Anda di halaman 1dari 6

KERAJINAN PERAK

A. Sejarah Kerajinan Perak


Kerajinan perak adalah suatu seni yang menggunakan perak sebagai
bahan utama dengan sedikit campuran tembaga untuk memperkuat hasil
kerajinan, merupakan seni yang mengutamakan nilai kegunaan dan sering pula
dijadikan sebagai perhiasan yang menarik.
Keberadaan pengrajin perak muncul seiring dengan lahirnya Kerajaan
Mataram, daerah yang terkenal dalam kerajinan ini adalah Kotagede, Yogyakarta
dimana Kotagede merupakan kawasan bekas ibukota Kerajaan Mataram yang
didirikan oleh Panembahan Senopati. Berkembangnya kerajinan perak Kotagede
tidak lepas pula dari adanya Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang
masuk ke Yogyakarta sekitar abad ke- 16. Pada saat itu, banyak pedagang VOC
yang memesan peralatan rumah tangga dari emas, perak, tembaga dan kuningan
ke penduduk sekitar Kotagede.
Sampai saat ini, masyarakat di kawasan Kotagede masih banyak yang
berprofesi sebagai pengrajin. Beberapa diantara mereka berprofesi sebagai
pengrajin emas, perak, tembaga, kuningan, tanduk dan masih banyak yang
lainnya. Seiring berjalannya waktu, kerajinan perak menjadi produk yang paling
diminati sehingga banyak pengrajin yang memilih untuk menjadi pengrajin perak
dan dalam perkembangannya kerajinan perak menjadi ciri khas daerah Kotagede.

B. Pembacaan Notasi pada Hasil Kerajinan Perak


Kebanyakan menjual perak jenis 925 artinya angka 925 menunjukkan
persentase kandungan perak yang ada di dalamnya. 925 berarti 92,5% perak +
7,5% tembaga, karena kalau dibuat 100% perak murni terlalu lunak. Tembaga
sebagai campuran agar material logam perak bisa lebih kuat diproses menjadi
perhiasan. Perak memiliki level mulai dari perak murni 999, 925, 850, 835, 825,
dan 800. Untuk perak dengan kadar kemurnian 800 akan lebih cepat hitam
(teroksidasi) daripada perak dengan tigkat kemurnian 925. Itu sebabnya jarang
sekali ditemukan perhiasan perak dengan stempel 800.

C. Bahan Baku Kerajinan Perak


Bahan baku kerajinan perak ada 2 yaitu lembaran perak yang biasa
disebut Gilapan dan benang-benang perak yang biasanya disebut Trap atau
Filigran. Dalam setiap proses pembuatannya, ternyata tidak sepenuhnya berbahan
dasar perak murni melainkan ada pencampuran dengan tembaga. Seratus persen
perak dicampur dengan tembaga 7,5%. Sebab kalau perak murni terlalu lembek

1
dan kurang kuat untuk dijadikan barang kerajinan, oleh karenanya dicampur
tembaga sebagai pengerasnya.
Produk perak berdasarkan alat yang digunakan untuk membuatnya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis tipe produk, yaitu :
1. Perak buatan tangan.
Kerajinan perak ini murni dibuat dengan tangan , tanpa mengandalkan
mesin. Dari proses awal hingga akhir dikerjakan dengan tangan. Kerajinan
inilah yang merupakan cikal bakal industri perak di Kotagede Yogyakarta dan
bahkan sampai sekarangpun kerajinan perak di Kotagede masih didominasi
kerajinan buatan tangan (handmade).
Sebenarnya perak handmade ini berdasarkan materialnya masih bisa
diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu:
a. Perak Filigree
Perak Filigree atau yang di Kotagede sering dikenal dengan istilah
perak Trap adalah jenis kerajinan perak yang bermaterial benang/kawat
perak yang sangat lembut yang dipilin dan dipres/dibuat plat. Benang-
benang perak inilah yang digunakan untuk membuat motif atau dekorasi
kerajinan perak. Benang perak/filigree ini bukan hanya digunakan untuk
membuat perhiasan/asesories saja, tapi juga digunakan untuk membuat
bermacam-macam miniatur seperti miniatur becak, kereta kuda, harley
davidson dan juga bermacam-macam hiasan dinding seperti hiasan motif
wayang dan lain sebagainya. Beberapa contoh hasil kerajinan perak filigree
antara lain:

Gambar mahkota perak Gambar miniatur sepeda motor


dari perak

2
b. Solid Silver
Kerajinan perak ini berbahan utama perak lempengan/lembaran
perak. Material ini lebih fleksibel untuk dibentuk atau digunakan membuat
kerajinan perak. Biasanya digunakan sebagai bahan utama untuk membuat
perlengkapan makan dari perak seperti nampan, piring, mangkok dan lain
sebagainya. Selain itu juga sering digunakan untuk membuat miniatur dan
perhiasan-perhiasan. Beberapa contoh hasil kerajinan solid silver antara
lain:

Gambar perhiasan dari perak Gambar perlengkapan makan perak

2. Perak buatan mesin (Machinery)


Kerajinan perak dengan sistem produksi mesin juga merupakan sistem
produksi massal seperti casting. Hanya saja di sini digunakan mesin sebagai
ganti mesin casting.
Produk-produk yang dibuat dengan mesin biasanya adalah kalung dan
gelang rantai. Sama halnya dengan mesin casting, mesin pembuat perhiasan
ini harganya juga cukup mahal. Di Indonesia kerajinan perak yang dibuat
dengan mesin banyak berasal dari Jawa Timur.
3. Perak cetakan (Casting)
Akhir-akhir ini perak cetakan sering dijadikan alternatif produksi
kerajinan perak. Terutama untuk permintaan produk dengan kuantitas besar
dan waktu yang terbatas. Sebenarnya sistem pembuatan perak cetak/casting
ini ada beberapa tehnik. Dari yang menggunakan peralatan sederhana sampai
penggunaan mesin casting sentrifugal yang lumayan mahal harganya. Dan
biasanya produk perhiasan yang ada di pasaran dibuat denganmesin casting
sentrifugal.
Secara umum cetakan di sini berarti prosesnya diawali dengan
pencairan logam perak dan tembaga yang kemudian dituang ke cetakan yang
telah disiapkan sebelumnya sesuai bentuk yang dinginkan. Sekali proses
pencetakan dilakukan dengan mesin casting sentrifugal bisa menghasilkan
puluhan bahkan ratusan produk perak. Keuntungan dari sistem pembuatan
cetak adalah penghematan waktu dan model yang dibuat bisa sama semua.
Meskipun begitu proses akhir (finishing) dari proses perak cetakan ini masih

3
menggunakan tangan di antaranya, pengikiran dan pengamplasan bekas-
bekas cetakan yang kurang rapi. Kendala utama dari produksi sistem cetak ini
adalah harga mesin cetak yang mahal. Di Indonesia sendiri belum banyak
pengusaha yang memiliki mesin casting sendiri. Contoh produk perak cetakan
adalah:

Gambar: gelang perak cetakan

D. Proses Pembuatan Perhiasan Perak


Desainnya harus detail, kecuali kita bisa mengamatinya. Karena jika tidak
detail, sang pengrajin harus membuat sendiri untuk improvisasinya.
Setelah desain ditentukan, proses dilanjutkan dengan memindahkan
desain kecetakan dan penempaan lempengan perak atau benang perak
(tergantung desainnya).
Benang perak yang sedang diulung untuk membuat detail desain ini.
Satu demi satu, sesuai desain, dilakukan memotongan dengan menggunakan
gunting atau pinset jika terlalu kecil.
Setelah itu, baik membuat dari lempengan perak tatu benang perak,
selanjutnya disusun sesuai desain, menjadi burung atau kupu dan sebagainya,
sebelum mulai di bakar (sekarang melakukannya dengan solder listrik).
Setelah disusun sesuai desain, lalu mulai dibakar. Sebelum dibakar, untuk
lemnya adalah bubuk perak seperti foto diatas di piring plastic berwarna biru.
Tidak lama, hanya sebentar untuk merekatkan ( seperti di lem ).
Setelah disolder / dibakar dengan api, masing ikatan menjadi kuat sesuai
desain. Pengerjaannya satu demi satu dan detail sekali.
Ini adalah proses menempa, tergantung dari desainnya. Belum tentu
desainnya memakai proses menempa. Biasanya proses menempa untuk hiasan2
dinding yang lebih tebal dan besar, atau peralatan rumah tangga.
Kemudian, dilanjutkan dengan proses pembersihan dengan menggunakan
lerak, semacam buah seperti kluwek yang juga bisa untuk mencuci batik.
Lerak ini tidak berbau dan berbusa seperti foto diatas ini.
Jika mendesain dengan memakai anyaman benang perak, perhiasan
perak bakar ini akan lebih memukau, karena sangat detail, dengan anyaman
benang2 kecil dan tipis berlapis perak. Dan semakin indah dan detail perhiasan
yang dibuat sesuai desainnya, akan semakin berharga pula perhiasan itu dimata
banyak orang.

4
Perak mulai berkembang dan banyak diminati di berbagai daerah, kami
mengambil satu daerah perkembangan perak, yaitu di desa Celuk, Yogyakarta.

E. Perkembangan Kerajinan Perak di Desa Celuk


Barang-barang yang dihasilkan pun hampir sama berupa bokoran,
sangku, caratan/penastan, maupun danganan keris, pakaian raja dan lain-lain.
Karena pada waktu itu berkembang model yang mendukung untuk kerajaan dan
bukan merupakan kebutuhan masyarakat. Barang kerajinan perak lebih menonjol
daripada barang emas karena bahan emas pada waktu itu sangat sulit diperoleh.
Barangbarang yang dihasilkan lebih banyak untuk keluarga kerajaan.
Sebagai wadah terhadap seniman dan pengerajin supaya lebih
berkembang maka sekitar tahun 1935 berdirilah perkumpulan kesenian yang
diberi nama PITAMAHA. Anggotanya terdiri atas para seniman dan pengerajin
di seluruh Kabupaten Gianyar antara lain dari Desa Celuk, Desa Batuan, Desa
Mas, Desa Peliatan, Desa Ubud bahkan ada pula dari Desa Sibang (Badung) dan
dari Klungkung.
Setelah adanya Pitamaha, di Desa Celuk muncul suatu ciri jejawanan dan
bun sehingga menjadi style khas Celuk. Style barang yang berkembang tahun
1940-an berupa tatahan yang dipadukan dengan jejawanan dan bun dengan
motif naga seperti caratan/cecepan Perkembangan kerajinan perak di Celuk dari
tahun 1930-an sampai 1960-an tidak begitu pesat, terutama barang untuk
kebutuhan konsumen sangat sedikit dan terbatas untuk orang yang punya saja.
Pada tahun 1950-an disamping untuk keperluan keagamaan, mulai
berkembang sedikit perhiasan/aksesoris dengan style-nya yang khas jejawanan
dan bun serta tatahan, karena orang sudah banyak bisa mengukir. Pada waktu itu
orang-orang di luar Pande sudah mulai mengerjakan barang emas dan perak.
Motif yang berkembang pada waktu itu juga tidak banyak mengalami perubahan
dari era 1940-an. Barang yang dibuat ukurannya lebih kecil dan ornamennya
semakin banyak seperti batil yang dibuat lebih kecil dari sangku.
Pada tahun 1960-an kerajinan perak di kurang/tidak berkembang dan
hanya untuk keperluan lokal. Hal ini karena di Indonesia terjadi berbagai
pergolakan seperti gerakan G-30S PKI dan ditutupnya Indonesia untuk luar. Pada
waktu itu barang perak dan emas Celuk lebih banyak dibeli orang lokal.
Style yang berkembang pada tahun 1970-an adalah lebih banyak pada
jawan kecil dan bun dengan motif boma, naga serta motif-motif lainnya. Barang
aksesoris/perhiasan merupakan barang-barang yang lumbrah atau tergantung
daya konsumen, sehingga style-nya berulang-ulang namun dengan motif yang
agak berbeda terutama dari segi ornamen yang lebih banyak menggunakan

5
jawan dan bun. Sedangkan barang-barang untuk keperluan keagamaan semakin
berkurang pembuatannya bahkan hilang.
Namun pada tahun 1980-an barang kerajinan perak mulai dicampurkan
dengan emas, bentuk jawan divariasikan dengan yang lebih besar dan beberapa
model mulai lebih sedikit menggunakan bun-bunan. Motif yang berkembang
pada periode ini adalah perhiasan motif kelopok/ box seperti cincin kelopok, dan
juga berkembang motif yang lebih sederhana. Pada era-era ini banyak menyerap
tenaga kerja dari luar daerah sebagai pengerajin.
Pada tahun 1990-an sampai tahun 2000, style Celuk sudah mulai
dipengaruhi oleh style luar (modern) sehingga motif barang yang berkembang
lebih banyak motif plin, bentuknya polos sedikit jawan bahkan tidak ada. Pada
tahun ini lebih pada tuntutan konsumen yang lebih banyak wisatawan
mancanegara yang lebih senang dengan style modern. Bahkan sekarang ini sudah
digunakan mesin untuk membuat barang perak.

Anda mungkin juga menyukai