Daftar Isi
1
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Definisi Analisis Isi (Content Analysis)
Analisis isi adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk melakukan pembahasan
mendalam terhadap suatu isi/tulisan dalam media massa. Analisis ini digunakan untuk
membuat kesimpulan yang dapat ditiru dan bersifat valid untuk digunakan dalam suatu
penelitian. (Krappendorff, 2004). Webster Dictionary Of English, pada tahun 1961
mendefinisikan analisis isi sebagai perwujudan penyelidikan terhadap media komunikasi
(buku, film) melalui klasifikasi, tabulasi, dan evaluasi untuk mengambil suatu makna yang
tertulis. Menurut United States Government Accountabillity Office (2013), Content Analysis
adalah pendekatan untuk melakukan pengukuran suatu informasi kualitatif dengan
mengurutkan secara sistematis dan membandingkan informasi yang dipilih untuk membuat
suatu kesimpulan dari tulisan tersebut. Analisis isi didasarkan pada kajian empiris, eksplorasi
dalam proses, dan sebuah prediksi. (Krappendorff, 2004). Sedangkan menurut Richard West
dan Lynn Turner (2007), analisis isi adalah teknik penelitian khusus untuk melaksanakan
analisis tekstual. Analisis ini dilakukan dengan cara mengurangi sebuah teks menjadi unit-
unit. Weber
Berdasarkan beberapa definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis isi
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan dari
suatu tulisan. Teknik analisis ini bersifat fleksibel, dapat diterapkan baik untuk penelitian
yang bersifat kualitatif ataupun bersifat kuantitatif. (White, 2006). Analisis isi banyak
digunakan oleh multi disiplin ilmu, baik ilmu komunikasi, antropologi, manajemen.
sosiologi, psikologi, dan rumpun ilmu sosial lainnya. Analisis isi juga dapat dipadukan
dengan metode penelitian yang lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gerbner (1970),
peneliti menggunakan analisis isi yang pada akhirnya mengarah pada teori kultivasi.
2
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
menyelidiki dan menarik kesimpulan pada suatu tulisan. Pada abad 12 masehi, analisis ini
mulai berkembang di Amerika. Pada masa itu analisis isi mulai banyak digunakan sebagai
disiplin ilmu yang digunakan untuk penyelidikan surat kabar dalam jurnalisme. Namun, saat
itu analisis ini belum dikenal sebagai metode penelitian yang diakui secara ilmiah.
Menurut Krippendorff (2004), analisis isi mulai diakui secara ilmiah pada dekade 1920-
an. Ilmuwan ilmuwan sosial tertarik mempelajari disiplin ilmu ini, sehingga secara tidak
langsung mengakui analisis ini sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam menyelidiki
suatu konten. Analisis isi banyak digunakan pada saat Perang Dunia II. Para ilmuwan sosial
menggunakan analisis ini untuk menganalisis dokumen kejadian perang. Amerika
menggandeng para ilmuwan sosial untuk melakukan kajian tentang propaganda.
Penggunaan analisis ini mulai berkembang pesat pada tahun 1950 an. (Baker, 2006). Pada
tahun 1961, istilah analisis isi mulai masuk kamus Inggris (Webster Dictionary Of English).
3
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
BAB 2
Konsep dan Metodologi
2.1 Ciri Analisis Isi
Analisis isi memiliki beberapa ciri ciri yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti oleh
peneliti. Penelitian yang dilakukan harus mencakup beberapa ciri ciri, sehingga hasil analisis
tidak bias. Adapun kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Eriyanto, 2011):
1. Objektif
Analisis isi harus bersifat objektif. Seorang peneliti harus menghilangkan
subjektifitasnya dalam penafsiran sebuah tulisan. Penarikan kesimpulan dari sebuah analisis
harus menggambarkan isi buku tersebut, tidak berpihak pada entitas/pandangan tertenru.
Dalam mengukur suatu objektifitas, terdapat 2 elemen penting, yakni validitas dan reabilitas.
