Anda di halaman 1dari 40

PROFIL PASIEN KUSTA DI

PUSKESMAS BARA-BARAYA
PERIODE TAHUN 2017-2019
SUPERVISOR: Dr. dr. Suryani Tawali, MPH
Pembimbing: dr. Fauziah Dachlan, M. Kes

Oleh:
A n d i D e w i S a r t i k a Yu s u f
Satria Hijr atussyah
Rayh an i I ch s an
Fahr izal Ar r ahman Hus ain
K U S TA
▪ Penyakit infeksi kronis
▪ Disebabkan oleh Mycobacterium Leprae
▪ Primer menyerang saraf tepi
▪ Sekunder menyerang kulit dan organ lain (kecuali SSP)
▪ Bisa menyebabkan kecacatan dan
masalah psikososial → STIGMA

WHO (2018). Guidleines for the Diagnosis, Treatment and Prevention of Leprosy. World Health Organization, Geneva.
EPIDEMIOLOGI
Worldwide

Country Total Cases


Bangladesh 3976
Brazil 26395
Congo 6237
Ethiopia 3970
India 127326
Indonesia 17202
Madagascar 1487
Myanmar 2571
Nepal 2751
Nigeria 2892
Philippines 1617
Sri Lanka 1977
Mozambique 1335
Tanzania 2256
Penemuan Kasus Baru pada 17 Negara yang Melaporkan >1000 Kasus Pada Tahun 2015

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia

Jumlah dan Tren Kasus Baru Kusta Tahun 2013-2017

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia

Provinsi Kasus Baru Provinsi Kasus Baru


Aceh 324 Nusa Tenggara
Sumatera Utara 0 221
Barat
Sumatera Barat 53 Nusa Tenggara
405
Riau 136 Timur
Jambi 60 Kalimantan Barat 61
Sumatera Selatan 281 Kalimantan Tengah 38
Bengkulu 26 Kalimantan Selatan 98
Lampung 164 Kalimantan Timur 153
Bangka Belitung 49 Kalimantan Utara 52
Kepulauan Riau 30 Sulawesi Utara 454
DKI Jakarta 300 Sulawesi Tengah 342
Jawa Barat 1813 Sulawesi Selatan 1091
Jawa Tengah 1644 Sulawesi Tenggara 337
DI Yogyakarta 94 Sulawesi Barat 195
Jawa Timur 3373 Maluku 428
Banten 942 Maluku Utara 558
Gorontalo 214 Papua Barat 788
Bali 70 Papua 968

Jumlah Kasus Baru Kusta per Provinsi Tahun 2017

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
EPIDEMIOLOGI
Sulawesi Selatan
Jumlah Kasus Baru Kusta per Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016

176

147
129

97
79
64 58
45 48 54
36 38
29 31
24
17 14
4 7 6 5 10
1 1

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017


KLASIFIKASI
Tanda utama Paucy Basillar Multi Basillar

Bercak Kusta 1–5 >5

Penebalan saraf tepi


dan gangguan Mengenai 1 saraf >1 saraf
fungsi saraf

Sediaan Apusan BTA (-) BTA (+)

WHO (2018). Guidleines for the Diagnosis, Treatment and Prevention of Leprosy. World Health Organization, Geneva.
TERAPI
Farmakologis

Tipe PB
Hari pertama (tiap bulan) : 2Rifampicin @300mg
Hari ke-2 sampai 28 : DDS 100 mg
Lama Pengobatan : 6 – 9 bulan

Menaldi, Sri (2017). Ilmu Penyait Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh, Cetakan Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
TERAPI
Farmakologis

Tipe MB
Hari per tama (tiap bulan) :
- 2Rifampicin @300mg
- 3Lamprene @100mg
- 1Dapsone 100mg
H a r i ke - 2 s a m p a i 2 8 :
- 1Lamprene 100mg
- 1Dapsone 100mg
Lama pengobatan : 12-18 bulan
Menaldi, Sri (2017). Ilmu Penyait Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh, Cetakan Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Outline Penelitian
Sebagai upaya eliminasi penyakit kusta di Indonesia dan
Tujuan menghilangkan stigma negatif di masyarakat

Evaluasi Pola Penyebaran Kusta Berdasarkan:


Strategi Jenis kelamin, usia, klasifikasi, total lesi, gangguan saraf,
BTA, alasan berhenti, kontak, dan riwayat sebelumnya

Tempat Puskesmas Bara-Baraya

Periode Januari 2017 sampai Desember 2019


M E TO D E

▪ Deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional)

