Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Rafi Aurelian Rizkiyansyah / No.

Absen 22
XII IPS 3

TUGAS BAHASA INDONESIA NOVEL SEJARAH DAN TEKS SEJARAH

1. Pengertian teks sejarah dan novel sejarah


a. Teks sejarah adalah teks yang menjelaskan fakta-fakta nyata dari kejadian masa lalu,
yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa bersejarah dengan keadaan yang
benar dan sesuai dengan hal-hal yang memang pernah ada atau terjadi di masa lalu
tanpa ditambah atau dikurangi oleh penulisnya. Teks sejarah memiliki aturan yang ketat
dalam pengungkapan sejarah karena harus sesuai dengan fakta-fakta kejadian
bersejarah. Dalam teks sejarah, hubungan antara satu fakta dengan yang lainnya perlu
direkonstruksi.

b. Novel sejarah adalah novel yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang
fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya
sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau deskriptif. Novel
sejarah termasuk dalam teks naratif jika disajikan dengan menggunakan urutan
peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika novel sejarah disajikan secara simbolisasi
verbal, novel tergolong ke dalam teks deskriptif.

2. Tujuan mempelajari cerita novel sejarah


a. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai peristiwa dari cerita sejarah di masa lalu
b. Untuk mengambil hikmah/pelajaran dari kehidupan atau peristiwa di masa lampau
c. Untuk mengetahui situasi/kondisi masyarakat pada masa lampau melalui gambaran
deskriptif dalam novel sejarah.
d. Untuk mengetahui bagaimana para pahlawan dalam melawan penjajah di masa lalu
e. Untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang didapat dalam cerita sejarah di masa
lalu dari novel sejarah.
f. Untuk mengetahui nilai-nilai dalam cerita novel sejarah.

3. Struktur cerita novel sejarah (jelaskan)!


a. Pengenalan situasi cerita (orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat,
maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para
tokoh, menata adegan, dan hubungan antar tokoh. Tahap ini berfungsi untuk
memberikan gambaran dan konteks cerita dalam novel kepada para pembaca.
b. Pengungkapan peristiwa
Pada tahap pengungkapan peristiwa, pengarang mulai menceritakan peristiwa awal
yang menimbulkan masalah, pertentangan, ataupun kesukaran bagi para tokohnya.
c. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai
situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. Pada tahap menuju konflik,
pengarang mulai meningkatkan perhatian pembaca atas masalah-masalah yang
dihadapi para tokoh novel.
d. Puncak konflik (turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukan perubahan nasib tokohnya, apakah
tokoh novelnya berhasil atau gagal menyelesaikan masalah-masalahnya.
e. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah
mengalami klimaks setelah peristiwa puncak konflik yang baru saja dilalui para tokoh
tersebut. Pada tahap ini pengarang juga akan menceritakan kondisi akhir atau nasib
akhir tokoh utama dalam novelnya.
f. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai
penutup. Pengarang bisa memberikan komentar pada koda ini melalui dirinya sendiri
atau mewakilkannya pada tokoh dalam novelnya. Namun, tidak semua novel memiliki
koda. Misalnya, pada novel-novel modern, biasanya simpulan akhir cerita diserahkan
kepada pembacanya. Jadi akhir dari novel sengaja dibuat menggantung, agar pembaca
menebak-nebak sendiri bagaimana nasib akhir tokoh utama dalam novel.

4. Perbedaan teks sejarah dengan cerita novel sejarah

No. Teks Sejarah Novel Sejarah

1. Teks sejarah adalah teks yang dituntut Cerita di dalam novel sejarah dapat saja
harus sesuai dengan hal-hal yang menggambarkan sesuatu yang tidak
memang pernah ada atau terjadi di masa pernah ada atau terjadi. Kesemuanya
lalu. bersumber pada rekaan.

2. Pelaku-pelaku, hubungan antarpelaku, Pelaku atau tokoh, hubungan, situasi, dan


kondisi, situasi hidup, dan keadaan kondisi masyarakat dapat berasal dari
masyarakat secara universal harus imajinasi
sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

3. Teks sejarah ditulis oleh sejarawan Novel sejarah ditulis oleh novelis

4. Hubungan antar fakta satu dengan yang Faktor perekayasaan pengaranglah yang
lainnya perlu direkonstruksi, setidaknya mewujudkan cerita sebagai suatu
melibatkan topografis atau kronologinya. kebulatan atau koherensi, dan sekali-kali
Sejarawan perlu menunjukan bahwa ada relevansinya dengan situasi sejarah.
yang ada sekarang dan di sini dapat
dilacak eksistensinya di masa lampau.
Hal itu berguna sebagai bukti atau saksi
dari apa yang direkonstruksi mengenai
kejadian di masa lampau
5. Teks sejarah dapat berdasar pada data Novel sejarah dapat bersumber dari
hasil riset yang nyata dan valid sesuai imajinasi penulis, wawancara, dan kisah
dengan fakta yang sudah ada sebelumnya yang memiliki
relevansi dengan sejarah

6. Sejarawan yang menulis teks sejarah Novelis atau pengarang yang menulis
sangat terikat pada fakta tentang apa, novel sejarah tidak terikat pada fakta-fakta
siapa, kapan, dan di mana tentang sejarah mengenai apa, siapa, kapan, dan
sejarah itu. di mana. Kesemuanya dapat berupa fiksi
tanpa ada kaitannya dengan fakta sejarah
tertentu. Begitu pula mengenai
peristiwa-peristiwanya, tidak diperlukan
bukti, berkas, atau saksi.

7. Sejarawan terikat pada keharusan, yaitu Novelis bebas sepenuhnya dalam


bagaimana sesuatu sebenarnya terjadi di menciptakan apa, kapan, siapa, dan
masa lampau, artinya sesuai dengan dimananya sesuai dengan imajinasinya
realita dan tidak boleh direka atau mengenai teks yang ingin dibuat, namun
ditambah-tambahkan. tetap memiliki keterkaitan dengan situasi
atau tokoh sejarah.

5. Nilai nilai yang terdapat dalam cerita novel sejarah (jelaskan)!


a. Nilai Moral
Nilai yang memberikan nasehat atau ajaran yang berkaitan dengan akhlak budi pekerti
(baik buruknya perilaku). Nilai moral merupakan nilai yang menggambarkan perilaku dan
pembentukan akhlak yang baik. Biasanya, nilai ini dapat diketahui melalui deskripsi
tokoh, hubungan antartokoh, dialog, dan lain-lain.

b. Nilai Budaya
Nilai yang berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan serta pola pikir dalam
kehidupan masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan penggambaran adat
istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu dan
kebiasaan yang berlaku pada tempat para tokoh.

c. Nilai Agama
Nilai yang berkaitan dengan ajaran atau aturan agama dan bersumber pada nilai-nilai
agama. Nilai agama berhubungan dengan norma-norma agama. Biasanya nilai ini dapat
diketahui dengan simbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan
penggambaran nilai-nilai kehidupan yang dilandasi ajaran agama yang bersifat
universal.

d. Nilai Sosial
Nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lain dan tata
pergaulan antara individu dalam masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan
penggambaran hubungan antar tokoh.

e. Nilai Estetis
Nilai yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan struktur pembangun cerita, fakta
cerita, maupun teknik penyajian cerita. Novel sejarah memiliki nilai estetis yang berupa
cerita yang indah tentang tokoh maupun peristiwa sejarah dan juga dapat memberikan
kepuasan pada pembacanya.

6. Unsur kebahasaan dalam cerita novel sejarah ( jelaskan ) dan buat kalimat
masing masing satu
a. Menggunakan banyak kalimat atau kata yang bermakna lampau
Kata dan kalimat yang sifatnya lampau ini biasanya digunakan dalam novel sejarah
untuk menguatkan gambaran serta konteks latar waktu dan latar tempat terjadinya cerita
dalam novel. Kalimat bermakna lampau adalah kalimat yang digunakan untuk
menyatakan peristiwa pada masa lampau. Kalimat bermakna lampau ditandai dengan
adanya nomina waktu lampau seperti dahulu dan kemarin.

Contoh kalimat:
Pada zaman dahulu, orang membuat api dengan cara menggosokkan dua buah
batu hingga keluar percikan api.

b. Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi, kronologis,


temporal)
Novel sejarah banyak menggunakan konjungsi yang menggambarkan urutan waktu
seperti konjungsi kronologis dan temporal karena novel sejarah memiliki banyak
peristiwa yang memiliki urutan tertentu dalam menggambarkan cerita novel sejarah
sehingga membutuhkan kata hubung atau konjungsi yang menggambarkan waktu.
Seperti: seperti sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

Contoh kalimat:
Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang
masuk ke kadipaten

c. Menggunakan kata kerja mental


Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh dalam novel sejarah. Kata kerja mental mengekspresikan sikap atau respon
seseorang terhadap suatu tindakan, pengalaman, atau keberadaan.misalnya,
merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mentakan, menganggap.

Contoh kalimat:
Melihat itu, tak seorang pun yang menolak karena semua berpikir Patih Daha
Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat yang sekarang ia pegang.

d. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan


(kata kerja material)
Kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukkan aktivitas fisik (perbuatan yang
dapat dilihat) atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Contoh dari kata
kerja material antara lain adalah: menulis, membaca, memasak, menendang, memukul,
dll.

Contoh kalimat:
Di depan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpuh. Emban
tua itu melanjutkan tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah Wiyat yang terlihat lebih
tegar dari kakaknya, atau boleh jadi merupakan penampakan dari isi hatinya yang tidak
bisa menerima dengan tulus pernikahan itu. Ketika para Ibu Ratu menangis yang
menulari siapa pun untuk menangis, Dyah Wiyat sama sekali tidak menitikkan air mata.
Manakala menatap segenap wajah yang hadir di ruangan itu, yang hadir dan melekat di
benaknya justru wajah Rakrian Tanca. Ayunan tangan Gajah Mada yang menggenggam
keris ke dada prajurit tampan itu masih terbayang melekat di kelopak matanya.

e. Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung


Novel sejarah banyak mengandung kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak
langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya,
mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan,
menyatakan, menuturkan.

Contoh kalimat:
Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua
penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.

f. Menggunakan banyak dialog.


Dialog merupakan kegiatan berbicara ataupun berbincang-bincang yang terarah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam novel
sejarah ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“....”) dan kata kerja yang menunjukkan
tuturan langsung.

Contoh kalimat:
1) “Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar.” “Surat apa, Nyi Gede, lontar
ataukah kertas?”
2) *Lon... lon... lon... kertas barangkali, Gusti, patik tak tahu namanya. Bukan
lontar.”
g. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana.
Kata sifat adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dalam sebuah kalimat.
Dengan adanya kata sifat yang menerangkan nomina dalam novel sejarah, maka kata
tersebut maknanya akan menjadi lebih spesifik dalam menggambarkan tokoh, tempat,
atau suasana cerita.

Contoh kalimat:
Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan
mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing.
Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa
prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa
Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan Patih Daha
Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku itu.

Anda mungkin juga menyukai