Validitas berkaitan dengan variabel yang diukur dapat mengukur saat penelitian dilakukan.
Reliabilitas berkaitan dengan bagaimana sebuah hasil analisis isi dapat sama walaupun
diteliti oleh orang yang berbeda. Analisis isi disebut valid jika data yang disampaikan benar
dan dapat diukur secara ilmiah. Analisis ini bisa dikatakan reiabel jika konten yang
disimpulkan dapat memiliki benang merah yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
orang lain pada tulisan yang sama.
2. Sistematis
Dalam penyusunan analisis isi, seorang peneliti harus melakukan beberapa tahapan yang
terstruktur dan jelas agar hasil analisis tidak bias. Dalam penyusunan pengkodean menjadi
elemen terpenting. (West, 2008). Kata kunci yang ditemukan disusun untuk dapat ditarik
suatu kesimpulan analisis. Proses sistematis juga berkaitan dengan bagaimana desain sebuah
penelitian ini dilakukan. Seperti contoh, variabel yang didapatkan berdasarkan dari sebuah
topik/kategori yang dipilih, kemudian variabel diturunkan didasarkan atas teori, dan
pengujian dilakukan didasarkan atas hipotesois awal.
3. Replikabel
Penelitian yang dilakukan menggunakan analisis isi harus repikable. Hasil analisis harus
dapat dulang dengan temuan yang juga sama, sepanjang seorang peneliti menggunakan
teknik yang sama. Hal ini juga berkaitan dengan syarat objektifitas, yakni harus reliabel,
Menurut Neundorf (2002), hasil analisis yang sama juga berlaku pada peneliti, waktu, dan
konteks yang berbeda.
4. Isi yang tampak
Analisis isi digunakan untuk menyelidiki isi yang tampak. Menurut Eriyanto (2011), hal
tersebut dikarenakan analisis isi berbeda dengan analisis lain, seperti framming analysis,
4
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
analisis wacana, naratif, dan lain sebagainya. Objektifitas sebuah analisis isi juga
menjadikan penelitian ini hanya mampu menilai isi yang tertulis secara tersurat pada tulisan.
5. Adanya perangkuman
Tujuan analisis isi adalah untuk menarik kesimpulan dari suatu tulisan. Perangkuman
yang dilakukan berupa karakteristik suatu tulisan. Hasil temuan dalam tahap coding
kemudian disusun untuk dilakukan perangkuman. Dalam penyusunan analisis isi, perlu
diperhatikan bahwa sifat penelitian ini adalah generik, bukan spesifik.
6. Generalisasi
Ciri terakhir yang harus diperhatikan seorang peneliti dalam melakukan analisis isi
adalah hasil temuan harus bersifat general. Hal ini penting dilakukan, seperti contoh jika
penelitian menggunakan sampel. Hasil penelitian harus memberikan gambaran umum dari
suatu objek yang diteliti, tidak menghasilkan temuan yang detail menjabarkan antar variabel.
2.2 Jenis Analisis Isi
Secara umum, analisis isi dapat dibagi menjadi 2 metode penelitian, yakni penelitian
bersifat kuantitatif dan bersifat kualitatif. Penelitian kuantitatif berkaitan dengan pengukuran
variabel untuk menguji sebuah hipotesis. Adapun dalam penelitian kualitatif, analisis isi
berkaitan dengan metode analisis yang digunakan. Adapun penjabaran masing masing jenis
analisis isi dapat dijelaskan seperti berikut ini:
1. Penelitian Kuantitatif
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, analisis isi menggunakan penelitian
kuantitatif berkaitan dengan pengukuran variabel. Definisi analisis kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang mengukur data bersifat kuantitatif dan berupa statistic untuk
menjawab suatu pertanyaan melalui pengukuran ilmiah. (Panji, 2011). Analisis isi melalui
penelitian kuantitatif dapat memberikan gambaran umum dari suatu masalah yang diteliti.