▪ Menggunakan Excel

▪ Data dari Januari 2018 – Agustus 2019


Penyebaran Data
▪ Jenis Kelamin (Laki-laki, Perempuan)
▪ Usia (0-18 tahun, 19-64 tahun, >65 tahun)
▪ Klasifikasi (PB, MB)
▪ Total Lesi (1-5, >5)
▪ Gangguan Saraf (Ada, Tidak Ada)
▪ BTA (Positif, Negatif)
▪ Alasan Berhenti Terapi (Sembuh, Pindah, Meninggal, Tanpa Keterangan)
▪ Kontak (Ada, Tidak Ada)
▪ Riwayat Sebelumnya (Ada, Tidak Ada)
Penyebaran Data
Alasan Pengobatan
Jenis Total Gangguan
Nama Pasien Usia Tahun Klasifikasi BTA Berhenti Kontak Sebelumny
Kelamin Lesi Saraf
Pengobatan a
Tanpa
Syamsir Laki-Laki 40 2019 MB 9 Tidak Ada Positif Tidak Ada Tidak Ada
Keterangan

Sumarni Perempuan 50 2017 MB 8 Tidak Ada Positif Sembuh Ada Tidak Ada

Tanpa
Junaedi Laki-Laki 31 2019 MB 7 Ada Positif Ada Tidak Ada
Keterangan

Paulina Perempuan 71 2017 MB 4 Tidak Ada Positif Meninggal Ada Tidak Ada

Indra
Laki-Laki 15 2018 PB 4 Tidak Ada Negatif Sembuh Tidak Ada Tidak Ada
Alamsyah

Arif Rahman Laki-Laki 21 2019 PB 2 Tidak Ada Negatif Sembuh Tidak Ada Tidak Ada

Dg. Sulle Perempuan 74 2017 MB 7 Ada Positif Pindah Tidak Ada Tidak Ada
HASIL
2017 2018 2019
n % n % n %
Total Kasus 7 3 43% 1 14% 3 43%
Laki-Laki 0 0% 1 100% 3 100%
Jenis Kelamin
Perempuan 3 100% 0 0% 0 0%
0-18 0 0% 1 100% 0 0%
Usia 19-64 1 33% 0 0% 3 100%
>65 2 67% 0 0% 0 0%
PB 0 0% 1 100% 1 33%
Klasifikasi
MB 3 100% 0 0% 2 67%
1-5 1 33% 1 100% 1 33%
Total Lesi
>5 2 67% 0 0% 2 67%
Ada 1 33% 0 0% 1 33%
Gangguan Saraf
Tidak Ada 2 67% 1 100% 2 67%
Positif 3 100% 0 0% 2 67%
BTA
Negatif 0 0% 1 100% 1 33%
Sembuh 1 33% 1 100% 1 33%
Pindah 1 33% 0 0% 0 0%
Alasan Berhenti
Meninggal 1 33% 0 0% 0 0%
Tanpa Keterangan 0 0% 0 0% 2 67%
Ada 2 67% 0 0% 1 33%
Kontak
Tidak Ada 1 33% 1 100% 2 67%
Ada 0 0% 0 0% 0 0%
Riwayat sebelumnya
Tidak Ada 3 100% 1 100% 3 100%
PEMBAHASAN
Sebaran Penyakit Kusta di Puskesmas Bara-Baraya
Periode Tahun 2017-2019

43% 43% 2017


2018
2019

14%
PEMBAHASAN
Diagram 1. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan Jenis Kelamin
• Infodatin 2018 bahwa persentase pasien berjenis 3.5

3
kelamin laki-laki di provinsi Sulawesi Selatan lebih 3 3
2.5

JUMLAH KASUS
banyak (653 kasus) daripada perempuan (438 kasus). 2

• Mobilitas laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, 1.5

sehingga frekuensi paparan lebih besar daripada 1


1

perempuan (Kuswiyanto, 2015). 0.5


0 0 0
0
2017 2018 2019

Laki-Laki Perempuan

Kuswiyanto. (2015). Ciri tanda kusta terhadap BTA swab hidung siswa SD di daerah endemis kusta Kabupaten Kayong Utara. Jurnal Vokasi Kesehatan, 1(4), 119–123.
Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan
PEMBAHASAN
D IAG R AM 2 . S E B AR AN K AS U S K U S T A
B E R D AS AR K AN U S IA
0-18 19-64 >65

▪ Usia tua meningkatkan risiko tertular kusta

3
akibat menurunnya sistem imunitas seluler

JUMLAH KASUS

2
tubuh (Kumar, Girdhar, Chakma, Girdhar,
2015)

