Anda di halaman 1dari 3

Analisis Pendapatan Pengrajin Perhiasan Di Desa Celuk (Studi Perbandingan Pengrajin

Perak Dan Pengrajin Alpaka)


Ni Wayan Pradnya Paramitha Udiana
I Ketut Sudiana
E Journal EP Unud, 6 (8): 1452-1483
Reviewer: Akhmad Rizki Ajie Prasetya
A. Latar Belakang
Desa Celuk merupakan salah satu desa yang memiliki produk unggulan berupa kerajinan
perak, dengan perkembangan dimulai pada tahun 1976. Perhiasan perak merupakan salah satu
produk yang sarat nilai seni dan budaya bagi masyarakat Bali. Kerajinan perak digunakan
sebagai alat perlengkapan dalam prosesi keagamaan. Saat ini, kerajinan perak menjadi industri
yang menunjang kegiatan pariwisata. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Bali 2015, Desa Celuk memiliki kapasitas produksi, jumlah perusahaan,
dan jumlah tenaga yang paling tinggi di Kecamatan Sukawati. Namun, saat ini permintaan akan
perak cenderung menurun. Harga kerajinan perak cenderung tinggi dan tidak semua kalangan
masyarakat mampu membeli. Selain itu, berkembangnya kerajinan alpaka yang memiliki harga
lebih murah menjadikan konsumen lebih memilih produk alpaka dibanding dengan perak (Tabel
1). Permasalahan lain terkait industri perak di Desa Celuk adalah permodalan yang sedikit, bahan
baku yang minim untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang, teknologi yang terbatas, dan
kualitas sumber daya manusia.
Tabel 1 Perbandingan Harga Jual Kerajinan Perak dan Kerajinan ALpaka 2015
Nama Harga Kerajinan Perak Harga Kerajianan Alpaka
Kerajinan
Bross Rp. 1000-000-4000.000 Rp.75.000-300.000
Anting Rp.200.000-8.000.000 Rp. 60.000-150.000
Gelang Rp.1000.000-5000.000 Rp. 150.000-700.000
Kalung Rp.800.000-7000.000 Rp.300.000-900.00
Cincin Rp.400.000-900.000 Rp.100.000-300.000
Piring Hias Rp.3000.000-7000.000 Rp. 500.000-1000.000
Sumber: Koperasi Pengrajin Perak Celuk, 2015

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Melakukan perbandingan pendapatan pengrajin perak
dan alpaka di Desa Celuk, 2) Melakukan perbandingan hasil produksi pengrajin perak dan alpaka
di Desa Celuk. Hasil dari penelitian ini dapat berupa arahan rekomendasi dalam pengembangan
kerajinan di Desa Celuk, Kecamatan Sukmawati, Kabupaten Gianyar.

C. Metode Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Celuk, Kecamatan Sukmawati, Kabupaten Gianyar.
Objek penelitian teridri dari hasil produksi dan pendapatan pengrajin perak. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus slovin. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Analisa komparatif, dengan pengumpilan data dilakukan dengan observasi, wawancara
terstruktur, dan wawancara mendalam.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Kerajinan alpaka memberikan dampak bagi penurunan pendapatan dan hasil produksi perak,
dikarenakan harga jual yang lebih murah (Tabel 1)
2. Pendapatan pengrajin perak jika dirata rata adalah sebesar Rp.19.741.666,00 dengan rata rata
hasil produksi sebesar 669,00 set dan pengrajin alpaka sebesar Rp.10.713.333 dengan rata
rata prodilso 250.50 set. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diketahui p value untuk pengrajin
perak adalah sebesar 0.001 dan perak sebesar 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa signifikasi
pendapatan pengrajin perak lebih kecil dibandingkan dengan alpaka.
3. Faktor yang berpengaruh terhadap murahnya harga alpala karena pembuatanh perhiasan
alpaka lebih cepat disbanding perak dan harga yang lebih murah apabila menggunakan mesin
disbanding menggunakan handmade.

E. Rekomendasi dan Saran


1. Usaha alpaka memberikan peluang bisnis yang baru dikarenakan permintaan yang sedang
tinggi dan modal yang tidak besar. Pemerintah disarankan untuk melakukan promosi besar
besaran perhiasan perak dengan motif khas untuk meningkatkan penjualan perak
2. Perhiasan perak harus memberikan inovasi baru, melalui desain desain baru yang
mengutamakan keunikan perhiasan perak dan didukung teknologu yang modern.

Daftar Pustaka
Udiana, N. W., & Sudiana, I. K. (2017). Analisis Pendapatan Pengrajin Perhiasan Di Desa Celuk
(Studi Perbandingan Pengrajin Perak Dan Pengrajin Alpaka). E-Jurnal EP Unud, 6 [8] :
1453-1482.

Anda mungkin juga menyukai