Analisis isi kuantitatif bertujuan agar penelitian yang dihasilkan dapat reliabel, valid, menilai
isi tampak, dan dapat ditiru oleh peneliti lain. (Kriayntono, 2006)
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dilakukan melalui rekonstruksi kondisi eksisting agar dipahami
maknanya, atau bisa disebut paradigma naturalistik-interpretatif (Crosswell & W, 1994)
Penelitian ini memerlukan waktu dan proses yang lama. Dalam melakukan analisis isi
menggunakan penelitian kualitatif, tahapan awal yang harus digunakan adalah penentuan
tujuan analisis, menentukan sasaran analisis, serta melakukan kegiatan analisis. Bentuk
5
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
klasifikasi analisis isi menggunakan penelitian kualitatif ada beragam, antara lain adalah
sebagai berikut (Krippendorff, 1991) :
a. Analisis Isi Pragmatis. Klasifikasi tanda menurut sebab akibat
b. Analisis Isi Semantik; klasifikasi tanda menurut maknanya.
c. Analisis Sarana Tanda; klasifikasi tanda menurut sifat fisik.
2.3 Pendekatan Analisis Isi
Dalam penyusunan analisis isi, desain penelitian yang dilakukan menjadi salah satu hal
penting yang harus dilakukan. Peneliti harus dapat merumuskan tipe pendekatan yang
hendak diteliti. Pendekatan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan penelitian yang
ditetapkan. Adapun skema pendekatan analisis isi dapat dijelaskan pada gambar 2,1 berikut
ini (Eriyanto, 2011):
6
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
dan hubungan sebab akibat,antar variabel, serta menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan terkait alasan perbedaan dalam sebuah parameter/variabel.
3. Analisis Isi Prediktif
Pendekatan analisis ini bertujuan untuk memprediksi hasil yang akan terjadi berdasarkan
temuan analisis isi. (Neuendorf, 2002). Dalam menggunakan analisis ini, seorang peneliti
perlu untuk melakukan beberapa teknik penelitian, seperti melakukan pengumpulan data
melalui survei, melakukan eksperimen, hingga menilai keterkaitan antar variabel. Dapat
dikatakan bahwa analisis ini merupakan penggabungan antara analisis deskriptif dan
eksplanatif, kemudian hasil analisis tersebut digunakan untuk melakukan prediksi.
2.4 Tahapan analisis isi
Dalam melakukan analisis ini, diperlukan proses tahapan secara sistematis agar hasil
temuan valid dan tidak bias. Secara umum, tahapan analisis terbagi menjadi 5 bagian,
meliputi proses penentuan desain penelitian, proses menentukan unit analisis dan sampling,
proses coding dan validitas alat ukur, melakukan pengukuran, mengukur reabilitas, dan
melakukan analisis data. Masing masing bagian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
7
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
8
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
9
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
Unit pencatatan meliputi fisik, sintesis, referensial, proporsional, dan tematik. Unit
pencatatan berkaitan denga isi yang akan didata dan dianalisis.
Unit fisik dilakukan pada fisik suatu objek yang akan diteliti, misal waktu, jarak dan
sebagainya. Satuan unit analisis harus diperhatikan, dan dapat mengukur objek fisik teks
keseluruhan. Peralatan yang digunakan juga harus reliabel, sehingga hasil pengukuran valid.
Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan bahasa. Unit sintaksis dicatat sesuai
dengan jenis teks. Dalam unit sintaksis, peneliti menghitung jumlah kata dan kalimat dalam
suatu tulisan. Unit referensial merupakan kelanjutan dari unit sintaksis. Jika unit sintaksis
hanya menghitung frekuensi suatu kata/kalimat, maka unit referensial menghitung
pemakaian dari kata atau kalimat. Kalimat/kata dihitung ketika ada perbedaan, Unit
proporsional menggunakan pernyataan dalam melakukan pencatatan. Peneliti akan
mengaitkan antara satu kalimat dengan yang lain. Peneliti harus memiliki tata bahasa yang
baik jika menggunakan unit analisis ini. Inti dari unit analisis ini adalah mengubah kalimat
menjadi proporsi baru, Jenis unit analisis terakhir adalah unit tematik. Unit ini menggunakan
pendekatan dengan memperhatikan topik dari sebuah tulisan. Peneliti menarik kesimpulan
dari suatu teks, dengan mengidentifikasi topik utama teks tersebut.
