id
Skripsi
Oleh :
Sholeh Wibawa
K 5404056
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Sholeh Wibawa
K 5404056
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, to user
M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Yang bisa kita lakukan sebagai manusia ialah mencoba dan tidak takut
untuk melangkah, karena tidak semua hal akan datang menghampiri
kita”
(Anonim)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Banyak hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat
bimbingan, petunjuk, bantuan, dan saran-saran yang bermanfaat dari berbagai
pihak sehingga tugas ini dapat selesai dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan
rasa syukur, hormat dan bahagia disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
mengkomunikasikan dengan pihak luar UNS.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
dalam rangka penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wakino, M.S, selaku Pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Geografi atas bimbingan dan bekal ilmu
yang telah diberikan selama belajar.
7. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Camat Gatak beserta jajarannya, Kepala Desa di Kecamtan Gatak dan
jajarannya, dan warga Kecamatan Gatak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Sahabatku Arief, Sukma, Habib, Eka, Linda, Prawita, dan seluruh anak
geografi angkatan 04, Thank’s for all. Terima kasih atas bantuan, motivasi
dan kerjasamanya selama ini.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan imbalan yang sepadan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya skripsi ini sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Amiin.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR PETA .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
1. Pemetaan ..................................................................................... 7
2. Kemiskinan ................................................................................. 12
3. Bantuan Langsung Tunai (BLT) ................................................. 20
4. Efektivitas Penyaluran BLT ........................................................ 23
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 24
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 29
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Contoh Simbol Piktoral, Geometrik, dan Huruf ............................ 11
Tabel 2. Penelitian yang Relevan. ............................................................... 26
Tabel 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 31
Tabel 4. Persebaran Sampel Penerima BLT di Kecamatan Gatak
Tahun 2008..................................................................................... 36
Tabel 5. Pembagian Luas Kecamatan Gatak .............................................. 42
Tabel 6. Penggunaan Lahan di Kecamamatan Gatak .................................. 47
Tabel 7. Jumlah dan Distribusi Penduduk di Kecamatan Gatak Tahun 2007 50
Tabel 8. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Gatak tahun 2007 ................ 51
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Gatak Tahun 2007 ....................................................... 54
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Gatak Tahun 2008 ......................................................................... 56
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Gatak Tahun 2007 ......................................................................... 59
Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Gatak Tahun 2007 ............. 63
Tabel 13. Jumlah Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008 ............. 66
Tabel 14. Perbandingan Jumlah KK dan Penerima BLT di Kecamatan
Gatak Tahun 2008 ......................................................................... 72
Tabel 15. Jenis lantai yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan Gatak
Tahun 2008 .................................................................................... 75
Tabel 16. Jenis Dinding yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan
Gatak Tahun 2008 ......................................................................... 76
Tabel 17. Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar Penerima BLT di
Kecamatan Gatak Tahun 2008 ...................................................... 77
Tabel 18. Sumber Penerangan Penerima BLT di Kecamatan Gatak
Tahun 2008..................................................................................... 78
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1. Persebaran Sampel Kecamatan Gatak Tahun 2008 ........................ 37
Peta 2 Administrasi Kecamatan Gatak ...................................................... 45
Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Gatak Tahun 2008 ........................ 49
Peta 4. Kepadatan Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2010 ..................... 53
Peta 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2008 ...... 57
Peta 6. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Gatak Tahun 2008 .......... 60
Peta 7. Persebaran Kepala Keluarga Kecamatan Gatak Tahun 2008 ......... 65
Peta 8. Persebaran Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ............. 67
Peta 9. Perbandingan Jumlah Kepala Keluarga dan Penerima BLT
Kecamatan Gatak Tahun 2008 ........................................................ 71
Peta 10. Persebaran Kelas Sosial Ekonomi Penerima BLT Kecamatan
Gatak Tahun 2008 ........................................................................... 91
Peta 11. Kelayakan Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ............. 95
Peta 12. Kesesuaian Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 ............. 96
Peta 13. Rekomendasi Pendataan Ulang Penduduk Miskin Kecamatan Gatak
Tahun 2008 ..................................................................................... 105
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran .............................................. 31
Gambar 2. Penggunaan Lahan Sawah di Kecamatan Gatak ........................... ..48
Gambar 3. Alur Pembuatan Peta Perbandingan Jumlah KK dan Penerima
BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008.............................................. 70
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Penerima bantuan BLT adalah rumah tangga sangat miskin, miskin, dan
hampir miskin. Dalam program BLT tahun 2008 kriteria rumah tangga miskin
yang digunakan untuk menentukan kebijakan bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS).
Kabupaten Sukoharjo termasuk ke dalam salah satu kabupaten yang
terbebani atas kenaikan harga bahan bakar minyak. Jumlah Rumah Tangga
Sasaran (RTS) di Kabupaten Sukoharjo terdapat 73.401 dari 3.157.816 yang
terdapat di Propinsi Jawa Tengah (www.kompensasi.info, 20 Oktober 2008).
Penyaluran BLT di Kabupaten Sukoharjo dilakukan secara bergilir sesuai jadwal
di 167 Balai Desa lokasi penyaluran BLT. Masing-masing warga menerima Rp.
100.000,00 setiap bulan.
Kecamatan Gatak merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sukoharjo
yang mempunyai luas 19,45 km2 dan dihuni oleh 44.220 jiwa dengan kepadatan
penduduk rata – rata 227 jiwa/km2. Di kecamatan ini terdapat 14 desa yaitu: Desa
Blimbing: Desa Geneng, Desa Jati, Desa Kagokan, Desa Klaseman, Desa Krajan,
Desa Luwang, Desa Mayang, Desa Sanggung, Desa Sraten, Desa Tempel, Desa
Trangsan, Desa Trosemi, dan Desa Wironanggan. Berdasarkan pada data
penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 jumlah penerima BLT terdapat
3.927 KK. Jumlah ini cukup besar bila dibanding dengan kecamatan-kecamatan
lain yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini menandakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
di Kecamatan Gatak masih banyak rumah tangga yang termasuk dalam rumah
tangga hampir miskin, miskin, dan sangat miskin.
Data RTS BLT tahun 2008 di Kecamatan Gatak hanya tersedia dalam
bentuk tabel. Data dalam bentuk tabel cukup mudah dibaca akan tetapi data itu
mempunyai kelemahan yaitu data tersebut tidak bisa memberikan gambaran
mengenai distribusi spasial. Alat bantu yang baik untuk mengetahui distribusi
spasial adalah peta. Dari peta dapat diketahui persebaran RTS BLT yang ada di
Kecamatan Gatak sehingga informasi yang ditampilkan lebih jelas dan lebih
mudah dipahami.
Penerima BLT yang ada di Kecamatan Gatak adalah keluarga yang sangat
miskin, miskin dan hampir miskin. Keluarga sangat miskin, miskin, dan hampir
miskin diketahui dari karakteristik sosial ekonomi keluarga tersebut. Dalam
penyaluran BLT karakteristik yang menjadi tolak ukur dalam menentukan status
ekonomi masyarakat adalah karakteristik yang tercantum dalam Pedoman
Pelaksanaan Lapangan KSK / PKSK / dan PCL yang terdiri dari 14 kriteria.
Semua kriteria tersebut perlu diteliti apakah sesuai dengan penerima BLT
di Kecamatan Gatak. Karena setiap kriteria dalam Pedoman Pelaksanaan
Lapangan KSK / PKSK / dan PCL mempunyai nilai dalam menentukan status
ekonomi rumah tangga sasaran BLT. Setelah dilakukan penelitian mengenai
karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak maka akan dapat diketahui
efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008.
