Anda di halaman 1dari 15

TEKS CERITA

SEJARAH
Sejarah merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh
semua orang. Saat dunia bergerak semakin modern, bukan berarti penghuninya
boleh lupa begitu saja dengan sejarahnya. Dalam konteks yang lebih kecil,
misalnya di Negara Indonesia. Bangsa Indonesia harus mengetahui sejarahnya
sendiri yang menjadi akar yang kuat bagaimana seluruh bangsa kita berlaku.
Peristiwa sejarah tidak semata-mata menjadi cerita yang dikisahkan turun
temurun, tetapi sebagai bangsa yang cerdas kita harus mampu menggali
kearifan dan makna yang terkandung di dalamnya.

Peristiwa yang terjadi di dalam sejarah tadi banyak dituliskan agar menjadi
pengingat serta diteladani betapa semua hal yang bisa dinikmati hari ini
melewati proses panjang sebuah kejadian dan dicatat baik dari sudut pandang
kronologi kejadian hingga keterlibatan serta peran tokoh-tokoh yang ditulis di
dalam sejarah itu sendiri.

Penulisan sejarah tadi tidak melulu menggunakan dengan teknis ilmiah


yang hanya berisi rentetan kejadian beserta pengingat tahun saja tetapi
seringkali fakta-fakta yang ada tadi diramu serta diracik ke dalam novel yang
isinya berupa data dan fakta sejarah. Penulisan sejarah melalui media novel
sejarah ini memberikan variasi serta kesegaran yang baru dalam membaca
peristiwa masa lampau. Misalnya, kita dapat seolah merasakan ketegangan-
ketegangan dalam peperangan terdahulu dari deretan kalimat yang dibaca dan
dapat mengimajinasikan tokoh utama cerita misalnya Presiden Soekarno tatkala
sedang berpidato menentang imperialisme barat.

Pengarang sebagai otoritas yang bertanggung jawab dalam menulis novel


menjadikan fakta sejarah tadi sebagai tema dan dasar novel tersebut ditulis
dimulai dari tema, latar bahkan hingga tokoh yang terlibat mencatut nama-
nama yang familiar di dalam lanskap sejarah. Meskipun dalam bentuk novel,
fakta sejarah yang disajikan biasanya telah melewati pertimbangan matang
lewat kajian ilmiah hanya saja kemasan dibuat dalam bentuk novel yang
kaitannya dengan hal fiksi.

Fenomena novel sejarah ini sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia


bahkan di dunia. Sudah menjadi hal lumrah banyak pengarang menjadikan
peristiwa sejarah dikemar ke dalam novel. Sementara itu banyak pengarang
hebat di Indonesia yang menjadikan fakta dan peristiwa dalam sejarah sebagai
ide pokoknya Kubah dan Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad Tohari yang
menceritakan pasca tragedi 1965, Roro Mendut versi TB Mangunwijaya dan versi
Ajip Rosidik serta yang beberapa waktu lalu menjadi buah bibir yakni Tetralogi
Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer yang menceritakan perlawanan
Minke melawan kesewenang-wenangan penjajahan. Singkatnya, novel sejarah
ini lumrah dalam khazanah sastra di Indonesia.
Dari segi penceritaanya novel sejarah ini bersifat naratif dan dikategorikan
sebagai novel rekonstruksi hal yang lampau atau lazim dikenal dengan rekon
ulang.

Berdasarkan jenisnya dibagi atas 3 macam yaitu;

1. Rekonstruksi pribadi di mana penulisnya terlibat langsung di dalam


peristiwa.

2. Rekonstruksi faktual novel yang menjadi sumber sejarah dari penelitian


ilmiah.

3. Rekonstruksi imajinatif memuat fakta sejarah yang dikhayalkan serta


diceritakan lebih rinci dengan ditambah berbagai imajinasi.

Dari ketiga jenis di atas pada umumnya novel sejarah sendiri memiliki
kesamaan arah dan tujuan yaitu memberikan alternatif dalam menikmati sejarah
karena adanya tokoh yang hidup serta gejolak emosi serta penulisan dinamika
yang dijalani tokoh itu sendiri. Sederhanya, sejarah menjadi lebih hidup dan
tidak membosankan di mana kita bisa “merasakan” bahkan fantasi menjadi
tokoh tersebut melalui gaya penceritaan novel sejarah tersebut.

Lalu apakah cukup dengan hanya membaca novel sejarah dan tidak teks
sejarah yang dipelajari di sekolah? Tentu tidak cukup. Oleh karena itu diperlukan
pendataan informasi faktual yang terdapat di dalam novel sejarah tadi. Langkah
yang diperlukan agar kita mampu mendata informasi yang terdapat dalam novel
sejarah tidak lain adalah dengan membaca teks sejarah. Misalnya, ada sebuah
novel sejarah yang menceritakan proses-proses di sekitar kemerdekaan.
Tentunya yang tertulis di dalam sejarah sidang BPUPKI dilaksanakan pada
tanggal 30 Maret 1945 dan inilah informasi faktual yang tercatat. Kemudian di
dalam novel ditulis dengan tanggal yang sama maka itulah informasi faktual
yang terdapat di dalam novel sejarah.
Struktur Novel Sejarah
Membandingkan Novel Sejarah Dan Teks Sejarah

No. Teks Sejarah Novel Sejarah

Dituntut untuk menyajikan hal-hal Bebas untuk menggambarkan sesuatu


1. faktual yang benar-benar ada dan yang tidak pernah ada.
pernah terjadi.

Sejarawan wajib untuk Novelis bebas sepenuhnya dalam


menyampaikan sesuatu menciptakan sesuai dengan imajinasinya
sebagaimana adanya, sesuai dengan mengenai apa, kapan, siapa, dan
2.
realita, tidak boleh direka atau dimananya, namun tetap memiliki
ditambah-tambahkan. keterkaitan dengan situasi atau tokoh
sejarah.

Hubungan antar fakta satu dengan


yang lainnya perlu direkonstruksi, Imajinasi dan kemampuan mencipta
3. setidaknya melibatkan topografis pengaranglah yang mewujudkan cerita
atau kronologinya. sebagai suatu koherensi yang memiliki
hubungan dengan situasi sejarah.

Sejarawan harus bisa membuktikan Tidak terikat pada fakta sejarah


bahwa yang dibawakan pada masa sepenuhnya, terutama bagi mengenai
4. kini dapat dilacak eksistensinya di apa, siapa, kapan dan di mana, tidak
masa lalu. butuh bukti atau saksi seperti teks
sejarah.
No. Teks Sejarah Novel Sejarah

Sejarawan terikat pada fakta


mengenai apa, siapa, kapan, dan di
mana Pelaku atau tokoh, hubungan, situasi, dan
Pelaku-pelaku, hubungan kondisi masyarakat dapat berasal dari
5.
antarpelaku, kondisi, situasi hidup, imajinasi yang hanya memiliki relevansi
dan keadaan masyarakat secara dengan sejarah.
universal harus sesuai dengan
kenyataan yang terjadi.
Menganalisis Kebahasaan Cerita Teks Sejarah

Bahasa menjadi penunjang utama dari terbentuknya sebuah cerita.


Penggunaan gaya bahasa dalam novel sejarah sama dengan novel umumnya
menggunakan bahasa yang emotif dan konotatif. Meskipun menggunakan
kiasan, tetap mampu dipahami masyarakat umumnya. Penggunaan ragam
konotatif sebagai gaya penceritaan pengarang agar novel sejarah yang
dihasilkan patut dinikmati dengan baik.

Teks cerita sejarah memiliki ciri khas atau kaidah kebahasaan dalam
penulisannya. Berikut adalah beberapa kaidah kebahasaan teks cerita sejarah.

1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau, seperti: “prajurit


diperintahkan untuk membersihkan gudang senjata telah menyelesaikan
tugasnya”, “Gajah mada telah berhasil menaklukkan musuhnya”.
2. Banyak menggunakan kata atau konjungsi yang menyatakan urutan waktu
(kronologis) seperti: mula mula, setelah itu, lalu, kemudian, sejak saat itu.
3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan
atau biasa disebut kata kerja material: menggores, mendayung,
menggenggam.
4. Banyak menggunakan kalimat tidak langsung dalam menceritakan tuturan
tokoh, misalnya: menceritakan bahwa, mengungkapkan, menurut,
mengatakan bahwa, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang ada di
dalam pikiran tokoh (kata kerja mental) seperti: mengharapkan,
mendambakan, merasakan, menganggap, menginginkan.
6. Menggunakan banyak dialog atau percakapan langsung antar tokoh.
7. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.
Menjelaskan Makna Kias yang Terdapat dalam Novel Sejarah

Dalam bahasa Indonesia, sebuah kata atau ungkapan terkadang mempunyai


makna sebenarnya atau makna tidak sebenarnya. Makna sebenarnya atau makna
yang sesuai dengan yang ada dalam kamus disebut dengan makna denotatif.
Sedangkan makna tidak sebenarnya sering disebut sebagai makna kias atau
konotatif. Makna denotatif dan makna konotatif merupakan beberapa contoh
dari jenis jenis makna kata dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kias diartikan sebagai


perbandingan atau ibarat. Makna kias sendiri diartikan sebagai sebuah makna
atau arti dari kata atau ungkapan yang mengandung pengandaian atau
pengibaratan. Contoh sederhana makna kias ini misal pada kata “buah tangan”.
Makna kias dari “buah tangan” adalah oleh-oleh. Agar lebih memahami dan
memperkaya pengetahuan tentang makna kias, berikut diberikan beberapa
contoh dari kata-kata yang bermakna kias. Arti kias adalah makna yang
mengandung anggapan. Makna kias memiliki makna yang tidak nyata dan
konotatif.
Mengidentifkasi Nilai-nilai Dalam Novel Sejarah

Sebuah novel tentu ditulis dengan tujuan tertentu sebagai pengungkapan


pikiran, perasaan atau kritik terhadap suatu keadaan. Untuk meramu ide secara
utuh seringkali pengarang menyisipkan atau mengisi novel tersebut dengan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dengan berbagai macam maksud dan
tujuan pula. Biasanya di dalam novel sejarah yang baik akan memuat beberapa
nilai di bawah ini yakni;

1. Nilai Budaya

Nilai budaya merupaka nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan


adat istiadat, kebudayaan, serta kebiasaan suatu masyarakat. Biasanya nilai ini
dapat diketahui dengan penggambaran adat istiadat, bahasa dan gaya bicara
tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu, dan kebiasaan yang berlaku pada
tempat para tokoh. Berikut contoh kutipan Nilai Budaya:

"Iyaa, kita mau. Asalkan kamu mau janji akan nerusin tari jaipong ini. Kan asik
kalo kita bisa ngewakilin Indonesia ke berbagai negara." (Kutipan Cerpen
"Jaipong" karya Aldizza Aurelia)

Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai budaya yang diambil. Nilai budaya
tersebut adalah tari jaipong yang merupakan tarian tradisional (kebudayaan)
khas Jawa Barat.

2. Nilai Moral

Nilai moral merupakan nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan


perangai, budi pekerti, atau tingkah laku manusia terhadap sesamanya. Biasanya
nilai ini dapat diketahui melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh, dialog,
dan lain-lain. Berikut contoh kutipan Nilai Moral:
"Awalnya, aku mau berteman dengan siapa saja, namun setelah mengetahui
kelebihanku, aku mulai memilih teman yang bisa dekat denganku. Apalagi
dengan otakku yang pandai, semakin banyak teman yang menyukaiku. Maka,
aku pun mulai memilih teman dari golongan menengah ke atas. Aku tidak lagi
mau berteman dengan anak yang setara padaku." (Kutipan Cerpen
"Penyesalanku" karya Dian Indria A)

Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai moral yang diambil. Nilai moral
tersebut adalah aku yang berotak pandai dan hanya ingin berteman dari
golongan menengah ke atas menggambarkan kesombongan yang merupakan
sifat buruk.