1
0

0
2017 2018 2019

Kumar, A., Girdhar, A., Chakma, J. K., & Girdhar, B. K. (2015). WHO multidrug therapy for leprosy : epidemiology of default in treatment in Agra District. Uttar Pradesh, India.
PEMBAHASAN
Diagram 3. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan Klasifikasi
▪ Infodatin 2015: tahun 2013 di Indonesia, kasus kusta tipe 3.5

MB memang lebih banyak bahkan lebih dari 3kali lipat, 3


3
khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. 2.5

Jumlah Kasus
2
▪ Kusta multibasiler merupakan tipe yang sangat mudah 2
1.5
menular, sehingga angka prevalensi kasus ini lebih 1
1 1
banyak dibandingkan dengan tipe pausi basiler. 0.5
0 0
(Hargrave, 2010) 0
2017 2018 2019
PB MB

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
Hargrave J, Wallace T, Lush D, 2010, Guidelines for The Control of Leprosy in The Northern Territory, 3 rd edition, Departement of Health and Families
PEMBAHASAN
Diagram 4. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan Total Lesi
2.5
▪ Kelainan kulit/makula dan anastesi merupakan tanda
2

JUMLAH KASUS
2 2
awal yang muncul pada penyakit kusta. Kelainan yang
1.5
terjadi pada penderita kusta umumnya berupa kelainan
1
kulit yang sering tidak dihiraukan oleh penderita. (Nabila, 1 1 1
0.5
Nurainiwati, Handaja, 2010)
0
0
2017 2018 2019
1-5 >5

Nabila, A., Nuraisi, S., Handaka, D. (2010). Profil Penderita Penyakit Kusta di Rumah Sakit Kediri PeriodeJanuari 2010 Sampai Desember 2010. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah, Malang
PEMBAHASAN
Diagram 5. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan Gangguan Saraf

▪ Pembesaran saraf lebih banyak terjadi di tubuh bagian Ada Tidak Ada
2.5
bawah atau kaki, kemungkinan ini terjadi akibat dari sifat

JUMLAH KASUS
2
Mycobacterium leprae yang mudah berkembang biak pada 2 2

tubuh bagian bawah yang memiliki suhu cenderung lebih 1.5

dingin dari suhu inti tubuh. (Nabila, Nurainiwati, 1


1 1 1
Handaja, 2010) 0.5
0
0
2017 2018 2019

Nabila, A., Nuraisi, S., Handaka, D. (2010). Profil Penderita Penyakit Kusta di Rumah Sakit Kediri PeriodeJanuari 2010 Sampai Desember 2010. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah, Malang
PEMBAHASAN
Diagram 6. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan BTA
3.5

▪ Mycobacterium Leprae merupakan kuman aerob 3


3

PERSENTASE (%)
2.5
yang bersifat tahan asam atau gram positif, dapat 2
2
menular melalui kontak langsung dan melalui 1.5

1
pernapasan. (Infodatin 2018) 1 1
0.5
0 0
0
2017 2018 2019
Positif Negatif

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
PEMBAHASAN
Diagram 7. Sebaran Kasus Kusta
Berdasarkan Alasan Berhenti Pengobatan
2.5
▪ Menurut Kemenkes RI pada tahun 2018, salah satu
masalah yang menghambat upaya penanggulangan kusta 2
2

Persentase (%)
adalah adanya stigma yang melekat pada penyakit kusta
1.5
dan orang yang mengalami kusta bahkan keluarganya.
▪ Dari sisi penanggulangan penyakit, stigma kusta dapat 1
menyebabkan seseorang yang sudah terkena kusta 1 1 1 1 1
enggan berobat karena takut keadaannya diketahui oleh 0.5
masyarakat sekitarnya. (Infodatin, 2015) 0 0 0 0 0 0
0
2017 2018 2019
Sembuh Pindah Meninggal Tanpa Keterangan

Kementerian Kesehatan RI, (2018), Kusta Masih Ada di Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Jakarta.
Infodatin, (2015), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
PEMBAHASAN
Diagram 8. Sebaran Kasus Kusta Berdasarkan
Riwayat Kontak Dengan Penderita Kusta
2.5

▪ Penularan di dalam rumah tangga dan 2


kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama 2 2

Persentase (%)
sangat berperan dalam penularan. 1.5

▪ Adanya kekebalan tubuh menyebabkan hanya 1


sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah 1 1 1

kontak dengan pasien kusta 0.5

0
0
2017 2018 2019
Ada Tidak Ada

Azam, Mahalul (2016). Hubungan Status Vaksinansi BCG, Riwayat Kontak dan Personal Hygiene dengan Kusta. Semarang
1. Infodatin, (2015), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
PEMBAHASAN
Diagram 9. Sebaran Kasus Kusta Berdasarkan
Riwayat Penyakit Yang Sama Sebelumnya
3.5
3
▪ Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat 3 3

PERSENTASE (%)
2.5

menyebabkan kusta menjadi progresif, 2


1.5
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit,
1
1
saraf, anggota gerak, dan mata. 0.5
0 0 0
0
2017 2018 2019
Ada Tidak Ada

Infodatin, (2018), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan.
Nama : Arif Rahman
KASUS 1
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 21 tahun
Periode : 2019 (mulai bulan januari 2019 – juni 2019)

▪ Keluhan Utama : Bercak putih pada dada sejak 5 bulan yang lalu
▪ Anamnesis terpimpin:
Bercak putih yang awalnya hanya satu, bertambah banyak jumlahnya dan pasien mengeluh bahkan bercak
sekarang bukan cuma di dadanya, melainkan turun hingga ke pahanya. Bercak dipaha berwarna merah muda berada
di sebelah kanan. Pasien tidak merasakan apa-apa saat bercak ini di sentuh.
Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang sama sebelumnya, pasien juga mengatakan bahwa
kebersihan diri dan lingkungannya dapat dikatakan cukup bersih, tidak ada anggota keluarga yang serumah dengan
pasien yang menderita penyakit yang sama, demikian juga pada lingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Pasien
mengatakan tidak pernah ada kontak terhadap penderita penyakit kusta sebelumnya.
KASUS 1

▪ Pemeriksaan Fisik:
TTV: TD 136/78mmHg, N: 88kali/menit, P: 20kali/menit, Suhu: 36 C
Ditemukan ada 2 lesi yaitu pada dada dan paha kanan, bercak yang di paha kanan ukuran diameternya
kurang lebih 3 cm. Lesi anestesi hanya terdapat pada dada, tidak terdapat gangguan dan penebalan saraf.
▪ Pemeriksaan Penunjang: BTA (Negatif)
▪ Diagnosis: Morbus Hansen tipe PB
▪ Terapi
Hari pertama (tiap bulan) : 2Rifampicin @300mg
Hari ke-2 sampai 28 : DDS 100 mg
Lama Pengobatan : 6 – 9 bulan
KASUS 1
Nama : Ny. S
KASUS 2
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Periode : 2017 (mulai bulan September 2017- Agustus
2018, pengobatan 1 tahun)

▪ Keluhan Utama : Bercak merah muda pada wajah sejak 5 bulan yang lalu
▪ Anamnesis terpimpin:
Awalnya pasien mengira bercak di wajahnya akan menghilang setelah beberapa hari namun hingga 5
bulan bercak itu tidak juga hilang bahkan bercaknya bertambah pada kedua lengan, dan perut, selain bercak pasien
juga mengeluhkan mati rasa pada daerah bercak, sehingga pasien memutuskan datang ke puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tidak ada anggota keluarga maupun orang sekitar pasien yang menderita penyakit dan keluhan yang
sama. Pasien merupakan kader aktif diPuskesmas Bara-Baraya. Pasien curiga mendapatkan penyakit ini dari salah
satu warga yang ia kunjungi saat melakukan saat itu kondisi pasien juga agak kurang sehat.
KASUS 2

▪ Pemeriksaan Fisik:
TTV: TD 130/80mmHg, N: 90kali/menit, P: 20kali/menit, Suhu: 36 C
Ditemukan ada 8 lesi yang tersebar pada wajah, kedua lengan, dan perut. Sedangkan lesi anestesi ada 5
hanya pada wajah dan kedua lengan, tidak terdapat penebalan saraf dan gangguan saraf lainnya.
▪ Pemeriksaan Penunjang: BTA (Positif)
▪ Diagnosis: Morbus Hansen tipe MB
▪ Terapi
Hari pertama (tiap bulan) : 2Rifampicin @300mg, 3Lamprene @100mg, 1Dapsone 100mg
Hari ke-2 sampai 28 : 1Lamprene 100mg, 1Dapsone 100mg
Lama pengobatan: 12-18 bulan
KASUS 2
Nama : Syamsir
KASUS 3
Jenis kelamin :L
Usia : 40 tahun
Periode : 2019 (mulai bln September, masih dalam
pengobatan ke 4 bulan)

▪ Keluhan Utama : Bercak merah muda di lengan kiri, betis kiri, dan punggung sejak 2 minggu yang lalu
▪ Anamnesis terpimpin:
Awalnya pasien mengira bercak merah pada lengan kirinya tersebut sebagai alergi dan akan menghilang
setelah memberikan obat alergi yang di belinya di apotek namun hingga 1 minngu bercak tidak juga hilang bahkan
bercaknya bertambah pada betis kiri, dan punggung, selain bercak pasien juga mengeluhkan mati rasa pada daerah
bercak yang ada di lengan kirinya, dan sering merasa kesemutan pada telapak tangan kirinya. Pasien merupakan
bekerja sebagai seorang buruh bangunan.
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan yang dirasakannya di tempat lain sebelumnya, pasien juga
mengaku kebersihan diri dan kebersihan lingkungannya termasuk baik. Tidak ada anggota keluarga maupun orang
sekitar pasien seperti tetangga di sekitar rumahnya yang menderita penyakit dan keluhan yang sama.
KASUS 3

▪ Pemeriksaan Fisik:
TTV: TD 120/80mmHg, N: 80kali/menit, P: 20kali/menit, Suhu: 36 C
Ditemukan ada 9 lesi yang tersebar pada lengan kiri, betis kiri, dan punggung. Sedangkan lesi anestesi ada
3 hanya di lengan kiri, dan telapak tangan sering kebas-kebas, tidak terdapat penebalan saraf.
▪ Pemeriksaan Penunjang: BTA (Positif)
▪ Diagnosis: Morbus Hansen tipe MB
▪ Terapi
Hari pertama (tiap bulan) : 2Rifampicin @300mg, 3Lamprene @100mg, 1Dapsone 100mg
Hari ke-2 sampai 28 : 1Lamprene 100mg, 1Dapsone 100mg
Lama pengobatan: 12-18 bulan
d r. F a u z i a h D a c h l a n , M . K e s

Rendahnya jumlah kasus kusta di Puskesmas Bara-Baraya bisa berarti ganda pada penilaian penyebaran
penyakit ini. Bisa saja karena minimnya fasilitas untuk mendata pasien kusta, enggannya masyarakat untuk berobat,
atau positifnya bahwa pengobatan kusta pada wilayah ini sudah optimal.
Menurut kepala Puskesmas Bara-Baraya, setidaknya ada empat hal yang membuat penyakit kusta masih sulit
mencapai tahap eradikasi di Indonesia:
1. Tidak adanya pengetahuan sehingga keluhan yang ringan tidak diperiksakan
2. Tidak optimalnya skrining sejak dini
3. Banyaknya persepsi di masyarakat membuat penderita malu berobat
4. Kebersihan lingkungan yang masih kurang
d r. F a u z i a h D a c h l a n , M . K e s

Pemeriksaan dan pengobatan di Puskesmas Bara-Baraya sudah termasuk optimal. Semua jenis pengobatan
baik untuk tipe PB maupun MB sudah gratis, dengan control secara rutin setiap bulan. Pemeriksaan BTA juga dapat
dilakukan di puskesmas.
Sebagai penutup, kepala puskesmas memberikan solusi dan saran agar penanganan penyakit kusta lebih
efektif. Yaitu dari pencegahan seperti skrining yang lebih dioptimalkan, para kader diharapkan lebih berkordinasi
satu sama lain sehingga tidak terjadi kesalahan informasi maupun tidak sampainya informasi sesame kader. Selain
itu, peningkatan penyuluhan dan edukasi juga dapat membantu agar stigma tentang penyakit kusta dapat hilang,
sehingga dirasa perlu lebih diperbanyak.
E L I M I N A S I K U S TA
▪ Peningkatan penemuan kasus secara dini
▪ Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi,
diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
▪ Penyebar luasan informasi tentang kusta di masyarakat
▪ Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan
keluarganya
▪ Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai
aspek kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya
pengendalian kusta
▪ Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan
▪ Peningkatan dukungan kepada program kusta melalui penguatan
advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan lainnya
untuk meningkatkan dukungan terhadap program kusta
▪ Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemitas kusta

Infodatin, (2015), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan
EDUKASI
01 Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta

Sekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena


02 kusta

Enam dari tujuh kusta tidaklah menular pada orang lain


03
Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6
04 bulan secara teratur

Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar


05 cacat fisik

Infodatin, (2015), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan
CEGAH PENULARAN

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta

Beberapa cara memutuskan terjadinya penularan


• Sinar matahari masuk ke dalam rumah Makin panas cuaca
makin cepatlah kuman kusta mati
• Hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab
• Hindarkan kelelahan fisik
• Mengkonsumsi makanan yang bergizi daya tahan tubuh

Infodatin, (2015), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Pusat Data dan Informasi, Jakarta Selatan
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai