Anda di halaman 1dari 5

REFLUKS GASTROESOFAGEAL

No. Dokumen :

No. Revisi : -
SOP
TanggalTerbit : 0/02/2020

Halaman : 1/7

Dr. Muhammad Fardhan


Puskesmas Pauh NIP 198306252011011001

1. Pengertian Defenisi

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah


mekanisme refluks melalui sfingter esophagus.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik


dan dapat menjalar ke leher disertai muntah atau timbul
rasa asam di mulut. Hal ini terjadi setelah makan dengan
volume besar dan berlemak. Dan diperberat dengan
posisi berbaring terlentang. Keluhan ini juga dapat timbul
oleh karena makanan berupa saos tomat, peppermint,
coklat, kopi dan alkohol. Keluhan seering muncul pada
malam hari.

Faktor Risiko

Usia >40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi


kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, obat nitrat, teofilin
dan verapamil, pakaian yang ketat, atau pekerjaan yang
suka mengangkat beban berat.

1/7
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)

Pemeriksaan Fisik

Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan


untuk pemeriksaan adalah dengan pengisisan kuesioner
GERD.

Pemeriksaan Penunjang Sederhana

Jika hasil positif pada pengisian kuesioner GERD maka


dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump
Inhibitor).

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang


cermat. Untuk fasilitas pelayanan tingkat pertama pasien
diterapi dengan PPI Test. Jika positif maka diagnosis
defenitif GERD dapat disimpulkan.

Standar baku untuk diagnosis defenitif GERD adalah


dengan endoskopi saluran cerna bagian atas yaitu
ditemukannya mucosal break di esophagus namun
tidakan ini hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis
yang memiliki kompetensi tersebut.

Diagnosis Banding

Angina pektoris, akhalasia, dyspepsia, ulkus peptic,

2/7
ulkus duodenum, pankreatitis.

2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan pasien


Gastroesofageal Reflux Disease (GERD) di puskesmas

3. Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter


puskesmas

4. Referensi Buku panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas


pelayanan kesehatan primer

5. Prosedur Peralatan

1. Kuesioner GERD

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


6. Langkah-
langkah
Penatalaksanaan
1. Terapi dengan medikamentosa dengan cara
pemberian PPI dosis tinggi (omeprazol 2x20 mg/hari
dan lansoprazol 2x30 mg/hari selama 7-14 hari. Jika
ada perbaikan gejala signifikan (50-75%) maka
diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD.
2. Jika telah diteggakkan diagnosis GERD maka terapi
dilanjutkan sampai 4 minggu dan boleh ditambah
dengan prokinetik seperti domperidon 3x10 mg.
3. Jika PPI tidak tersedia, maka penggunaan H2 Blocker
2x/hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150 mg
atau famotidin 20 mg.

3/7
Konseling dan Edukasi

1. Gaya hidup yaitu dengan mengurai berat badan,


berhenti merokok, tidak mengonsumsi zat yang
dapat mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin,
dan alkohol.
2. Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih
tinggi. Tidur minimal stelah 2-4 jam stelah makan,
makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan
yang berlemak.

Kriteria Rujukan
1. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
2. Pengobatan empirik menunjukkan hasil tetapi
kambuh kembali
3. Adanya alarm symptom: berat badan menurun,
hematemesis, melena, disfagia, odinofagia, anemia.

Prognosis

Prognosis pada umumnya bonam tetapi sangat


tergantung dari kondisi pasien saat datang dan
pengobatannya.

7. Diagram -
Alir

8. Hal-hal yang
perlu

4/7
diperhatikan

9. Unit terkait 1. BP Umum


2. Poli Lansia

10. Dokumen
terkait

11. Rekaman
Histori
perubahan Tgl.mulaidiberla
No Yang dirubah Isi Perubahan
kukan

5/7

Anda mungkin juga menyukai