SKRIPSI
Oleh:
Eka Isabella
NIM: 049114060
SKRIPSI
Oleh:
Eka Isabella
NIM: 049114060
i
ii
iii
PEGANGAN DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI INI
iv
! "#
$%
&
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
Penulis,
Eka Isabella
vi
Studi tentang Identitas Mahasiswa di Yogyakarta
Melalui Cara Berpakaian
Eka Isabella
ABSTRAK
Penelitian kualitatif deskriptif dengan paradigma representasi ini menggambarkan identitas diri dan
sosial mahasiswa Yogyakarta melalui cara berpakaian mereka. Penelitian ini mengungkap bagaimana
mahasiswa mengartikan pakaian dan apa sumber informasi yang membentuk pengetahuan mereka
mengenai pakaian. Data diperoleh dengan memanfaatkan Jurnal Aktivitas Harian, wawancara semi
terstruktur, dan observasi terhadap 28 orang mahasiswa yang menempuh kuliah di 10 universitas di
Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arti pakaian adalah kesopanan, kenyamanan, dan
keunikan. Mahasiswa mempertimbangkan kesopanan pada saat di ruang publik, rasa nyaman pada saat
di ruang pribadi, serta keunikan pada kedua ruang tersebut. Mereka mengakses informasi mengenai tren
pakaian melalui media tetapi menirukan gaya pakaian dari orang di sekitarnya.
vii
A Study of Student Identity in Yogyakarta
from Their Cloth
Eka Isabella
ABSTRACT
This research aims to describe the self and social identity of Yogyakarta students by discovering the
meaning of clothes and the source of information about clothes for them. This research uses qualitative-
descriptive approach and social-representation paradigm. Data were collected by employing Daily
Activity Journal, semi-structured interview, and observation on twenty eight students of ten universities
in Yogyakarta. The result shows that the meaning of cloth for student is courtesy, comfort, and
uniqueness. Students consider dressing for courtesy in public space, for comfort in private space, and
for uniqueness in both private and public spaces. Furthermore, they get information of the fashion trend
from the media but imitate the fashion style of people around them.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Santa Dharma:
berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Eka Isabella
ix
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga peneliti dapat
berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kasih secara tulus kepada
orang-orang yang telah menginspirasi peneliti selama kuliah dan melakukan penelitian
ini :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan dan dosen pembimbing skripsi
yang telah dengan tulus merelakan energi, waktu, dan fasilitas secara total dalam
3. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. dan Romo Dr. A. Priyono Marwan,
S.J. selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi sebagai pendidik dan panutan
bagi peneliti.
5. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mas Muji, Mas Gandung, Mbak Nanik,
Mas Doni, Pak Gi yang telah banyak membantu peneliti selama studi, Matur
x
6. Teman-teman yang telah bersedia dengan tulus menjadi responden penelitian.
7. Papa Tjok Fen Djiou/Moses Taufan, yang selalu mengajarkan peneliti untuk
bertanggungjawab atas pilihan hidup dan selalu menekankan identitas pada peneliti
8. Mama Tjen Fuk Tjhin/Ignata Noni, sumber energi hidupku, karya nyata kasih
Allah di dunia yang telah meletakkan sebuah hati dalam diriku. Semangat,
ketekunan, keterbukaan, dan keyakinan pada Allah yang dikobarkan pada peneliti
Agus- teladan hidupku yang selalu mengajarkan peneliti kerja keras, pilihan hidup,
dan ketulusan dalam mencintai. Being your little sister is a bless for me.
10. Sr. Francesco, CB, sosok pembimbing yang selalu mengajarkan kesetiaan dan
11. Suster-suster FCJ, Rm. John, SJ, yang telah membimbing peneliti untuk
12. Keluarga besar Magis 08 & 09 Jogja, saudara seperjuangan peneliti dalam
menemukan arti dari hidup. Perziarahan hidup kita masih panjang kawan.
AMDG!!!
13. Linda Santoso dan Martinus Budi Gunawan, saudara-saudara yang telah membuat
xi
14. Emerita Setyowati dan Agung Priaji… teman-teman peneliti dalam menikmati
15. Keluarga besar TAMAN CEMARA, -Urut dari yang paling kecil sampai yang
paling bohai- Loli kecil, Alma Merah Marun, Tiw-tiw Witiw, Arya, Lucky, Dik
Shinta, Widyawati Ari Oke serta teman-teman Empat Pejuang, Mba Nana, Wira,
Githa, dan Iin. Kawan. Akhir-akhir ini hidup kita emang jadi berbeda, tapi saya
bahagia karena hidup ini menjadi bersemangat bersama teman-teman. Ada lagi,
Oom Troy dan Mba Chigie… terima kasih karena telah memberi warna dalam
16. Semua pihak yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
peneliti.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semua. Semoga skripsi ini
xii
DAFTAR ISI
xiii
II.A.2. Pengertian Pakaian dan Sejarah Perkembangannya di Indonesia ...... 17
II.A.3. Pakaian sebagai Ekspresi Identitas .................................................... 21
II.A.4. Definisi dan Pembetukan Identitas Mahasiswa ................................. 23
II.A.5. Representasi Sosial ............................................................................ 24
II.B. Konteks Penelitian .......................................................................................... 29
II.B.1. Yogyakarta sebagai Lokasi Penelitian ............................................... 29
II.B.2. Pakaian Mahasiswa di Yogyakarta .................................................... 33
II.B.3. Representasi Sosial Pakaian pada Mahasiswa di Yogyakarta ........... 37
II.C. Kerangka Penelitian ........................................................................................ 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 40
III.A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 40
III.B. Subjek Penelitian ........................................................................................... 42
III.C. Batasan Istilah ................................................................................................ 44
III.D. Alat Pengumpulan Data................................................................................. 45
III.D.1. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 45
III.D.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 46
III.D.3. Format Jurnal Aktivitas Harian ........................................................ 48
III.E. Analisis Data .................................................................................................. 48
III.F. Pertanggungjawaban Keabsahan Data ........................................................... 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 52
IV.A. Pelaksaan Penelitian ...................................................................................... 52
IV.A.1. Tahap Survei Pra-Penelitian ............................................................. 52
IV.A.2. Tahap Penentuan Responden Penelitian .......................................... 53
IV.A.3. Tahap Pengambilan Data ................................................................. 54
IV.B. Hasil Penelitian.............................................................................................. 56
IV.B.1. Data Demografi Responden ............................................................. 56
IV.B.2. Analisa Data ..................................................................................... 58
IV.B.2.a. Arti Pakaian pada Mahasiswa ................................................ 58
xiv
IV.B.2.a.i. Arti pakaian pada mahasiswa berdasarkan hasil
wawancara........................................................................................... 58
IV.B.2.a.ii. Arti dan alasan mahasiswa mengenakan pakaian ... 59
IV.B.2.a.iii. Konteks mahasiswa mengenakan pakaian berdasarkan
ruang dan alasannya ............................................................................ 77
IV.B.2.b. Sumber informasi yang membentuk pengetahuan mahasiswa
mengenai berpakaian .......................................................................... 79
IV.B.2.c. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam berpakaian ......... 81
IV.B.2.c.i. Arti dan alasan mahasiswa mengenakan pakaian .... 81
IV.B.2.c.ii. Konteks mengenakan pakaian ................................ 83
IV.B.2.c.iii. Jenis pakaian.......................................................... 84
IV.B.2.c.iv. Merk pakaian ......................................................... 85
IV.C. Skema Hasil Penelitian .................................................................................. 88
IV.C.1. Identitas Mahasiswa di Yogyakarta Melalui Cara Berpakaiannya... 88
IV.C.2. Penjelasan Skema Penelitian ............................................................ 89
IV.D. Pembahasan ................................................................................................... 94
IV.D.1. Identitas Orang Muda Berdasarkan Gaya Berpakaiannya ............... 94
IV.D.1.a. Kepantasan dan Kesopanan di Tempat Ibadah ..................... 95
IV.D.1.b. Kepantasan dan Kesopanan di Kampus ............................... 96
IV.D.1.c. Kepantasan dan Kesopanan di Tempat Kondangan ............. 97
IV.D.2. Identitas Diri Merupakan Suatu Kesatuan dengan Identitas Sosial 100
IV.D.3. Ekspresi Berpakaian Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 102
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 105
V.A. Kesimpulan ................................................................................................... 105
V.B. Saran ............................................................................................................ 107
V.C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 108
LAMPIRAN .............................................................................................................. 113
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini identitas orang muda sebagai orang Timur semakin meluntur
karena meniru gaya hidup yang ditawarkan oleh media (Rakhmat, 2005). Giddens
(1991) mengartikan gaya hidup sebagai praktek rutinitas yang dapat terekspresi
dalam kebiasaan berpakaian, makan, cara bertindak dan pergaulan yang disenangi
untuk mengalami perjumpaan dengan orang lain. Dalam gaya hidup, penampilan
luar adalah segalanya (Ibrahim, 2007). Lebih lanjut Ibrahim mengatakan bahwa
norma yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pakaian menjadi aspek penting
dalam gaya hidup. Tren mode pakaian yang ditawarkan media sering dipandang
kurang pantas untuk budaya Timur. Celana hipster yang memperlihatkan celana
dalam, baju you can see yang memperlihatkan kulit lengan, serta rok atau celana
pendek yang memperlihatkan paha, dll. Hal ini seringkali meresahkan masyarakat
tidak lepas dari peran media massa seperti televisi, koran, iklan, film, dan majalah
mode, dan pembentuk kesadaran orang saat ini (Ibrahim, 2005). Iklan
iklan secara halus tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa masyarakat, dan
Media massa memegang peranan yang besar dalam mentransfer informasi, pesan-
pesan, sistem nilai, norma-norma sosial, budaya, pemikiran dan sebagainya secara
cepat ke dalam ruangan dan pikiran masyarakat Indonesia saat ini. Dalam buku
nilai-nilai, norma, pola kultural, moral dan etika yang ditransferkan dalam
komunikasi melalui media massa bukanlah berasal dari budaya lokal Indonesia,
Hasil laporan mengenai Preferensi Televisi Lokal dan Impor yang dikutip
Budiman dari naskah presentasi M.S. Ralie Siregar, pada tahun 1994,
televisi impor. Hasil ini lebih tinggi daripada preferensi program televisi lokal
yang besarnya hanya 37%. Lebih lanjut, Budiman mengatakan bahwa sebagian
besar acara televisi yang diberi label ’produksi lokal’ merupakan tiruan atau duplikasi
acara-acara televisi di luar negeri seperti sinetron, telequis, atau sajian musik-musik.
Pengertian lokal dalam konteks ini didasarkan pada tempat, pelaku, penyandang dana
produksi, dan para pemeran karakternya, tapi bukan sama sekali muatan ’ideologi’
global tersebut didominasi oleh semangat Barat. Hal ini juga dikemukan oleh
Ibrahim (2005) bahwa realitas yang ditayangkan oleh media merupakan realitas
yang mengarah pada budaya Barat. Oleh karena itu, nilai-nilai Barat yang
material seperti yang ditawarkan oleh media, daripada aturan atau norma-norma
yang ada dalam masyarakat juga tidak lepas dari kehidupan mahasiswa di
Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian berikut ini:
Kaum Muda dan Konsumsi Identitas pada 8 orang muda di Yogyakarta yang
identitas diri merupakan hal yang penting bagi orang muda di Yogyakarta. Salah
satu cara mereka menampilkan identitasnya sebagai orang muda adalah dengan
melakukan praktek konsumsi gaya hidup. Penampilan dan citra diri juga menjadi
sangat penting bagi orang muda di Yogyakarta. Citra diri menjadi penting bagi
orang muda agar diterima oleh orang lain. Bagi mereka, penampilan dan citra diri
secara implisit mengandung arti sebagai usaha pencapaian identitas diri yang
tubuh. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa mereka mengadopsi atau meniru
gaya hidup, dandanan, dan pakaian artis muda yang ada di televisi maupun iklan
Kedua, hasil penelitian Redatin Parwadi pada tahun 2001 dalam karya
disertasinya di bidang sosiologi UGM, dengan sampel sejumlah 750 orang yang
minimal dua tahun memperlihatkan adanya relasi positif antara jenis tontonan
televisi dengan penyimpangan nilai dan perilaku seseorang. Salah satu kesimpulan
dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa selera dan gaya hidup masyarakat
kebutuhan sehari-hari yang dulu cukup dibeli di peken (sebutan untuk pasar
tradisional), kini demi mode, tren, harus dicari di supermal, swalayan atau
untuk menonton acara televisi tergolong tinggi yakni sehari rata-rata 3,5 jam
pola peralihan, 32,5% memiliki pola emansipatif, dan 18,3% memiliki pola
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Studi ini menegaskan tentang
Yogyakarta karena sama sekali tidak ditemukan pola konservatif, yaitu pola yang
mereka. Mahasiswa merupakan bagian dari orang muda, oleh karena itu mereka
juga mengikuti tawaran yang ada di media dalam membentuk identitas mereka.
Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang memiliki ikatan tradisi yang
masih sangat kuat (Subanar, 2007). Di mana masyarakat masih sangat berpegang
Sementara itu, Yogyakarta juga merupakan kota pelajar yang didominiasi oleh
kelompok usia dewasa muda yaitu berumur 20-29 tahun sebesar 20,2% (BPS,
tersebut ditegur oleh tetangga, seorang bapak berusia 40-an tahun, ketika
mengenakan kemeja yang letak kancingnya agak rendah bagian sehingga sehingga
“Mbak itu nggak ada benik-nya ya? Mbok dikasih kancing tambahan.
Nanti malah bikin laki-laki penasaran. Kalau laki-laki tu lebih suka ngeliat
yang pakaiannya tertutup”
bahwa mahasiswa meninggalkan nilai dan norma yang ada. Gaya berpakaian
yang mini dan memperlihatkan bagian tubuh tertentu seperti perut, bahu, belahan
dada, celana dalam, pusat, dan belahan di bokong bukanlah hal yang lazim dan
dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat melakukan kontrol
identitas dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai identitas diri dan identitas
sosial. Identitas diri merupakan kesadaran diri individu bahwa dirinya berbeda
dari orang lain (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, Morales, Paez & Deschamps,
merupakan anggota dari suatu kelompok tertentu, yang meliputi kesadaran akan
perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang penting bagi dirinya sebagai anggota dari
Penelitian ini penting dilakukan karena hasil penelitian ini diharapkan dapat
lebih tepat dalam memberi penilaian dan mendampingi orang muda pada
B. Rumusan Masalah
identitasnya?
Tujuan Penelitian
berpakaian.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini memberi wacana tambahan bagi ilmu-ilmu sosial secara umum,
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN TEORI
landasan teori ini akan dibahas mengenai teori identitas yang lihat dari hasil
Dalam penelitian ini, teori identitas yang digunakan berakar pada teori self
William James. James (1890) memisahkan self menjadi dua aspek, yaitu I dan
Me. I menunjukkan aspek self yang secara aktif memahami, berpikir, atau
memahami dari suatu proses fisik atau psikis itu sendiri. Konsep I ini banyak
digunakan oleh filsuf, sedangkan para ahli psikologi lebih banyak memberikan
perhatian dari pemahaman sifat dasar dari Me. Istilah Me menunjukkan aspek self
dirinya sendiri, ide-ide orang tentang siapa diri mereka dan seperti apa mereka
(Brown, 1998). William James (1890) menggunakan istilah the empirical self
untuk menunjukkan segala macam cara orang berpikir tentang dirinya sendiri.
Adapun the empirical self ini memiliki tiga komponen, yaitu (1) material self, (2)
Material self berkaitan dengan obyek, orang, dan tempat yang menandakan
kepemilikan (my atau mine) (James, 1890). Hubungan antara kepemilikan dengan
self adalah orang selalu secara spontan menyebut kepemilikannya ketika diminta
dimilikinya kepada orang lain ketika ia meninggal. Bentuk material self yang
paling nyata adalah tubuh (tanganku, kakiku, dll.). Namun, material self tidak
hanya dibatasi pada tubuh, tetapi meluas pada barang-barang (pakaian), orang
(keluarga), tempat (rumah), dan segala sesuatu yang secara psikologis menjadi
bagian dari siapa diri kita (Brown, 1998). Dengan demikian, material self ini
personal dengan orang lain) seseorang. Namun diantara semua jenis kepemilikan
yang ada, barang yang paling nyata menggambarkan perpanjangan dari tubuh
adalah pakaian (Green, 1999). Oleh karena itu, individu selalu menyesuaikan
1999).
Social self menunjukkan bagaimana individu dianggap dan dikenal oleh lain
(James, 1890). Pada dasarnya, social self mencakup berbagai posisi sosial yang
individu emban dan peran sosial yang ia mainkan. Brown (1998) menyebutkan
istilah social self ini sebagai identitas sosial. Setiap orang memiliki berbagai
macam identitas sosial. Deaux, Reid, Mizrahi, dan Ethier (dalam Brown, 1998)
membedakan lima tipe identitas sosial, yaitu hubungan personal (seperti suami,
(misalnya lahir sebagai laki-laki dll) dan beberapa identitas diperoleh (misalnya
dan perilaku spesifik. Oleh karena itu, James menekankan bahwa dalam hal ini
bagaimana Individu berpikir tentang dirinya tergantung pada peran sosial yang
kita mainkan. Individu akan memperlihatkan self yang berbeda ketika dalam
Spritual self merupakan inner self. Kategori ini mencakup semua yang
menjadi kepemilikan (my atau mine) tetapi bukan dalam bentuk obyek nyata
ataupun peran sosial tetapi lebih menyangkut kemampuan, sikap, emosi, minat,
motif, pendapat, sifat, dan kehendak (James, 1890). Istilah spiritual self ini
Konsep empirical self William James ini yang kemudian melandasi konsep
identitas sosial. Sementara material self menjelaskan identitas diri dan sosial
seseorang. Teori William James ini membahas mengenai identitas diri sekaligus
karena itu teori ini cocok digunakan sebagai landasan dalam penelitian
Worchel, dkk (1998) mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada definisi yang
jelas mengenai identitas diri. Akan tetapi secara umum, identitas diri diartikan
sebagai kesadaran individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain dalam
lingkungan sosialnya (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, dkk., 1998). Kesadaran
ini hanya dapat dirasakan dalam relasi dengan orang lain, di mana individu
mempersepsikan dirinya identik dengan dirinya, dan berbeda dengan orang lain
anggota kelompok lainnya (kita) (Hogg & Abrams, 2001; Worchel, dkk., 1998).
Identitas sosial mencakup berbagai posisi sosial yang individu emban dan peran
sosial yang ia mainkan (Brown, 1998). Setiap peran sosial tersebut memiliki
pada situasi sosial yang berbeda. Individu menyadari perasaan-perasaan dan nilai-
nilai yang penting bagi dirinya sebagai anggota dari kelompok tersebut (Abrams
& Hogg, 1990). Identitas sosial bersifat inklusif karena individu melepaskan
kediriannya (I) dan mengkategorikan dirinya dalam suatu unit sosial (we/kita)
Intinya adalah identitas sosial mengacu pada perasaan sama terhadap orang
lain, sedangkan identitas personal mengacu pada perasaan berbeda dalam relasi
dengan orang yang sama (Worchel, dkk., 1998). Identitas diri dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kesadaran diri individu bahwa dirinya unik yang memiliki
kemampuan, sikap, emosi, minat, motif, pendapat, sifat, & kehendaknya berbeda
dengan orang lain (Hogg & Abrams, 2001; James, 1890; Worchell, dkk., 1998).
bahwa dirinya tergabung dalam kelompok sosial tertentu, sehingga cara berpikir
tergantung pada peran sosial yang sedang dilakukannya (Hogg & Abrams, 2001;
Konsep identitas yang digunakan adalah identitas diri dan identitas sosial
konstruksi di dalam, bukan di luar diskursus (Hall & du Gay, 1996). Hal ini
hasil konstruksi melalui interaksi individu dengan lingkungan sosial, dan bukan
merupakan suatu hal yang terberi (Berger & Luckman, 1967; Burr, 2002).
Identitas bukan merupakan sesuatu yang stabil, melainkan dinamis dan terus
berkembang hingga sepanjang hidup individu (Brym & Lie, 2007; Kashima,
bahkan membentuk kembali melalui interaksi sosial (Berger & Luckman, 1967).
Pada pendekatan ini, diri individu dipandang bukan sebagai suatu kesatuan yang
yang tersedia dalam budaya dan tergambarkan melalui komunikasi dengan orang
pendidikan dan pendapatan, etnik, jenis kelamin, agama, dsb. Benang-benang ini
dan benang lainnya akan ditenun secara bersamaan kemudian menghasilkan kain
berasal dari diri seseorang, melainkan hasil dari dialektika antara individu dengan
dunia sosialnya yang terdiri dari bahasa dan simbol-simbol yang kasat mata
(Burr, 2003).
dalam dirinya secara tidak sadar (Woodward, 2002). Pada hal ini, identitas dapat
saja dibentuk oleh institusi yang dominan, akan tetapi bila individu tidak
maka identitas tidak akan terbentuk (Castells, 2000). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini konsep identitas bukan merupakan hasil persepsi individu terhadap
dunia kenyataan semata, melainkan sebagai hasil kerja sistem internalisasi yang
dirinya sebagai individu yang berbeda dengan orang lain, dan sekaligus individu
sebagai barang apa yang dipakai seperti baju, celana, dan sebagainya (KBBI,
2001). Pada semua budaya, pakaian tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh,
pakaian adalah suatu penanda yang paling jelas diantara sekian banyak penanda
penampilan luar, dengan apa orang membedakan diri mereka dari orang lain, dan
tubuh, tapi lebih pada simbol penghormatan. Pakaian mulai digunakan sebagai
alat penutup tubuh karena pengaruh dari kebudayaan Islam dan Eropa (Lombard,
1996; Nordholt, 2005). Perkembangan pakaian di Indonesia tidak lepas dari peran
masyarakat bagi penguasa. Van Dijk (2005) mencatat bahwa Belanda melarang
orang pribumi mengenakan pakaian orang ala Barat, dan rakyat jelata dilarang
antara kulit putih dan pribumi serta antara pribumi satu dengan pribumi yang
pengintegrasian.
Peran negara juga tidak lepas dalam mengatur berpakaian orang muda. Taylor
(2005) mencatat bahwa pada awal kemerdekaan, pakaian Barat atau “modern”
menjadi pakaian umum bagi pria elit politik nasional di Indonesia. Sementara
menyimbolkan sifat otentik, sejalan bagi kebudayaan mereka sendiri, pasif dan
subordinat (Lombard, 1996; Nordholt, 2005). Pada era orde baru, era
panjang, kemeja tanpa dasi, jas, dan peci. Sementara pakaian wajib perempuan
adalah kain dan kebaya. Pada era ini, kebaya adalah simbol keibuan dan
perlakuan oleh penguasa pada perempuan dan laki-laki dan berpakaian. Pada era
dikenakan pegawai negeri dan siswa sekolah. Batik dan safari untuk pegawai dan
seragam untuk pada siswa. Warna dan bentuk seragam menandakan status dan
senioritas pemakai. Sandal, yang pada era Soekarno sangat popular di kalangan
pengikut ‘PKI’.
Disahkan, 2008). RUU dilandasi anggapan bahwa negara dapat mengatur moral
serta etika seluruh rakyat Indonesia lewat pengaturan cara berpakaian dan
mendeskriditkan perempuan (UU Pornografi Perlu Uji Materi, 2008). Isi UU ini
perempuan tidak bertingkah laku sopan dan tidak menutup rapat-rapat seluruh
Pada era ini juga, presiden menetapkan bahwa batik menjadi ikon nasional
(Mada, Susilo, & Pandia, 2008). Hal ini mengakibatkan evolusi pada batik yang
awalnya mencerminkan orang tua, menjadi tren bagi semua usia dan menandakan
adanya pergeseran dari tradisi menjadi mode. Pada tahun 2009 ini, pakaian
menjadi simbol perlawanan terhadap arus. Para kreator muda menciptakan model
pakaian mereka sendiri-sendiri tanpa mengikuti tren yang ada, dan akibatnya
mode pakaian berubah setiap bulan sehingga tahun ini menjadi tahun tanpa tren
Tabel 1
Sejarah Perkembangan Pakaian di Indonesia
Periode Perkembangan Pakaian Makna
Pra Kolonialisasi Pria bertelanjang dada Simbol penghormatan dan
Perempuan bahunya terbuka kepatuhan
Kolonialisasi Belanda melarang orang Indonesia Simbol dari kontrol,
mengenakan pakaian Barat diskriminasi, dan hierarki
2009 (Sekarang)*** Tahun tanpa tren. Tren berubah Menciptakan tren sendiri,
setiap bulan melawan arus trend yang ada
Sumber:
Nordholt, 2005
* Mada, Susilo, & Pandia, 2008
** Akhirnya RUU Pornografi Disahkan, 2008
*** Kustiasih, 2009
yang panjang. Proses ini menunjukkan bahwa sejak semula pakaian tidak hanya
berfungsi sebagai penutup tubuh, tapi menunjukkan identitas diri bangsa ini.
Dalam semua budaya, pakaian tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh,
tetapi memiliki makna simbolik sebagai ekspresi dan deskripsi diri secara
eksternal dalam membangun identitas diri (Giddens, 1991). Dalam penelitian ini,
definisi pakaian sebagai barang apa yang dipakai untuk menutup tubuh seperti
dengan identitas diri? Davis, dalam bukunya Fashion, Culture, and Indentity
bukan makhluk yang pasif dan menerima pergerakkan yang ada di masyarakat
individu berpikir bahwa dirinya adalah bagian dalam suatu kelompok kategori
sosial seperti masyarakat, keluarga, pekerjaan, kelas, agama, etnik, dsb. Individu
masing kategori sosial tersebut. Tapi bagaimanapun, kategori sosial tersebut terus
berubah seiring waktu, dan dengan demikian individu terus bergerak sama seperti
usianya. Hasilnya, identitas individu selalu fluktuatif dan hal ini sering kali
menyebabkan kecemasan atau perasaan tidak aman. Oleh karena itu, individu
lain, bagaimana dirinya ingin dilihat, dan dengan siapa dirinya ingin berelasi
(Davis, 1992).
seperti budaya, agama, kelas sosial, etnik atau ras, dsb. Jenis dan gaya pakaian
tidak sepenuhnya bebas mengenakan pakaian karena akan selalu ada kaedah-
kaedah tertentu yang mengatur individu dalam berpakaian. Oleh karena itu,
secara integratif. Selain itu, penelitian ini juga sangat dimungkinkan untuk
dari berpakaian.
tahun, yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi dan aktif pada
sebagai orang muda yang berusia 18 sampai 23 tahun yang sedang menjalankan
Orang muda adalah golongan yang baru saja meninggalkan masa remaja dan
mulai menapaki masa dewasa awal. Pada tahap dewasa awal, pembentukan
identitas menjadi penting karena pada masa ini perkembangan fisik, kognitif, dan
identitasnya pada masa kanak-kanak untuk membangun suatu jalan untuk menuju
kematangan orang dewasa (Santrock, 2005). Pada masa ini, menurut Erikson
(Larsen & Buss, 2005), orang muda berjuang untuk melepaskan dirinya dari
orang tuanya, berhenti bersandar pada orang tuanya, dan memutuskan nilai-nilai
apa yang akan dipegangnya dan apa tujuan yang ingin dicapainya di masa depan.
Oleh karena itu pada masa ini kebutuhan mahasiswa untuk membentuk identitas
Di samping itu saat memasuki masa dewasa awal, orang muda juga memiliki
diri mereka termasuk dalam satu atau lebih kelompok dalam masyarakat,
keluarga, pekerjaan, pendidikan, etnik atau ras, dan komunitas lainnya (Brym &
Lie, 2007). Mereka mengembangkan identitas yang sesuai dengan kategori sosial
di mana mereka tergabung, karena itu perilaku dan keyakinannya pun sesuai
dengan aturan yang berlaku dalam kategori sosial ini (Brym & Lie, 2007).
Ketegori sosial ini terus berubah seiring perkembangan waktu, jadi orang muda
orang muda pun fluktuatif, belum stabil, terus berkembang hingga sepanjang
hidupnya (Brym & Lie, 2007; Kashima, Foddy & Platow, 2002; Santrock, 2005).
Orang muda terus membangun identitas dirinya melalui diskursus sosial dan
wilayah Yogyakarta.
selalu berubah dan pakaian pun terus berkembang seiring dengan perkembangan
negosiasi apa yang ada di masyarakat dan keadaan dirinya dalam rangka
membentuk identitasnya.
objek dalam masyarakat yang diekspresikan dalam melalui kata-kata dan perilaku
(Wagner, dkk., 1999). Teori representasi sosial ini merupakan kerangka konsep-
merupakan perspektif yang terdiri dari sistem nilai, ide, dan praktek-praktek yang
dari paradigma ini adalah keyakinan bahwa keadaan psikologis terbentuk secara
sosial dan apa yang kita representasikan tersebut menentukan bagaimana cara kita
terhadap suatu pengalaman atau ingatan tentang representasi mental, objek dan
merupakan suatu produksi sosial yang muncul dalam proses interaksi antar
manusia. Hal ini memperlihatkan bahwa arti tidak hanya berada pada level
individu saja tetapi arti yang berada pada level masyarakat (Wagner, dkk., 1999).
sebuah cara spesifik untuk memahami serta mengkomunikasikan apa yang sudah
kita pahami dengan cara tertentu. Dengan demikian, representasi sosial dilihat
sebagai ciptaan sosial, bukan sesuatu yang dihasilkan oleh individu melalui
sosial individu tersebut dapat diketahui sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya (Walmsley, 2004). Dalam konsep ini, identitas diri
dalam ingatan tentang representasi mental, objek dan kejadian dalam dunia
sosialnya. Dalam hal ini perspektif representasi sosial akan banyak berbicara
tentang bagaimana narasi tentang identitas diri saat ini terbentuk melalui
representasi sosial pada hasil yang terbentuk dari ide, imajinasi, dan simbol dalam
masyarakat dikenali dalam berbagai produk seperti diskursus atau ikon, peralatan materi,
dan praktik secara individual atau kolektif yang beredar dalam masyarakat, melalui
yang mampu bertanya, mencari jawaban, dan pada umumnya berpikir mengenai
sosial memiliki empat fungsi (Walmsley, 2004), yaitu: (a) fungsi pengetahuan,
(b) fungsi identitas, (c) fungsi pedoman, dan (d) fungsi pembenaran. Fungsi
identitas meletakkan individu dan kelompok dalam suatu areal sosialnya dan
abstrak menjadi sesuatu yang hampir konkret dan dengan demikian mengubah
sesuatu yang ada di dalam bayangan semata menjadi sesuatu yang ada di dunia
di mana objektivikasi ini yang membentuk sesuatu yang tidak familiar menjadi
familiar. Proses ini dipengaruhi oleh kerangka sosial individu, misalnya norma,
2001; Walmsley, 2004). Adapun tujuan anchoring adalah membuat yang tidak
bermakna menjadi bermakna. Hal yang penting dari penjangkaran adalah proses
terklasifikasi dan menamakan apa yang belum memiliki nama. Adapun yang
dimaksud kategorisasi adalah proses memilih sebuah paradigma dari semua yang
tersimpan dalam memori kita dan membangun sebuah hubungan positif ataupun
negatif terhadapnya.
(norma, nilai, kode, dll yang ikut campur sebagai meta-sistem yang mengatur
dalam sistem pengetahuan dan pemaknaan yang sudah ada. Objektivikasi dan
B. Konteks Penelitian
Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang memiliki ikatan tradisi yang
masih sangat kuat (Subanar, 2007). Namun saat ini Yogyakarta tidak lepas dari
memandang bahwa Yogyakarta telah berubah. Perubahan ini dapat dirasakan dari
berbagai gejala-gajala yang muncul seperti perubahan nilai dan gaya hidup serta
pola konsumsi (Subanar, 2007). Nilai utama budaya Jawa, yaitu nilai komunal
meningkatnya kedudukan nilai ekonomi dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dari hasil survei menunjukkan sebagian besar migran, termasuk para TKW asal
luar negeri. Hal ini merupakan indikasi adanya pergeseran nilai yang dipakai
sebagai pedoman hidup yakni dari nilai komunal menjadi nilai ekonomi (TKW
Tawaran gaya hidup modern yang ditawarkan adalah gaya hidup konsumsi.
Hal ini dapat terlihat dari perubahan wajah kota Yogyakarta, jalan kota
barang konsumsi. Penampilan luar menjadi penting sebagai cara ekspresi yang
baru (Miles, 1998), demikian pula bagi masyarakat masyarakat Yogyakarta. Hal ini
Kita dapat dengan muda menyaksikan para mahasiswa asyik mengerjakan tugas
Jawa Tengah, ini telah mengubah gaya hidup masyarakat di Yogyakarta. Tempat
ini telah menjadi ruang publik tempat berkumpulnya berbagai kalangan orang,
menggantikan tempat-tempat rekreasi yang ada. Mal ini bahkan bukan sekedar
mal juga sebagai tempat belajar individu atau kelompok mahasiswa. Mal
Ambarukmo Plaza yang terletak di jalan utama di kota ini memiliki slogan secara
tegas menyatakan diri sebagai simbol perubahan Yogyakarta dari kota budaya
yang berpegang teguh pada tradisi menjadi kota yang modern dengan slogannya
Barunya Yogya’.
Di samping itu, masyarakat Jogja dikenal masih sangat berpegang teguh pada
dalam bukunya yang berjudul Etika Jawa, mengatakan bahwa dalam budaya Jawa
terdapat dua prinsip hidup yang menentukan kelakukan orang Jawa, yaitu prinsip
“bersatu dalam maksud untuk membantu”. Rukun adalah keadaan ideal yang
rukun berarti berusaha untuk bersikap tenang satu sama lain dan menyingkirkan
hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan dan keresahan. Di sisi lain, prinsip
ini bukanlah berarti untuk menciptakan kerukunan, melainkan lebih untuk tidak
menuntut seseorang selalu dapat mengontrol diri, membawa diri dengan sopan,
Prinsip kedua, prinsip hormat, berperan besar dalam mengatur pola interaksi
dalam masyarakat Jawa. Munurut prinsip ini, setiap orang dalam cara bicara dan
membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai
dengan derajat dan kedudukannya. Prinsip ini didasarkan pada pendapat bahwa
ini berasal dari diri sendiri, oleh karena itu setiap orang wajib
dalam masyarakat.
masyarakat. Kedua prinsip ini menuntut bahwa dalam segala bentuk interaksi
keselarasan sosial. Prinsip rukun mengatur tindakan individu dengan orang yang
hierarkis. Dua prinsip ini berkaitan erat untuk mengatur tindakan masyarakat agar
tetap menjaga keselarasan. Oleh karena itu, individu dituntut untuk memiliki
yang sesungguhnya sehingga dapat bertindak dengan tepat. Untuk sampai ke situ,
intuitif dalam kenyataan yang di dalam budaya Jawa dikenal sebagai ‘rasa’.
realitas yang bersifat intuitif (Stange, 2009). Rasa dipandang sebagai alat atau
batiniah. Pada masyarakat Jawa, kemampuan logika ’rasa’ merupakan hal yang
mendasari orang berelasi dengan orang lain. Rasa merupakan kata kunci untuk
ini, logika ’rasa’ sangat dibutuhkan supaya individu dapat menempatkan diri
sangat dibutuhkan untuk menghargai orang lain. Hal ini tergambar dari ungkapan
ajining dhiri saka lathi, ajining raga saka busana yang artinya bahwa antara jiwa
dan raga perlu perhatian khusus, agar dirinya mendapat perhormatan dari orang
kecantikan menjadi sangat penting (Purwadi, 2007). Pakaian selalu memiliki arti
khusus selain penutup aurat dan penahan diri dari lingkungan luar. Dalam
berpakaiannya. Terutama dalam acara resmi, perhatian orang pertama kali tertuju
pada apa yang dapat langsung kelihatan oleh mata (Purwadi, 2007). Oleh karena
itu, ‘rasa’ sangat dibutuhkan dalam berpakaian untuk mengenali keadaan realitas
adalah orang muda. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik Provinsi
kelompok usia dewasa muda yaitu berumur 20-29 tahun sebesar 20,2% (BPS,
Provinsi DIY, 2008). Adapun mahasiswa merupakan bagian dari orang muda
dari orang tua mengenai gaya berpakaiannya. Pakaian pada umumnya merupakan
kepentingan ekonomi politik (Nordholt, 2005). Pada saat ini, institusi formal
seperti agama dan pendidikan yang lebih besar perannya dalam mengatur cara
Pakaian di Indonesia saat ini, secara umum merupakan hasil interaksi dari
pakaian Indonesia, Islam, dan Barat, yang identik dengan agama Kristen (van
pengaruh dari budaya Arab yang identik dengan Islam dan Eropa yang
Oleh karena itu, mereka saling bersaing untuk membudayakan orang Indonesia
memaksa masyarakat dalam derajat tertentu untuk menutup tubuh mereka. Kedua
sebagaimana yang kita lihat saat ini (Nordholt, 2005). Peran kedua agama ini
dalam menentukan cara berpakaian orang Indonesia masih terasa hingga saat ini.
Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-7, melalui jalur niaga, dengan
Pengaruhnya Islam pada di Indonesia, tidak hanya dalam bidang politik saja,
namun juga pada kebudayaan, khususnya pada busana. Pada agama Islam,
pakaian tidak saja berfungsi melindungi tubuh dari cuaca, tetapi juga terkait
dengan etika, sopan santun, dan hukum (Ismail, 1993). Di dalam Al Qur’an
terdapat ajaran berbusana, yang intinya adalah pakaian sebagai simbol takwa
kepada Allah, sarana untuk mendekatkan diri pada Allah saat masuk ke masjid,
dan memiliki ukuran yang dapat menutupi keburukan atau kekurangan fisik serta
kelengkapan pakaian dalam mendekatkan diri pada Allah, mengandung tiga unsur
utama, yaitu, bersih yang memancarkan keindahan, berukuran panjang dan tidak
jarang (menutup aurat), bertudung kepala. Ketiga hal ini berlaku baik kepada
untuk berhias diri, terutama saat ‘mendekatkan diri kapada Allah’ (Ismail, 1993)
Pakaian di Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh agama Kristen (Protestan
dan Katolik) yang dibawa oleh orang Eropa. Pakaian Barat pertama oleh kaum
laki-laki di kota, baru semakin lama semakin banyak laki-laki pedesaan yang
(Lombard, 1996). Pada ajaran Katolik, saat akan merayakan Misa, umat
pesta atau undangan seseorang yang dihormati, yaitu Tuhan sendiri. Saat Misa,
Hendaknya setiap orang berpakaian sopan, rapi, dan bersih (Saunders, 1999).
Jenis pakaian seperti celana pendek, kaos oblong, celana ketat, dan baju tanpa
pakaian apa yang akan dikenakan, hendaknya umat memikirkan bahwa “Aku
berdandan untuk bertemu dengan Tuhan-ku dan untuk ambil bagian dalam misteri
agama, tetapi juga dipengaruhi oleh institusi pendidikan. Hal ini tergambarkan
‘Kaos oblong dan sandal jepit dilarang masuk kampus’. Senada dengan kampus
UPN, di depan parkiran kampus USD ada tulisan “Kami sangat menghargai anda
yang berpakaian rapi. Tidak berkaos oblong dan bersandal jepit di lingkungan
kampus Universitas Sanata Dharma”. Selain itu, di kampus UII terdapat tulisan
“area wajib mengenakan jilbab”. Kampus UGM menetapkan busana rapi dan
sopan adalah memakai pakaian yang rapi, bersepatu atau sepatu sandal; tidak
memakai baju atau kaos tanpa lengan atau tanpa kerah; tidak berpakaian ketat dan
bisa dengan bebas memilih pakaiannya sendiri. Melainkan ada ketentuan tertentu
yang mengatur cara berpakaian mereka. Bagaimana jenis pakaian yang mereka
Menurut ahli Sosiologi, Kenneth Kenniston, salah satu ciri orang muda adalah
(Brym & Lie, 2007). Namun dalam berpakaian, mahasiswa tidak hanya
sosial yang mengatur atau menyarankan cara berpakaian tertentu dalam konteks
tertentu (Nordholt, 2005). Oleh karena itu, pakaian bukan semata-mata pilihan
sosialnya.
adalah media, budaya, dan masyarakat. Adapun ruang sosial mahasiswa yang
lebih spesifik dalam penelitian ini adalah media, budaya mencakup nilai dan
sebagai hasil dari produk sosial. Bagaimana pikiran dan perasaan mahasiswa
tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara mahasiswa mengartikan pakaian dan
pakaian.
Media • Nilai & norma • Pemerintah
masyarakat • Agama
• Teman
• Kampus
Tren Pakaian
Identitas Diri Identitas Mahasiswa Identitas Sosial
Mahasiswa dalam Berpakaian Mahasiswa
Arti Pakaian Sumber Informasi
Mengenai Pakaian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dalam masyarakat modern (Wagner, dkk., 1999). Paradigma ini meletakkan individu
dalam ruang sosialnya sehingga identitas sosial individu tersebut dapat diketahui
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya (Walmsley, 2004).
pengetahuan awam yang sudah ada supaya membuat yang tidak familiar menjadi
familiar (Walmsley, 2004). Oleh karena itu, hasil penelitian representasi sosial
acuan untuk hasil akhir. Penggunaan paradigma representasi sosial dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji indentitas diri individu dari pengalaman kesehariannya
sesuai dengan konteks norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya saat ini.
data untuk memahami masalah sosial yang diperoleh dari situasi yang alamiahnya.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami inti sebuah masalah
sosial atau fenomena yang dialami individu secara alamiah dalam suatu konteks
2005). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan pertanyaan yang luas dan umum
deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2008). Penelitian bersifat deskriptif dapat
mengungkap situasi, setting, proses, hubungan, sistem, dan orang-orang secara alami
(Leedy & Ormrod, 2005). Dengan pendekatan ini, berbagai dimensi gejala-gejala
psikologi dapat digali dan diuraikan secara intensif (Suwignyo, 2002). Kekuatan dari
penelitian ini adalah pada kekayaan interpretasi data. Pendekatan ini menekankan
pada analisa data melalui pemetaan data ke dalam kategori-kategori yang dasar
pembentukannya jelas, sistematis, dan logis (Suwignyo, 2002). Bobot data pertama
ditentukan oleh kedalaman interpretasi dan pemaknaan data oleh peneliti, bukan mutu
objektif (mutu empiris) data tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
harus memiliki kepekaan untuk mencatat, merekam, dan menangkap detil-detil fakta
B. Subjek Penelitian
1. Tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, tetapi pada kasus-kasus tipikal
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada
kecocokan konteks
c. Belum menikah
informasi kepada calon responden atau salah satu orang yang dikenal untuk
dihubungi dengan mahasiswa dari berbagai universitas yang bisa diminta untuk
penelitian selanjutnya.
1. Ada keresahan pada kalangan orang tua di masyarakat bahwa orang muda
2. Mahasiswa adalah bagian dari orang muda yang berada pada tahap perkembangan
transisi dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada tahap ini, mahasiswa
khusus bagi orang muda karena pakaian menjadi sarana bagi orang muda untuk
sosialnya.
C. Batasan Istilah
identitas diri dan identitas sosial mahasiswa di Yogyakarta melalui cara berpakaian.
keunikan dirinya yang berbeda dengan orang lain melalui cara berpakaian. Sedangkan
dirinya dengan orang lain yang menunjukkan bahwa dirinya tergabung dalam
kelompok sosial tertentu, sehingga cara berpikir dan bertindaknya khususnya dalam
berpakaian tergantung pada di mana ia berada dan peran sosial apa yang sedang
dilakukannya.
Adapun mahasiswa dalam penelitian ini adalah individu yang berusia 18 sampai
dipengaruhi oleh informasi yang ada media, nilai-nilai budaya, serta aturan-aturan
informasi yang ada media, nilai-nilai budaya, serta aturan-aturan yang ada di
digunakan sebagai objek kajian penelitian dan menentukan alat yang tepat dalam
digunakan adalah jurnal aktivitas harian selama satu minggu dan pertanyaan “Apa arti
bersama siapa, deskripsi pakaiannya, merk pakaian, tempat membeli, dan alasan
memakai pakaian. Dari hasil survei ini, peneliti mendapat gambaran bahwa
responden memaknai pakaian secara berbeda antara praktek dengan ide berpakaian.
Saat praktek, responden cenderung mencari yang nyaman dan mengikuti aturan yang
ini yang kemudian menjadi acuan bagi peneliti untuk menentukan alat penelitian,
yaitu penelitian ini tidak cukup hanya menggunakan Jurnal Aktivitas Harian, namun
juga perlu dilakukan wawancara untuk menggali informasi yang lebih mendalam dari
penggalian informasi yang lebih mendalam dari isi jurnal, dan observasi selama
siapa, jenis pakaian yang dikenakan, merk pakaiannya, di mana ia membelinya, serta
alasan menggunakan pakain tersebut. Jurnal ini untuk melihat ekspresi berpakaian
ini memiliki tiga keuntungan, yaitu: pertama, dapat melihat ekpresi berpakaian
mengenakan pakaian secara alami. Ketiga, dari isi jurnal dapat melihat perbandingan
D.2.b. Wawancara
pengetahuan khusus yang perlu dipahami oleh pewawancara yang tidak dapat digali
dari metode pengambilan data lainnya. Percakapan dalam wawancara dilakukan oleh
(Moleong, 2005). Dalam penelitian ini, wawancara semi terstruktur dilakukan dengan
Wawancara ini bertujuan untuk mengkonfirmasi apa yang telah partisipan tulis dalam
D.2.c. Observasi
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
yang ada berdasarkan perspektif orang yang diamati tersebut (Poerwandari, 2005).
Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk memahami pakaian yang sedang
Berikut ini contoh satu halaman Jurnal Aktivitas Harian, tepatnya pada hari
Minggu. Pada Jurnal Aktivitas Harian terdapat 14 tabel yang sama selama satu
Tabel 2.
Contoh salah satu halaman Jurnal Aktivitas Harian
Minggu Tgl :
Deskripsi Alasan
Bersama Di Merk Di mana
Jam Aktivitas pakaian yang menggunakan
siapa mana pakaian membelinya
digunakan pakaian
E. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan adalah
analisis tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat
menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi
yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang
peneliti menemukan ‘pola’ yang muncul dari data penelitian. Data kualitatif ini
Data yang sudah diperoleh akan diorganisasi secara rapi dan sistematis.
Pengorganisasian data dengan mengumpulkan data yang ada (jurnal dan wawancara)
masing. Data pada Jurnal Aktivitas Harian diorganisasikan dengan meringkas kolom-
kolom yang ada pada jurnal. Tulisan yang berulang dan memberikan informasi yang
lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang arti pakaian
pada mahasiswa.
Pada Jurnal Aktivitas Harian, dari hasil ringkasan jurnal deskripsi pakaian
alasan pemakaiannya.
Pada data wawancara, transkrip diberi kode-kode atau catatan guna menemukan
kategori yang sama, sehingga pola yang muncul pada data dapat terlihat. Kategori
yang muncul berupa arti pakaian, deskripsi pakaian dan konteks tempat
Pada tahap ini, peneliti mengtabulasi jumlah frekuensi respon dan responden pada
setiap kategori yang muncul. Dengan demikian, peneliti dapat melihat intensitas dan
Interpretasi data dilakukan dengan melihat pola yang muncul dalam tema-tema
F. Pertanggungjawaban Keabsahan
F.1. Credibility
dicapai dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan
analisa data.
sesuatu yang lain (Moleong, 2005). Moleong (2005) menyebutkan empat macam
metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi
dengan metode, yaitu dengan melakukan beberapa teknik pengumpulan data yang
berbeda, yaitu pengisian Jurnal Aktivitas Harian, wawancara, dan observasi pada
F.2. Confirmability
melakukan penilaian.
BAB IV
Pada bab ini akan ditampilkan hasil penelitian dan pembahasannya. Namun
dipaparkan data demografi responden dan analisa data yang terdiri dari arti pakaian
A. Pelaksanaan Penelitian
Tahap survei pra penelitian merupakan survei awal yang dilakukan peneliti
terhadap gaya berpakaian orang muda dalam rangka menentukan variabel penelitian
dan instrumen penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan dua kali survei. Pertama,
peneliti melakukan survei dengan meminta 8 orang teman peneliti baik mahasiswa
maupun karyawan untuk mengisi angket terbuka. Instruksi dalam angket tersebut
responden sejak bangun tidur sampai tidur lagi di 5 kolom terbuka yang isinya jam,
aktivitas, di mana, bersama siapa dan deskripsi pakaian yang dikenakan. Angket
tersebut terdiri dari 2 halaman, halaman pertama untuk hari libur dan halaman kedua
Kedua, partisipan diminta untuk mengisi kolom yang hampir sama, namun
jangka waktu satu minggu berdasarkan pengalamannya sehari-hari dan jumlah kolom
ditambah dengan satu kolom yaitu alasan menggunakan pakaian. Angket tersebut
kemudian dinamakan Jurnal Aktivitas Harian. Selain itu, responden juga diminta
untuk menjawab pertanyaan ”Apa arti pakaian bagimu?”. Dari hasil survei ini,
antara praktek dengan ide berpakaian. Saat praktek, responden cenderung mencari
yang nyaman dan mengikuti aturan yang berlaku di sekitarnya, namun ketika ditanya
identitas dirinya. Hasil penelitian ini yang kemudian menjadi acuan bagi peneliti
untuk menentukan alat penelitian, yaitu penelitian ini tidak cukup hanya
menggunakan Jurnal Aktivitas Harian, namun juga perlu dilakukan wawancara untuk
menggali informasi yang lebih mendalam dari hasil Jurnal Aktivitas Harian.
karena mahasiswa berada pada masa transisi dari remaja dan masa dewasa awal. Pada
dan menjadi bagian dengan masyarakat sosialnya. Oleh karena itu, peneliti ingin
lain mereka memiliki kewajiban untuk mengikuti aturan dan norma yang berlaku
responden penelitian. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan responden dan teman-
universitas. Ada dua cara yang peneliti lakukan dalam berkenalan dengan responden
yang belum peneliti kenal sebelumnya. Yang pertama, peneliti diperkenalkan oleh
teman peneliti secara langsung kepada calon responden. Yang kedua, peneliti diberi
nomor telepon seluler (HP) calon responden, kemudian peneliti menghubungi calon
partisipan via sms atau telepon untuk menanyakan kesediaanya menjadi responden
pada bab III. Teknik yang digunakan dalam memperoleh data atas bahan kajian
penelitian meliputi Jurnal Aktivitas Harian, wawancara (formal dan informal), dan
penelitian yang telah diperoleh (informasi lengkap mengenai proses pengambilan data
proses penelitian dan apa yang harus calon responden lakukan. Setelah itu, peneliti
responden dan menjelaskan detail cara pengisian jurnal, setelah itu peneliti membuat
janji kepada responden untuk bertemu kembali satu minggu kemudian untuk
Wawancara dilakukan untuk menggalih lebih jauh isi jurnal penelitian yang
responden tulis. Oleh karena itu, jenis pertanyaannya dan lamanya proses wawancara
tergantung pada isi dari jurnal tersebut dan keterbukaan responden. Secara umum
Setelah proses wawancara, data penelitian tidak dapat dikonfirmasi ulang karena
dikhawatirkan responden tidak menjawab secara spontan dan apa adanya, melainkan
menjawab sesuai dengan hal yang dipandang ideal. Hasil pengambilan data dapat
B. Hasil Penelitian
Tabel 3
Identitas Responden Penelitian
R JK Usia Asal Suku Bangsa Agama Uang Saku
Hasil analisis data dari Jurnal Aktivitas Harian dan data wawancara ini dapat
dikategorikan ke dalam 2 tema utama, yaitu Arti Pakaian pada Mahasiswa dan Suber
Arti Pakaian pada Mahasiswa akan sajikan data arti pakaian pada mahasiswa, alasan
disajikan data orang yang dibayangkan memiliki gaya pakaian yang sama dengan
responden dan sumber informasi gaya berpakai pada mahasiswa. Selain dua tema
besar tersebut, peneliti juga akan menyajikan hasil temuan lain dari penelitian ini,
penelitian ini akan peneliti sajikan secara kuantitatif untuk melihat representasi sosial
menggunakan metode kualititatif, yaitu analisa tematik, untuk melihat pola-pola yang
muncul dari hasil penelitian. Untuk selanjutnya, data ini akan diuraikan satu per satu.