Tabel 2. 1 Perbedaan Unit Analisis
Unit Analisis Aspek yang dicatat Unsur dari Teks yang dilihat
Fisik Bagian fisik dari suatu teks Teks secara keseluruhan
Sintaksis Elemen bahasa dari teks Kata, kalimat, potongat ayat
Referensial Elemen bahasa yang mempunyai Kata, kalimat, ayat, potongan
referensi sama adegan
Proporsional Pernyataan dalam suatu teks Gabungan antar kalimat
Tematik Gagasan atau ide dari suatu teks Paragraf, babak, bab, surat, plot,
dll
Sumber: Eriyanto, (2011)
c. Unit Konteks
Unit konteks adalah bentuk intervensi peneliti dalam memberikan sentuhan dan
penilaian terhadap hasil pencatatan. Unit ini merupakan kelanjutan dari unit pencatatan. Unit
konteks merupakan kebijakan yang dilakukan peneliti. Peneliti bisa memberikan ilustrasi
menarik pada suatu analisis, sehingga mempermudah dalam memberikan pemahaman
kepada pembaca.
5. Training/pelatihan coder, pengujian validitas dan reliabilitas serta pelaksanaan
coding
Tahapan ini merupakan bagian dari coding dan validitas alat ukur. Dalam hal ini, peneliti
melakukan penyuluhan dasar kepada pengisi code. Peneliti kemudian menguji reliabilitas.
Hal ini ditujukan agar output analisis dapat reliabel. Peneliti kemudian melakukan
10
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
modifikasi terhadap lembar coding apabila reliabilitas belum memenuhi syarat. Coder yang
terlibat dalam analisis isi harus memiliki kemampuan kognitif yang diperlukan dan sesuai
dengan latar belakamg yang dimiliki. Dalam melakukan pelatihan terhadap coder, secara
umum dibagi menjadi beberapa fase. Fase pertama adalah melakukan kompilasi berbagai
macam pertanyaan yang ada, yang didasarkan dari pengetahuan umum penulis tentang
sesuatu subjek. Fase kedua adalah proses selektif terhadap satu set pertanyaan tersebut.
Masing bagian pertanyaan diseleksi dan dimodifikasi oleh beberapa pihak. Selanjitnya
adalah penerapan terhadap sampel materi yang akan dikodekan, melakukan penghapusan
beberapa dimensi pertanyaan. Fase keempat adalah penilaian kembali oleh penulis terhadap
beberapa dimensi pertanyaan yang dipilih. Fase terakhir adalah pengujian awal beberapa
bahan penelitian yang telah terseleksi. Tahap terakhir adalah proses penetapan kategori dan
dimensi pertanyaan yang telah terpilijh (Krappendorff, 2004). Setelah set pertanyaan
terpilih, maka dapat dilakukan coding.
Pengujian validitas data dapat dilakukan melalui sampling, semantic validity, functional
validity, correlative validity, dan predictive validity. Salah satu metode adalah menggunakan
sampling validity. Dalam alam menghitung jumlah validitas menggunakan sample, dapat
digunakan rumus sebagai berikut (Krappendorff, 2004):
𝜎 𝑛−𝑁
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 ≔ 1 − 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑟𝑜𝑟 = 1 − 𝑥√
√𝑁 𝑛−𝑁
Dimana:
𝜎 = Standar Deviasi
N= ukuran sampel.
11
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
12
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
Krippendorf. Adapun beberapa tipe reliability menurut Krippendorf (2004) dapat dijelaskan
oleh tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2. 2 Tipe Reliabilitas
Reliabilitas Desain Penyebab perbedaan Kekuatan
pendapat
Stability Test-Retest Inkonsistensi antar Weakest
observator
Reproducibility Test-Test Inkonsistensi antar Medium
observatory, perbedaan
pendapat antar observator
Accuracy Test Standart Inkonsistensi antar Strongest
observatory, perbedaan
pendapat antar
observatory, adanya
deviasi dari standart
Sumber: Krippendorf, (2004)
Stabilitas adalah sejauh mana suatu proses tidak berubah dari waktu ke waktu. Hal ini
mengukur sejauh mana pengkodean menghasilkan temuan yang sama pada percobaan
berulang. Desain data dalam kondisi Test retest; yakni satu pengamat membaca ulang,
mengkategorikan ulang, atau menganalisis ulang teks yang sama. Dalam melakukan coding,
terdapat potensi perbedaan pendapat antar pengamat.
Reproduksibilitas adalah sejauh mana suatu proses dapat direplkasi dengan analisis yang
berbeda dan bekerja dalam kondisi yang berbeda, di lokasi yang berbeda, atau menggunakan
instrument pengukuran yang berbeda namun secara fungsional setara.. Penyebab perbedaan
pendapat dalam menilai reliabilitas ini mungkin dikarenakan perbedaan interpretasi sebuah
rekaman yang diberikan oleh instruktor, Dibandingkan dengan stabilitas, ukuran keandalan
data dalam reabilitas ini lebih baik.
Akurasi adalah sejauh mana suatu proses sesuai dengan spesifikasinya dan menghasilkan
apa yang dirancang. Untuk menetapkan akurasi, analis harus mendapatkan data dalam
kondisi uji yang standar, yakni mereka harus membandingkan kierjanya satu atau lebih
dalam prosedur pembuatan data. Ketidaksepakatan yang diamati disebabkan karena ketidak
konsistenan antar observatory, perbedaan antar pengamat, dan adanya penyimpangan dari
standar yang ada. Akurasi adalah jenis tes terkuat unituk menilai reliabilitas.
7. Input dan Analisis data
Data hasil perhitungan reliabilitas kemudian data direkapitulasi sebagai dasar dalam
menentukan analisis. Analisis yang dipilih harus sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga
output yang dihasilkan dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Pendekatan analisis
dapat dilakukan melalui deskriptif, menguji keterkaitan antar variabel (eksplanatif), maupun
bersifat prediktif.
13
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Analisis isi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menyelidiki dan menarik
kesimpulan dari suatu tulisan. Teknik analisis ini bersifat fleksibel, dapat diterapkan baik
untuk penelitian yang bersifat kualitatif ataupun bersifat kuantitatif. Analisis ini sudah
berkembang sejak zaman romawi dan abad ke 18 di Swedia, Perkembangan analisis ini
begitu pesat pada awal abad ke 20 di Amerika. Analisis Isi saat ini digunakan oleh
multidisipliner ilmu sebagai salah satu teknik analisis untuk menyelidiki dan menarik
kesimpulan dari suatu konten
Ciri analisis isi adalah objektif,sistematis, replikabel mengandung isi yang tampak,
adanya perangkuman, dan generalisasi. Analisis isi dapat dilakukan melalui 3 pendekatan
penelitian, yakni deskriptif, eksplanatif, dan prediktif. Tahapan analisis isi secara umum
meliputi meliputi proses penentuan desain penelitian, proses menentukan unit analisis dan
sampling, proses coding dan validitas alat ukur, melakukan pengukuran, mengukur
reabilitas, dan melakukan analisis data. Hasil akhir analisis akan menjawab permasalahan
yang diteliti apabila semua tahapan isi dilakukan secara sistematis.
14
ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS)
Daftar Pustaka
Crosswell, & W, J. (1994). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Method.
Los Angeles: SAGE Publications.
Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan
Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Grup.
West, R. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Penerbut
Salemba Humanika.
15