Tugas Review Jurnal - Kel. 4 - PBio A 2020-1
Tugas Review Jurnal - Kel. 4 - PBio A 2020-1
Disusun Oleh:
PEMBUKAAN
A. Topik
Hubungan antara Fe, Zinc (Zn), dan vitamin A terhadap status gizi anak yang baru memasuki
sekolah dasar.
B. Latar Belakang
Gizi merupakan faktor determinan utama yang berkaitan erat dengan kualitas sumber
daya manusia. Pada masa globalisasi sekarang, Indonesia menghadapi banyak tantangan
besar karena harus bersaing dengan negara- negara lain terutama dengan negara-negara maju
yang notabenenya fasilitas yang disediakan bagi warga negaranya dinilai sudah memadai.
Tantangan besar tersebut mengharuskan negara kita menyediakan sumber daya manusia
(SDM) yang unggul dan berkualitas. Faktor yang perlu diperhatikan dan yang paling penting
salah satunya adalah mengenai faktor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, dan lain-
lain. Seseorang individu tidak akan bisa hidup sehat jika mereka kekurangan gizi, karena jika
seorang individu mengalami kekurangan gizi maka akan mudah terserang penyakit. Status
gizi suatu individu ditentukan oleh kuantitas dan kualitas makanan yang mereka konsumsi
serta dari faktor sanitasi lingkungan seperti air bersih dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) (Sartika, R., A., D. (2010: hal. 76 dan 81)). Selain itu, menurut pendapat Hardinsyah
dan Martianto (1988) dikutip dari Jayanti, dkk., (2011: hal. 192) menjelaskan bahwa status
gizi merupakan salah satu petunjuk yang digunakan untuk menilai kualitas sumber daya
manusia, dan perilaku konsumsi pangan seseorang akan menentukan status gizi orang
tersebut apakah gizi mereka tercukupi ataukah mereka tidak tercukupi kebutuhan gizinya.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui status gizi pada anak baru masuk Sekolah Dasar di Kupang, Nusa
Tenggara Timur.
2. Mengetahui hubungan antara asupan vitamin A, Fe, dan Zn terhadap status gizi anak
baru masuk Sekolah Dasar di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
D. Rumusan Masalah
E. Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan
Bahan :
Siswa kelas I SD tahun 2013 yang berada di pinggiran Kota Kupang, Provinsi NTT.
B. Metode Penelitian
Data diambil:
1. Jumlah sampel minimal dihitung menggunakan rumus besar sampel dihitung
dengan rumus Lemeshow dan Lwanga. Ditambah 10 % jumlah sampel awal untuk
mengantisipasi adanya siswa yang droup out.
2. Sampel ditentukan menggunakan teknik sampling quota sampling dengan
mendahulukan sekolah-sekolah yang berada paling luar dari Kota Kupang. Apabila
belum mencapai jumlah yang telah ditetapkan maka diambil siswa dari SD yang
makin dekat ke Kota Kupang dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi
yang ditentukan.
3. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, asupan Fe, asupan Zn,
Asupan Vitamin A, jumlah anggota keluarga, serta pekerjaan orang tua (ayah dan
ibu).
4. Data asupan Fe, asupan Zn, dan asupan vitamin A diukur berdasarkan recall 3 x 24
jam.
Pengolahan data:
1. Umur dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu < 6 tahun, 6 – 7 tahun, dan > 7 tahun.
2. Pengukuran Status gizi (IMT/U) dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu sangat
kurus, kurus, dan normal.
3. Asupan Fe, asupan Zn, dan asupan vitamin A dibedakan menjadi tiga kategori,
yaitu kurang, cukup, dan baik.
4. Jumlah anggota keluarga dibedakan menjadi dua kategori, yaitu ≤ 5 orang dan > 5
orang.
5. Pekerjaan orang tua (ayah) dibedakan menjadi PNS/TNI/POLRI, wiraswasta,
swasta, petani/ nelayan, buruh/ojek/ tukang/penjual ikan, dan tidak ada/meninggal.
6. Pekerjaan orang tua (ibu) dibedakan menjadi PNS/TNI/POLRI, wiraswasta,
swasta, petani/nelayan, buruh/pedagang sayur, IRT, dan tidak ada/meninggal.
7. Jumlah data pada masing-masing bagian juga dibuat dalam bentuk persentase.
Analisis data:
1. Analisis Univariate. Karakteristik sampel dianalisis secara deskriptif. Setiap
variabel dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
2. Hubungan antar variabel. Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas (independent variable) yaitu asupan Fe, asupan
Zn, dan asupan Vitamin A dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu
status gizi (IMT/U) pada subjek penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Asupan zat gizi seperti Vitamin A, Fe Kota Kupang merupakan salah satu
dan Zn merupakan komponen yang kabupaten kota bebas rawan gizi di Provinsi
ikut mempengaruhi status gizi Nusa Tenggara Timur, tetapi bukan berarti
seseorang. Kombinasi suplementasi Kota Kupang tidak memiliki permasalahan
vitamin A dan zat besi efektif dalam gizi dan kesehatan, misalnya cakupan
meningkatkan kadar hemoglobin. pemberian vitamin A.
Daerah pinggiran kota cenderung Status gizi siswa baru masuk sekolah
identik dengan kemiskinan dan merupakan bagian penting untuk mengikuti
ketertinggalan. Kemiskinan akan perkembangan proses belajar siswa selama
berimbas pada status gizi anak.di menempuh pendidikan di tingkat SD.
tingkat SD.