Tabel 4
Arti Pakaian Berdasarkan Hasil Wawancara
Respon Responden
Arti Pakaian
F % N %
Nyaman dan santai
1. Nyaman 4 8,89 4 14,29
Nggak ribet, tinggal pakai, santai
Menutup aurat
Kesopanan 2. Norma 11 24,44 11 39,28
Pantas
Tabel 5
Arti dan Alasan Mengenakan Pakaian dari Data Jurnal Aktivitas Harian
Respon Response
Arti Pakaian Alasan
F % N %
A. Nyaman 564 70,67 28 100
1. Fungsi Fisik 480 60,15 28 100
2. Fungsi Sosial 42 5,26 13 46,42
3. Fungsi Visual 42 5,26 20 71,42
Berdasarkan data tabel 5, dalam berpakaian ada tiga hal yang menjadi
ia mengenakan pakaian. Dari ketiga hal ini, perasaan nyaman (70,67%) menjadi
bahwa hampir semua responden memandang bahwa nyaman (100%) dan norma
(92,86%) merupakan alasan yang penting dalam berpakaian. Data ini juga
Tabel 6
Arti dan Alasan Mengenakan Pakaian Berdasarkan Hasil Wawancara
Respon Responden
Arti Pakaian Alasan
F % N %
A. Nyaman 197 41,82 28 100
1. Fungsi Fisik 75 15,92 27 96,43
2. Fungsi Sosial 74 15,71 19 67,86
3. Fungsi Visual 48 10,19 13 46,43
C. Ekspresi
109 23,14 19 75
Diri
1. Gaya pakaian yang ingin
53 11,25 16 57,14
ditunjukkan kepada orang lain
2. Kesan diri yang ingin
56 11,89 18 64,29
ditampilkan kepada orang lain
dengan data dari Jurnal Aktivitas Harian bahwa alasan mahasiswa mengenakan
pakaian terkait dalam tiga hal, yaitu rasa nyaman dalam berpakaian, norma atau
ketentuan sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta ekspresi diri. Data
wawancara ini juga konsisten dengan data Jurnal Aktivitas Harian, bahwa rasa
nyaman (41,82%) selalu menjadi prioritas utama dalam berpakaian, setelah itu
Data tabel 6 ini juga menunjukkan bahwa pada tataran ide, kepantasan dan
respon yang berikan oleh 23 responden ini melebih kategori arti lainnya, yaitu
Data penelitian pada tabel 13, 14, dan 15 ini secara umum menunjukkan
sosial masyarakat dan kenyamanan dirinya sendiri. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini akan ditampilkan data arti pakaian menurut responden berdasarkan hasil
wawancara.
1). Nyaman
Tabel 7
Arti Nyaman Berdasarkan Hasil Wawancara
A. Arti Nyaman Respon Responden
F % N %
1. Fungsi Fisik
1. Di rumah mengenakan kaos oblong karena nyaman 13 17,33 13 46,43
2. Nyaman berarti santai 11 14,67 10 35,71
3. Nyaman karena menyerap keringat 9 12 7 25
4. Nyaman itu tidak panas, tidak gerah, silir 8 10,67 8 28,57
5. Arti pakaian itu nyaman/enak dikenakan 8 10,67 6 21,43
6. Lebih suka kaos karena nyaman, nggak terbatas, enak untuk 7 9,33 6 21,43
bergerak, tidak ribet
2. Fungsi Sosial
1. Nyaman berpakaian karena enak atau bagus ketika dilihat 13 17,57 7 25
orang lain
2. Nyaman mengenakan kemeja atau baju berkerah 13 17,57 9 32,14
3. Tidak ngejreng, tidak mencolok, tidak menor, dan tidak 9 12,16 7 25
norak, diliatin orang lain
4. Nyaman itu tampil formal dan rapi 9 12,16 7 25
5. Nyaman karena dapat diterima dan masuk dalam masyarakat 7 9,46 6 21,43
6. Nyaman itu pantas, sesuai dengan dress code, tidak salah 5 6,76 5 17,86
kostum
7. Bisa menempatkan diri di mana kita berada 3 4,05 3 10,71
8. Nyaman karena sopan 3 4,05 2 7,14
9. Tidak nyaman bila pakaiannya ada yang menyamai 3 4,05 2 7,14
10. Tidak suka kemeja yang banyak tulisannya dan gambarnya 2 2,70 2 7,14
Lanjut ke halaman berikut
3. Fungsi Visual
1. Pas di badan, tidak kebesaran, tidak kekecilan (seksi) 10 20,83 2 7,14
2. Nyaman itu juga seni, biar orang tidak boring 7 14,58 3 10,71
3. Nyaman, kalau dari segi warna cerah/soft 7 14,58 2 7,14
4. Tidak norak, ngejreng 5 10,41 2 7,14
5. Nyaman mengenakan celana pensil 3 6,25 2 7,14
6. Suka baju yang rapi dan pantas dipakai untukku 3 6,26 2 7,14
7. Menentukan pakaian berdasarkan warna kulit 2 4,17 2 7,14
8. Kemeja yang digulung membuat terlihat bagus, tidak 2 4,17 2 7,14
kelihatan buruk
9. Suka yang tidak stylish tapi enak dipandang 2 4,17 1 3,57
10. Pelayanan harus rapi karena tampil di atas mimbar 1 2,08 1 3,57
11. Modis 1 2,08 1 3,57
12. Nyaman itu bila matching warna pakaiannya 1 2,08 1 3,57
13. Nyaman itu keunikan 1 2,08 1 3,57
14. Kalau untuk keluar, modelnya harus bagus, kalaupun 1 2,08 1 3,57
nyaman tapi modelnya jelek tidak mau
15. Senengnya simpel, lucu, nggak terlalu ngikutin trend, 1 2,08 1 3,57
standar, nggak terlalu trend, modelnya nggak terlalu tua,
nggak terlalu ketinggalan gitu loh
16. Keluar mengenakan celana panjang supaya lebih match, 1 2,08 1 3,57
modis
Berdasarkan data pada tabel 7, dapat diketehai bahwa rasa nyaman dalam
berpakaian terkait dengan pada tiga hal, yaitu fungsi fisik, fungi sosial, serta
fungsi visual. Pakaian nyaman yang berdasarkan fungsi fisik terkait dengan
perasaan nyaman atau enak di tubuh ketika dikenakan dan biasa dikenakan dalam
keadaan santai (35,71%), bukan dalam situasi formal. Nyaman secara fungsi fisik
ini terepresentasi dalam kata-kata seperti tidak ribet, tidak panas, adem, tidak
ribet, simpel, silir, menyerap keringat, bebas bergerak, dan pas di badan. Ada 8
(25%) orang responden mengatakan bahwa nyaman berarti tidak panas, tidak
gerah, dan silir. Hal ini mengindikasikan bahwa pakaian yang nyaman secara
fungsi fisik berkaitan dengan kondisi cuaca atau suhu udara. Jenis pakaian yang
nyaman berdasarkan fungsi fisik ini adalah kaos oblong menurut 13 (46,43%)
orang responden, dan celana pendek menurut 5 (17,86%) orang responden, serta
sosialnya. Responden merasa pakaiannya bagus ketika ia terlihat bagus oleh orang
lain (12,16%), serta ketika tampil formal dan rapi (12,16%). Oleh karena itu,
kemeja dan baju berkerah (17,57%) menjadi jenis pakaian yang paling
orang responden. Orang muda merasa nyaman secara sosial ketika ia merasa
dapat menempatkan dirinya secara tepat dalam berpakaian sesuai dengan ruang
dan waktu di mana ia berada sehingga dirinya dapat diterima oleh masyarakat
atau orang sekitarnya. Perasaan nyaman ini muncul ketika responden merasa ia
telah mengenakan pakaian yang tepat, tidak salah kostum, dan berpakaian yang
sopan. Ketika responden merasa nyaman secara sosial, ia akan merasa lebih
visual ketika ia merasa cara berpakaiannya enak dilihat dan tidak terlihat buruk
oleh orang lain. Untuk itu, responden cenderung mengenakan pakaian matching,
modis, modelnya bagus, warnanya bagus, cerah, sesuai dengan warna kulit, tidak
2). Norma
Tabel 8
Arti Norma Berdasarkan Hasil Wawancara
Respon Responden
B. Norma
F % N %
1. Kepantasan Kesopanan
1. Ke gereja/jumatan lebih rapi, untuk bertemu Tuhan, 14 15,21 7 25
menghormati
2. Pakaian yang penting rapi 11 11,96 4 14,29
3. Arti pakaian sebagai penutup aurat/badan 8 8,69 8 28,57
4. Ke gereja mengenakan pakaian yang sopan untuk 9 9,78 6 21,42
menghormati Tuhan
5. Baju itu kepantesan 7 7,61 5 17,85
6. Memakai kemeja karena rapi 6 6,52 6 21,42
7. Berpakaian rapi saat kondangan/nikahan 5 5,43 5 17,85
8. Baju itu kesopanan /yang penting kesopanan 5 5,43 4 14,29
9. Berpakaian rapi untuk menghormati 4 4,34 4 14,29
10. Kemeja dan celana panjang itu sopan 4 4,34 4 14,29
11. Pakai baju tergantung pada situasi, kegiatannya 4 4,34 4 14,29
12. Ke gereja bertemu Tuhan harus resmi 4 4,34 3 10,71
13. Ke gereja berpakaian sopan karena ada kumpulan orang 3 3,26 3 10,71
14. Di gereja mengenakan pakaian yang formal (Celana kain, 2 2,17 2 7,14
Batik/kemeja, Sepatu)
15. Kalau pakai yang pendek dan ketat itu tidak sopan 2 2,17 2 7,14
16. Pakaiannya panjang dan tidak ketat karena memakai jilbab 1 1,08 1 3,57
17. Jilbab membuat jadi tidak urakan, ketawa keras, dan 1 1,08 1 3,57
menjaga sikap dari laki-laki
Lanjut ke halaman berikut
18. Berjilbab yang pas, tapi agak longgar sedikit supaya lekuk 1 1,08 1 3,57
tubuh tidak kelihatan sehingga bisa masuk ke kalangan
Islam ekstrim, maupun kalangan Islam non-ekstrim, dan
kolongan non Islam
19. Mengenakan longdress Kaos you can see yang dipadukan 1 1,08 1 3,57
dengan cardigan
20. Pakai baju warna-warni, colourful, bunga-bunga supaya 1 1,08 1 3,57
tidak terlihat serius, tapi bisa digunakan pada acara yang
serius
21. Kalau keluar nggak pernah pakai baju yang nggak 1 1,08 1 3,57
berlengan
22. Kuliah pakaian yang sopan, nggak ketat, pakai celana 1 1,08 1 3,57
panjang, dan kemeja
23. Jumatan rapi, pakai batik dan sarung karena pengen 1 1,08 1 3,57
ngadepin yang bikin hidup
24. Kondangan mengenakan pakaian yang resmi 1 1,08 1 3,57
25. Di gereja bareng-bareng sama orang yang mengenakan 1 1,08 1 3,57
pakaian yang resmi, jadi aku ikut aja
2. Aturan Kewajiban
1. Di kampus mengenakan kaos berkerah atau kemeja karena 23 44,23 14 50
diharuskan
2. Kemeja untuk waktu kuliah karena waktunya resmi 5 9,61 4 14,29
3. Ke kampus harus berpakaian rapi 5 9,61 5 17,86
4. Sholat mengenakan pakaian yang bersih dan baru 4 7,69 2 7,14
5. Kuliah celana panjang kain 3 5,77 2 7,14
6. Jumatan menggunakan parfum, untuk Tuhan harus wangi 3 5,77 1 3,57
7. Pakai jilbab pas ke kampus 2 3,85 2 7,14
8. Pakai jilbab karena agamaku Islam 2 3,85 2 7,14
9. Melindungi dari mata lelaki 2 3,85 2 7,14
10. Ibadah (Ke Vihara/gereja) saat kebaktian harus pakai 2 3,85 2 7,14
celana panjang dan baju berkerah
11. Masuk ke forum publik itu harus formal karena ada 2 3,85 2 7,14
kumpulan orang
12. Kerja harus rapi 2 3,85 1 3,57
13. Kerja terpaksa mengenakan kemeja 1 1,92 1 3,57
14. Punya pengalaman ditegur suster karena salah kostum, 1 1,92 1 3,57
saat tugas misa mengenakan jeans
15. Ke kampus mengenakan pakaian yang formal seperti 1 1,92 1 3,57
kemeja dan sepatu, pakaian lengan panjang, bahkan
rambut tidak boleh gondrong, tidak boleh pakai sepatu
sendal, apalagi sandal
16. Ke Vihara tidak boleh pakai baju yang tidak berlengan 1 1,92 1 3,57
dan celana yang di atas lutut
Dalam hal ini, ada dua hal yang menjadi pertimbangan bagi mahasiswa, yaitu
pada ruang publik yang formal/resmi seperti di kampus, tempat ibadah, dan
tempat kerja karena pada tempat-tempat tersebut terdapat aturan berpakaian baik
menghormati orang lain, serta sosok yang dimuliakan, yaitu Tuhan. Oleh karena
itu, tidaklah heran bila 7 (25%) orang responden mengenakan pakaian yang rapi
saat beribadah baik itu di rumah maupun di tempat ibadah. Mereka mengatakan
bahwa mereka mengenakan pakaian yang rapi dalam rangka bertemu dan
ini tergambar dari tuturan seorang mahasiswa berusia 19 tahun yang kuliah di
”Baju tu kaya kesopanan menurutku. Kalau keluar gitu nggak pernah saya pake
baju yang nggak berlengan gitu walaupun sebenarnya saya nyaman gitu. Kalau di
kamar saya sering cuman pake sarung aja gitu loh”
pakaian yang rapi, sopan, dan ’pantas’ sesuai dengan norma dan aturan di
lingkungan sosial di mana ia berada. Pada saat di kampus, yang merupakan ruang
ini karena keharusan, meskipun ada di antara mereka yang tidak akan
dipandang dewasa bila ia semakin bisa melebur dalam masyarakat. Hal ini
“Aku mulai suka formal itu ya mulai semester-semester akhir, jadi suka pakai
kemeja... Kalau kita sudah semester akhirkan sudah mature. … kalau kita pake
kemeja, memberi kesan kita tu dewasa. Ya kita sudah waktunya untuk
bermasyarakat. Ya sudah waktunya kita untuk bersosialisasi dengan masyarakat.”
untuk menjadi bagian dari masyarakat dengan mengikuti aturan dan norma yang ada
ruang sosialnya.
Tabel 9
Arti Mengekspresikan Diri Berdasarkan Hasil Wawancara
Respon Responden
C. Ekspresi Diri
F % N %
1. Gaya pakaian yang ingin ditunjukkan kepada orang lain
1. Unik/tampil beda dengan yang lain 21 39,62 8 28,57
2. Casual 7 13,21 3 10,71
3. Suka pakaian yang lucu 6 11,32 4 14,29
4. Mengikuti trend 5 9,43 5 17,86
5. Suka pakaian yang simpel, gak ngikutin tren, tapi juga gak 4 7,55 2 7,14
ketinggalan jaman
6. Modis 3 5,66 3 10,71
7. Pakaian itu fashion, fashionable 2 3,77 2 7,14
8. Pakai kemeja supaya terlihat keren 2 3,77 2 7,14
9. Sporty tapi suka pakai gaun 2 3,77 1 3,57
10. Kelihatan sexy 1 1,89 1 3,57
pakaian untuk menunjukkan dua kesan kepada orang lain. Yang pertama, kesan
mengenai gaya pakaian yang dikenakannya itu sendiri, dan yang kedua kesan
mengenai kepribadian atau dirinya yang ingin ditunjukkan kepada orang lain.
responden kepada orang lain. Mereka senang mengenakan pakaian yang dapat
membedakan diri mereka dengan orang lain. Selain itu, gaya pakaian yang ingin
mereka tonjolkan kepada orang lain adalah kasual, mengikuti trend, tidak
mengikuti trend, sporty, sexy, modis, fashionable, keren, lucu, serta simple.
kepada orang lain. Selain itu, bagi 6 (21,43%) responden, pakaian dapat
pakaian sebagai mana mereka ingin dilihat atau dinilai oleh orang lain. Seperti
mengenakan kaos oblong supaya terkesan simpel, easy going, serta cuek; dan
Responden memandang bahwa menjadi tolak ukur bagi orang lain untuk
pertama yang dilihat orang lain untuk menilai penampilannya dan karakternya,
seperti yang diungkapkan oleh R6, Mahasiswi Teknik Kimia UGM yang berusia
18 tahun:
Dari hasil penelitian ini, secara umum mahasiswa mengartikan pakaian ke dalam
tiga hal yaitu untuk untuk kenyamanan, tuntutan norma atau aturan dalam masyarakat
yang harus dipatuhinya, dan mengekspresikan dirinya. Data ini juga menunjukkan
bahwa arti pakaian yang nyaman fungsi sosial berkaitan dengan rasa nyaman yang
muncul ketika responden mengartikan pakaian yang sesuai dengan norma dalam
masyarakat. Sementara itu, pakaian yang nyaman secara fungsi visual merupakan
dirinya, namun juga sekaligus sarana bagi mereka untuk masuk menjadi bagian dari
masyarakat. Oleh kerena itu, dengan berpakaian dengan gaya tertentu, mahasiswa
alasannya
akan dibahas dari 2 hal, yaitu alasan mengenakan pakaian dari ruang dan waktu
dan alasan menengenakan jenis pakaian tertentu. Kedua hal ini penting karena
bahwa mahasiswa mengenakan pakaian tergantung pada konteks ruang dan waktu
tertentu.
1). Tempat atau saat yang penting bagi mahasiswa dalam mengenakan pakaian
Tabel 10
Tempat yang Penting Bagi Mahasiswa Dalam Mengenakan Pakaian
Tempat yang Respon Responden
Penting F % N %
1. Kondangan 12 11,43 7 25
2. Ibadah 53 50,48 18 64,29
gaya berpakaiannya ketika berada di ruang publik seperti saat ibadah baik itu di
tempat ibadah maupun di rumah sendiri, saat kuliah di kampus, saat ada
kondangan atau pernikahan, dan saat keluar. Data ini juga menunjukkan bahwa
ibadah (50,48%) merupakan saat yang paling sering bagi orang muda untuk
Tabel 11
Arti Berpakaian Berdasarkan Ruang dan Waktunya
Respon Responden
Ruang dan Makna
F % N %
1. Rumah
a. Nyaman Fungsi Fisik 404 44,64 27 97,43
b. Ekspresi Diri 14 1,55 7 25
c. Norma 12 1,32 3 10,71
2. Keluar / jalan / pergi
a. Nyaman Fungsi Fisik 153 16,90 22 78,57
b. Norma 24 2,65 11 39,29
c. Ekspresi Diri 17 1,88 12 42,86
3. Kampus
a. Norma 89 9,83 21 75
b. Nyaman Fungsi Fisik 69 7,62 14 50
c. Ekspresi Diri 29 3,20 10 35,71
4. Tempat Kerja
a. Norma 28 3,09 6 21,42
b. Nyaman Fungsi Fisik 8 0,88 4 14,29
a. Ekspresi Diri 6 0,66 3 10,71
5. Tempat Ibadah
a. Norma 23 2,54 10 35,71
b. Nyaman Fungsi Fisik 24 2,65 9 32,14
c. Ekspresi Diri 5 0,55 3 10,71
jalan-jalan atau pergi pada situasi yang santai, responden juga cenderung
ruang publik yang formal, seperti di kampus, tempat kerja, dan tempat ibadah,
sebutkan oleh R28, seorang mahasiswa Kedokteran Hewan UGM yang berusia 22
”Kalau baju sehari-hari, misalnya jalan-jalan aku banyakan pakai kaos. Kalo
kuliah ya pakai yang berkerah, hem, atau apa itu. Kalau ke gereja ya pakai hem,
lengan panjang. Kalau ke gereja kadang sama dengan ke kampus kadang dilebihkan.
Lebih resmi karena di gereja kan bareng-bareng sama orang. Kebanyakan orang di
gereja itu suka yang lebih gitu ya aku ngikutin aja. Ke gereja kalo ada pakaian yang
terbaik ya pakailah yang terbaik. Nggak asal pakai gitu. Misalnya kalo kaosan doank,
ke gereja kok kaosan doank, kayaknya tu nggak niat. Itu sebenarnya nggak
mempengaruhi keadaan hatiku. Aku ke gereja ya hatiku ke gereja. Nggak aku ke
gereja karena pakaianku kayak gini terus ke gerejanya nggak sepenuh hati. Itu bukan
masalah hati, tapi masalah kesopanan dengan orang luar”
kondisi di mana ia berada dan dengan siapa ia bertemu. Ia mengenakan kaos saat
jalan-jalan, mengenakan kemeja rapi saat kuliah dan bertemu dosen karena aturan
menyesuaikan orang-orang yang ada di gereja. Hal ini menunjukkan bahwa orang
pakaianya dengan aturan atau norma yang berlaku di mana ia berada. Jadi sebesar
apapun keinginan orang muda untuk mengikuti tren, mereka tetap menyesuaikan
Tabel 12
Jenis Pakaian dan Alasannya
Jenis Pakaian dan Alasannya Respon Responden
F % N %
A. Atasan
1. Kaos 198 52,52 28 100
a. Nyaman Fungsi Fisik 208 55,17 28 100
b. Ekspresi Diri 19 5,04% 11 39,29
2. Kemeja Berkerah 68 18,04 27 96,43
a. Norma 66 17,51 24 85,71
b. Nyaman 29 7,69 13 46,43
3. Kaos berkerah 36 9,55 15 53,37
a. Nyaman Fungsi Fisik 16 4,24 8 28,57
b. Norma 14 3,71 9 32,14
4. Jaket, cardigan, sweater 35 9,28 16 57,14
a. Nyaman Fungsi Fisik 14 3,71 9 32,14
5. Pakaian Tidur (piyama, 27 7,16 8 28,57
daster)
a. Nyaman Fungsi Fisik 38 10,08 8 28,57
6. Tanktop / kaos tanpa lengan 14 3,71 7 25
a. Nyaman Fungsi Fisik 22 5,84 6 21,43
B. Bawahan
1. Celana Pendek Kain 77 46,11 23 82,14
a. Nyaman Fungsi Fisik 77 46,11 18 64,29
2. Jeans 65 38,91 27 96,43
a. Nyaman Fungsi Fisik 20 11,98 7 25
Lanjut ke halaman berikut
Tabel 13
Arti Pakaian Berdasarkan Jenis Pakaian
Ekspresi
No. Nyaman Fungsi Fisik Norma
Diri
1 Kaos Kemeja Berkerah Jeans
2 Kaos berkerah Kaos berkerah Kaos
3 Jaket /cardigan/sweater Jeans
4 Pakaian tidur (piyama, daster) Celana jeans 7/8 atau 3/4
5 Tanktop/kaos tanpa lengan Celana panjang kain
6 Celana pendek kain Sarung
7 Jeans
8 Sarung
merepresentasikan nyaman fungsi fisik. Kemeja berkerah, celana jeans 7/8 atau
¾, serta celana panjang kain merepresentasikan norma. Kaos berkerah dan sarung
pakaian tersebut, antara lain nyaman fungsi fisik, norma dan ekspresi diri.
Data ini menunjukkan bahwa jenis pakaian responden cenderung lebih banyak
padangan sosial.
cenderung mengikuti norma yang ada pada saat ia sedang berada di ruang publik.
berkerah, kaos berkerah, jeans, celana kain, celana 3/4 atau celana 7/8. Sedangkan
pada saat sedang berada di ruang pribadi, di rumah atau di kos, dan di ruang
dan celana pendek kain. Data ini mengindikasikan bahwa mahasiswa cenderung
menyesuaikan identitas dirinya dengan norma yang berlaku pada masyarakat atau
Celana Pendek
Piyama/Daster
Jaket/Sweater/
Ruang Pribadi jumper
Ekspresi Diri Tank top / kaos
Jalan-jalan/ & Nyaman tanpa lengan
Keluar/Pergi Fungsi Visual
Kaos Oblong
Ruang &
Kampus Nyaman
Waktu Fungsi Fisik Jeans
Celana Panjang
Harian
berpakaian
Tabel 14
Sumber Informasi Mahasiswa Mengenai Cara Berpakaian
Respon Responden
Sumber Informasi
F % N %
Media 14 42,42 11 39,29
Teman 10 30,3 10 35,71
Keluarga 4 12,12 4 14,29
Observasi orang sekitar
3 9,09 3 10,71
yang tidak dikenal
Tidak ada 2 6,06 2 7,14
Dari 4 sumber informasi yang ada, media menjadi sumber informasi yang paling
banyak memberikan pengetahuan tentang gaya dan model pakaian pada mahasiswa.
(13,3%) orang responden dari keluarga, dan 3 (10%) orang responden mendapatkan
sekitarnya.
Tabel 15
Orang yang Dibayangkan
Responden %
Orang yang dibayangkan
P L N P L N
Teman 4 4 8 33,33 28,57 28,57
Orang yang lebih tua /
panutan 2 5 7 16,67 35,71 25
Tidak ada/style sendiri 5 1 6 41,67 7,14 21,42
Media 0 4 4 0 28,57 14,29
Orang se-etnis 1 0 1 8,33 0 3,57
Keterangan:
P: Perempuan
L: Laki-laki
gaya pakaian yang sama dengan dirinya, 15 (57,7%) responden menyebutkan orang-
menyebutkan orang yang lebih tua dan menjadi panutan (orang tua, kakak,
media sebagai sosok yang dibayangkan memiliki gaya yang mirip dengan dirinya
seperti artis, atlit, dan tokoh petualang di TV. Sisanya, ada 6 (21,42%) orang
responden yang menyebutkan bahwa tidak ada orang yang mereka bayangkan
memiliki gaya pakaian yang sama dengan mereka, artinya mereka memiliki style
sendiri yang berbeda dengan orang lain. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa
Data dari tabel 14 dan tabel 15 menunjukkan bahwa sumber informasi bagi
mahasiswa tentang cara berpakaian berasal dari media, akan tetapi orang yang
mereka bayangkan pada saat memilih pakaian bukanlah tokoh-tokoh yang ada di
pakaian, mereka menegosiasikan informasi dari media dengan ruang sosial di mana ia
berada. Hasil negosiasi tersebut adalah pilihan gaya berpakaian disesuaikan dengan
ruang dan waktu tertentu, tetapi mereka tetap mengikuti tren dan mode yang di
tawarkan media. Hal ini mengindikasikan bahwa identitas diri mahasiswa yang
Berikut ini akan disajikan hasil analisa perbedaan laki-laki dan perempuan dalam
mengenakan pakaian. Data ini penting dilakukan karena hasil analisa dari kedua
sumber data, Jurnal Aktivitas Harian dan wawancara, menunjukkan bahwa ada
lebih mempertimbangkan norma serta kenyamanan secara sosial dan visual, dan
Tabel 16
Arti Pakaian pada Mahasiswa Berdasarkan Hasil Wawancara
Respon Responden
Arti Pakaian F % N %
P L P L P L P L
1. Nyaman 2 2 7,69 10,53 2 2 14,29 14,29
2. Norma 5 6 19,23 31,58 5 6 35,71 42,86
3. Ekspresi Diri 19 11 73,08 57,9 10 8 71,43 57,14
lebih banyak mengartikan pakaian sebagai ekspresi diri dengan respon sebanyak
lain, responden laki-laki lebih banyak mengartikan pakaian sebagai norma dengan
Tabel 17
Arti dan Alasan Berpakaian Berdasarkan Jenis Kelamin dari Data Jurnal Aktivitas
Harian
Respon (F) Responden (N)
Arti
Alasan Mengenakan F % N %
Pakaian
P L P L P L P L
A. Nyaman 76 121 35,19 47,45 14 14 100 100
1. Fungsi Fisik 41 34 18,98 13,33 13 14 92,86 100
2. Fungsi Sosial 26 48 12,04 18,82 8 11 57,14 78,57
3. Fungsi Visual 9 39 4,17 15,29 5 8 35,71 57,14
C. Ekspresi
66 43 30,56 16,83 10 11 71,43 78,57
Diri
1. Gaya pakaian yang ingin
ditunjukkan kepada 27 26 12,5 10,19 8 10 57,14 71,43
orang lain
2. Kesan diri yang ingin
ditampilkan kepada 39 17 18,06 6,67 11 7 78,57 50
orang lain
perempuan mengartikan pakaian lebih pada sebagai kenyamanan fisik (18,98%) dan
ekspresi diri (30,56%). Sementara itu, responden laki-laki lebih mengartikan pakaian
sebagai kenyaman secara sosial (18,82%) dan visual (15,29), serta tuntutan norma
Tabel 18
Ruang dan Arti Mengenakan Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin
Respon Responden
Ruang dan Arti F % N %
P L P L P L P L
1. Rumah
a. Nyaman 239 152 47,99 38,58 13 14 92,86 100
b. Ekspresi Diri 5 9 1 2,28 3 4 21,43 28,57
c. Norma 8 4 1,61 1,01 1 2 7,14 14,29
2. Keluar / jalan / pergi
a. Nyaman 113 40 22,69 10,15 11 11 78,57 78,57
b. Norma 8 16 1,61 4,06 2 9 14,29 64,29
c. Ekspresi Diri 10 7 2,01 1,78 7 5 50 35,71
3. Kampus 0
a. Norma 36 53 7,23 13,45 9 12 64,29 85,71
b. Nyaman 31 38 6,22 9,64 8 14 57,14 100
c. Ekspresi Diri 12 17 2,41 4,31 3 7 21,42 50
4. Tempat Kerja
a. Norma 12 16 2,41 4,06 4 2 28,57 14,29
b. Nyaman 6 2 1,20 0,51 2 1 14,29 7,14
a. Ekspresi Diri 3 3 0,60 0,76 1 2 7,14 14,29
5. Tempat Ibadah
a. Norma 3 20 0,60 5,10 2 8 14,29 57,14
b. Nyaman 9 15 1,81 3,81 3 6 21,43 42,86
c. Ekspresi Diri 3 2 0,60 0,51 2 1 14,29 7,14
Data dari tabel 18, berdasarkan alasan berpakaian ketika di ruang pribadi dan
kampus, tempat ibadah dan tempat kerja, responden laki-laki yang lebih banyak
Tabel 19
Jenis Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin
Respon Responden
Jenis Pakaian F % N %
P L P L P L P L
1. Pakaian Tidur (piyama, daster) 27 0 12,44 0 8 0 57,14 0
2. Tanktop/kaos tanpa lengan 11 3 5,07 1,88 4 3 28,57 21,43
3. Jeans 39 26 41,94 35,13 14 13 100 92,86
4. Celana Pendek Kain 45 32 48,39 43,24 10 13 71,43 92,86
5. Kaos 109 89 50,23 55,63 14 14 100 100
6. Jaket, cardigan, sweater 16 12 9,22 9,38 8 8 57,14 57,14
7. Celana Jeans 7/8 & 3/4 7 7 7,53 9,45 4 5 28,57 35,71
8. Kemeja Berkerah 33 35 15,21 21,88 13 14 92,86 100
9. Kaos berkerah 17 19 7,83 11,88 7 8 50 57,14
10. Celana Panjang Kain 2 4 2,15 5,41 2 3 14,29 21,43
11. Sarung 0 5 0 6,76 0 4 0 28,57
norma seperti kemeja berkerah (21,88%), kaos berkerah (11,88%), dan celana
Tabel 20
Merk Pakaian Berdasarkan Jenis Kelamin
Respon Responden
Kategori Merk F % N %
P L %P L P L P L
1. Merk Indonesia Tekenal 48 52 25,81 35,14 13 10 92,86 71,43
2. Merk yang Tidak Terkenal 58 40 31,18 27,03 13 11 92,86 78,57
mereka lebih sering mengenakan pakaian yang merknya tidak terkenal (31,18%),
Data dari tabel 16, 17, 18, 19, dan 20 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam memaknai pakaian dapat dilihat
Tabel 21
Perbandingan antara Perempuan dan Laki-laki dalam Berpakaian
Jenis Perbedaan Perempuan Laki-laki
1. Arti Pakaian dan Nyaman fungsi fisik dan Nyaman fungsi sosial
alasan ekspresi diri dan visual, serta norma
mengutamakan norma, serta kenyamanan fungsi sosial dan visual. Mereka lebih suka
mengenakan jenis pakaian yang merepresentasikan norma seperti kemeja dan celana
panjang kain. Di sisi lain, perempuan mengartikan pakaian lebih pada kenyaman
fungsi fisik dan ekspresi diri sehingga cenderung lebih suka mengenakan jenis
pakaian yang nyaman seperti baju tidur, tanktop, celana pendek kain, dan kaos. Selain
itu, responden laki-laki lebih banyak mengenakan pakaian merk terkenal baik itu
merk dalam atau luar negeri sedangkan responden perempuan lebih banyak
Fakta ini menunjukkan bahwa bagi responden laki-laki memiliki kebutuhan untuk
diterima dan menjadi bagian dari masyarakat lebih besar dibandingkan perempuan.
mengenakan pakaian bermerk dan yang sesuai dengan norma. Sementara itu,
Perempuan Laki-laki
Identitas Diri
Identitas Sosial
Identitas
Mahasiswa
Yogyakarta dari cara berpakaiannya. Ketiga faktor tersebut adalah media, budaya,
dan masyarakat. Pada faktor media, landasan teori dan data hasil penelitian
menunjukkan hal yang sama bahwa cara berpakaian mahasiswa dipengaruhi oleh tren
yang ditawarkan dalam media. Faktor budaya yang menentukan secara eksplisit
muncul dari data penelitian adalah nilai dan norma yang berlaku dalam pada agama
berupa kesopanan dan kepantasan, serta norma dan nilai masyarakat berupa
keselarasan atau harmoni, dan perbedaan gender. Sementara dalam landasan teori
nilai-nilai dan norma yang ada hanya nilai dan norma masyarakat secara umum yaitu
keharmonisan dan keselarasan sosial. Pada faktor masyarakat, ada sedikit perbedaan
sebagaimana diasumsikan dalam landasan teori dengan data hasil penelitian. Pada
namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada data responden yang
ini akan dijelaskan lebih detail mengenai skema hasil penelitian ini:
1. Media
Berdasarkan landasan teori maupun data yang diperoleh dari hasil penelitian
Media. Media memberikan informasi misi mengenai model berpakaian yang terbaru
atau tren kepada mahasiswa. Mahasiswa mengakses informasi dari televisi, majalah,
dan internet mengenai tren pakaian yang berkembang saat ini. Mereka menirukan
melalui berpakaian.
2. Budaya
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Nilai dan norma budaya yang muncul
dari data adalah nilai dan norma agama yaitu kesopanan dan kepantasan, nilai
masyarakat yaitu harmoni, serta gender. Faktor budaya yang pertama, cara berpakaian
mahasiswa di Yogyakarta dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku dalam
agama, yaitu kesopanan dan kepantasan. Mereka menghayati nilai dan norma ini
dalam cara berpakaian mereka terutama saat sedang menjalankan ibadah dengan
mengenakan pakaian yang sopan dan pantas dihadapan Tuhan saat beribadah. Hal ini
terekspresi dari cara mereka mengenakan pakaian yang bersih dan wangi saat sholat,
mengenakan pakaian yang bagus atau terbaik saat berada di gereja dan vihara, atau
mengenakan pakaian adat saat ke pure. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih
Faktor budaya yang kedua, nilai dan norma masyarakat. Hasil penelitian
yang dihidupi masyarakat yaitu keselarasan sosial atau harmoni. Hal ini tampak dari
cara berpakai yang masih mencerminkan prinsip hidup yang menentukan perilaku
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa, yaitu prinsip rukun dan hormat (Magnis-
pantas, rapi, dan resmi pada acara-acara tertentu dalam masyarakat, seperti saat
Faktor budaya yang ketiga, perbedaan gender. Data hasil penelitian menunjukkan
bahwa ternyata nilai-nilai perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki yang ada
Indonesia pada umumnya, dan khususnya masyarakat Jawa. Salah satu implikasinya
adalah adanya pembagian kerja secara seksual, yaitu laki-laki berperan dalam sektor
publik dan perempuan berperan dalam sektor domestik (Kasiyan, 2008). Dengan
demikian, kebutuhan laki-laki untuk diterima secara publik di dalam masyarakat lebih
dengan norma, aturan, dan kepantasan atau kesopanan yang berlaku dalam
masyarakat, sementara perempuan lebih memilih pakaian yang nyaman secara fungsi
3. Masyarakat
Masyarakat dalam penelitian ini adalah ruang sosial di mana mahasiswa tersebut
tergabung. Pada faktor masyarakat, ada sedikit perbedaan antara apa yang
diasumsikan dalam landasan teori dengan data hasil penelitian bahwa berdasarkan
berpakaian masyarakat. Namun pada hasil penelitian, ternyata tidak ada data yang
Hal ini menunjukkan pemerintah mengatur cara berpakaian pada masyarakat yang
2008 (Akhirnya RUU Pornografi Disahkan, 2008) dan ketetapan presiden bahwa
batik menjadi ikon nasional (Mada, Susilo, & Pandia, 2008). Akan tetapi, hal ini tidak
berpengaruh langsung terhadap gaya hidup mahasiswa saat ini, khususnya dalam
mahasiswa lebih dipengaruhi oleh ruang sosial di sekitarnya, yang sering ia temui
sehari-hari seperti media, institusi agama, institusi pendidikan, masyarakat, dan teman
sebaya.
orang Indonesia untuk menutup tubuhnya merupakan pengaruh dari budaya Arab
yang identik dengan Islam dan Eropa yang diidentikkan dengan Kristen (Nordholt,
luar dari kemunduran dan kekafiran (van Dijk, 2005). Pengaruh dari kedua agama
masih sangat kuat dan terbawa hingga saat ini. Mahasiswa-mahasiswa yang menjadi
Ruang sosial lain yang mempengaruhi adalah institusi pendidikan. Hal ini
mahasiswanya. Contohnya dengan adanya tulisan ‘Kaos oblong dan sandal jepit
dilarang masuk kampus’ di wilayah kampus atau aturan mengenakan pakaian yang
sesuai ajaran agama yang berlaku dalam kampus yang bernuansa keagamaan seperti
mengenakan jilbab pada kampus yang bernuanasi Islami. Selain itu, kampus juga
menetapkan jenis busana rapi dan sopan, yaitu pakaian yang rapi, bersepatu atau
sepatu sandal; tidak memakai baju atau kaos tanpa lengan atau tanpa kerah; tidak
berpakaian ketat dan rok mini bagi mahasiswa perempuan; dan tidak berpakaian
Ruang sosial lain yang mempengaruhi cara berpakaian mahasiswa adalah ruang
dan teman sebaya. Dalam sehari-hari, mahasiswa selalu bersinggungan dengan orang-
orang yang ada dalam ruang sosial ini. Oleh karena itu, mereka menirukan apa yang
dilihat dan diajarkan oleh orang-orang yang ada dalam ruang sosial ini.
D. Pembahasan
Hasil penelitian pada mahasiswa yang berusia 18-23 tahun dan sedang kuliah di
Yogyakarta ini menunjukkan bahwa mereka mengartikan pakaian ke dalam tiga hal,
yaitu norma, kenyamanan, dan ekspresi diri. Dalam menentukan pilihan pakaiannya,
mereka mengadopsi perkembangan mode dan tren yang ditawarkan media, tetapi
ruang publik seperti tempat ibadah, kampus, tempat kondangan, tempat main, serta
ruang sosial seperti tempat ibadah, kampus, dan tempat kondangan. Akan tetapi,
mereka akan mengenakan pakaian yang nyaman dan mengekspresikan identitas saat
yang dimaksud dengan objektivikasi adalah usaha untuk mengubah sebuah ide
abstrak mengenai arti berpakaian menjadi sesuatu yang hampir konkret yang ada di
dunia fisikal. Melalui proses objektivikasi inilah, ide-ide yang asing mengenai arti
pakaian tersebut menjadi lebih konkret dan dikenal. Sedangkan yang dimaksud
dengan Anchoring adalah proses pengenalan informasi baru mengenai pakaian yang
dimiliki mahasiswa dikaitkan dengan suatu objek tertentu yang ada dalam pikiran
mahasiswa. Anchoring dalam penelitian ini adalah berupa tindakan mahasiswa dalam
berpegang teguh pada nilai-nilai yang ada dalam masyarakat saat ini, khususnya nilai
agama dan nilai budaya. Mereka mempertimbangkan nilai-nilai hidup orang pada
budaya Timur dalam menentukan pakaiannya, yaitu kepantasan dan kesopanan dalam
rangka menghargai orang lain. Untuk saat ini, norma kesantunan dalam masyarakat
adalah pakaian yang tertutup. Sementara pakaian yang terbuka diidentikkan dengan
budaya Barat.
Jika dilihat dari sejarah berpakaian dalam kultur kita, pada awalnya masyarakat
menggunakan pakaian sebagai penutup tubuh dan mengenakan pakaian yang tertutup
sejak mengenal agama, khususnya agama Islam dan Kristen (Lombard, 1996;
Nordholt, 2005). Menurut van Dijk (2005), kedua agama ini memandang
dipaksa supaya menutup tubuh mereka (Nordholt, 2005). Dalam Islam, pakaian
merupakan sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Oleh karena itu, umat Islam
berukuran panjang dan tidak jarang (menutup aurat), bertudung kepala (Ismail, 1993).
Sementara dalam agama Kristen, khususnya katolik, saat akan merayakan Misa, umat
diharapkan untuk mempersiapkan dirinya selayaknya untuk orang mau pergi ke pesta
atau undangan seseorang yang dihormati, yaitu Tuhan sendiri. Saat Misa, setiap orang
diwajibkan untuk berperilaku pantas, termasuk berpakaian sopan, rapi, dan bersih
(Saunders, 1999). Jenis pakaian seperti celana pendek, kaos oblong, celana ketat, dan
baju tanpa lengan dipandang tidak pantas untuk dikenakan di gereja. Pengaruh dari
kedua agama masih sangat kuat dan terbawa hingga saat ini. Mahasiswa-mahasiswa
dengan nilai agama. Hal ini tampak dari kecenderungan mereka memperhatikan
kampus terekspresi dalam pakaian yang rapi dan formal, di mana mahasiswa dituntut
untuk mengartikan pakaian tertutup yang berkerah, celana panjang yang tidak sobek,
serta tidak mengenakan sandal jepit. Aturan kampus ini bertujuan untuk
membiasakan mahasiswa supaya terbiasa mengenakan pakaian yang rapi dan formal
seperti halnya dalam dunia kerja. Hal ini tampak lebih jelas dalam aturan berpakaian
di prodi profesi. Mereka di tuntut untuk berpenampilan rapi, formal dan profesional,
seperti yang dilakukan oleh salah satu responden mahasiswa profesi Apoteker, ia
wajib mengenakan dasi, kemeja lengan panjang, celana kain hitam, dan sepatu
pantofel setiap kali kuliah. Artinya universitas itu mempersiapkan anak didiknya
untuk diterima oleh dunia kerja. Hal ini berlaku hampir di semua universitas, kecuali
universitas yang bernafaskan Islam, seperti UII dan UIN. Mahasiswa di kedua
untiversitas tidak hanya diwajibkan untuk mengenakan pakaian pantas, tapi juga
wajib mengenakan baju panjang, menutup pantat, tidak memperlihatkan aurat, tidak
ketat, dan jilbab (Keputusan Rektor UIN…, 2005; Hanifah, 2009). Artinya,
universitas ini tidak hanya menyiapkan mahasiswa terjun ke dunia kerja, melainkan
keluarga). Di mana nilai kepantasannya adalah pakaian yang formal, tertutup, dan
rapi. Ruang sosial yang ketiga ini mengekspresikan nilai-nilai masyarakat yang
berpakaian mencerminkan cara dia menghargai orang lain. Hal ini tergambar dari
ungkapan ajining dhiri saka lathi, ajining raga saka busana yang artinya bahwa
antara jiwa dan raga perlu perhatian khusus, agar dirinya mendapat perhormatan dari
orang lain (Purwadi, 2007). Jika ia mengenakan pakaian yang tidak pantas, ia
dipandang tidak menghargai orang yang mengundang. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini menghayati nilai-nilai yang ada di
masyarakat Timur, khususnya nilai hormat, nilai rukun, dan nilai toleransi yang
Hal ini bila dilihat dari konteks penelitian di mana Yogyakarta yang menjadi
lokus penelitian ini memiliki budaya yang dominan yaitu budaya Jawa serta
sebagaian besar responden penelitian ini adalah etnis Jawa. Dalam buku Etika Jawa,
hidup, yaitu hormat dan rukun. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan
segala perilaku sosial seseorang beretnis Jawa ditentukan oleh prinsip-prinsip ini.
Pada konteks penelitian ini, fakta bahwa mahasiswa selalu mempertimbangkan norma
sopan, pantas, rapi, dan resmi. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa, responden
Hal ini senada dengan hasil penelitian Susetyo (2006), pada studi deskriptif pada
78 orang mahasiswa Jawa yang berusia 18-24 tahun dan berdomisili di Semarang.
Susetyo meneliti tentang Identitas Sosial Orang Jawa dengan menggunakan angket
identitas sosial orang Jawa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar
hormat sebagai pertimbangan perilakunya. Hal ini tergambarkan dari perilaku yang
menjunjung tinggi sopan santun, setia kawan, tenggang rasa, senang suasana tentram
dan tenang, mudah bekerja sama dan menjaga perasaan orang lain agar tidak
tersinggung.
untuk mengenali realitas yang bersifat intuitif (Stange, 2009). Dalam masyarakat
Jawa, kemampuan logika ’rasa’ merupakan hal yang mendasari orang berelasi dengan
orang lain. Dalam penelitian ini, kepekaan mahasiswa untuk menyesuaikan gaya
menggunakan logika ’rasa’nya. Di tengah tawaran mode dari media massa yang kuat,
mengakses media untuk memdapatkan informasi mengenai pakaian. Hal ini berarti
bahwa dalam berpakaian mereka mengambil jarak dari apa yang mereka lihat di
dari cara berpakaiannya merupakan hasil konstruksi dari media dan orang-orang yang
memiliki pengaruh yang lebih besar dalam membentuk identitas mahasiswa. Oleh
karena itu, identitas diri mahasiswa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari
identitas sosial.
masyarakat. Oleh karena itu mereka selalu menyesuaikan gaya pakaianya dengan
aturan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam ruang publik, mereka selalu berusaha
mengenakan pakaian-pakaian yang sesuai dengan norma dan aturan yang ada.
Mereka mengenakan jenis pakaian yang sopan dan pantas, seperti kemeja, celana
panjang, kaos berkerah, dan celana 3/4 atau 7/8, supaya mereka dapat diterima oleh
hanya pada saat mereka berada ruang pribadinya dan ruang sosial di mana mereka
tidak dikenal. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa belum tercerabut dari
masyarakat di mana ia tinggal. Oleh karena itu, identitas diri mahasiswa merupakan
Pada masyarakat Timur, khususnya Jawa dalam konteks penelitian ini, identitas
dewasa bila ia mampu melebur dalam masyarakat dengan mengikuti aturan atau
norma dalam budaya di masyarakat. Hal ini berbeda dengan konsep identitas yang
menentukan tindakannya, termasuk dalam berpakaian. Oleh karena itu, mereka bebas
mengenakan pakaian yang minim dan terbuka, seperti hot pants dan baju you can see
di tempat umum selama itu tidak mengganggu ketenangan orang lain. Setiap orang
ingin menegaskan bahwa “aku adalah seseorang”. ke-diri-an seseorang sangat diakui,
Ada perbedaan antara perspektif Barat pada umumnya dengan perspektif di Timur
semakin otonom, identitasnya semakin unik, dan tidak terikat pada orang lain.
Sementara itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang dipandang semakin
ke-ego-annya.
mengikuti aturan atau norma dalam budaya di masyarakat. Hal ini tercermin dari
kemeja karena dengan demikian ia terlihat dewasa dan siap bersosialisasi dengan
masyarakat. Hal lain juga tampak dari responden yang selalu berusaha untuk
menyesuaikan gaya pakaiannya dengan ruang dan waktu di mana mereka berada.
Pada saat di ruang publik, mereka berusaha untuk bisa menempatkan diri dengan
mengenakan pakaian yang sopan, pantas, dan rapi meskipun terkadang harus
dengan dunia sosialnya. Mereka merasa nyaman ketika ia tidak salah kostum,
pakaian yang dikenakannya terlihat baik dan bisa diterima dalam masyarakat. Hal ini
Hal ini senada dengan yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Ogilvy & Mather
Asian Pasific pada generasi baru yang berusia 20-30 di 9 negara Asia Selatan, Timur,
dan Tenggara (Kompas, Rabu, 25 Juni 1997). Hasil dari wawancara pada 7.000 orang
muda tersebut mengatakan bahwa mahasiswa di Asia tidak tertarik dengan kebebasan
segala nilai-nilai Barat seperti yang selama ini digambarkan banyak orang. Hasil riset
ini menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan hasil perpaduan antara dua kekuatan,
yaitu pencarian ekspresi diri serta kesadaran untuk menerima norma-norma sosial.
Hasil lain dari penelitian ini yang menarik adalah ternyata ada perbedaan secara
lebih pada kenyaman fisik dan ekspresi diri. Selain itu, responden laki-laki lebih
banyak mengenakan pakaian merk terkenal, baik itu merk dalam atau luar negeri,
tidak terkenal. Fakta ini menunjukkan bahwa bagi mahasiswa laki-laki penampilan
dalam berpakaian itu penting. Hal ini dikarenakan posisi laki-laki dalam masyarakat
Hal ini juga terekspresi dalam sejarah berpakaian di Indonesia, di mana pada awal
pakaian bergaya barat (kemeja, celana panjang kain, jas) untuk menandakan
sejalan dengan kebudayaan (Taylor, 2005). Hal serupa juga terjadi pada era dan Orde
pakaian yang rapi (kemeja batik lengan panjang atau pakaian safari dengan celana
2005), sementara itu perempuan mengenakan kebaya yang melambangkan sifat pasif
perbedaan gender ini adalah konstruksi dari ‘ideologi patriarki’ yang ada,
waktu yang cukup panjang (Kasiyan, 2008). Masyarakat Indonesia pada umumnya,
dan Jawa khususnya adalah masyarakat yang berbudaya patriarki. Salah satu
implikasi dalam dari perbedaan gender dalam masyarakat patriarki adalah adanya
pembagian kerja secara seksual antar manusia berbeda jenis kelamin, yaitu laki-laki
berperan dalam sektor publik dan perempuan berperan dalam sektor domestik
sektor domestik. Dengan demikian, kebutuhan laki-laki untuk diterima secara publik
di dalam masyarakat lebih besar dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, mereka
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, secara umum pakaian merepresentasikan identitas diri
dan identitas sosial mahasiswa. Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian ini.
kesopanan dan kepantasan yang berlaku saat mereka berada di ruang publik,
seperti di tempat ibadah, di kampus, kondangan, dan tempat kerja. Sementara itu,
berpakaian saat mereka berada di ruang pribadi, seperti di rumah atau di kos.
kesopanan dan kepantasan saat di ruang publik dan rasa nyaman saat berada di
ruang pribadi bahwa mahasiswa dalam berpakaian menunjukkan identitas diri dan
identitas sosialnya.
penelitian ini adalah berupa tindakan mahasiswa dalam berpakaian, yaitu berusaha
lingkungan sosial. Hal ini terekspresikan dalam tindakkan seperti mahasiswa kalau
B. Keterbatasan Penelitian
C. Saran
Abrams, D. & Hogg, M. A. (1990). Social Identity Theory: Construction and Critical
Advances. Hertfordshire: Hervester Wheatsheaf.
Akhirnya RUU Pornografi Disahkan. (30 Oktober, 2008). Kompas Online. Diambil
10 Agustus, 2009, dari http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/30/
13264812/akhirnya.ruu.pornografi.disahkan.
Berger, P.L. & Luckman, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in
the Sociology of Knowledge. New York: Doubleday & Company.
Brym, R. & Lie, J (2007). Applying the Four Theoretical Perspectives: The Problem
of Fashion. Timbangan buku Sociology: Your Compass for a New World, 3rd].
Diambil 15 Oktober, 2009, dari http://www.chass.utoronto.ca/soc101y/brym/
fashion.pdf
Burr, V. (2002). The Person in Social Psychology. New York: Taylor & Francis.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among
Five Approach, 2nd Ed. Thousand Oaks: SAGE Publications.
Danandjaja, J. (2005). Dari Celana Monyet ke Setelan Safari: Catatan Seorang Saksi
Mata. Dalam H.S. Nordholt (ed), Outward Appearances: Trend, Identitas,
Kepentingan (hal. 121-168). Yogyakarta: LKiS.
Davis, F. (1992). Fashion, Culture, and Identity. Chicago: The University of Chicago
Press.
Giddens, A. (1991). Modernity and Indentity: Self Society in the Late Modern Age.
Cambridge: Polity Press & Blackwell Publisher.
Handayani, C.S. (2005). Gambaran Identitas Diri dalam Budaya Konsumsi. Disertasi
doktor yang tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Handayani, C.S. & Novianto, A. (2004). Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LKiS.
Hogg, M.A. & Abrams, D. (2001). Intergroup Relations: Key Readings in Social
Psychology. Philadelphia: Psychology Press.
Ismail, S.Z. (1993). Nilai-nilai Islam dalam Pakaian Cara Melayu. Islam dan
Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta: Yayasan Festival
Istiqlal.
Iswari, M. (2009, Januari-Februari). Tahu Fasyen, Mari Bergaya. Basis, Tahun Ke-
58, No. 01-02.
James, W. (1890). Principles of Psychology. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Kashima, Y., Foddy, M., & Platow, M. ( 2002). Self and Identity: Personal, Social,
and Symbolic. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Keputusan Rektor UIN Sunan Kalijaga, No: 133 tahun 2005, tentang Tata Tertib
Student Center Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2005).
Diambil 25 Oktober, 2009, dari http://uin-suka.info/sukapressonline/
index.php?option=com_content&task=view&id=30.
Larsen, R.J. & Buss, D.M. (2005). Personality Psychology: Domains of Knowledge
about Human Nature, 2nd Ed. New York: McGraw-Hill.
Leedy, P.D. & Ormrod, J.E. (2005). Practical Research Planning & Design 8th
Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Liestyasari, S. I., (2005). Kaum Muda dan Konsumsi Identitas Yogya. Dalam
Penghiburan: Masa Lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Mada, R. K., Susilo, N., & Pandia, A. S. (2008, 6 September). Batik, dari Tradisi ke
Mode. Harian Kompas, h. 14. (Edisi Jawa Timur).
Orang Muda Asia Tak Tertarik Kebebasan Gaya Negara Barat. (1997, 25 Juni).
Kompas, h. 15.
Purwadi. (2007). Busana Jawa: Jenis-jenis Pakaian Adat, Sejarah, Nilai Filosofis
dan Penerapannya. Yogyakarta: Pura Pustaka.
Sarwono, S.W. (1979). Perbedaan antara Aktivis dan Pemimpin dalam Gerakan
Protes Mahasiswa. Karya disertasi doktoral. Jakarta: Bulan Bintang.
Susetyo, D.P.B. (2006). Identitas Sosial Orang Jawa: Studi Deskriptif pada
Mahasiswa Jawa. Psikodimensia. Vol. 5 No. 1, Januari-Juni 2006. Hal 1-16.
Taylor, J.K. (2005). Kostum dan Gender di Jawa Kolonial Tahun 1800-1940. Dalam
H.S. Nordholt (ed), Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan
(hal. 121-168). Yogyakarta: LKiS.
TKW Kulonprogo Lebih Suka Tinggal di Luar Negeri. (Jum’at, 13 Juli 2001).
Kompas, h. 1 dan 13.
UU Pornografi Perlu Uji Materi. (2008). Antaranews. Diambil 10 Agustus, 2009, dari
http://www.antara.co.id/view/?i=1225470289&c=NAS&s.
van Dijk, K. (2005). Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana
Pembedaan dan Diskriminasi. Dalam Outward Appearences: Tren, Identitas,
Kepentingan (57-120). Yogyakarta: LKiS.
Wagner, W., Duveen, G., Farr, R., Jovchelovitch, S., Lorenzi-cioldi, F., Markova, I.,
dkk. (1999). Theory and Method of Social Representation. Asian Journal of
Social Psychology. No. 2. Hal. 95-125 diambil tanggal 30 Agustus 2009, dari
http://eprints.lse.ac.uk/2640/1/Theoryandmethod.pdf.
Walmsley, C.J. (2004). Social Representation and the Study of Professional Practice.
International Journal of Qualitative Methods, 3(4), Artikel 4.
Worchel, S., Morales, J.F., Paez, D., & Deschamps, J.C. (1998). Social Identity;
International Perspectives. London: Sage Publications.
LAMPIRAN
8 Kamis, 19/3/09 Rapport dan STBA LIA, Jl. Monjali R-4 dan R-5 merupakan
penyerahan jurnal rekomendasi dari teman
pada R-4 dan R-5 kos peneliti yang adalah
teman les R-4 & 5
Lanjut ke halaman berikut
9 Wawancara R-1 Kamar kos R-1 di jl. 19.30-19.41
Tasura 6, Pugeran
10 Penyerahan jurnal Kampus 3 USD, Paingan
pada R-9
11 Jumat, 20/3/09 Penyerahan jurnal Kamar kos R-28 di Jl.
pada R-28 Kaliurang
Pengambilan jurnal R-
17, 18, 19, 20, dan 26
Wawancara pada R-26 19.45 – 20.33 (48 menit)
12 Senin, 23/3/09 Pengambilan jurnal R- Kos Peneliti, di jl. Kedua responden
16 dan R-9 Tasura 8 B, Pugeran mengantarkan jurnal ke
Maguwoharjo kos peneliti
13 Selasa, 24/3/09 Penyerahan jurnal Kos Peneliti, di jl.
pada R-22 Tasura 8 B, Pugeran
Maguwoharjo
Monjali
19 Jumat, 3/4/09 Wawancara R-16 Kamar kontrakan R-16, 19.30 wib – 19.50 (20
jl. Selokan Mataram, menit)
Pringwulung
Lanjut ke halaman berikut
20 Senin, 4/4/09 Wawancara R-12 Kos R-12 di Babarsasi 10.15 – 10.28 (13 menit)
21 Rabu, 15/4/09 Pengambilan Jurnal Perpustakaan Kampus 3 10.00-10.20 (20 menit)
dan wawancara R-24 USD, Paingan
22 Senin, 20/4/09 Wawancara R-9 Ruang baca Fak. 13.00-13.20 (20 menit)
Psikologi, Kampus 3
USD, Paingan
Wawancara R-20 Kos R-20 di jalan 16.00-16.10 (10 menit)
Monjali
Pengembalian jurnal Teras kos peneliti, jl. 21.10-21.24 (14 menit)
dan wawancara R-22 Tasura 8 B, Pugeran,
Maguwoharjo
23 Selasa, 21/4/09 Wawancara R-11 Pusat Bahasa UAJY, 10.15-10.30 (15 menit)
Kampus Mrican
24 Rabu, 22/4/09 Pengembalian jurnal Ruang Tamu Kos R-7 di 13.00-13.18 (18 menit)
dan wawancara R-7 Lempuyangan
Pengembalian jurnal Kamar kos peneliti, jl. 18.00 – 18.17 WIB (17
dan wawancara R-28 Tasura 8 B, Pugeran, Menit)
Maguwoharjo
25 Kamis, 23/4/09 Pengembalian jurnal Warnet Miva, Jl. Tasura, 14.00-14.20 (20 menit)
dan wawancara R-2 Pugeran, Maguwoharjo
(Tempat kerja R-2)
26 Jumat, 24/4/09 Pengambilan jurnal Rental VCD/DVD 12.45-13.10 (25 menit)
dan wawancara R-15 Victoria, Paingan
(Tempat kerja R-15)
27 Senin, 27/4/09 Wawancara R-10 Perpustakaan Pusat 13.20-13.45 (25 menit)
USD, Mrican
28 Rabu, 29/4/09 Wawancara R-19 Kos Responden di Jl. 17.30 – 18.05 (35 menit)
Monjali, Yogyakarta
29 Kamis, 30/4/09 Pengembalian jurnal Lembaga Bahasa USD, 14.00-14.40 (40 menit)
dan wawancara R-25 Mrican
30 Senin, 1/5/09 Pengembalian jurnal Perpustakaan Kampus 3 12.00-12.25 (25 menit)
dan wawancara R-23 USD, Paingan
31 Minggu, 3/5/09 Pengembalian jurnal Rumah sepupu R-3, 10.30-11.06 (36 menit)
dan wawancara R-3 Perum Taman Cemara,
Maguwoharjo
32 Selasa, 12/5/09 Pengambilan jurnal Depan sekretariat Fak. 10.30-11.00 (30 menit)
dan wawancara R-8 Psikologi USD
Pengambilan jurnal KPTU Fak Tekhnik, 13.20 wib – 13.29 wib
dan wawancara R-6 UGM, Yogyakarta
33 Senin, 18/5/09 Pengembalian jurnal Teras kos peneliti, jl. 16.00-16.45 (45 menit)
dan wawancara R-21 Tasura 8 B, Pugeran,
Maguwoharjo
2 BEM, REMAIS, FORSEI Menulis Presentasi Karya Ilmiah di Barang untuk menuangkan ide
depan banyak orang dari otakku ’Pulpen’
3 BEMF, Health Study Club Jalan-jalan Ngenet, jalan-jalan Baju, buku notes, fb/fs
(HSC), Otaku-otaku SOS
4 Les Inggris (LIA) Traveling ke luar kota, Jalan-jalan Sepatu Flats dan Tas
Berenang
5 LB LIA Jalan-jalan, browsing Jalan-jalan, ngenet di kos Cardigan & Baju Ketat
internet
6 KSTM (Kelompok Studi Wisata Kuliner, denger Makan, ngemil Walkman & setipenya
Teknologi Mahasiswa) musik, nonton film
7 Maen Games di Komputer Maen Games di Komputer Kebaktian (sampai temen2 Kaos oblong, sandal jepit
kosan tau jadwal kebaktianku)
10 EEPro (English Education Nonton Film Jalan-jalan (Pasar Bringharjo, Jam Tangan
Production) Mall)
11 Magis 09 (Komunitas orang Baca komik, Motret Saat membaca dan memotret Komik & Kamera
muda di gereja)
12 - Membaca buku, browsing Sibuk depan komputer, buat Semua barang yang berwarna
internet program, design foto/gambar orange
14 Passy (Persaudaraan Alumni Baca Novel (Harlequin Masak Pakaian, Bacaan harlequin
SMP-SMA St. Clause) & Ramance)
IKAMAYA (Ikatan Mahasiswa
Manggarai Yogyakarta)
18 Proyek, Komunitas ngopi Baca, Renang, Futsal Field work Jam Tangan G-Shock
19 Part-timer di Dagadu, gardep Nonton TV, Nongkrong di Kerja Sambilan, nge-MC Pesawat
34, forum Bandara / Airport
www.skyscrapercity.com,
www.indonesianpageants.com/f
orum
20 Gasdapala (Ganesa Muda Naik gunung, memelihara, Berinteraksi dengan alam, jail Rokok
Pencinta Alam) & masuk hutan rimba, main
Kasmatungga (Komunitas mhs games, hang out
Purbalingga di Yogayakarta)
21 Kamadhis (Keluarga Olah raga (Bulu tangkis & Olahraga Bulu tangkis Bantal & guling
Mahasiswa Buddhis) Satya Voli)
Dharma USD &
22 Pelayanan musik di gereja Main musik, olahraga Bermain alat musik Drum
23 KMHD (Keluarga Mahasiswa Baca, Maen game Tidur & baca Air
Hindu Dharma) USD
26 Bem, English Club, & French Menonton Kegiatan Organisasi, Seminar- Jam tangan & pakaian
Club seminar
A. Nyaman R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Nyaman 14 3 16 14 6 3 18 21 11 9 15 10 3 8 2 6 18 2 3 13 195 20
Tidak panas 3 5 6 11 1 4 3 11 2 2 48 10
Santai 8 7 10 8 1 1 2 1 38 8
Enak di pakai 4 1 1 1 3 2 1 1 6 2 3 2 3 2 32 14
Dingin, adem 1 1 2 6 2 4 9 25 7
Belum ganti / sekalian 5 1 6 1 1 3 3 20 7
kotor
Leluasa bergerak 6 7 2 1 16 4
Panas 7 1 1 5 14 4
Gak kedinginan 1 2 1 2 2 8 5
Melindungi kulit 5 1 6 2
Gak ribet 5 1 6 3
Bahannya enak 1 4 5 2
Aman 1 2 1 4 3
Gerah 3 1 4 2
Longgar 1 2 1 4 3
Tidak lengket 1 1 1
Pakai motor nyaman pakai 1 1 1
celana
Jalan kaki, jadi pakai rok 1 1 1
Tipis 1 1 2 2
Ringan 1 1 1
Khusus OR 1 1 1
Pakai celana pendek karena
1 1 1
habis hujan
Masih bersih baru dipakai 1 1 1
sebentar
Praktis 1 1 1
Pakaian sebelumnya sudah 1 1 1
kotor
2. Fungsi Sosial 0 4 5 0 1 0 0 3 2 0 1 9 0 0 8 0 0 1 0 0 1 2 4 0 0 0 1 0 42 13
Pakaian buat pergi- 3 1 9 1 14 4
pergi/jalan
Terkesan rapi 1 6 1 8 3
Nyaman dipakai karena 2 1 1 4 3
sopan
Terkesan santai 2 1 3 2
Pakaian renang 1 1 1
Warnanya matching dengan 1 1 1
pakaian pasangan
Pakai kaos dalam kerena 1 1 1
pakai kemeja
Diminta pacar 1 1 1
3. Fungsi Visual 1 7 0 0 0 3 0 0 3 6 1 0 3 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 9 1 2 42 20
Matching 1 5 2 2 2 12 5
Model/ gambar bajunya 1 3 3 3 1 11 5
lucu
Cerah 3 1 1 5 3
Kelihatan fresh 4 4 1
Eye catching 1 1 1
Kerahnya bagus 1 1 1
Enak dipandang 1 1 1
Warnanya pas 1 1 1
B. Norma R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
1. Kepantasan/Kesopanan 1 1 1 0 1 4 0 0 1 1 0 0 0 8 0 1 7 2 2 0 1 4 3 0 9 4 1 52 18
Sopan 1 1 1 2 1 1 3 1 7 1 1 20 11
Biar rapi 1 4 4 9 3
Pas dengan tempat dan 1 5 1 1 8 4
aktivitas
Ada presentasi 1 3 4 2
Memperingati masa paskah
memakai pakaian yang 4 4 1
soft/tidak mecolok
Agak rapi 2 2 1
Wajar 2 2 1
Lebih pantas 1 1 1
2. Aturan/Kewajiban 3 2 5 0 0 3 2 6 5 3 2 10 2 5 0 0 8 7 6 2 12 0 1 0 5 0 2 0 91 20
Resmi 1 1 3 4 3 4 2 18 7
Pakaian formal/resmi di 1 6 4 3 2 1 17 6
kampus/ untuk kuliah
Aturan kampus 1 1 3 3 8 4
Wajib 3 2 2 7 3
Harus berkerah 3 2 5 2
Seragam kerja 4 1 5 2
Wajib sopan 4 4 1
Wajib digunakan 1 1 1
agama
Tidak harus menggunakan 1 1 1
kaos berkerah
Wajib pakai untuk acara 1 1 1
Pakaian sholat 1 1 1
C. Ekspresi Diri R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
1. Gaya Pakaian yang ingin
ditampilkan kepada orang 0 2 0 3 2 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 2 2 0 13 0 2 0 6 1 2 0 7 11 57 13
lain
Fashionable 2 2 1
Sexy 1 1 1
Army look 1 1 1
Casual 1 1 2
Simple 1 1 2 10 2 1 2 9 28 9
Kelihatan matcho 2 2 1
Keren/cool 2 4 4 1 11 4
Stylish 3 3 1
Unik 1 1 2 2
Trendy 3 3 1
Sporty 2 2 1
Ada tulisan merk mobil, 1 1 1
jadi terkesan profesional
Menunjukkan diri 2 2 4 2
Kelihatan feminim 1 1 1
Tempat yang penting R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
A. Tempat Ibadah
(Jumatan/Sholat/gereja/ 3 1 2 4 1 6 1 3 5 2 2 4 3 2 3 4 2 3 52 18
Vihara/Pure)
Mengenakan kemeja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 9
Ke gereja lebih rapi untuk bertemu
1 1 1 2 1 1 1 1 9 8
Tuhan, menghormati
Jumatan/ke gereja pakai pakaian
maksimal/terbaik untuk Tuhan yang 1 1 1 1 1 1 1 6 6
terbaik
Gereja lebih sopan 1 1 1 1 1 1 6 6
Ke gereja lebih feminim 1 1 1 1 4 4
Sembayang pakai pakaian adat,
pakai pakaian adat harus khusuk, 1 1 1
cari ketenangan
Ke Mendut mengenakan kemeja
1 1 1
batik
Ke Pure pakai pakaian adat 1 1 1
B. Kampus 2 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 4 2 2 2 2 1 34 15
Di kampus mengenakan kaos
berkerah atau kemeja karena 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10
diharuskan
Ke kampus pakai kemeja dan yang
1 1 1 1 1 2 7 3
rapi
Kuliah celana panjang kain 1 1 1 3 3
Kemeja untuk waktu kuliah karena
1 1 1 3 3
waktunya resmi
Kuliah mengenakan pakaian yang
1 1 2 2
formal
Pakai jilbab pas ke kampus 1 1 2 2
Hanya memperhatikan ketika di
1 1 1
kampus
Di kampus pakai celana jeans 1 1 1
Kuliah pakaian yang sopan, nggak
ketat, pakai celana panjang, dan 1 1 1
kemeja
Pakai jilbab pas ke kampus 1 1 1
Ke kampus mengenakan pakaian
yang formal seperti kemeja dan
sepatu, pakaian lengan panjang,
1 1 1
bahkan rambut tidak boleh
gondondrong, tidak boleh pakai
sepatu sendal, apalagi sandal
Ke kampus ketemu dosen harus rapi 1 1 1
C. Kondang/Nikahan 2 1 1 2 3 2 1 12 7
Berpakaian rapi saat
1 1 1 1 4 4
kondangan/nikahan
Kondangan mengenakan kemeja
1 1 2 2
yang rapi
Menghadiri hajatan mengenakan
1 1 2 2
pakaian yang formal
Pakai pakaian khusus bila ada acara
1 1 1
khusus (Nikahan, kumpul keluarga)
Kondangan pakai yang rapi untuk
1 1 1
menghormati yang mengundang
Kondangan mengenakan batik 1 1 1 1
D. Keluar 1 1 1 2 1 6 5
Kalau keluar nggak pernah pakai
1 1 1
baju yang nggak berlengan
Keluar mengenakan rompi 1 1 1
1. Rumah R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 31 23 13 14 21 17 17 21 27 15 12 9 19 2 14 9 3 10 6 18 2 15 9 12 9 20 23 404 27
Nyaman 10 10 8 4 2 9 15 7 8 7 19 5 4 7 1 4 9 6 13 174 19
Santai 22 5 4 11 18 7 1 1 3 1 1 1 1 76 12
Adem, tidak panas, sejuk 10 1 2 2 1 6 3 1 1 8 2 4 2 9 11 3 4 11 2 69 19
Enak 4 1 2 4 2 4 4 2 1 1 6 2 2 1 1 1 38 16
Gerah / panas 6 1 3 2 2 3 17 6
Bebas bergerak/ longgar 7 5 1 2 2 17 5
Simpel 1 1 1 1 5 9 5
Menyerap Keringat 1 2 1 4 3
b. Ekspresi Diri 2 1 2 4 1 2 2 14 7
Lucu 1 2 1 4 3
Cerminan diri 1 1 2 2
Bagus 1 1 2 2
Cerah 1 1 1
Unik 1 1 1
sexy 1 1 1
Army look 1 1 1
Suka motifnya 1 1 1
Keren 1 1 1
c. Norma 8 3 1 12 3
Pakaian rumah 8 3 11 11
Rapi 1 1 1
2. Keluar / Jalan / Pergi R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 19 1 7 24 23 7 8 5 8 7 4 2 2 3 4 4 1 2 4 5 1 12 153 22
Nyaman 5 1 2 10 10 2 2 1 5 5 3 1 2 1 4 2 10 66 19
Santai 4 4 4 5 3 2 2 3 2 28 9
Simpel 8 2 1 1 2 14 5
Tidak panas 3 3 1 1 8 4
Tidak terkena panas matahari 8 1 1 10 3
Enak 1 1 1 1 1 1 6 6
Longgar / bebas bergerak 2 2 1 5 3
Asal ambil 1 1 2 2
Panas 3 1 1 4 3
Menyerap keringat 1 1 1
Gak kedinginan 1 1 1 2 3
Suka 2 2 1
Gak panas 2 2 1
b. Norma 2 6 3 1 2 2 1 1 1 2 3 24 11
Pakaian pergi 6 3 2 1 12 4
Formal 2 2 4 2
Sopan 1 1 1 3 3
Rapi 1 1 2 2
Pantas 1 1 2 2
Penutup aurat 1 1 1
c. Ekspresi Diri 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 17 12
Warnanya matching 1 1 1 1 4 4
Cerah 1 1 2 4 3
Matcho 2 2 1
Up to date 1 1 1
Modelnya bagus 1 1 1
3. Kampus R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Norma 2 5 6 5 5 3 3 3 4 1 5 4 10 2 2 9 3 5 5 5 2 89 21
Aturan dari Kampus 1 5 2 2 3 2 2 4 1 2 1 2 8 35 13
Rapi 1 1 1 4 1 1 1 1 2 5 1 19 11
Sopan 2 3 1 1 1 7 2 17 7
Resmi / formal 1 2 1 1 1 1 5 1 13 8
Pantas 1 1 1
Jaga-jaga/aman 1 3 4 2
c. Ekspresi Diri 1 8 3 2 3 1 5 1 2 3 29 10
Matching warnanya 1 1 2 1 2 1 8 6
Suka merknya 1 1 2 2
Modelnya bagus 1 1 2 2
Cerah 1 1 1 2 2
Kasual 1 1 1
Unik 1 1 1
4. Tempat Kerja R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Norma 2 1 2 7 3 13 28 6
Wajib 1 1 3 2 13 20 15
Rapi 1 1 3 1 6 4
Sopan 1 1 2 2
c. Ekspresi Diri 3 1 2 6 3
Matching 1 1 2 2
Kelihatan profesional 1 1 1
Bagus 1 1 1
Mood 1 1 1
Eye catching 1 1 1
5. Tempat Ibadah R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 5 2 2 4 3 4 1 1 2 24 9
Nyaman 2 1 2 1 1 1 1 9 7
Santai 3 1 4 2
Tidak panas 1 1 2 2
Enak 1 1 2 2
Kesukaan 1 1 1
Simpel 1 1 1
Leluasa bergerak 1 1 1
b. Norma 2 1 1 2 5 4 3 1 3 1 23 10
Sopan 1 1 1 2 1 1 1 1 1 10 9
Rapi 1 2 2 2 7 4
Aturan 1 2 3 2
Tradisi 3 3 1
b. Ekspresi Diri 2 1 2 5 3
Bersemangat 1 1 1
Cerah 1 1 1
Rapi 1 1 1
Baju kesukaan 1 1 1
Matching sama atasannya 1 1 1
b. Ekspresi Diri 3 3 1
Sporty 2 2 1
Bagus 1 1 1
1. Kaos R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi 14 3 5 12 19 6 11 10 6 13 12 5 9 9 5 7 1 2 8 6 6 6 4 5 10 1 5 8 208 28
Fisik
Nyaman 6 2 6 10 2 2 2 9 9 4 8 7 1 2 1 3 8 6 88 18
Santai 4 5 3 7 10 2 2 2 1 1 1 38 11
Enak 3 1 2 1 2 3 1 1 2 1 17 10
Adem 2 2 3 3 1 2 4 1 2 3 1 1 4 40 13
Simpel 1 1 3 1 1 1 1 9 7
Panas 1 1 3 5 4
Menyerap keringat 1 1 1 1 4 4
Longgar / bebas
1 1 3 1 6 4
bergerak
Cocok untuk
5 5 1
kegiatannya
Tidak lengket 1 1 1
Gak ribet 2 1 3 2
Bahannya enak 2 2 1
Bersemangat 1 1 1
b. Ekspresi Diri 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 3 19 11
Cerah 2 1 1 4 3
Gambarnya lucu 2 1 3 2
Unik 1 2 3 2
Matching dengan warna
1 1 2 2
celananya
Keren 2 2 1
Up to date 1 1 1
Modelnya lucu 1 1 1
Sexy 1 1 1
Enak dipandang 1 1 1
Sporty 1 1 1
c. Norma 1 1 2 1 6 1 1 1 1 15 10
Pakaian untuk pergi 1 2 1 4 3
Rapi 1 1 2 2
Sopan 1 1 2 2
Pakaian sehari-hari 4 4 1
Kebiasaan 1 1 1
Seragam 1 1 1
Pantas 1 1 1
2. Kemeja R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Norma 2 1 3 5 2 2 4 1 3 3 2 2 2 5 4 1 8 1 4 1 4 2 3 1 66 24
Aturan / wajib 1 1 3 2 2 2 1 3 1 2 1 5 1 1 1 2 29 16
Rapi 1 1 2 2 1 3 1 3 1 15 9
Formal 1 1 1 3 2 8 5
Sopan 2 1 1 3 7 4
Pantas 2 1 3 2
Pas dengan kegiatannya 2 2 1
Baik untuk ke gereja 2 2 1
b. Nyaman Fungsi 4 1 2 2 1 6 1 1 3 1 1 2 4 29 13
Fisik
Nyaman 1 2 3 1 1 1 2 2 13 8
Simple 1 1 1 3 3
Santai 1 1 2 2
Tidak panas 3 3 1
Enak dipakai 2 2 1
Menyerap keringat 1 1 1
Udara panas 1 1 1
Bersemangat 1 1 1
Pingin 1 1 1
Bahannya enak 1 1 1
Pengen aja 1 1 1
c. Ekspresi Diri 3 1 1 1 1 3 1 11 7
Modelnya unik 1 1 2 2
Matching dengan warna
2 1 3 2
jilbab dan celana
Cerah 1 1 2 2
Kata teman keren 2 2 1
Tren corak kotak-kotak 1 1 1
Warnanya enak dilihat 1 1 1
3. Kaos berkerah R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi
1 2 2 3 2 2 2 2 16 8
Fisik
Nyaman 1 2 3 2 2 1 17 6
Simpel 2 1 3 2
Tidak panas 1 2 1
Enak dipakai 1 2 1
b. Norma 2 1 1 3 2 1 2 1 1 14 9
Aturan 1 2 1 1 1 10 5
Sopan 2 1 1 7 3
Rapi 2 1 5 2
Seragam 2 2 1
Menyerap keringat 1 2 1
c. Ekspresi Diri 1 1 2 1 5 4
Cocok dengan warna
1 1 1
celananya
Stylish 1 1 1
Keliatan profesional 1 1 1
Bagus 1 1 1
Cool 1 1 1
4. Jaket/ R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
cardigan/sweater
a. Nyaman Fungsi 3 2 3 1 1 1 1 1 1 14 9
Fisik
Nyaman 1 1 1 1 1 8 5
Simpel 1 2 3 2
Kedinginan 1 2 1
Enak dipakai 1 2 1
Santai 1 1 1
Bad mood 1 1 1 1
Melindungi kulit dari
3 1 8 2
panas matahari
Keamanan 2 2 1
Takut elergi muncul 1 1 1
b. Ekspresi Diri 1 1 2 1 5 4
Keren 1 1 1
Stylish 1 1 1
Keliatan rapi 1 1 1
Cerah 1 1 1
Eye catching 1 1 1
c. Norma 1 1 1
Sopan 1 1 1
5. Pakaian tidur
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
(Piyama/daster)
a. Nyaman Fungsi 5 6 3 5 12 2 4 1 38 8
Fisik
Nyaman 3 2 1 2 6 1 4 1 20 8
Gak panas 2 1 4 7 3
Santai 3 1 1 5 3
Dingin 1 1 1 3 3
Enak 2 2 1
Bebas bergerak 1 1 1
b. Ekspresi Diri 1 1 2 2
Suka motifnya 1 2 1
Gambarnya lucu 1 2 1
6. Tanktop / kaos R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
tanpa lengan
a. Nyaman Fungsi 9 3 4 2 2 2 22 6
Fisik
Nyaman 2 1 2 1 1 7 5
Tidak bikin panas 1 1 1 3 3
Gerah 3 1 4 2
Santai 3 2 5 2
Enak 3 3 1
Panas 1 1 1
7. Gaun / Dress R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Ekspresi Diri 1 2 3 2
Pakaian buat jalan-jalan 2 2 1
Matching dengan warna
1 1 1
baju pasangan
8. Jilbab R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Aturan kampus 1 1 1
Sesuai dengan ajaran
1 1 1
agama
Matching dengan baju 2 2 1
9. Baby Doll R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Model baju lucu 1 1 1
Enak dipakai 1 1 1
Bisa dipakai untuk jalan 1 1 1
10. Jas Lab R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Wajib 1 1 1
Keamanan 1 1 1 1
11. Baju koko R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Sopan 1 1 1
1. Celana pendek kain R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 7 11 6 3 2 3 1 5 1 1 4 3 9 1 2 5 5 8 77 18
Nyaman 3 4 1 3 1 1 3 1 1 1 4 23 11
Santai 11 2 1 1 1 2 1 19 7
Adem 2 1 1 3 7 4
Nggak panas 2 3 2 7 3
Enak dipakai 2 2 1 5 3
Simpel 1 1 3 5 3
Menyerap keringat 1 1 1 3 3
Bebas bergerak 3 1 4 2
Panas 2 1 3 2
Ringan 1 1 1
Pakaian sehari-hari 1 1 1
b. Ekspresi Diri 1 1 3 1 6 4
Matcho 1 1 1
Kebiasaan 1 1 1
Keren 1 1 1
Bagus 1 1 1
Army look 1 1 1
SPORTY 1 1 1
2. Jeans panjang R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 3 1 3 3 7 2 1 20 7
Nyaman 1 1 1 2 4 2 20 6
Gak ribet 1 1 3 10 3
Simpel 1 2 3 2
Melindungi kaki dari
2 4 1
matahari
Bosen pakai warna lain 1 1 1
Gak panas 1 2 1
Enak dipakai 1 1 1
b. Norma 4 2 5 2 1 3 2 19 7
Rapi 2 2 1 1 1 9 5
Pakaian kampus 2 2 2 6 3
Sopan 2 1 5 2
Resmi 1 1 2 2
Pakaian main 1 1 1
c. Ekspresi diri 2 1 5 1 1 1 1 1 2 15 9
Matching sama atasannya 1 1 1 5 3
Terlihat santai 1 1 3 2
Trendi 2 4 1
Menunjukkan diri sendiri 1 2 1
Up to date 1 2 1
Kasual 1 2 1
Suka merknya 1 2 1
Matcho 1 1 1
Stylish 1 1 1
Celana panjang favorit 1 1 1
Cerah 1 1 1
4. Celana panjang kain R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Norma 1 2 1 1 1 6 5
Formal 1 1 1 3 3
Wajib mengenakan celana
kain panjang 1 1 2 2
Sopan 1 1 1
Rapi 1 1 1
5. sarung R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
a. Nyaman Fungsi Fisik 1 4 5 2
Enak 1 1 2 2
Nyaman 1 1 1
Biar dingin / sejuk 1 1 1
Nggak gerah 1 1 1
b. Norma 1 1 2 2
Pakaian tidur 1 1 2 2
Pakaian sholat 1 1 1
Kebiasaan 1 1 1
6. Rok R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
Nyaman 2 2 1
Tidak panas 1 1 1
Matching sama atasan 1 1 1
Teman R7 R10 R14 R16 R18 R19 R20 R22 R23 R25 10 10
2. Orang yang lebih tua / panutan R6 R13 R17 R18 R19 R21 R25 7
Orang tua R6 R17 2
Kakak R13 R21 2
Dosen R18 1
Eksmud R19 1
Biarawan R25 1
Kategori Merk R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11R12R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 F N
1. Merk Indonesia 3 3 3 11 5 5 3 1 2 4 3 3 2 5 9 7 6 1 8 3 1 6 6 100 23
Tekenal
Nevada 1 3 2 1 1 1 1 3 3 3 1 1 2 23 13
Super T 1 2 3 1 2 1 1 2 1 14 9
Emba 1 1 2 1 1 1 7 6
Ie Be 1 3 1 1 6 4
Gabrielle 1 1 2 4 3
Cole 1 1 1 3 3
Aero 1 1 2 2
Graphis 1 1 1 3 3
Dust 1 1 1 3 3
Poshboy 1 1 2 2
Outclass 2 1 3 2
Metalizer 1 1 1
Authority 1 1 1
Darbost 1 1 1
Cab 1 1 1
Esprise 1 1 2 2
Alissan 1 3 4 2
The Executive 1 1 1
Ninety degrees 1 1 1
Family Nine 1 1 2 2
H&R 1 1 2 2
Logo 1 1 1
Lea 1 1 1
Wood 1 1 1
Larusso 1 1 1
Carvil 1 1 1
Rider 1 1 1
Gajah 1 1 1
Next 1 1 1
Ben Hill 1 1 1
Seven Star 1 1 2 2
Mode Pink 1 1 1
Scoop 1 1 1
Lada 1 1 1
Jack Nobel 1 1 1
Cablines 1 1 1
Distro 1 1 1
Tigasco 1 1 1
Abundance 1 1 1
SX 1 1 1
O-yu 1 1 1
Time Out 1 1 1
Oslow 1 1 1
Cute Bear 1 1 1
Strawberry 1 1 1
ESSE 1 1 1
Tex Pia 1 1 1
Medwan 1 1 1
Vokal 1 1 1
V4 Classic 1 1 1
Scanner 1 1 1
Great 1 1 1
Bed Time 1 1 1
Rapilyana 1 1 1
Ikama 1 1 1
Jenie Martin 1 1 1
Caroline 1 1 1
Black Red 2 2 1
Bali Speparasi 1 1 1
Hand Design 1 1 1
Admire 1 1 1
No 1 1 1
N&J 1 1 1
Bali Face 1 1 1
Suryo 1 1 1
And I 1 1 1
Sweet Dance 1 1 1
Aremania 1 1 1
Sport 1 1 1
Pescana 1 1 1
Et Vous 1 1 1
Salsa 1 1 1
Po. Box 1 1 1
Pasadewa 1 1 1
Prive 1 1 1
J.S. 2 2 1
N'Baverly Collection 1 1 1
Y53 1 1 1
Sydney 1 1 1
Opulent 1 1 1
Arya Putra 1 1 1
Mekar Merah 1 1 1
Keko United 1 1 1
Roxygen 1 1 1
Martell 1 1 1
Batik 1 1 1
Girls 1 1 1
Oviedo 1 1 1
Exclusive 1 1 1
Favo 1 1 1
T&M Jeans 1 1 1
SPM Jeans 1 1 1
73 1 1 1
T2000 1 1 1
O.Y.L 1 1 1
Chery Jeans 1 1 1
Edgy 1 1 1
AS 2000 1 1 1
Leener 1 1 1
Line 1 1 1
SVL 1 1 1
Tusuli 1 1 1
Afterwork 1 1 1
Baby Dolls 2 2 1
Espe 1 1 1
M 1 1 1
Natay 1 1 1
Platni 1 1 1
Blank Side 1 1 1
Puspasari 1 1 1
Everyday 1 1 1
Clothe 1 1 1
Borneo Collection 1 1 1
iMixplus 1 1 1
Yege 1 1 1
Lr2 1 1 1
Excell 2 2 1
K-Girls 1 1 1
No Face 1 1 1
61 1 1 1 1 1 5 5
It's A 1 2 3 3
Osmose 2 2 1
Orange 1 1 1
Blanik 1 1 1
Magnolia 1 1 1
Valen 1 1 1
Dagadu 1 1 6 1 9 4
Djoger 1 1 1 1 4 4
IFA 1 1 1
b. Distro 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 17 11
Ouval Research 1 1 1
Plush 1 1 1
Bee Co. Po 1 1 1
Maugust 1 1 1
T&C 1 1 1
Mangrove 1 1 1
4V 1 1 1
Verophobia 1 1 1
Baby Milo 1 1 1
Exist 1 1 2 2
Luolunbao 1 1 1
Real one-co 1 1 1
Jenie Martin 1 1 1
Stoner 1 1 1
Play Boy 1 1 1
Oxigen 1 1 1
c. Butik 1 1 17 1 1 3 3 1 28 8
De'Mode 6 6 1
Omah Mode 1 1 1
Green Light 1 1 1
Musik T 1 1 1
Lafira 1 1 1
Thumbella 1 1 1
Bear Cutiest 1 1 1
Beary 1 1 1
Cute Bear 1 1 1
Albani 1 1 1
Amalia 1 1 1
Optime 1 1 1
Girl Talk 1 1 1
Marcella 1 1 1
Amaris 1 1 1
Animo 1 1 1
Bebe 1 1 1
Joy Friend 1 1 1
Saint Lee 1 1 1
Niken 1 1 1
Baby Dolls 2 2 1
Ikama 1 1 1
Pino 2 2 1
Campus 1 1 1
Forest 1 1 1
Fiat TV 1 1 1
Tawon 1 1 1
TPI 1 1 1
5. Merk Internasional 1 4 1 4 3 1 1 1 2 4 1 1 3 1 4 3 3 8 4 50 19
Terkenal
Polo 2 1 2 1 6 4
Nike 1 3 4 2
Adidas 1 1 1 3 3
Spiderbilt 1 2 3 2
Billabong 1 1 2 2
Crocodille 1 1 2 2
Giordano 1 1 2 2
Cardinal 1 1 2 2
Lee Cooper 1 1 2 2
Esprit 1 1 2 2
Old Navy 2 2 1
Fila 2 2 1
Armani Exchange 1 1 1
Diesel 1 1 1
Replay 1 1 1
Energy 1 1 1
Lois 1 1 1
Zara 1 1 1
Used 1 1 1
Disney 1 1 1
Mickey 1 1 1
The Northface 1 1 1
Volcom 1 1 1
Rip Curl 1 1 1
Rusty 1 1 1
Hang Ten 1 1 1
Spalding 1 1 1
Diadora 1 1 1
Padilla 1 1 1
Wilson 1 1 1