Efektivitas penyaluran BLT yang dimaksud adalah apakah penyaluran
BLT sesuai dengan sasaran BLT yaitu keluarga yang sangat miskin, miskin dan
sangat miskin. Efektivitas penyaluran BLT perlu diteliti untuk mengetahui apakah
penyaluran BLT di Kecamatan Gatak sudah sesuai dengan sasaran BLT dan dapat
menjadi alat banding untuk program-program kompensasi pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan, sehingga program-program pengentasan pemerintah
dapat sesuai dengan tujuan dan tepat sasaran.
Sesuai permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai persebaran penerima BLT, karakteristik penerima
BLT dan efektivitas penyaluran commit
BLT ditoKecamatan
user Gatak tahun 2008 dengan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau
tulisan-tulisan tentang informasi persebaran penerima BLT dalam bentuk peta,
sehingga dapat digunakan sebagai studi keruangan tentang program
commit to user
pengentasan kemiskinan, khususnya di Kecamatan Gatak.
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemetaan
Peta menurut ICA (1973) dalam Sinaga (1999: 5) adalah suatu representasi
atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di
permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-
benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil atau diskalakan. Sedangkan menurut Subagio (1996:12) peta adalah
gambaran sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang disajikan dalam
skala tertentu.
Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah
pengetahuan dan pemahaman geografi bagi pengguna peta. Dalam perencanaan
pembangunan hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut
memulai. Hal ini sesuai dengan fungsi peta dalam perencanaan suatu kegiatan
seperti yang dikemukakan oleh Sinaga (1999: 7) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu
daerah.
2. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang
dilakukan.
3. Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan.
4. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
a. Jenis-Jenis Peta
Berdasarkan sumber datanya peta dikelompokkan ke dalam dua golongan
(Subagio, 1996: 2), yaitu :
1. Peta induk.
Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan dan
dilakukan secara sistematis. Peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan
dalam pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometris.
2. Peta Turunan
Peta turunan adalah peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada,
sehingga survei langsung ke lapangan tidak diperlukan.
Berdasarkan jenis data yang disajikan, peta dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu:
1. Peta topografi,
Peta topografi merupakan gambaran sebagian kecil permukaan bumi di atas
bidang datar atau bidang yang didatarkan yang dibuat dalam skala tertentu
serta dilakukan dengan metode tertentu pula. Karena banyaknya data topografi
yang dapat disajikan di atas suatu peta, maka perlu dilakukan pemilihan data
yang akan disajikan sehingga kerumitan isi peta dapat dihindari. Dalam
pemilihan data tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti: skala
peta yang akan dibuat, sumber data pemetaan, serta jenis data yang akan
disajikan.
2. Peta tematik,
Peta Tematik adalah peta yang hanya menyajikan data atau informasi dari
suatu konsep atau tema tertentu saja baik itu berupa data kualitatif maupun
data kuantitatif, dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik,
terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut. Yang dimaksud dengan data
kualitatif adalah data yang menyajikan unsur-unsur topografi berupa gambar
atau keterangan seperti jalan, sungai, perumahan, nama daerah, dan lain
sebagainya. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang menyajikan unsur-
commitbesaran
unsur topografi yang menyatakan to user tertentu, seperti ketinggian titik,
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
b. Skala Peta
Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta, globe, model relatif
atau penampang melintang dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi.
(Prihandito,1989: 9).
Sedangkan menurut Sinaga (1999:9) skala peta adalah perbandingan jarak
antara dua titik di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu di permukaan bumi
(dengan satuan yang sama). Jenis-jenis skala peta sebagai berikut:
1. Skala angka / skala pecahan,
Skala angka / skala pecahan adalah skala yang dinyatakan dengan angka atau
pecahan secara langsung sesuai besaran skala.
Contoh:
Skala angka (Numeric scale) = 1: 50000
Skala pecahan (Representative fraction) = 1/50000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
2. Skala verbal
Skala verbal adalah skala yang dinyatakan dengan menggunakan kalimat.
Contoh:
1 inchi to one miles (skala verbal) = 1: 63660 (skala numerik)
1 inchi to two miles (skala verbal) = 1: 126720 (skala numerik)
3. Skala grafis
Skala grafis adalah suatu bentuk penyajian skala peta di atas garis lurus yang
mempunyai panjang tertentu, dan pada sisi garis yang satu dituliskan panjang
garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada sisi yang lain dituliskan
panjang garis tersebut di lapangan (dalam satuan km), sehingga kedua panjang
garis tersebut mempunyai perbandingan skala.
Contoh:
0 1 2 3 km
= 1: 50000 (skala numerik)
0 1 2 3 4 5 6 cm
c. Simbol-Simbol Peta
Peta adalah suatu media komunikasi grafis, berarti informasi yang
diberikan dalam peta berupa gambar atau simbol. Dengan demikian simbol dalam
peta memegang peranan yang sangat penting. Dalam peta-peta khusus atau
tematik, simbol merupakan suatu informasi utama untuk menunjukkan tema suatu
peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan suatu gambar atau tanda yang
mempunyai makna atau arti. (Sinaga, 1999: 26)
Menurut bentuknya, simbol dibedakan menjadi:
1. Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk menyatakan lokasi atau bentuk unsur-unsur lain
yang erat hubungannya dengan skala peta. Besarnya simbol titik dari mulai
yang kecil yang dibutuhkan untuk menunjukkan letak sebuah titik sampai
pada sebuah simbol yang dengan sengaja dibesarkan untuk menggambarkan
sebuah nilai atau ukuran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
2. Simbol garis
Simbol garis digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis
seperti sungai, jalan, batas administrasi, garis pantai dan lain sebagainya.
3. Simbol luas
Simbol luas atau ruang, digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang
berbentuk luas seperti areal permukiman, danau, daerah administrasi dan lain
sebagainya.
h
Rumah makan
Rm
Rumah makan
Rumah makan
X
Titik
P
Pompa bensin
Pompa bensin
Pompa bensin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Bandara
V
Bandara
B
Bandara
bb
Jalan Batas kabupaten
bbb bbb
bbbb
Garis
Sawah
Sawah Sawah
Bidang
Perkebunan
Perkebunan Perkebunan
2. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh
manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu
sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek
kehidupan manusia walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya bagi manusia
commit to
yang bersangkutan. Kemiskinan menurut user
Rais (1995: 9) adalah kondisi depresiasi
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
sandang yang sewajarnya dan pangan yang sederhana tetapi mencukupi dan
memadai.
sehingga akan terjadi yang disebut dengan shared poverty atau pembagian
kemiskinan. Di samping itu tekanan kebutuhan sehari-hari yang terus menerus
meningkat dan harga produksi pertanian yang tidak menentu menyebabkan
banyak warga desa sedikit demi sedikit terpaksa menjual lahannya untuk
menyambung hidup.
Kedua, nilai tukar hasil produksi warga pedesaan khususnya sektor
pertanian yang semakin jauh tertinggal dengan hasil produksi lainnya termasuk
kebutuhan sehari-hari warga.
