Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri (BP) yang terus-
menerus. Dalam buku Pharmacotherapy Handbook 9th Edition, hipertensi diklasifikasikan
menjadi sebagai berikut.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tipe 1 140-159 90-99
Hipertensi tipe 2 ≥160 ≥100

Hipertensi dapat diakibatkan oleh penyebab spesifik (hipertensi sekunder) atau dari
etiologi yang tidak diketahui (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder (<10%
kasus) biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal kronis (CKD) atau penyakit renovaskular.
Beberapa obat yang dapat meningkatkan TD termasuk kortikosteroid, estrogen, obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID), amfetamin, sibutramine, siklosporin, tacrolimus,
eritropoietin, dan venlafaxine. Faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi
meliputi kelainan humoral yang melibatkan sistem renin-angiotensin aldosterone (RAAS),
hormon natriuretik, atau resistensi insulin dan hiperinsulinemia; gangguan pada SSP, serabut
saraf otonom, reseptor adrenergik, atau baroreseptor; kelainan pada proses autoregulasi
ginjal atau jaringan untuk ekskresi natrium, volume plasma, dan penyempitan arteriol;
defisiensi sintesis zat vasodilatasi dalam endotel vaskular (prostasiklin, bradikinin, dan
oksida nitrat) atau zat vasokonstriksi berlebih (angiotensin II, endotelin I); asupan natrium
tinggi atau kekurangan kalsium(Wells, DiPiro, Schwinghammer, & DiPiro, 2015).
Penatalaksanaan hipertensi dalam JNC 8 secara non farmakologi adalah merubah gaya
hidup pasien. Seperti menghentikan kebiasaan merokok, mengontrol kadar gula dan lemak,
konsumsi makanan sehat, tidak mengonsumsi alkohol, mengurangi konsumsi garam (<2,4
g/hari), dan melakukan olahraga rutin (3-4 hari dalam seminggu selama 40 menit/hari).
Untuk terapi farmakologi berdasarkan JNC, ketika seseorang menderita hipertensi adalah
menggunakan diuretik, ACEI (Angiotensni Converting Enzyme Inhibitor), ARB
(Angiotensin Receptor Blocker), maupun CCB (Calcium Channel Blocker). Penggunaan
obat tersebut dapat digunakan secara monoterapi atau kombinasi tergantung dari tipe
hipertensi apa yang diderita pasien (JNC 8).
Normalnya, dalam tubuh renin diproduksi dan dikeluarkan untuk menurunkan aliran
darah dalam ginjal atau sebagai respon untuk mengurangi filtrasi garam dalam tubuh. Renin
juga dapat mendegradasi atau mengubah angiotensinogen menjadi bentuk tidak aktifnya
yaitu angiotensin I. Angiotensin I kemudian akan diubah menjadi bentuk aktifnya yaitu
angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzymes (ACE) yang diproduksi di alveoli.
Angiotensin II inilah yang dapat memberikan efek fisiologis seperti meningkatkan resistensi
atau kontraksi pembuluh darah, pelepasan aldosteron korteks ginjal, dan menstimulasi
pengeluaran vasopressin. ACE juga dapat menyebabkan degradasi bradikinin. Salah satu
terapi yang digunakan dalam pengobatan hipertensi adalah golongan ACEI. Mekanisme dari
ACEI adalah menghambat pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II dengan
mengkompetisi Angiotensin Converting Enzymes (ACE) di tempat reseptor sehingga ACE
tidak dapat merubah angiotensin I menjasi angiotensi II, dimana angotensin II merupakan
senyawa dalam tubuh yang dapat meningkatkan tekanan darah.Golongan ACEI ini telah
dilaporkan dalam banyak kasus dapat menyebabkan batuk kering dengan perasaan gatal di
tenggorokan. ACEI dapat menyebabkan batuk dalam beberapa jam setelah meminum
ACEI.Atau bahkan batuk bisa muncul setelah seminggu atau sebulan pemakaian juga.
Mekanisme ACEI dapat menyebabkan batuk diduga dari terakumulasinya bradikinin yang
seharusnya didegradasi ACE di saluran pernapasan atas maupun bawah(Yılmaz, 2019).

Anda mungkin juga menyukai