Oleh :
NH0119048
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berat badan berlebih dan obesitas merupakan masalah kesehatan dalam hal status
gizi. Kondisi tubuh yang gemuk beresiko menderita berbagai penyakit seperti penyakit
jantung diabetes milletus dan gangguan ortopedia. Menurut World Health Organization
(WHO) terdapat peningkatan prevelensi kegemukan pada anak dan remaja sebesar 2,5% dari
tahun 1990 sampa i2010. Sekitar 35 juta dari 45 juta anak-anak seluruh dunia yang
mengalami kegemukan berasal dari Negara berkembang.
Peningkatan prevelensi kegemukan di Indonesia secara nyata terjadi pada balita yaitu
dari 12,0% dari tahun 2007 menjadi 14,0% ditahun 2010. Prevelensi kegemukan pada anak
usia 6-12 tahun adalah 9,2% pada usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan untuk usia 16-18 tahun
sebesar 1,4% (Riyanti,2020).
Menurut jurnal yang diteliti oleh Andriyani, Rika dan Febrianti pada tahun 2014
mengemukakan bahwa data survey yang dilakukan oleh lembaga survey gizi dan Kesehatan
Nasional (NHANES) National Health and Nutrition Examination survey priode 1976-1980
dan 2003-2006 terkait tentang masalah obesitas dilinkungannya yang terus menerus
meningkat dan itu banyak terjadi pada usia anak 6-12 tahun dengan angka kejadian 6,5%
meningkat menjadi 17%. Fenomena ini terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam
meberikan pendidikan terhadap anak-anaknya untuk selalu hidup sehat dengan mencukupi
kebutuhan asupan setap hariannya, banyak berakivitas, cukup berolahraga, dan menghindari
komsumsi makan makanan yang tinggi kadar kalorinya, seperti makanan siap saji.
Pravelensi kejadian di Asia seperti di Indonesia1 2%, Thailand 11%, Malaysia 7%,
Flifina5%, Myanmar 3% dan kamboja 2%. Pravelensi di Indonesia berdasarkan risekda 2018
sebesar 21,8% dengan usia 5-12 tahun sebesar 18,8%. Penelitian (Setyo Setyoadi &
Novitasari 2015) mengemukakan angka kejadian obesitasanak 9-11 tahun sebesar 21,08%
(Elizabeth,2020).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Ris Kes Das) tahun2013, memperlihatkan secara
nasional prevelensi gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi yakni18,8%, terdiri atas
gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Sedangkan prevelensi gemuk pada remaja
usia 13-15 tahun sebesar 10,8%. Bila dibandingkan dengan kondisi prevelensi obesitas di
Sulawesi Selatan tahun 2016 yaitu sebesar 10,10% maka capaian ini walaupun masih
dibawah angka batas yang ditargetkan yaitu18,6%. Namun perlu di waspadai karena obesitas
dan berat berlebih menyebabkan munculnya berbagai penyakit kronis seperti diabetes,
penyakit jantung bahkan berakhir dengan gagal ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANAK
1. Perkembangan Anak
Menurut Hidayat (2005), Anak merupakan individu yang berada dalam satu
rentang perubahan perkembangan yang dimualai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkebangan di mulai dari bayi (0-1 Tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5tahun), prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11tahun) hingga
remaja (11-18 tahun).
2. pengertian anak usia sekolah
Menurut Wong, (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman int ianak. Periode ketika anakanak di anggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah meruapakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengethuan untuk keberhasilan penyusuaian diripada
kehidupan dewsa dan memperoleh keterampilan tertentu.
3. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah
Pertumbuhan adalah peruhana dalam besar, jumlah, ukuran, atau dmenis
tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pon,dan kilo gram), ukuran panjang (senti meter dan meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolism (retensi kalsium dan nitrogen tubuh),. Sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam sturuktur dan fungsi htubuh
yang lebih kompleks dalam polateratur dan dapat diramaikan, sebagai hasil dari
proses pematangan.
Pertumbuhan dan Perkembang ananak usia sekolah relative stabil
dibandingkan masa bayi atau remaja yang sedang mengalami pertumbuhan cepat.
Pertumbuhan pada anak dilihat dari Pertumbuhan berat badan, tinggi badan, lingkar
kepalah, gigi, organ penglihatan, organ pendengaran, dan organ seksual (Hidayat,
2008), pertumbuhan berat badan setiap tahun ratarata sekitar 7 pounds (3-3,5 kg) dan
pertambahan tinggi badan setiap tahun rata-rata sekitar 2,5 inche (6cm) (Brown,
2005).
Menurut Behrman (1992) dalam Soetjiningsih (2005) berat badan anak (kg) dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Tinggi berat badan pada waktu lahir adalah 50cm, secara garis besar tinggi badan
anak dapat diperkirakan, sebagai beriku:
Atau dapat mengguankan rumus yang dikutip dari Behrned (1992) dalam
Soejiningsih (2005) sebagai berikut:
1) Faktor Genetik
Faktor genetic ini merupakan turunan dari orang tua. Faktor ini sulit untuk
dihindari apabila ayah dan ibu anak mempunyai kelebihan berat badan,
maka ini dapat dipastikan akan menurun pada anaknya.
PEMBAHASAN JURNAL
A. Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Obesitas Anak Pra Sekolah Berbasis Theory
Of Planned Behaviour.
Obesitas anak merupakan masalah yang perlu diwaspadai karena angka kejadian
cenderung meningkat. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak dalam
aspek fisik dan psikososial serta berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian. Sulitnya tatalaksanan
obesitas menyebabkan pencegahan menjadiprioritas utama dengan pendekatan keluarga
dalam menjaga pola makan dan aktivitas yang sehat.
Obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian, antara lain penyaki
tkardiovaskular dan diabetesmelitus. Obesitas pada anak juga dapat mengakibatkan kelainan
metabolik, misalnya atherogenesis, resistensiinsulin, gangguan trombogenesis dan
karsinogenesis.
Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak terutama dalam aspek
organik danpsikososial. Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian DM tipe2,
juga berisiko menjadi obesitas saat dewasa serta berpotensi gangguan metabolisme glukosa
dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-
lain. Selainitu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan
karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan
berat badan.
Rekomendasai aktifitas fisik pada anak untuk mencegah kegemukan antara lain:
a. aktivitas fisik di sekolah dilakukan melalui kurikulum intra dan ekstrakurikuler3-
4 jam dalam seminggu dan memanfaatkan waktu istirahat dengan bermain
dihalaman sekolah.
b. Aktivitas fisik dirumah dilakukan bersama keluarga dan teman bermain.
c. Latihan fisik untuk melatih kemampuan gerak dasar, fleksibilitas, kekuatan otot
dan keseimbangan
Orang tua terutama Ibu memegang peranan penting terhadap pemenuhan gizi
keluarga karena ibu bertanggung jawab dirumah termasuk apa yang dimakan oleh anak.
Perilaku terencana dalam pencegahan obesitas dapat diidentifikasi dengan pendekatan
Theory of Planned Behavior (TPB).
Keinginan/niat orang tua dalam tentang pencegahan obesitas:terdiri dari Pola Hidup
Sehatcegah obesitas. Konsumsi buah dan sayur, membatasi menonton TV, bermain
komputer, game/playstation, Tidak menyediakan tv di kamar anak, Mengurangi makanan dan
minuman manis, Mengurangi makanan berlemak dan gorengan, Kurangimakan diluar,
Biasakan makan pagidan membawa makanan bekal kesekolah, Biasakan makan bersama
keluarga 1x sehari, Makanlah makanan sesuai dengan waktunya, Tingkatkan aktifitas fisik
minimal 1jam/hari, Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi
lebih.
Sikap merupakan Keyakinan orang tua dalam pencegahan obesitas terdiri
dari:kebiasaan makan, jenis bahan makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi makan, porsi
makan, asupan makan, pantangan makan, riwayat aktivitas fisikanak. Kejadian obesitas pada
anak dipengaruhi oleh dietse hari-hari, terutama diet tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak
Masukan energy yang lebih besar dari pada yang digunakan. Sekarang ini sering dijumpai
anak prasekolah mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food dan junk food), yang
umumnya mengandung energy tinggi karena 40-50% berasal dari lemak.
Kebiasaan lain adalah mengkonsumsi makanan camilan yang banyak mengandung
gula sambil menonton televisi. Camilan yang dipilih bisa dipengaruhi iklan, hal ini bisa
meningkatkan resiko jumlah konsumsi makanan sehingga asupan energy juga meningkat.
Porsi makan atau asupan gizi yang tidak seimbang bisa meningkatkan resiko obesitas anak.
Tidak membiasakan sarapan pagi dapat mengakibatkan makan berlebihan pada siang hari
sehingga kelebihan asupanya disimpan dalam bentuk lemak. Makanan lain yang tinggi kalori
namun rendah gizi juga menunjang penimbunan lemak. Kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan kurangnya pembakaran energy oleh tubuh sehingga kelebihan energy dalam
tubuh akan dismpan dalam bentuk lemak sehingga mengakibatkan obesitas. Pola makan yang
tidak seimbang yaitu konsumsi kalori berlebih daripada kalori yang keluar untuk aktivitas
fisik mengakibatkan ketidak seimbangan energi.
Orangtua akan berniat (memiliki intensi yang baik) untuk menampilkan perilaku
pencegahan obesitas ketika menilai secara positif (bersikap positif). Sikap ditentukan oleh
kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari suatu perilaku dan berdasarkan hasil
evaluasi terhadap konsekuensinya. Sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung
terhadap intensi berperilaku. Keyakinan orang tua dalam pencegahan obesitas tentang
kebiasaan makan, jenis bahan makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi makan, porsi makan,
asupan makan, pantangan makan, riwayat aktivitas fisik. Persepsi dukungan sosial yang
dirasakan oleh orang tua dalam pencegahan obesitas tentang:kebiasaan makan, jenisbahan
makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi makan, porsimakan, asupan makan, pantangan
makan, riwayat aktivitas fisik. Berdasarkan saran dari: Keluargainti, keluargabesar,
lingkungan.
Peran orang tua sangat penting untuk memberi contoh makanan bergizi cukup dan
seimbang karena kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi pola makan anak. Pola makan
anak bisa dibentuk oleh ibu dengan memperhatikan jumlah, jenis dan jadwal. Jumlah
makanan sesuai kebutuhan kalori, tidak kurang atau lebih dengan jenis meliputi karbohidrat,
protein, buah, sayur, lemak serta susu. Agar bervariasi, menu makanan anak disamakan
dengan menu keluarga agar tidak cepat bosan. Jadwal makan bisa dibuat teratur, tiga kali
makan utama dan 2 kali snack serta membiasakan untuk sarapan sebagai persiapan energy
sebelum aktivitas.
Diet mempunyai peran besar dalam kejadian obesitas pada anak, terutama tinggi
kalori dari karbohidrat dan lemak. Makanan cepat saji (fast food dan junk food) mempunyai
energy tinggi karena 40-50% dari lemak. Masukan energy lebih besar dari eneri yang
digunakan. (Nurbadriyah,2018)
B. Efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahun keluarga tentang
obesitas pada anak usia sekolah
Obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak yang
berlebih dalam tubuh. Salah satu kelompok usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami
masalah obesitas adalah kelompok anak dengan usia 6- 12 tahun. Pengetahuan gizi ibu
berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak. Hal tersebut mempengaruhi pemilihan
nutrisi yang dikonsumsi anak.
Fenomena ini terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam memberi
pendidikan terhadap anak anaknya untuk selalu hidup sehat dengan mencukupi kebutuhan
asupan serat hariannya, banyak beraktivitas, cukup berolahraga, dan menghindari konsumsi
makan makanan yang tinggi kadar kalorinya, seperti makanan cepat saji.
Menurut Khomsan yang dikutip dari Journal Merisya tahun 2014, ada beberapa
faktor yang mengakibatkan terjadinya obesitas pada anak yaitu keturunan (hereditas) adalah
salah satu faktor yang menjadi penyebab obesitas pada anak. Pada dasarnya anak yang
mempunyai keturunan obesitas mempunyai peluang 10% untuk mengalami obesitas juga.
Meskipun pada kenyataannya berat badan orang tua anak masih termasuk dalam kategori
normal. Selain faktor keturunan, ada juga kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang
kebutuhan makanan dan nilai makanan yang dikonsumsi. Faktor lingkungan seperti 16 gaya
hidup yang bebas dan budaya daerah yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan
prevalensi obesitas di dunia. Oleh sebab itu, anak dalam tahap ini perlu mendapatkan
perhatian penuh dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang sering
dikonsumsi anak dalam jangka waktu lama dan berturut-turut akan menimbulkan efek yang
mengakibatkan anak mempuyai pola kebiasaan makan pada tahap tahap selanjutnya. (Eko
Riyanti, 2020)
C. Literatur review kualitas tidur dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah
Obesitas pada usia sekolah (6-12 tahun) merupakan masalah serius karena akan
berlanjut hingga usia dewasa. Obesitas pada anak sangat beresiko meningkatkan kejadian
diabetes melitus (DM) tipe 2. Obesitas juga bisa mengakibatkan gangguan metabolism
glukosa dan penyakit degeneratife. Anak yang memiliki kelebihan berat badan bukan hanya
beresiko akan mengalami gangguan kesehatan tapi juga beresiko mengalami keterlambatan
perkembangan motoric dan mental dibandingkan teman sebayanya yang berat badanya
normal.
Akibat obesitas anak sering mendapatkan Bully, Selain itu anak dengan obesitas
merasa malu untuk berinteraksi sosial karena beberapa teman sebayanya mengejeknya dan
tidak mau berteman dengan dirinya. Tumbuh kembang pada anak dengan obesitas dinilai
memiliki keterlambatan khusunya perkembangan motoriknya.
Beberapa factor resiko obesitas yang kita ketahui adalah gen oran gtua, kurangnya
aktivitas dan pola makan yang tidak baik. Masalah tidur tenyata juga mempengaruhi kejadian
obesitas. Masalah tidur merupakan komplikasi umum dari obesitas yang berkonstribusi
memperburuk komplikasi terkait obesitas. Masalah tidur mempengaruhi hormone dan
metabolism dalam tubuh manusia. Bila hormone dan metabolism dalam keadaan tidak
normal akan menyebabkan peningkatan asupan konsumsi makanan yang tidak sehatdan
mendorong kenaikan barat badan.
Waktu tidur anak-anak di Indonesia rata-rata 6 sampai 7 jam dari kebutuhan 10 jam
tidurnya. Karena anak-anak memiliki tugas yang banyak dari sekolah selain itu mereka juga
memiliki ekstrakulikuler disekolah ataupun les tambahan, selain itu sekolah di Indonesia
dimulai dari pukul tujuh pagi dan selesai pukul dua pagi.
Pencegahan obesitas menjadi tantangan kesehatan masyarakat bagi perawat, memang
ada penurunan angka kejadian obesitas namum penurunannya masih dinilai lambat, Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan jurnal review terkait kualitas tidur yang
mempengaruhi kejadian obesitas. (Beatrix Elizabeth, 2020)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obesitas anak merupakan masalah yang perlu diwaspadai karena angka kejadian
cenderung meningkat. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak
dalam aspek fisik dan psikososial serta berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa
dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian. Sulitnya
tatalaksanan obesitas menyebabkan pencegahan menjadi prioritas utama dengan
pendekatan keluarga dalam menjaga pola makan dan aktivitas yang sehat. Obesitas pada
anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami
berbagai penyebab kesakitan dan kematian, antara lain penyakit kardiovaskular dan
diabetesmelitus. Obesitas pada anak juga dapat mengakibatkan kelainan metabolik,
misalnya atherogenesis, resistensi insulin, gangguan trombogenesis dan karsinogenesis.
Peran orang tua sangat penting untuk memberi contoh makanan bergizi cukup dan
seimbang karena kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi pola makan anak. Pola
makanan bisa dibentuk oleh ibu dengan memperhatikan jumlah, jenis dan jadwal. Jumlah
makanan sesuai kebutuhan kalori, tidak kurang atau lebih dengan jenis meliputi
karbohidrat, protein, buah, sayur, lemak serta susu. Agar bervariasi, menu makanan anak
disamakan dengan menu keluarga agar tidak cepat bosan. Jadwal makan bisa dibuat
teratur, tiga kali makan utama dan 2 kali snack serta membiasakan untuk sarapan sebagai
persiapan energy sebelum aktivitas. Selain itu peranan orang tua terhadap diet pada
obesitas anak itu sangat berpengaruh karena anak butuh pendukung emosi dan
pembangun keinginan untuk menurunkan berat badan guna menghindari penyakit-
penyakit pemicu
B. SARAN
Orang tua perlu memperhatikan anak yang obesitas dengan tindakan pencegahan
yang dapat dimulai sejak dini yaitu memantau berat badan anak, pemberian makanan
yang sehat biasa dikenal dengan gizi seimbang juga harus diperkenalkan sejak dini
kepada anak, dan upaya-upaya lain yaitu dengan membiasakan anak berolahraga secara
teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Desty, Etti Sudaryati, Evawany Aritonang, and Ernawati Nasution. 2019. “Relationship
of Teacher’s Role and Nutrient Intake with Obesity in Elementary School Student at Medan
Maimun Sub-District, Indonesia.” Budapest International Research and Critics Institute
(BIRCI-Journal) : Humanities and Social Sciences 2(4): 537–44.
Dungga, Elvie Febriani. 2020. “Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Pada Anak.” Jambura Nursing Journal 2(1): 103–11.
Elizabeth, B. (2020). Literattur Review Kualitas Tidur Dan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia
Sekolah. Aisyiyah Medika.
Faktor, Analisis, Yang Berhubungan, Dengan Kekambuhan, and T B Paru. 2014. “Unnes Journal
of Public Health.” 3(1): 1–10.
Febry, Fatmalina. 2019. “THE RELATIONSHIP OF PARENTING STYLES AND THE
INCIDENT OF OVERWEIGHT AMONG PRE-SCHOOL CHILDREN AGED 3-5
YEARS IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS KALIDONI PALEMBANG
KEGEMUKAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIDONI KOTA PALEMBANG
Pre-School Children Aged 3-5 Years H.” 10(November): 191–98.
Muhammad, H. F. (2019). Pemamfaatan sekolah sebagai sarana pencegahan obesitas sejak dini
pada remaja. Journal Of Community Empowerment For Health (JCOEMPH), 107-114.
Nurbadriyah, W. D. (2018). Perilaku orang tua dan dalam pencegahan obesitas anak prasekolah
berbasist heory of planed behavior (TPB). Jurnal ners dan kebidanan.
Sejati, Makmur, Nevati, and Mitra Handini. 2019. “Gambaran Faktor Risiko Obesitas Pada Anak
Di Enam Sekolah Menengah Pertama Di Kota Pontianak.” 5(1): 1–16.