Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ASKEB KOMUNITAS

Nama : Anita kanabaraf

Nim : 171311009

1. Pengertian

Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak
dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut
sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan
medis tersebut.

Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167).

Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan
syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.

Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi
dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan
aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan
ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan
membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

2.. Penyebab
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai.
Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :

1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

2. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.

3. Kehamilan di luar nikah.

4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.

5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.

7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.

3. Metode

Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari metode
teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya yang digunakan
oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu sendiri.

Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah memasukkan
cairan ke dalam uterus. Cairan yang digunakan bervariasi, mulai dari air sabun sampai disinfektan rumah
tangga yang dimasukkan melalui semprotan ataupun alat suntik. Di beberapa negara juga menggunakan
pasta yang bersifat abortif yang mengandung zat iritatif. Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga
sering digunakan. Berbagai jamu dan obat yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran
bebas di negara-negara berkembang. Di Bangladesh, obat-obat tersebut kemungkinan mengandung air
raksa.

Metode lain yang relatif lebih berbahaya adalah memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga
rahim. Di India digunakan pucuk wortel yang telah dikeringkan; di Philipin alat tesebut adalah pisang
atau daun tumbuh-tumbuhan lokal kalachulchi. Di Ghana, digunakan ranting pohon comelina yang jika
dimasukkan ke dalam rahim akan menyerap air dan mengembang membuka leher rahim serta
menyebabkan abortus. Jenis lain adalah tanaman Jatropha yang mengandung bahan kimia korosif yang
dapat menyebabkan abortus.

Di Amerika latin, upaya abortus dilakukan dengan memasukkan ujung kateter yang lentur ke dalam
rongga rahim. Ujung yang lain diikatkan di pangkal paha. Wanita tersebut kemudian disuruh berjalan
sehingga ujung kateter yang berada di dalam rongga rahim bergoyang-goyang menggangu isi rahim dan
merangsang abortus. Ada pula yang menggunakan cairan kina yang toksik pada bayi dan si ibu. Ada juga
para wanita yang melakukan sendiri dengan memasukkan plastik berongga ke dalam rongga rahim,
kemudian memasukkan alat atau kawat melalui plastik tersebut untuk mengorek rongga rahim.
4 . Ciri – Ciri

1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis

2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana

3. Kurangnya fasilitas dan sarana

4. Status illegal

5. Dampak

1. Dampak sosial

Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.

2. Dampak kesehatan

Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.

3. Dampak psikologi

4. Troma

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap kehamilan
yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum
jamu-jamuan, ramuan.

Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak
dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut
sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan
medis tersebut.

Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi, perdarahan, sisa hasil
konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian
apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera.
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk dan secara tidak
langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko kematian ibu.
Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat pembangunan sumber daya manusia.

Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan
‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu
menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.

Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan
pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode
kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja
yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai
bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun
pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak
tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.

7. Hukum

Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan kandungan seorang
wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum
adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan untuk menyelamatkan
jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan.

Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan peninggalan masa
kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur
dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana
penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang memberi harapan kepada seorang perempuan
bahwa kandungannya dapat digugurkan.

8. Peran Bidan

1. Sex education

2. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan

3. Peningkatan sumber daya manusia

4. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.

9. Kriteria Aborsi yang Aman


1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi

2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.

3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau
tidak tercemar kuman dan bakteri.

4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.

- Kasusnya

Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi di Kediri. NS (21), warga Dusun Gegeran, Kecamatan
Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggunggurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan puskesmas.

Peristiwa naas ini bermula ketika NS diketahui mengandung seorang bayi hasil hubungannya dengan S
(38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan
buah dari perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan NS dan S.

Panik melihat kekasihnya hamil, S memutuskan untuk menggunggurkan janin tersebut atas persetujuan
NS. Selanjutnya, keduanya mendatangi EP (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge,
Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah S mendengar informasi jika bidan EP kerap
menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik.

Pada mulanya EP sempat menolak permintaan S dan NS dengan alasan keamanan. Namun akhirnya ia
menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp 2.000.000. metode yang dipergunakan EP cukup
sederhana. Ia menyuntikkan obat pemicu kontraksi Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan
Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh NS. Menurut pengakuan EP, pasien yang disuntik obat
tersebut akan mengalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya. EP juga
mengatakan jika efek kontraksinya akan muncul 6 jam setelah disuntik. Celakanya, hanya berselang dua
jam kemudian, NS terlihat mengalami kontraksi yang hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan
sepeda motor oleh S menuju rumahnya, NS terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit.
Apalagi organ intimnya terus mengeluarkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskesmas Puncu. Namun karena kondisi
korban kritis, korban dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang gawat darurat tak
sanggup menyelamatkan NS hingga meninggal pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi S di Rumah Sakit. Setelah mengantongi
alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekukan EP di rumahnya tanpa perlawanan. Di
tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada
korban. Saat ini EP berikut S diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian NS.
Lamin (50), ayah NS yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan kehamilan yang dialami
anaknya. Sebab selama ini NS belum memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi
untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku. Akibat perbuatan tersebut, EP diancam
dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya
sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23
tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah berapa lama EP membuka praktik aborsi tersebu.

- . Kesimpulan
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahkan kematian. Aborsi tidak aman tidak selalu sama dengan aborsi ilegal. Umumnya aborsi
yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai.

Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukum pun
terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa
akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada
banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion).

Saran

1. Untuk menurunkan angka kejadian unsafe abortion diperlukan peran bidan di komunitas dengan
memberikan health education mengenai bahaya aborsi.

Anda mungkin juga menyukai