4. Nilai Agama

Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan atau ajaran agama tertentu. Biasanya
nilai ini dapat diketahui dengan simbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari
suatu kitab suci, dan penggambaran nilai-nilai kehidupan yang dilandasi ajaran
agama yang bersifat universal.

Berikut contoh kutipan Nilai Religus/Keagamaan: "Sebenarnya sangat banyak


kejadian seperti itu yang terjadi kepadaku, sangat sering. Terkadang aku
bingung dengan orang-orang yang tak peduli untuk menutup aurat mereka.
Sungguh, sebenarnya apa arti jilbab bagi mereka?" (Kutipan Cerpen "Apa Arti
Jilbab Bagimu" karya Lamia N S)

Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai religius yang diambil. Nilai religius
tersebut meliputi jilbab yang merupakan penutup aurat yang dipakai
perempuan muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai ke dada.

4. Nilai sosial
Nilai ini berhubungan dengan masalah sosial dan hubungan manusia dengan
masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini dapat diketahui
dengan penggambaran hubungan antar-tokoh.

Berikut contoh kutipan Nilai Sosial: "Dua penumpang laki-laki, saat melihat Lail
dan ibunya masuk, berdiri memberikan tempat duduk, "Terimakasih". Lail dan
ibunya segera duduk" (Kutipan Novel "Hujan" karya Tere Liye)

Pada kutipan novel diatas, terdapat nilai sosial yang diambil. Nilai sosial tersebut
digambarkan oleh perilaku sopan santun dua penumpang laki-laki yang
memberikan tempat duduknya kepada Lail dan ibunya yang baru masuk.
Kemudian Lail dan ibunya mengucapkan terimakasih, yang menggambarkan
bahwa Lail dan ibunya menghargai sopan santun kedua laki-laki itu.

5. Nilai estetis.

Nilai ini berhubungan dengan keindahan baik dari segi bahasa, penyampaian
cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar tokoh.

Berikut contoh kutipan Nilai Estetika: "Karyamin melangkah pelan dan sangat
hati-hati. Beban yang menekan pundaknya adalah pikulan yang digantungi dua
keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya sudah licin dibasahi air
yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-kawan" (Kutipan Cerpen
"Senyum Karyamin" karya Ahmad Tohari)

Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai estetika yang diambil. Nilai estetika
tersebut terdapat pada penggunaan kalimat "Beban yang menekan pundaknya
adalah pikulan yang digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang
sedang didakinya sudah licin dibasahi air yang menetes dari tubuh". Menurut
penulis, penggunaan kata beban, menekan, dan pikulan merupakan bentuk
permainan bahasa yang indah. Gambaran lingkungan sekitar pelaku juga
menjadikan cerpen ini semakin jelas dan hidup.
Mengaitkan Nilai-nilai Dalam Novel Sejarah Dengan Kehidupan

Karya sastra dibuat untuk menyampaikan sesuatu atau diciptakan bukan


untuk cuma-Cuma. Khususnya di dalam novel sejarah ini yang di dalamnya berisi
kisah masa lalu bertujuan agar berbagai nilai positif yang dapat diambil serta
bisa dilakukan pada masa sekarang.

Konsep nilai ini tentunya haruslah memiliki daya guna dalam masyarakat
serta dapat menjadi jawaban atau solusi terhadap masalah yang terjadi saat ini.
Contohnya nilai sosial di dalam novel mengenai kepedulian terhadap sesama
bisa dicontoh pada kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai