KEPERAWATAN NEUROVASKULER
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
A. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan dan kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejal-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular.
B. Manifestasi Klinis
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi tubuh
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara cadel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
C. Etiologi
1. Thrombosis Cerebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yangs sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Ateroskelerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga
darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otakyang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga daraharteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hipoksia umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
D. Klasifikasi
1. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan
olehkarena trauma kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri,
vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu ;
1. Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karenahipertensi mengakibatkan
darahmasuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringanotak dan menimbulkan edema otak.
2. Perdarahan Sub Araknoid
Tabel. Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid
Faktor pencetus / Penimbunan lemak Lemak yang sudah nekrotik dan Menjadi kapur/mengandung kolesterol
Etiologi yang dalam darah berdegenarasi dg infiltrasi limfosit (trombus)
Trombus/emboli
Aterosklerosis Pembuluh darah menjadi Penyempitan pembuluh
di cerebral
kaku dan pecah darah (oklusi vaskuler)
Stroke Non
Hemoragik Aliran darah
Stroke Kompresi terhambat
Hemoragik jaringan otak
Eritrosit
TIK menggumpal
Suplai darah dan O2 Proses metabolisme Risiko Perfusi
keotak dalam otak terganggu Serebral Tidak Efektif
Cairan plasma
hilang
Arteri carotis interna Arteri vertebra basilirasis Arteri cerebri media Nyeri
Edema serebral
Disfagia
Intervensi :
Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan , Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
PENURUNAN KESADARAN
A. Tinjauan Teori
Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang
menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai “final common pathway”
dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada
gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran menjadi
pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi
tubuh2. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan
di klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, soporokoma dan koma.
Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula
dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma Glasgow3.
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/
lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan
fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai dengan
kelainan fokal.
2.1 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemis
5. Hipertermia
6. Epilepsi
2.2 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
2.3 Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat
(kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas, awareness,
alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi ARAS dengan
korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial dan metabolik akan
mengakibatkan menurunnya kesadaran.
Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer serebri. Koma disebabkan
kegagalan difus dari metabolisme saraf.
1. Ensefalopati metabolik primer
Penyakit degenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya metabolisme sel saraf dan
glia. Misalnya penyakit Alzheimer.
2. Ensefalopati metabolik sekunder
Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme otak, yang
mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan keseimbangan elektrolit ataupun keracunan.
Pada koma metabolik ini biasanya ditandai dengan gangguan sistem motorik simetris dan
tetap utuhnya refleks pupil (kecuali pasien mempergunakan glutethmide atau atropin),
juga utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler (kecuali pasien mempergunakan barbiturat).
Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak menyebabkan stupor dan koma.
Jika tidak ada kompresi ke sisi kontralateral batang otak lesi setempat pada otak
menimbulkan koma karena terputusnya ARAS. Sedangkan koma pada gangguan
metabolik terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS dan korteks serebri2.
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat, pengobatan
dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua komponen utama
yaitu umum dan khusus.
Umum
Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila
tidak ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan tekanan intrakranial yang
meningkat.
Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial, pastikan
jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan suction di daerah nasofaring
jika diduga ada cairan.
Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai dengan
kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
elektrokardiogram (EKG).
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi,
lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin 100 mg iv, berikan
destrosan 100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya overdosis opium/ morfin, berikan
nalokson 0,01 mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai kesadaran pulih (maksimal 2 mg).
Khusus Pada herniasi
Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2: 25- 30 mmHg.
Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr iv. Selama 10-20 menit
kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6 jam.
Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10 mg iv
lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operabel seperti epidural
hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
- Pengobatan khusus tanpa herniasi
Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan pungsi
lumbal (LP). Jika LP positif adanya infeksi berikan antibiotik yang sesuai. Jika LP
positif adanya perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan perdarahan subarakhnoid.
Pengkajian Primer
1. Airway
- Apakah pasien berbicara dan - Gelisah
bernafas secara bebas - Sianosis
- Terjadi penurunan kesadaran - Kejang
- Suara nafas abnormal : stridor, - Retensi lendir / sputum di
wheezing, mengi dll tenggorokan
- Penggunaan otot-otot bantu - Suara serak, Batuk
pernafasan
2. Breathing
- Adakah suara nafas abnormal : - Dispnea
stridor, wheezing, mengi dll - Hipoksia
- Sianosis - Panjang pendeknya inspirasi
- Takipnu ekspirasi
3. Circulation
- Hipotensi / hipertensi - Penurunan capillary refill
- Takipnu - Produksi urin menurun
- Hipotermi - Nyeri
- Pucat - Pembesaran kelenjar getah bening
- Ekstremitas dingin
Pengkajian Sekunder
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
5. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif: Data obyektif:
kesulitan dalam beraktivitas Perubahan tingkat kesadaran
kelemahan Perubahan tonus otot ( flasid atau
kehilangan sensasi atau paralysis. spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,
mudah lelah kelemahan umum.
kesulitan istirahat gangguan penglihatan
nyeri atau kejang otot
b. Sirkulasi
Data Subyektif: Data obyektif :
Riwayat penyakit stroke Hipertensi arterial
Riwayat penyakit jantung : Penyakit Disritmia
katup jantung, disritmia, gagal Perubahan EKG
jantung , endokarditis bacterial. Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Polisitemia. Denyut karotis, femoral dan arteri
iliaka atau aorta abdominal
c. Eliminasi
Data Subyektif: Distensi abdomen ( kandung kemih
Inkontinensia urin / alvi sangat penuh )
Anuria Tidak adanya suara usus( ileus
paralitik )
Data obyektif
d. Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang
Nausea
Vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , pipi ,
tenggorokan
Disfagia
Riwayat DM, Peningkatan lemak
dalam darah
Data obyektif:
Obesitas ( faktor resiko )
e. Sensori neural
Data Subyektif:
Syncope
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Kelemahan
Kesemutan/kebas
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka
Gangguan rasa pengecapan
Gangguan penciuman
Data obyektif:
Status mental
Penurunan kesadaran
Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)
Gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya
reflek tendon dalam
Wajah: paralisis / parese
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya. )
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil
Kehilangan kemampuan mendengar
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil
isokor / anisokor, diameter pupil
f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil
Gelisah
Ketegangan otot
g. Respirasi
Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )
h. Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh
Kesulitan untuk melihat objek
Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan
Berkurang kesadaran diri
Mandiri :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan
penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan
kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake, output, turgor
- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah
- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
Kolaborasi :
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh secret
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
jam.
Kriteria hasil:
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Mandiri :
- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan
pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
Kolaborasi :
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
Kriteria hasil:
- RR 16-24 x permenit
- Ekspansi dada normal
- Sesak nafas hilang / berkurang
- Tidak suara nafas abnormal
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
- Auskultasi bunyi nafas.
- Pantau penurunan bunyi nafas.
- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
- Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
- Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
Kolaborasi :
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Berikan obat sesuai indikasi
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat mempertahankan
pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu menunjukkan :
- Bunyi paru bersih
- Warna kulit normal
- Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
- Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan
tinmgkat kesadaran pada dokter.
- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam
PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
- Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau
PEEP.
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
- Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau
penyimpangan
- Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
- Pantau irama jantung
Kolaboraasi :
1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan
tahun 1996)
6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun
1992)
8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999
(Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9. Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 )
10. Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000
11. Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000
KASUS KELOLAAN
RSUD KOJA
LT. 11 NEUROLOGI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta, Telp/Faks: 021-42802202
B. Riwayat Keperawatan
Resume : klien datang ke IGD pada tanggal 19/02/2022 pukul 14.00 dengan kesadaran
apatis. Keluarga mengatakan klien mulai tidak merespon 3 jam SMRS. Klien memiliki riwayat
stroke 2 minggu yang lalu, dan mengalami kelemahan pada tubuh bagian kiri. Pada tanggal
19/02/2022 sampai 22/01/2022 klien mendapatkan perawatan di ruang ICU dengan alasan
kondisi klien yang tidak ada perubahan sehingga perlu dipantau di ruang khusus. Pada
tanggal 22/02/2022 pukul 13.00 dilakukan tindakan operasi pemasangan VP Shunt dengan
diagnose pra bedah: Hidrosefalus. Tanggal 22/02/2022 sampai 01/03/2022 klien
mendapatkan perawatan post operasi di ruangan ICU. Pada tanggal 01/03/2022 klien di
pindahkan ke ruang rawat Stroke Center Lt. 11 dengan kondisi yang sudah cukup membaik.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 09/03/2022 kondisi klien menurun dengan GCS (8)
E:2 V: 2 M: 4. Terdengar suara napas tambahan ronchi di kedua lapang paru klien. Dengan
tanda-tanda vital: TD: 130/70 mmHg, Nadi: 87x/menit, Suhu: 36,9 oC, SpO2 : 89%, dan RR:
28x/menit.
Keluarga klien mengatakan 2 minggu yang lalu di rawat di ruangan Lt.11 Neuro dengan
stroke kelemahan pada tubuh bagian kiri. Keluarga mengatakan bahwa klien tidak memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan diabetes. Hasil EKG yang telah diperiksa didapatkan data
yang menunjukan bahwa irama jantung klien mengalami gangguan, yaitu adanya Atrial
Fibrilasi.
Keluarga klien mengatakan orangtua klien tidak pernah mengalami penyakit serius yang
sampai harus dirawat di rumah sakit.
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan/Penampilan Umum, Status Mental dan Nutrisi
Keadaan umum lemah, hanya terbaring ditempat tidur, setengah badannya bagian
kiri terasa lemah. GCS: E:2 V: 2 M: 4.
Status Mental : klien mengalami penurunan kesadaran
Status Nutrisi :
TB klien: 165 cm, BB: 50 Kg, IMT : 18,4
Saat terkena serangan stroke yang pertama klien sudah mengalami kesulitan
dalam mengunyah dan menelan makanannya, namun masih dapat
mengkonsumsi makanan dengan tekstur bubur tim
Selama serangan stroke yang kedua, kesadaran klien naik-turun saat masuk
IGD, ICU, hingga di ruang rawat biasa, sehingga klien dipasangkan NGT untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
2) Tanda-tanda Vital
TD: 130/70 mmHg (MAP: 90)
Nadi: 87x/menit
Suhu: 36,9oC
SpO2 : 89%
RR: 28x/menit.
10) Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis
Perkusi: sonor
b. Kardiovaskular
Inpeksi : Iktus cordis tidak tampak
Perkusi : Pekak
b. Kekuatan otot :
5555│1111
5555 │1111
D. Pemeriksaan Penunjang
EKG:
- Atrial fibrillation
- ST depretion, consider ischemia, ant-lat
CT-Scan :
- Infark di corona radiate kiri dan cerebellum kanan
- Ventrikulomegali lateral bilateral dan III, suspek normal pressure hydrocephalus
- Atrofi cerebri
- Tidak nampak perdarahan maupun SOL
E. Penatalaksanaan/Terapi
Nama Obat Indikasi Dosis Waktu Rute
GCS: E:2 V: 2 M: 4.
SpO2 : 89%
RR: 28x/menit.
Terdengar suara ronchi di kedua lapang
paru
Terdapat secret kehijauan pada mulut
klien
Ekspansi paru menurun
DS: Gangguan Integritas Kulit Penurunan
mobilitas
(D0129)
Keluarga klien mengatakan terdapat luka
kemerahan pada bokong klien dan kulit
kebiruan akibat restrain.
DO:
G. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
3. Gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilitas
4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan/KH Intervensi
Edukasi:
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, pola napas NH
hipersekresi jalan napas 2. Memonitor adanya produksi sputum .
3. Mengauskultasi bunyi napas .
4. Memonitor saturasi oksigen
.
RS: -
.
RO:
.
- Terdengar suara napas tambahan ronchi di kedua lapang paru
- RR 26x/menit .
- Terdapat sputum kehijauan pada mulut .
- SpO2 : 95% .
.
5. Memonitor integritas kelembaban mukosa hidung .
RS:- NH
RO: .
- Mukosa hidung lembab .
.
6. Mengauskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction .
7. Memantau saturasi O2 sebelum, selama dan sesudah suction
TIM
8. Melakukan suction
RS: - PERAWAT
RO: .
- Suara napas sesudah suction ronchi berkurang .
- SaO2: 96% .
- Secret kental kehijauan .
.
9. Kolaborasi pemberian obat: .
Ventolin 2 x/ hari 06|18 Inhalasi .
Pulmicort 2 x/ hari 06|18 Inhalasi NH
NAC 3x1 05|12|20 Oral &
Levofloxacin 1x750 17 IV TIM
Meropenem 3x1 g 05|12|20 IV PERAWAT
RS:- .
RS: .
- Obat-obatan via IV masuk dengan lancar, tidak ada phlebitis .
- Obat oral masuk dengan lancar, tidak ada produksi pada selang .
NGT .
.
.
.
Gangguan integritas kulit b.d 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit NH
penurunan mobilitas 2. Memonitor kondisi luka (ukuran, derajat, perdarahan) .
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi pada luka .
RS:
.
- Keluarga mengatakan semenjak sakit dan sulut bergerak kulit
.
klien sering terjadi kemerahan dan bokongnya menjadi luka
.
RO:
- Ulkus decubitus 5 cm grade 2, tidak ada tanda-tanda infeksi .
4. Mengubah posisi setiap 2 jam .
5. Mengajarkan keluarga untuk mengubah posisi klien setiap 2 jam NH
RS: .
- Keluarga mengatakan akan rutin mengubah posisi klien setiap 2 .
jam .
RO: .
- Tidak ada kesulitan saat melakukan miring kanan miring kiri .
6. Mengganti restrain kain kasa dengan restrain kain berbahan lembut
.
khusus restrain NH
RS:- .
RO: .
- Area pergelangan tampak kemerahan .
.
Hari Kedua
P : Intervensi dilanjutkan
Bersihan jalan napas S :- NH
tidak efektif b.d
hipersekresi jalan napas O:
- Terdengar suara napas tambahan
ronchi di kedua lapang paru
- RR 26x/menit
- Terdapat sputum kehijauan pada
mulut
- SpO2 : 95%
- Mukosa hidung lembab
- Suara napas sesudah suction ronchi
berkurang
- Secret kental kehijauan
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan integritas S: NH
kulit b.d penurunan - Keluarga mengatakan semenjak sakit
mobilitas dan sulut bergerak kulit klien sering
terjadi kemerahan dan bokongnya
menjadi luka
- Keluarga mengatakan akan rutin
mengubah posisi klien setiap 2 jam
O:
- Ulkus decubitus 5 cm grade 2, tidak
ada tanda-tanda infeksi
- Area pergelangan tampak kemerahan
- Tidak ada kesulitan saat melakukan
miring kanan miring kiri
P: Lanjutkan intervensi
P : Intervensi dihentikan
Bersihan jalan napas S :- NH
tidak efektif b.d
hipersekresi jalan napas O:
- Suara napas tambahan ronchi di
kedua lapang paru berkurang
- RR 24x/menit
- Jalan napas lancar, tidak terlihat
sputum di mulut
- SpO2 : 97%
- Mukosa hidung lembab
- Suara napas ronchi sesudah suction
ronchi berkurang
- Secret kental kehijauan
P: Lanjutkan intervensi
Gangguan Mobilitas S: NH
Fisik b.d gangguan - Keluarga mengatakan akan rutin
neuro muskular membantu menggerakan bagian
tubuh klien yang mengalami
kelemahan
O:
- Klien dapat menggerakan tangannya,
saat diberi rangsangan nyeri klien
menghalau rangsangan nyeri
- Keluarga mengawasi klien saat
restrain dibuka agar tidak menarik
alat yang dipasang
- Keluarga terlihat dapat melakukan
ROM pasif dengan baik
P: Intervensi dilanjutkan
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta, Telp/Faks: 021-42802202
B. Riwayat Keperawatan
Resume : klien datang ke IGD pada tanggal 15 Maret 2022 pukul 13.00 dengan kesadaran
Composmentis. Keluarga mengatakan tiba-tiba klien bicara terbata-bata, tidak bisa
mengucapkan apa yang dipikirkan, beberapa hari yang lalu sempat mulut seperti tertarik
kekanan. Hasil TTV saat di IGD adalah TD: 125/77 mmHg, N: 81 x/menit, RR: 16 x/menit, S:
360C, SpO2 94% . Hasil CT-scan: Infark subakut dikortikal lobus frontal dan parietal kiri . Saat
di IGD klien dilakukan pemasangan infus cairan assering dan pemasangan kateter urine.
Riwayat Penyakit Sekarang : saat dilakukan pengkajian tanggal 17 Maret 2022 kesadaran
klien composmentis, klien mengatakan nyeri kepala, skala 5, berasa seperti diikat. Klien
mengatakan mau melakukan aktivitas jadi susah sehingga aktivitasnya hanya dilakukan
ditempat tidur.
Riwayat Penyakit Masa Lalu : klien mengatakan mempunyai riwayat sinus sejak 2 tahun
yang lalu, disaranin dokter operasi tapi belum dioperasi. Klien mengatakan tidak pernah
dirawat, datang ke Pelayanan kesehatan jika sakit saja.
Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan ayah klien memiliki riwayat hipertensi
C. Pemeriksaan Fisik
16) Keadaan/Penampilan Umum, Status Mental dan Nutrisi
Keadaan umum meringis, hanya terbaring ditempat tidur. Kesadaran :
composmentis (E4M6V5). Pipi kanan/mulut tidak simetris
Status Mental : klien terlihat gelisah karena nyeri kepala
Status Nutrisi :
TB klien: 158 cm, BB: 53 Kg, IMT : 21,2 (berat badan normal, (WHO))
(Sebelum sakit klien mengatakan 3x/hari dengan nafsu makan baik dan porsi
makan yang dihabiskan adalah 1 porsi.
Selama sakit klien mengatakan makan 3x/hari tetapi sehabis makan muntah
dan porsi makan yang dihabiskan hanya ½ porsi.
17) Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,20C
RR : 17 x/menit
18) Kulit dan Kuku
c. Kulit
Inspeksi : kulit bersih, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak ada ikterik
Palpasi : turgor kulit elastis
d. Kuku
Kuku bersih, CRT < 2 detik
19) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, rambut terlihat bersih
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
20) Wajah
Inspeksi : wajah terlihat pucat, wajah terlihat tidak simetris dengan pipi dan bibir
sebelah kanan terlihat lebih rendah dibandingkan sebelah kiri.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema
21) Mata
Inspeksi : posisi mata simetris kanan dan kiri, sklera unikterik, konjungtiva
ananemis, pupil : isokor, bentuk bulat, ukuran : 2mm/2mm, respon terhadap
cahaya ++/++, tidak menggunakan kacamata atau lensa kontak, fungsi penglihatan
baik.
22) Telinga
Inspeksi : telinga simetris, posisi telinga sesuai, tidak ada serumen berlebih, tidak
ada alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
23) Hidung dan Sinus
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.memiliki riwayat sinus
24) Mulut dan Bibir
Inspeksi : tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah, tidak ada karies gigi
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis
25) Dada: Pernapasan/Jantung dan Kardiovaskuler/Paru
d. Pernapasan
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, palpasi: fremitus kanan dan kiri, perkusi:
sonor, auskultasi : vesikuler
e. Kardiovaskular
Inspeksi : iktus terlihat, perkusi: batas jantung normal, auskultasi: suara
jantung S1 dan S2 normal
f. Dada dan Aksila
Dada simetris, aksila tidak ada nyeri
26) Abdomen
Inspeksi : simetris, palpasi : tidak ada nyeri tekan, perkusi: timpani, auskultasi:
bising usus 10x/menit
27) Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter, palpasi: tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
28) Anus dan Rectum
Tidak ada lesi
29) Musculoskeletal
c. Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku, tangan)
CRT kembali cepat < 2 detik, teraba dingin, terpasang infus ditangan
sebelah kiri. Kekuatan Otot : 4 4 4 4 │ 5 5 5 5
d. Pemeriksaan ekstremitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak kaki)
CRT kembali cepat < 2 detik, teraba dingin, tidak ada edema,
Kekuatan Otot : 4 4 4 4 │ 5 5 5 5
30) Neurologi
c. Pemeriksaan 12 syaraf kranial
N.I : klien dapat membedakan bau
N.II : klien dapat melihat dengan jelas
N.III : pupil : isokor, ukuran : 2mm/2mm, respon terhadap cahaya ++/++
N.IV : klien dapat mengikuti gerakan pensil keatas dan ke bawah
N.V : refleks kornea (+), klien dapat merasakan benda halus maupun kasar,
klien dapat mengatupkan gigi
N.VI : klien dapat melihat ke kanan dan kekiri
N.VII : bentuk wajah klien tidak simetris dengan pipi dan bibir sebelah kanan
lebih rendah dibandingkan dengan sebelah kiri
N.VIII : klien dapat mendengar dengan jelas
N.IX : klien dapat menelan dengan baik, klien dapat mengenali rasa asin, asam,
manis
N.X : klien tidak dapat kata “aaaaa”
N.XI : klien dapat melawan tahanan ringan pada bagian bahu sebelah kiri
N.XII : klien dapat menjulurkan lidah ke atas, kesamping
d. Kekuatan otot :
4444│5555
4444│5555
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (15-Maret-2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
E. Penatalaksanaan/Terapi
- Miniaspi
- Ranitidine
- Clopidogrel 70mg(1x)
- Vit.B6B12AP 1 tab(2x)
- Atorvastatin 20mg(1x)
- Paracetamol 1000mg(3x)
- Omeprazole 40mg (2x)
- Ondancentron 8mg (3x)
- Ulsafat 15ml(3x)
- Keterolak 30mg(3x)
- NaCl (0,9%) 1 plabot
- Ericat 1 tab (3x)
F. Analisa Data
Data (S/O) Masalah Keperawatan Etiologi
DS : Penurunan kapasitas Cerebral
Klien mengatakan nyeri kepala seperti adaptif intrakranial Infarction
diikat,skala 5
klien mengatakan makan 3x/hari tetapi
sehabis makan muntah
DO :
klien terlihat gelisah karena nyeri kepala
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2°C
P: 17 x/menit
MAP : 96 mmHg
Kesadaran : composmentis (E4M6V5)
Pemeriksaan saraf kranial mengalami
gangguan pada :
N.VII : bentuk wajah klien tidak simetris
dengan pipi dan bibir sebelah kanan lebih
rendah dibandingkan dengan sebelah kiri
N.XI : klien dapat melawan tahanan ringan
pada bagian bahu sebelah kiri
Hasil CT-Scan : Infark subakut dikortikal lobus
frontal dan parietal kiri
DS : Nyeri akut Agen
Klien mengatakan nyeri kepala seperti diikat, skala pencedera
5 fisiologis
DO :
Klien tampak gelisah dan meringis
P: nyeri tanpa sebab
Q : nyeri seperti diikat
R : lokasi di kepala
S :skala nyeri 5 (nyeri sedang)
Aktivitas klien hanya di tempat tidur
G. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2. Nyeri akut
H. Perencanaan
Edukasi:
-Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-Pemberian ketorolac dengan dosis 3 x 1 IV
I. Catatan Keperawatan
Hari Pertama
Terapeutik
-Pertahankan posisi kepala dan leher netral
RS : klien mengatakan lebih enakan ketika posisi kepala tiduran tanpa bantal
RO : klien terlihat nyaman ketika dilakukan posisi kepala dan leher netral
17 Maret Nyeri akut berhubungan Observasi:
2022 dengan agen pencedera -Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisik RS : klien mengatakan lokasi nyeri berada di kepala, nyeri muncul tanpa sebab, nyeri
seperti diikat, skala nyeri 5 (nyeri sedang), dan nyeri bersifat terus menerus
RO : Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri pada area kepala
-Mengidentifikasi skala nyeri
RS : klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada angka 5
RO : ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan ekspresi wajah ketika nyeri pada
area nomor 5
-Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
RS : -
RO : klien tampak meringis
Terapeutik:
-Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : -
RO : klien terlihat sedikit rileks
Edukasi:
-Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : klien mengatakan senang telah diajarkan teknik tarik nafas dalam dan akan
mencoba sendiri ketika rasa nyeri nya timbul kembali
RO : klien terlihat senang telah diajarkan teknik tarik nafas dalam
Kolaborasi:
-Pemberian ketorolac dengan dosis 3 x 1 IV
Hari Kedua
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan (Responnya) Paraf
18 Maret Penurunan kapasitas Observasi
2022 adaptif intrakranial -Monitor peningkatan TD
berhubungan dengan RS :
Cerebral Infarction RO :
-Monitor penurunan frekuensi jantung
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
RS : klien mengatakan nyeri kepala dengan kesadaran penuh
RO : klien terlihat sedang berinteraksi dengan keluarganya
-Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan pupil
RS :
RO :
Terapeutik
-Pertahankan posisi kepala dan leher netral
RS : klien mengatakan lebih enakan ketika posisi kepala tiduran tanpa bantal
RO : klien terlihat nyaman ketika dilakukan posisi kepala dan leher netral
18 Maret Nyeri akut berhubungan Observasi:
2022 dengan agen pencedera -Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisik RS : klien mengatakan lokasi nyeri berada di kepala, nyeri muncul tanpa sebab, nyeri
seperti diikat, skala nyeri 4 (nyeri sedang), dan nyeri bersifat hilang timbul
RO : Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri pada area kepala
-Mengidentifikasi skala nyeri
RS : klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada angka 4
RO : ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan ekspresi wajah ketika nyeri pada
area nomor 4
-Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
RS : -
RO : Respon meringis sudah jarang – jarang
Terapeutik:
-Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : -
RO : klien terlihat sudah rileks
Edukasi:
-Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : klien mengatakan ketika nyeri sedang timbul klien melakukan teknik tarik nafas
dalam
RO : klien terlihat sudah mampu dalam melakukan teknik tarik nafas dalam
Kolaborasi:
-Pemberian ketorolac dengan dosis 3 x 1 IV
Hari ketiga
Terapeutik
-Pertahankan posisi kepala dan leher netral
RS : klien mengatakan lebih enakan ketika posisi kepala tiduran tanpa bantal
RO : klien terlihat nyaman ketika dilakukan posisi kepala dan leher netral
19 Maret 2022 Nyeri akut berhubungan Observasi:
dengan agen pencedera fisik -Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
RS : klien mengatakan lokasi nyeri berada di kepala, nyeri muncul tanpa sebab, nyeri seperti
diikat, skala nyeri 2 (nyeri sedang), dan nyeri bersifat hilang timbul
RO : Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri pada area kepala
-Mengidentifikasi skala nyeri
RS : klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada angka 2
RO : ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan ekspresi wajah ketika nyeri pada area nomor
2
-Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
RS : -
RO : Respon meringis sudah tidak ada
Terapeutik:
-Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : -
RO : klien terlihat sudah lebih rileks dari sebelumnya
Edukasi:
-Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
RS : klien mengatakan ketika nyeri sedang timbul klien melakukan teknik tarik nafas dalam
RO : klien terlihat sangat mampu dalam melakukan teknik tarik nafas dalam
Kolaborasi:
-Pemberian ketorolac dengan dosis 3 x 1 IV
Evaluasi Keperawatan
Hari Pertama
P : Intervensi dilanjutkan
17 Maret Nyeri akut S:
2022 berhubungan -Klien mengatakan lokasi nyeri berada pada area
dengan agen kepala, nyeri seperti diikat, nyeri muncul tanpa
pencedera fisik sebab, nyeri bersifat terus – menerus
-klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada
angka 5
-klien mengatakan senang telah diajarkan teknik
tarik nafas dalam dan akan mencoba sendiri ketika
rasa nyeri nya timbul kembali
O:
-Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri
pada area kepala
-ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan
ekspresi wajah ketika nyeri pada area nomor 5
-klien tampak meringis
-klien terlihat sedikit lebih rileks
-klien terlihat senang telah diajarkan teknik tarik
nafas dalam
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Hari kedua
P : Intervensi dilanjutkan
18 Maret Nyeri akut S:
2022 berhubungan -Klien mengatakan lokasi nyeri berada pada area
dengan agen kepala, nyeri seperti diikat, nyeri muncul tanpa
pencedera fisik sebab, nyeri bersifat hilang - timbul
-klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada
angka 4
-klien mengatakan ketika nyeri sedang timbul klien
melakukan teknik tarik nafas dalam
O:
-Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri
pada area kepala
-ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan
ekspresi wajah ketika nyeri pada area nomor 4
-respon meringis sudah jarang – jarang
-klien terlihat sudah rileks
-klien terlihat sudah mampu dalam melakukan
teknik tarik nafas dalam
Hari ketiga
P : Intervensi dilanjutkan
19 Maret Nyeri akut S:
2022 berhubungan -Klien mengatakan lokasi nyeri berada pada area
dengan agen kepala, nyeri seperti diikat, nyeri muncultanpa
pencedera fisik sebab, nyeri bersifat hilang - timbul
-klien mengatakan rentang skala nyeri berada pada
angka 2
-klien mengatakan ketika nyeri sedang timbul klien
melakukan teknik tarik nafas dalam
O:
-Terlihat klien tampak menunjukkan lokasi nyeri
pada area kepala
-ekspresi wajah klien tampak sesuai dengan
ekspresi wajah ketika nyeri pada area nomor 2
-respon meringis sudah tidak ada
-klien terlihat sudah lebih rileks dari sebelumnya
-klien terlihat sangat mampu dalam melakukan
teknik tarik nafas dalam
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan