sebagai berikut:
Negligible: 0-5%
Poor: 5-10%
Fair: 10-15%
Good: 15-20%
Excellent: 25-40%
Permeabilitas
Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair). Istilah yang
biasa digunakan adalah:
Fair: 1,0-10 md
Good: 10-100 md
31
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Warna:
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan komposisi
butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk menginterpretasikan
lingkungan pengendapan.. Secara umum warna pada batuan sedimen dipengaruhi oleh :
Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk batuan
sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih (misal batupasir
quartz arenite).
Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida besi, maka
batuan akan berwarna coklat kemerahan.
Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi sama
jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.
Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai dalam
kekompakan batuan adalah :
Medium hard : agak keras tetapi masih dapat digores dengan jarum baja
Spongy : berongga
Bentuk mineral:
Euhedral
32
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Subhedral
Anhedral
Ukuran butir :
Makrokristalin >0,75 mm
Diagenesa:
Ada rekristalisasi
Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. Contoh :batuannya adalah gips,
anhydrite, batu garam.
Batuan ini terbentuk dari material organic yang berasal dari tumbuhan. Untuk
batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure karbon,oksigen, air dan tingkat
perkembangannya. Contohnya lignit, bituminous coal, anthracite,peat,coal.
Batuan sedimen silica ini terbentukoleh proses organic dan kimiawi. Contohnya
adalah rijang (chert), radiolarian dan tanah diatomae.
Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, organic. Contoh batuan
karbonat adalah framestone, boundstone, packstone, wackstone dan sebagainya
33
MINERALOGI DAN PETROLOGI
BAB V
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf (Malihan ) merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang sudah
ada (Beku, sedimen maupun metamorf) akibat pengaruh tekanan dan panas sehingga
merubah stuktur ,tekstur dan komposisi mineral tanpa mengalami peleburan.
Struktur Foliasi:
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit,
felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya
sudah mulai agak kasar.
35
MINERALOGI DAN PETROLOGI
Struktur Non Foliasi:
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral
yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus
atau fibrous.
36
MINERALOGI DAN PETROLOGI
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur lainnya adalah sebagai berikut:
Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.
Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar
material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut berstektur
homeoblastik.
37
MINERALOGI DAN PETROLOGI
38
MINERALOGI DAN PETROLOGI