Ketiga, karena lemahnya posisi masyarakat desa khususnya petani dalam
rantai perdagangan. Biasanya pihak yang dominan menentukan harga adalah pada
pedagang atau tengkulak. Mungkin saja pada saat tertentu harga jual produk
pertanian tertentu naik. Tetapi karena sudah terjerat sistem ijon atau karena lemah
posisi harga barang maka acap kali tetap harus menanggung kerugian karena
harga beli ditekan serendah-rendahnya.
Keempat, karena faktor karakter struktur sosial masyarakat pedesaan yang
terpolarisasi, warga elit desa yang secara ekonomi mapan dan memiliki akses
terhadap kekuasaan dengan mudah dapat mengambil keuntungan dari paket-paket
inovasi yang masuk. Sementara, warga desa kebanyakan yang kurang
berpendidikan dan miskin harus puas hanya sebagai penonton.
Menurut Sayogyo dalam Suyanto, (1995:5) ada tiga tipe orang miskin,
yaitu miskin (poor), sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest).
Penggolongan ini berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam
setiap tahun.
Orang miskin (poor) adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan
dalam beras yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut dianggap cukup
memenuhi kebutuhan makan minimum (1900 kalori/orang/hari dan 40 gr
protein/orang/hari).
Orang sangat miskin (very poor) berpenghasilan antara 240 kg – 320 kg
beras/orang/tahun.
Orang termiskin (poorest) berpenghasilan berkisar antara 180 kg – 240 kg
commit to user
beras/orang/tahun.
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
d. Dimensi Kemiskinan
Dimensi kemiskinan menurut Ellis G.P.R. dalam Rais (1995: 31) terdiri
dari:
1. Ekonomi
Dimensi yang paling jelas dalam kemiskinan adalah dari segi ekonomi,
dimensi ini menjelma dalam segala kebutuhan ekonomi dan dapat dihitung
dalam rupiah meskipun harganya akan selalu berubah setiap tahunnya
tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri.
2. Sosial budaya
Dimensi kemiskinan adalah sosial dan budaya. Lapisan yang secara ekonomis
miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang disebut budaya
kemiskinan demi kelangsungan hidup. Budaya kemiskinan dapat diketahui
dari ketidak-berdayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Penduduk miskin
Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan untuk memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang per hari plus
kebutuhan dasar non-makanan, atau setara dengan Rp. 120.000,00 per
orang per bulan.
Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi
makanan hanya mencapai antara 1900 sampai 2100 kalori per orang per
hari plus kebutuhan dasar non-makanan, atau setara Rp. 150.000,00 per
orang per bulan.
Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai antara 2100 sampai 2300 kalori plus
kebutuhan dasar non-makanan atau setara Rp. 175.000,00 per orang per
bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air
hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak
tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu
9. Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5
Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD /
hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal
Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit / non kredit), emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Metode
No Penulis Judul Tujuan Hasil Penelitian
Penelitian
1 Yuni Pemetaan 1. Mengetahui persebaran Deskriptif 1. Persebaran keluarga miskin tersebar merata setiap
Sulistyawati Penerima keluarga miskin di Kualitatif desa dengan jumlah 5.972 keluarga atau 37,31% dari
RASKIN ( Kecamatan Todanan jumlah keseluruhan keluarga miskin di Kecamatan
Beras Untuk Kabupaten Blora tahun Todanan Kabupaten Blora.
Keluarga 2005. 2. Persebaran penerima RASKIN merata di setiap desa.
Miskin ) Di 2. Mengetahui persebaran Persebaran penerima RASKIN yang masuk dalam
Kecamatan penerima RASKIN di kelas sangat tinggi terdapat di Desa Todanan, Desa
Todanan Kecamatan Todanan Ngumbul, Desa Ketileng, Desa Pelem Sengir, dan
Kabupaten Kabupaten Blora tahun Desa Bedingin. Sedangkan yang masuk dalam
Blora Tahun 2005. kategori sangat rendah adalah Desa Ledok, Desa
2005 3. Mengetahui efektivitas Gondorio, Desa Wukirsari, dan Desa Prigi.
penyaluran Raskin di 3. Efektivitas penyaluran RASKIN di Kecamatan
Kecamatan Todanan Todanan Kabupaten Blora belum efektif.
Kabupaten Blora tahun
2005.
26
26
27
2 Tri Anggoro Analisis 1. Untuk mengetahui kondisi Area Secara individu variabel pendidikan berpengaruh
Kemanfaatan karakteristik sosial Probability terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat signifikansi
Bantuan ekonomi RTM penerima Sampling 10% dengan nilai probabilitas sebesar 0,0520, sedangkan
Langsung BLT bila dilihat dari segi dan diolah variabel jumlah keluarga secara individu berpengaruh
Tunai (BLT) pendidikan, jumlah dengan terhadap kemanfaatan BLT pada tingkat signifikansi 1%
Bagi Rumah keluarga, pemanfaat BLT, metode dengan nilai probabilitas sebesar 0,0067. berdasarkan
Tangga Miskin durasi penggunaan dana Binary oods ratio, untuk variabel pendidikan, perbedaan
(RTM) Tahun BLT, dan pemanfaatan Logit probabilitas kepala rumah tangga yang berpendidikan
2005-2006 dana BLT. lebih rendah dalam menjelaskan adanya kemanfaatan
2. Untuk mengetahui BLT sebesar 1,27 kali dari probabilitas adanya
pengaruh pendidikan dan kemanfaatan BLT bagi kepala rumah tangga dengan
jumlah keluarga terhadap pendidikan yang tinggi. Sedangkan untuk variabel
kemanfaatan BLT bagi jumlah keluarga, perbedaan probabilitas rumah tangga
RTM. yang jumlah anggota keluarganya lebih sedikit dalam
3. Untuk mengetahui berapa menjelaskan adanya kemanfaatan BLT adalah 1,37 kali
besar tingkat perbedaan dari probabilitas adanya BLT bagi rumah tangga yang
antara tingkat pendidikan mempunyai anggota keluarga yang lebih banyak.
yang lebih rendah, jumlah
keluarga yang lebih sedikit
dan jumlah keluarga yang
lebih banyak terhadap
27
28
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
C. Kerangka Pemikiran
29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan
Kenaikan Masyarakat Kemiskinan
Harga BBM Meningkat
Sulit Dijangkau
Jumlah
Kepala Keluarga Program BLT
Persebaran
Persebaran Penerima BLT
Penerima BLT
Kepala Keluarga tahun 2008
Tahun 2008
Karakteristik
Penerima BLT
Perbandingan
Penerima BLT dan
Tidak Menerima BLT
Tingkat
Sosial Ekonomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo yang
terdiri dari 14 desa yaitu: Desa Blimbing, Desa Geneng, Desa Jati,
Desa Kagokan, Desa Klaseman, Desa Krajan, Desa Luwang, Desa Mayang,
Desa Sanggung, Desa Sraten, Desa Tempel, Desa Trangsan, Desa Trosemi, dan
Desa Wironanggan.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu lima belas bulan diawali
dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian, mulai dari bulan
September 2008 sampai bulan November 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Bulan ke
Tahap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyusunan
Proposal
Penelitian
Penyusunan
Intrumen
Penelitian
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Penulisan
Laporan
Penelitian
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Metode penelitian geografi adalah tata cara kerja yang sistematis untuk
memahami obyek penelitian geografi dengan menggunakan alat dan melalui
prosedur ilmiah geografi, agar tujuan penelitian dapat tercapai.
Untuk mengetahui persebaran penerima BLT di Kecamatan Gatak, maka
dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif geografis yaitu menjelaskan
secara spasial persebaran penerima BLT tahun 2008 di Kecamatan Gatak. Strategi
penelitian yang digunakan adalah analisis peta dan analisis tabel dari data primer,
dan sekunder.
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara kemudian disusun
kedalam tabel. Data sekunder berbentuk tabel dan dokumentasi yang diperoleh
dari instansi yang terkait dalam pelaksanaan program BLT. Setelah analisis data
primer dan data sekunder analisis peta dilakukan untuk mengkaji persebaran
penerima BLT.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer diperoleh dari wawancara dan observasi tahap pertama
dilakukan kepada penerima BLT di 14 desa di Kecamatan Gatak dan wawancara
tahap kedua dilakukan kepada penerima BLT di 3 desa. Responden pada tahap
kedua adalah keluarga yang sama dengan wawancara dan observasi tahap
pertama. Pedoman wawancara disusun dengan menggunakan kuesioner (daftar
pertanyaan) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Data primer yang diperoleh dari wawancara tahap pertama adalah:
1. Identitas responden yang berupa nama dan alamat.
2. Luas lantai bangunan tempat tinggal.
3. Fasilitas buang air besar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
b. Observasi
Data primer yang diperoleh dari observasi adalah:
1. Jenis lantai bangunan tempat.
2. Jenis dinding tempat tinggal.
3. Sumber penerangan rumah tangga.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa se-Kecamatan Gatak, Kantor
Kecamatan Gatak, Kantor BPS Sukoharjo. Data tersebut adalah:
a. Kantor Desa se-Kecamatan Gatak. Data yang diperoleh adalah:
1. Data penerima BLT se-Kecamatan Gatak tahun 2008.
commit to user
2. Monografi Desa tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penerima BLT di Kecamatan Gatak
tahun 2008. Jumlah populasi adalah 3.927 KK yang tersebar di 14 desa.
2. Sampel
Sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu sampel yang pertama digunakan
untuk mengetahui karakteristik penerima BLT dan sampel yang kedua digunakan
untuk menentukan efektivitas penyaluran BLT.
Untuk mengetahui karakteristik penerima BLT sampel diambil dari 14
desa di Kecamatan Gatak sebanyak 161 orang penerima BLT. sedangkan untuk
mengetahui efektivitas penyaluran BLT sampel diambil dari 3 desa yaitu Desa
Mayang sebanyak 11 orang, Desa Klaseman sebanyak 13 orang, dan Desa Jati
sebanyak 11 orang (sampel adalah orang atau anggota keluarga yang sama dengan
sampel yang pertama). Jumlah tersebut diambil dengan pertimbangan karakteristik
penduduk di Kecamatan Gatak homogen dan data yang diperoleh sudah cukup
lengkap.
Jumlah dan nama responden dapat dilihat pada Lampiran 7 sedangkan
hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari Lampiran 7 dan Lampiran 9
persebaran sampel pada setiap desa disusun dan disederhanakan menjadi Tabel 4
seperti berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
3. Teknik Sampling
Sampling diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi
penerima BLT dan efektivitas penyaluran BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008.
Data yang diperoleh adalah data karakteristik sosial ekonomi penerima BLT.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling menurut Narbuko dan Achmadi (2001: 116)
merupakan suatu teknik yang berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
yang spesifik yang dilihat dalam populasi. Sedangkan menurut Sutopo (2002: 36)
pemilihan sampel berdasarkan teknik ini adalah diarahkan pada sumber data yang
dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang diteliti.
Ciri-ciri purposive sampling menurut Moleong (2004: 224) adalah sampel
tidak dapat ditarik terlebih dahulu, pemilihan sampel secara berurutan,
penyesuaian berkelanjutan dari sampel, dan pemilihan sampel berakhir jika sudah
terjadi pengulangan.
Sesuai dengan pengertian dan ciri-ciri purposive sampling diatas maka
sampel dalam penelitian adalah penerima BLT dari 14 desa di Kecamatan Gatak.
Pengambilan sampel berdasarkan jumlah penerima BLT dengan satuan Rt di
setiap desa. Dalam 1 desa dibagi menjadi Rt yang paling rendah, sedang, dan
paling tinggi penerima BLT-nya. Apabila informasi yang diperoleh belum cukup
maka sampel diambil dari Rt lain sehingga informasi yang diperoleh cukup.
1. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi
di lapangan. Dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk melihat secara
langsung kondisi sosial ekonomi RTS penerima BLT di Kecamatan Gatak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
2. Wawancara
Wawancara menurut Holland dan Ramazanoglu dalam Blaxter (1996: 153)
adalah suatu kegiatan percakapan antara 2 orang atau lebih. Peristiwa ini
merupakan peristiwa sosial yang mampu menimbulkan interaksi. Metode
wawancara diantaranya dengan cara bertanya dan mendiskusikan suatu isu
penting dengan orang lain. Hal ini dapat menjadi suatu teknik yang sangat penting
dan sangat berguna ketika data tidak dapat diperoleh secara lengkap dengan
metode observasi.
Wawancara dilakukan sebanyak 2 kali kepada penerima BLT di
Kecamatan Gatak Tahun 2008. Wawancara yang pertama dilakukan untuk
mengetahui karakteristik penerima BLT. Sampel yang digunakan sebanyak 161
responden dari 14 desa di Kecamatan Gatak. Wawancara yang kedua dilakukan
untuk mengetahui efektivitas penyaluran BLT. Sampel yang digunakan sebanyak
35 responden dari 3 desa. Responden pada wawancara kedua adalah responden
yang sama (keluarga yang sama) dengan wawancara pertama.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam wawancara dilakukan sesuai
dengan pedoman yang telah disusun sebelumnya. Hal ini bertujuan agar
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan penelitian. Dari kegiatan ini
diperoleh informasi tentang karakteristik sosial ekonomi penerima BLT
berdasarkan kriteria penerima BLT dan kecukupan jumlah kalori untuk setiap
anggota keluarga.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sutopo (2002: 71) digunakan untuk memperjelas
deskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti, sehingga data nyata di
lapangan akan lebih jelas untuk diamati dan disaksikan kebenarannya.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data dari instansi
terkait yang berupa data jumlah RTS penerima BLT, data jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, jumlah KK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis peta dan teknik analisis tabel. Analisis peta dengan cara
mengklasifikasikan data sesuai sifat datanya agar dapat diketahui data mana yang
perlu dipetakan. Overlay peta juga dilakukan untuk mendapat peta baru yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan analisis tabel dengan cara
mentabulasikan data primer dan sekunder ke dalam tabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan paling awal sebelum penelitian. Dalam
tahap ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang berhubungan
dengan daerah penelitian ataupun masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan
melakukan studi pustaka untuk berbagai literatur, laporan, majalah,dan berbagai
buku.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dilakukan untuk
memberikan informasi awal dan gambaran mengenai keadaan di lapangan. Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
5. Analisis Data
Tahap analisis data adalah kegiatan menganalisis data dan
mengorganisasikan data yang diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif geografis, analisis dilakukan setelah data diperoleh
melalui Observasi dan Wawancara dan didukung dengan data dari instansi terkait
terkumpul.
Data Penerima BLT tahun 2008 dari desa se-Kecamatan Gatak diolah
menjadi Peta Persebaran Penerima BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008. Data hasil
observasi dan wawancara diolah menjadi Peta Kelas Sosial Ekonomi Penerima
BLT Kecamatan Gatak Tahun 2008 dan Peta Kelayakan Penerima BLT di
Kecamatan Gatak Tahun 2008. Dari Peta Kelayakan Penerima BLT di Kecamatan
Gatak Tahun 2008 kemudian diolah lagi menjadi Peta Kesesuaian Penerima BLT
Kecamatan Gatak tahun 2008. Dari peta ini diketahui tingkat kesesuaian
peneriam BLT dengan kriteria Penerima BLT.
Efektivitas penerima BLT Kecamatan Gatak tahun 2008 diketahui dengan
cara membandingkan antara indikator kelas sosial ekonomi berdasarkan kriteria
penerima BLT dan kecukupan jumlah kalori untuk setiap anggota keluarga per
hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Letak
a. Letak Astronomis
Secara Astronomis Kecamatan Gatak berdasarkan Peta Rupa Bumi
Indonesia lembar 1408-334 Kartasura dan lembar 1408-343 Surakarta Skala
1 : 25.000 tahun 2001 terletak antara 07o 34’ 02” LS – 07o 37’ 8” LS dan
110o 42’ 9” BT – 110o 46’ 21” BT atau dalam koordinat UTM terletak pada
9157840 mU – 9163560 mU dan 467200 mT – 474920 mT.
b. Letak Administratif
Kecamatan Gatak secara administratif termasuk dalam Kabupaten
Sukoharjo, yang terletak 24 Km dari ibukota Kabupaten Sukoharjo. Batas-batas
Kecamatan Gatak adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur : Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten
Sebelah Barat : Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali
Untuk lebih jelasnya, luas administrasi Kecamatan Gatak dapat dilihat
pada Peta 2.
2. Luas
Luas Kecamatan Gatak tercatat 19,47 km2 yang terbagi kedalam 14 desa.
Desa Trangsan merupakan desa terluas yaitu 2,49 km2 sedangkan desa yang
mempunyai luas terkecil adalah Desa Klaseman dengan luas 0,91 km2. Adapun
luas dari 14 desa yang tersebar di Kecamatan Gatak dapat dilihat pada Tabel 5.
commit to user
44
45
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
Luas Wilayah
No Nama Desa
2
km (%)
1 Sanggung 0,96 4,91
2 Kagokan 0,96 4,91
3 Blimbing 2,29 11,75
4 Krajan 1,91 9,83
5 Geneng 1,43 7,33
6 Jati 1,15 5,91
7 Trosemi 1,24 6,39
8 Luwang 1,28 6,58
9 Klaseman 0,91 4,68
10 Tempel 1,02 5,26
11 Sraten 0,96 4,94
12 Wironanggan 1,26 6,49
13 Trangsan 2,49 12,78
14 Mayang 1,61 8,24
Jumlah 19,47 100,00
Sumber : Kecamatan Gatak Dalam Angka tahun 2007
Desa Trangsan merupakan desa yang mempunyai luas terbesar yaitu 2,49
km2 kemudian Desa Blimbing menempati urutan kedua dengan luas 2,29 km2.
Sedangkan desa yang paling kecil adalah Desa Klaseman dengan luas 0., 91 km2.
3. Penggunaan Lahan
commit to user
49
Peta 2
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
4. Keadaan Penduduk
laki-laki dan 3.307 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan desa yang paling
sedikit penduduknya adalah Desa Klaseman yaitu 1.772 jiwa yang terdiri dari
865 jiwa penduduk laki-laki dan 907 jiwa penduduk perempuan.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan luas yang
dimiliki desa/kelurahan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Gatak adalah 2.449
jiwa/km2 yang tersebar di 14 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 8.
commit to user
Sumber : Survei tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
i = Kelas Interval
Diketahui :
Batas Atas = 13.646
Batas bawah = 822
Jumlah Kelas =5
Kelas interval adalah:
Peta 3
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
c. Komposisi Penduduk
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan
Gatak Tahun 2007
Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin di Kecamatan Gatak, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini ;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gatak Tahun 2008
Belum
No Nama Desa TK SD SMP SMA AKADEMI PT Lain - Lain Jumlah
Sekolah
1 Sanggung 209 158 760 544 527 15 6 45 2.264
2 Kagokan 163 45 416 473 375 33 22 287 1.814
3 Blimbing 448 1.385 1.272 672 891 38 100 408 5.214
4 Krajan 386 463 1.048 745 858 15 13 1.343 4.871
5 Geneng 412 270 761 757 735 31 25 386 3.377
6 Jati 207 87 609 308 280 26 14 1.006 2.537
7 Trosemi 251 82 117 869 756 21 36 464 2.596
8 Luwang 374 74 209 850 445 42 78 1.482 3.554
9 Klaseman 156 42 672 490 321 45 30 16 1.772
10 Tempel 113 168 326 268 822 85 35 - 1.817
11 Sraten 198 84 553 520 707 235 130 753 3.180
12 Wironanggan 355 216 1.052 1.180 358 69 41 866 4.137
13 Trangsan 1.167 336 1.070 1.440 1.483 93 66 889 6.544
14 Mayang 328 182 897 1.076 1.253 28 31 222 4.017
Jumlah 4.767 3.592 9.762 10.192 9.811 776 627 8.167 47.694
Sumber : Monografi Desa se-Kecamatan Gatak Tahun 2008
51
57
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Gatak Tahun 2007
Pensiun Buruh
Karyaw Petani Buruh Wira- Buruh Pertu-
No Nama Desa PNS TNI an / Dagang Banguna Pengang- Jumlah
an Sendiri Tani swasta Industri kangan
Purnawi n kutan
Swasta
rawan
1 Sanggung 35 6 12 155 16 25 17 20 0 19 20 11 336
2 Kagokan 43 4 44 233 192 118 75 5 107 34 0 0 855
3 Blimbing 172 31 33 312 269 119 64 85 31 35 37 25 1,213
4 Krajan 76 11 37 185 210 274 1314 243 120 207 8 164 2,849
5 Geneng 34 4 7 131 195 92 48 27 95 105 18 58 814
6 Jati 30 5 12 52 185 201 56 49 15 35 2 13 655
7 Trosemi 57 26 13 213 241 291 40 57 213 145 5 59 1,360
8 Luwang 113 15 68 550 214 103 105 52 625 381 6 25 2,257
9 Klaseman 79 8 37 78 208 370 32 11 202 86 6 41 1,158
10 Tempel 74 4 14 55 183 312 23 55 67 25 2 25 839
11 Sraten 112 21 65 101 140 270 97 18 75 57 25 29 1,010
12 Wironanggan 108 35 45 77 280 347 31 29 96 250 7 20 1,325
13 Trangsan 127 18 38 650 356 564 74 25 150 250 85 125 2,462
14 Mayang 31 33 11 1057 203 250 0 7 124 773 0 204 2,693
54
Jumlah 1,091 221 436 3,849 2,892 3,336 1,976 683 1,920 2,402 221 799 19,826
orang tua dengan harga jual yang rendah karena di daerah pedesaan. Sebagian
bangunan biasanya ditempati oleh beberapa KK.
Keluarga penerima BLT adalah keluarga yang terdaftar dalam pendataan
pada tahun 2005 yang telah dimutakhirkan oleh BPS dan di verifikasi oleh PT Pos
Indonesia. Jumlah penerima BLT di Kecamatan Gatak pada tahun 2008 adalah
3.927 KK. Jumlah ini sama dengan jumlah penerima BLT pada tahun 2005.
Menurut pamong desa dan BPS Sukoharjo, penerima BLT pada tahun
2005 dan 2008 sama karena tidak ada pendataan lagi untuk penyaluran BLT tahun
2008 sehingga penduduk yang pindah alamat dan meninggal dunia ada yang
menerima BLT. Untuk penduduk yang meninggal dunia BLT diberikan kepada
ahli warisnya. Data yang tidak tidak diperbarui selama kurun waktu 3 tahun dapat
menyebabkan tingkat efektivitas penyaluran BLT menurun karena terdapat
perubahan status ekonomi dan jumlah penduduk. Perubahan tersebut sangat
berpengaruh pada jumlah penduduk miskin.
Satuan penerima BLT adalah kepala keluarga (KK), oleh sebab itu
sebelum membahas persebaran penerima BLT akan dibahas persebaran KK di
Kecamatan Gatak. KK adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau
janda/duda yang menjadi kepala (bertanggungjawab) terhadap keluarga. Anggota
keluarga terdiri dari istri/suami dan anak-anak. Untuk mengetahui persebaran
kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.
Dari Tabel 12 dapat diketahui jumlah KK di Kecamatan Gatak terdapat
12.898 KK. Jumlah KK terbanyak terdapat di Desa Trangsan yaitu 1.909 KK
(14,80 %). Sedangkan jumlah kepala keluarga terendah terdapat di Desa
Klaseman yaitu 440 KK (3,41 %).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
i = Kelas Interval
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
Diketahui :
Batas Atas = 1.909
Batas bawah = 440
Jumlah Kelas =5
Kelas interval adalah:
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa penerima BLT tertinggi adalah Desa
Trangsan yaitu sebesar 458 KK. Sedangkan penerima BLT terendah adalah Desa
Mayang. Jumlah penerima BLTcommit
pada to
setiap
user desa mencerminkan banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
jumlah KK miskin yang ada di desa tersebut. Jumlah KK miskin di setiap desa
tidak dapat hitung berdasarkan luas desa tetapi berdasarkan kelas sosial ekonomi
KK.
Jumlah penerima BLT di Kecamatan Gatak pada setiap desa sangat
bervariasi. Data harus dibagi dalam 5 kelas untuk penentuan klasifikasi jumlah
penerima BLT, dalam menentukan ukuran kelas interval jumlah penerima BLT
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
i = Kelas Interval
Diketahui :
Batas Atas = 458
Batas bawah = 151
Jumlah Kelas =5
Kelas interval adalah:
Overlay
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
Luas Bangunan
Luas Lantai Setiap ART
Jumlah ART
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
Jenis lantai bangunan rumah yang sesuai dengan kriteria RTS layak BLT
yaitu jenis lantai bangunan yang sebagian besar terbuat dari tanah, bambu atau
kayu murahan ( kelas rendah). Dari 161 responden, terdapat 21 responden yang
memiliki bangunan dengan jenis lantai kelas rendah, untuk kelas sedang terdapat
139 bangunan dan 1 bangunan dengan kualitas atau kelas lantai tinggi.
Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian besar bangunan lantainya
terbuat dari semen atau ubin. Semen atau ubin yang digunakan adalah ubin
dengan kualitas rendah dengan campuran semen yang sangat sedikit sehingga
lantainya sangat lembab dan terkadang basah saat musim penghujan. Di Desa
Geneng dan Krajan masih terdapat bangunan rumah yang lantainya terbuat dari
tanah.
c. Jenis Dinding
Jenis dinding yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mayoritas jenis
dinding yang digunakan oleh penerima BLT. Jenis dinding tersebut
dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu;
Kelas rendah apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan
tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, atau
tembok tanpa plester.
Kelas menengah apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan
commit to user
tempat tinggal terbuat dari tembok dengan dilapisi cat atau tanpa cat.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
Kelas tinggi apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan
tempat tinggal dilapisi dengan keramik atau material yang lebih tinggi.
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK/PKSK dan PCL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
e. Sumber Penerangan.
Sumber penerangan adalah penerangan yang biasa digunakan oleh
penerima BLT pada malam hari. Sumber penerangan tersebut dibagi menjadi 3
kelompok yaitu menggunakan listrik dengan meteran, menggunakan listrik tanpa
meteran dan tidak menggunakan listrik. Listrik bermeteran adalah menggunakan
listrik dengan meteran sendiri atau secara resmi menjadi pelanggan Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Menggunakan listrik tanpa meteran adalah menggunakan
listrik tetapi hanya ikut tetangga sehingga tidak menjadi pelangga PLN secara
commit listrik
resmi. Sedangakan tidak mengunakan to useradalah sumber penerangan yang
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
selain listrik. Berikut ini adalah data yang diperoleh dari lapangan mengenai
sumber penerangan penerima BLT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa hampir seluruh penerima BLT ( 159
KK (98,76 %)) hanya dapat mengkonsumsi daging, ayam, atau susu sebanyak 1
kali atau kurang dalam 1 minggu. Penghematan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari dilakukan dengan tidak mengkonsumsi protein hewani. Mereka lebih
memilih protein nabati yang berupa tahu atau tempe atau sayuran dengan alasan
lebih hemat dibandingkan dengan mengkonsumsi protein hewani.
Telur ayam merupakan protein hewani yang sering di konsumsi. Telur-
telur ayam ini mereka peroleh dari ayam yang mereka pelihara sendiri dengan
jumlah yang tidak banyak. Hampir seluruh keluarga memiliki ayam yang diumbar
sehingga mereka tidak memerlukan biaya dalam perawatan ayam-ayam yang
responden miliki.
j. Konsumsi Makanan.
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan
hidupnya. Konsumsi makanan yang dimaksud adalah kegiatan memenuhi
kebutuhan makanan yang dilakukan penerima BLT dalam waktu 1 hari. Di
Indonesia, idealnya kegiatan makan dilakukan 3 kali dalam 1 hari.
Untuk mengetahui kemampuan mengkonsumsi makanan dalam 1 hari oleh
penerima BLT di Kecamatan Gatak dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
k. Kemampuan Berobat.
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berharga dan vital dalam kehidupan.
Apabila kesehatan terganggu maka segala aktifitas akan terganggu pula sehingga
berobat untuk mendapatkan kesehatan kembali akan menjadi sangat penting dan
sesegera mungkin harus terpenuhi. Dalam penelitian ini, kemampuan berobat
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan untuk berobat ke
Puskesmas atau Poliklinik apabila ada salah seorang anggota keluarga ada yang
sakit. Untuk mengetahui kemampuan berobat penerima BLT di Kecamatan Gatak
dapat dilihat pada Tabel 24;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
menerima BLT karena jumlah anggota keluarga mereka yang cukup banyak
sehingga mereka menjadi miskin karena jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan
wiraswasta (26 KK (16,65 %)) sebagian besar adalah pedagang kecil atau bidang
kerajinan dan industri dengan luas usaha masih kecil dengan penghasilan yang
relatif kecil.
Sebagian lagi adalah penerima BLT yang bekerja sebagai Karyawan
Swasta (3 KK (1,86 %)) dan Jompo (14 KK (8.70)) yang sudah tidak mampu lagi
untuk bekerja.
2). Pendapatan
Sesuai dengan kriteria RTS layak BLT yaitu pendapatan Kepala Keluarga
yang kurang dari Rp. 600.000,00 perbulan, maka dalam penelitian ini membagi
jumlah pendapat kepala keluarga menjadi 3 kelas yaitu;
Kelas rendah yaitu apabila pendapatan kepala keluarga kurang dari
Rp. 600.000,00 perbulan.
Kelas menengah yaitu apabila pendapatan kepala keluarga antara
Rp. 600.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000,00 perbulan.
Kelas tinggi yaitu apabila pendapatan kepala keluarga lebih dari
Rp. 1.000.000,00 perbulan.
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK/PKSK dan PCL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
m. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi
akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan
meningkatkan taraf hidupnya. Untuk mengetahui tingkat pendidikan kepala
keluarga penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel
27 berikut ini;
Jumlah
No Kriteria
A B C D E <= 8 m2/Art > 8 m2/Art
1. Luas Bangunan. - - - - - 1 0 1
2. Jenis Lantai Bangunan. 1 0 0 - 0 - - 1
3. Jenis Dinding 1 0 0 - - - - 1
4. Fasilitas Buang Air Besar. 0 1 1 - - - - 1
5. Sumber Penerangan. 0 1 1 - - - - 1
6. Sumber Air Minum. 1 0 0 - - - - 1
Bahan Bakar untuk
7. 0 0 1 - - - - 1
Memasak.
Konsumsi Protein
8. 1 0 0 - - - -
Hewani.
Kemampuan Membeli
9. 1 0 0 - - - - 1
Pakaian.
10. Konsumsi Makanan. 0 0 1 - - - - 1
11. Kemampuan Berobat. 0 1 1 - - - - 1
Sumber dan Penghasilan
12. 1 0 0 - - - - 1
Kepala Rumah Tangga.
13. Tingkat Pendidikan 1 0 0 0 1 - - 1
Barang Berharga atau
14. 0 0 0 0 0 - - 1
Modal.(*)
Jumlah 14
Keterangan:
1. Skor setiap kriteria hanya bernilai satu point.
2. Tanda (*) jawaban bisa lebih dari satu, tetapi apabila tidak diisi maka
skor diberi nilai 1.
commitLapangan
Sumber : Pedoman Pelaksanaan to user KSK/PKSK dan PCL
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id
Setelah dilakukan scoring (Hasil Scoring dapat dilihat pada lampiran 11),
kemudian dikelompokkan dalam 4 kelas berdasarkan Pedoman Pelaksanaan
Lapangan KSK / PKSK / dan PCL yaitu tidak miskin, hampir miskin, miskin, dan
sangat miskin dengan ketentuan seperti berikut ini:
1. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 8 poin atau kurang, maka termasuk
dalam keluarga tidak miskin
2. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 9 poin sampai dengan 10, maka
termasuk dalam keluarga hampir miskin.
3. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 11 poin sampai dengan 12 poin, maka
termasuk dalam keluarga miskin.
4. Apabila dari 14 kriteria terpenuhi 13 poin atau lebih, maka termasuk
dalam keluarga sangat miskin.
Miskin
Miskin
Tidak
No Desa Jumlah
1 Sanggung 1 9 3 13
2 Kagokan 1 9 3 13
3 Blimbing 3 2 8 13
4 Krajan 1 5 5 11
5 Geneng 4 2 3 9
6 Jati 2 4 5 11
7 Trosemi 1 4 5 10
8 Luwang 1 6 4 11
9 Klaseman 5 1 7 13
10 Tempel 1 3 9 13
11 Sraten 2 1 6 9
12 Wironanggan 5 4 3 12
13 Trangsan 2 7 3 12
14 Mayang 1 10 0 11
JUMLAH 30 67 64 161
% 18,634 41,615 39,752 100
commit to user
Sumber : Pengolahan data hasil wawancara dan observasi
91
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
Tidak
Layak
No Desa (%) Layak (%) Jumlah
BLT
BLT
1 Sanggung 10 76,92 3 23,08 13
2 Kagokan 10 76,92 3 23,08 13
3 Blimbing 5 38,46 8 61,54 13
4 Krajan 6 54,55 5 45,45 11
5 Geneng 6 66,67 3 33,33 9
6 Jati 6 54,55 5 45,45 11
7 Trosemi 5 50,00 5 50,00 10
8 Luwang 7 63,64 4 36,36 11
9 Klaseman 6 46,15 7 53,85 13
10 Tempel 4 30,77 9 69,23 13
11 Sraten 3 33,33 6 66,67 9
12 Wironanggan 9 75,00 3 25,00 12
13 Trangsan 9 75,00 3 25,00 12
14 Mayang 11 100,00 0 0,00 11
JUMLAH 97 60,25 64 39,75 161
Sumber : Pengolahan datacommit to user
hasil wawancara dan observasi
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id
RTS layak BLT adalah RTS yang termasuk dalam kelompok Keluarga
Sangat Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin. Sedangkan RTS tidak layak BLT
adalah RTS yang tidak termasuk dalam kelompok Keluarga Sangat Miskin,
Miskin, dan Hampir Miskin. Dari hasil penelitian kepada 161 responden, terdapat
97 KK yang layak BLT dan 64 KK yang tidak layak BLT.
Dari Tabel 31 dapat diketahui jumlah RTS-layak BLT sebanyak 97 KK
(60,25 %) dan RTS tidak layak BLT sebanyak 64 KK (39,75 %). Banyaknya
jumlah RTS yang tidak layak BLT disebabkan karena perubahan status ekonomi
sebagian penerima BLT tersebut, padahal KK tersebut masih terdaftar sebagai
RTS layak BLT sehingga walaupun status ekonomi KK tersebut meningkat dan
sudah tidak layak menerima BLT tetapi masih tetap menerima BLT. Jumlah RTS
tidak layak BLT yang cukup banyak tersebut mengindikasikan ketidaksesuaian
penyaluran BLT.
Untuk mengetahui persebaran RTS layak BLT dan RTS tidak layak BLT
maka dibuat Peta Kelayakan Penerima BLT Tahun 2008 seperti pada Peta 11.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id
Dari Peta 11 dapat diketahui jumlah penerima BLT yang tidak layak di
Kecamatan Gatak yang paling tinggi terdapat di Desa Tempel dan Desa Blimbing.
Hanya Desa Mayang yang seluruh penerima BLT-nya layak mendapatkan BLT.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keluarga yang seharusnya tidak menerima
BLT tetapi menerima BLT. Hal ini disebabkan karena tidak ada pembaharuan
data penerima BLT pada tahun 2008. Padahal kurun waktu 3 tahun adalah kurun
waktu yang cukup lama dan perubahan status ekonomi penduduk dapat berubah.
Selain itu, banyak pihak yang meragukan kevalidan data penerima BLT pada
tahun 2005 karena pendataan yang kurang efektif.
Dalam penyaluran BLT terdapat ketidaksesuaian status ekonomi penerima
BLT dengan ketentuan RTS BLT. Sehingga dalam penyaluran BLT tersebut
menimbulkan kecemburuan sosial dalam masyarakat seperti yang terjadi pada
penyaluran BLT pada tahun 2005. Untuk mengatasi hal tersebut pada setiap Rt
mengadakan musyawarah mengenai prosedur pembagian BLT di Rt masing-
masing. Hasil musyawarah antara Rt satu dengan Rt yang lain berbeda-beda
sesuai dengan kebijakan masyarakat setempat.
Kebijakan yang diambil oleh masyarakat melalui musyawarah RT tersebut
adalah; 1) Setiap penerima BLT dipotong beberapa persen sesuai dengan
kesepakatan untuk dikumpulkan dan kemudian dari hasil tersebut dibagi kepada
KK yang dirasa kurang mampu dan pantas mendapatkan BLT. 2) Setiap penerima
BLT menyisihkan beberapa rupiah secara suka rela dan dikumpulkan untuk dibagi
lagi kepada KK yang dirasa kurang mampu dan pantas mendapatkan BLT.
Kebijakan ini cukup tepat dilaksanakan untuk menghindari kecemburuan sosial.
Tapi kebijakan ini tidak sesuai dengan ketentuan BLT. Realita prosedur
penyaluran BLT tersebut mengindikasikan bahwa dalam penerima BLT tidak
sesuai dengan kriteria penerima BLT.
Kesesuaian penerima BLT terhadap kriteria penerima BLT dapat diketahui
dari data kelayakan penerima BLT dengan asumsi besarnya prosentase penerima
BLT yang layak menerima BLT. Besarnya prosentase jumlah penerima BLT yang
layak menerima BLT mengindikasikan tingkat keseasuian yang tinggi. Prosentase
jumlah penerima BLT yang layakcommit to user
BLT kecil mengindikasikan tingkat kesesuaian
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id
yang kecil. Asumsi ini yang menjadi dasar dalam menentukan tingkat kesesuaian
penerima BLT terhadap krieria penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008.
Jumlah Penerima BLT diperoleh dari data kelayakan penerima BLT tahun 2008 di
Kecamatan Gatak dengan sampel sebanyak 161 responden. Prosentase jumlah
penerima BLT yang layak menerima BLT dapat dilihat pada Tabel 32.
Keterangan:
i = Kelas Interval
Diketahui :
Kelas tertinggi = 100,00
Batas bawah = 30,77
Jumlah Kelas =3
Kelas interval adalah:
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id
Dari Peta 12 dapat diketahui bahwa Desa Mayang adalah desa yang
termasuk dalam kategori Sesuai dalam penyaluran BLT tahun 2008. Desa yang
termasuk dalam kategori cukup sesuai sebanyak 8 desa yaitu Desa Sanggung,
Desa Kagokan, Desa Krajan, Desa Geneng, Desa Jati, Desa Luwang, Desa
Wironanggan, dan Desa Trangsan. Desa yang termasuk dalam kategori tidak
sesuai sebanyak 5 desa yaitu Desa Blimbing, Desa Trosemi, Desa Klaseman, Desa
Tempel, dan Desa Sraten.
Dari ulasan di atas, di Kecamatan Gatak terdapat 1 desa yang termasuk
dalam kategori sesuai, 8 desa termasuk dalam kagetori cukup sesuai, dan 5 desa
termasuk dalam kategori tidak sesuai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penyaluran BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 cukup sesuai karena sebagian
besar desa (57,14%) di Kecamatan Gatak termasuk dalam kategori cukup sesuai.
Efektivitas penyaluran BLT dalam arti penyaluran BLT yang menyasar
kepada keluarga hampir miskin, miskin, dan sangat miskin dapat diketahui dengan
cara membandingkan kriteria keluar miskin dengan 14 kriteria penilaian penerima
BLT dan konsep keluarga miskin menurut BPS. Konsep ini berdasarkan pada
kecukupan jumlah kalori per orang perhari.
Untuk membandingkan penerima BLT yang sesuai dengan kriteria BLT
dan konsep kemiskinan menurut BPS maka diperlukan data tambahan. Indikator
yang digunakan sebagai pembanding adalah pendapatan anggota keluarga (jumlah
pemasukan seluruh anggota keluarga dikurangi pengeluaran medis dan pendidikan
seluruh anggota keluarga) dibandingkan dengan kecukupan jumlah kalori yang
dapat terpenuhi dari pendapatan tersebut.
Sampel untuk data tambahan diambil dari 3 desa yang termasuk dalam
kategori sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai (kesesuaian penerima BLT dengan
kriteria penerima BLT) yaitu Desa Mayang, Desa Jati, dan Desa Klaseman.
Maksud dari pengambilan data tambahan dari 3 desa tersebut adalah agar data
yang diperoleh dapat mewakili populasi. Data tambahan yang telah diperoleh
dapat dilihat pada lampiran 13.
Dari data yang telah diperoleh maka dilakukan penghitungan pendapatan
commit
setiap anggota keluarga dalam waktu 1 to user(hasil penghitungan dapat dilihat
bulan
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id
Kemampuan Pendapatan
No Klasifikasi
Kalori Rp.
1 Sangat Miskin <1.900 < 149.333,33
2 Miskin 1.900 - 2.100 149.333,34 - 165.052,63
3 Hampir Miskin 2.100 - 2.300 165.052,64 - 180.771,93
4 Tidak Miskin >2.300 > 180.771,94
Sumber : Asumsi
fasilitas penunjang yang lengkap dan mungkin akan memilki barang berharga.
Indikator yang digunakan dalam menentukan kelas sosial ekonomi adalah
jumlah pendapatan seluruh angota keluarga dikurangi jumlah pengeluaran
pendidikan dan medis (perawatan secara berkala). Sisa dari pendapatan setelah
dikurangi biaya pendidikan dan medis kemudian dibagi jumlah seluruh anggota
keluarga (baik yang produktif maupun yang tidak produktif) dan hasilnya adalah
pendapatan untuk setiap anggota keluarga. Pendapatan setiap anggota tersebut
kemudian dihitung apakah telah memenuhi kebutuhan minimal kalori dalam
waktu satu hari. Apabila telah tercukupi maka keluarga tersebut termasuk dalam
keluarga tidak miskin, apabila belum mencukupi maka keluarga tersebut termasuk
dalam keluarga miskin. Berdasarkan indikator keluarga miskin menurut
kecukupan jumlah kalori penyaluran BLT akan lebih tepat dan akan sesuai dengan
tujuan BLT.
Dari Tabel 36 diatas dapat diketahui jumlah keluarga yang layak
menerima BLT menurut kecukupan jumlah kalori terdapat 6 KK dari 35 KK.
Untuk mengetahui nilai efektivitas penyaluran BLT digunakan rumus sebagai
berikut:
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan implikasi
sebagai berikut:
1. Dapat digunakan untuk pengembangan pembelajaran geografi mengenai
antroposfer dan aspek kependudukan Kelas IX IPS semester I.
2. Untuk lembaga pemerintah tingkat desa khususnya di Kecamatan Gatak dapat
dijadikan gambaran mengenai persebaran penerima BLT dan tingkat
efekfivitas penyaluran BLT tahun 2008 pada setiap desa. Tingkat efektivitas
commit
penyaluran BLT dipengarui oleh to user karakteristik penerima BLT dan
kesesuaian
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id
kriteria yang digunakan untuk menentukan RTS layak BLT yaitu penduduk
hampir miskin, miskin, dan sangat miskin. Dari hasil penelitian diketahui
terdapat beberapa desa yang tidak efektif dan cukup efektif. Desa yang
termasuk dalam kategori tidak efektif dan cukup efektif sebaiknya melakukan
pendataan ulang berkaitan dengan penduduk miskin. Dari pendataan tersebut
diharapkan dapat membantu perencanaan program-program pengentasan
kemiskinan agar lebih tepat sasaran dan dapat menentukan prioritas
pelaksanaan sesuai dengan tujuannya. Rekomendasi pendataan ulang
penduduk miskin dapat dilihat pada Peta 13.
C. Saran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id
commit to user