Dari hasil univariat di atas dapat diketahui distribusi jumlah anggota keluarga dari
subjek penelitian. Dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen
kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI (1992) yang menyatakan bahwa jumlah anak >3
maka persentase anak gizi kurang dan buruk meningkat 1,3 kali dibandingkan dengan jumlah
anak yang hanya satu atau dua maka dalam penelitian ini jumlah anggota keluarga
dikategorikan sedikit apabila jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu unit rumah
tangga adalah ≤5 dan dikategorikan banyak apabila lebih dari lima orang. Berdasarkan
kategori tersebut dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang memiliki anggota
keluarga lebih dari lima orang adalah 129 orang (61,1%) sedangkan jumlah subjek penelitian
yang memiliki anggota keluarga ≤5 orang adalah 82 orang (38,9%).
Berdasarkan pekerjaan ayah dapat diketahui bahwa sampel yang ayahnya bekerja
sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 29 orang (13,7%), bekerja sebgai wiraswasta 40 orang
(19%), bekerja sebagai pegawai swasta 13 orang (6,2%), bekerja sebagai petani/nelayan
sebanyak 39 orang (18,5%), bekerja sebagai buruh, ojek, tukang, penjual ikan sebanyak 89
orang (42,2%) dan yang tidak memiliki ayah lagi atau sudah meninggal sebanyak 1 orang
(0,5%). Dari data di atas diketahui sebagian besar ayah dari sampel penelitian bekerja sebagai
buruh/ojek/tukang/penjual ikan. Sedangkan untuk pekerjaan ibu diketahui bahwa sampel
yang ibunya bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 9 orang (4,3%), bekerja sebgai
wiraswasta 20 orang (9,5%), bekerja sebagai pegawai swasta 2 orang (0,9%), bekerja sebagai
petani/nelayan sebanyak 13 orang (6,2%), bekerja sebagai buruh/pedagang sayur sebanyak 8
orang (3,8%), bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 158 orang (74,9%) dan yang tidak
memiliki ibulagi atau sudah meninggal sebanyak 1 orang (0,5%). Dari data di atas diketahui
sebagian besar ibu dari sampel penelitian bekerja sebagai ibu rumah tangga 158 orang
(74,9%).
b. Hubungan Antar Variabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(independent variable) yaitu Asupan Fe, Asupan Zn dan Asupan Vitamin A dengan variabel
terikat (dependent variable) yaitu Status Gizi (IMT/U) pada subjek penelitian.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam penelitian ini
memiliki asupan Fe yang kurang yakni sebanyak 101 orang (47,9%). Dari jumlah itu terdapat
68 orang (32,2%) memiliki status gizi (IMT/U) dengan kategori baik, 27 orang (12,8%)
memiliki status gizi dengan kategori kurus dan 6 orang (2,8%) memiliki status gizi sangat
kurus. Sampel yang memiliki asupan Fe dengan kategori cukup berjumlah 47 orang (22,3%)
dengan rincian 37 orang (17,5%) memiliki status gizi normal, 5 orang (2,4%) kurus dan 5
orang (2,4%) memiliki status gizi sangat kurus. Sedangkan yang memiliki asupan Fe dengan
kategori baik berjumlah 63 orang (29,9%) dengan rincian 60 orang (28,5%) memiliki status
gizi normal, 1 orang (0,5%) kurus dan 2 orang (0,9%) memiliki status gizi sangat kurus.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam penelitian ini
memiliki asupan Zn yang kurang yakni sebanyak 100 orang (47,4%). Dari jumlah itu terdapat
73 orang (34,6%) memiliki status gizi (IMT/U) dengan kategori baik, 21 orang (9,9%)
memiliki status gizi dengan kategori kurus dan 6 0rang (2,8%) memiliki status gizi sangat
kurus. Sampel yang memiliki asupan Zn dengan kategori cukup berjumlah 64 orang (30,3%)
dengan rincian 50 orang (23,7%) memiliki status gizi normal, 9 orang (4,3%) kurus dan 5
orang (2,4%) memiliki status gizi sangat kurus. Sedangkan yang memiliki asupan Fe dengan
kategori baik berjumlah 47 orang (22,3%) dengan rincian 42 orang (19,9%) memiliki status
gizi normal, 3 orang (1,4%) kurus dan 2 orang (0,9%) memiliki status gizi sangat kurus.
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan dan gizi yang digunakan untuk menilai
kesehatan pada anak. Para ahli membedakan antara pertumbuhan dengan perkembangan
dimana pertumbuhan adalah bartambahnya ukuran pada organ tubuh. Parameter yang
digunakan adalah dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. Sedang perkembangan
adalah suatu proses pematangan (maturity) yang ditandai dengan penambahan fungsi pada
tubuh. Pertumbuhan tidak bisa lepas dari perkembangan dan saling berkaitan erat satu sama
lain. Pertumbuhan dan perkembangan umumnya dipengaruhi oleh keturunan (gen), hormon,
zat gizi dan lingkungan.
Usia sekolah dasar (7-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan tertinggi kedua
setelah usia 0-3 tahun atau dikenal dengan “adolescent growth spourt”. Hal ini merupakan
masa terpenting dalam pembentukan kualitas fisik sebelum memasuki masa dewasa. Seiring
dengan pertumbuhan itu jika dilihat dari kebutuhan zat gizi akan meningkat pesat sehingga
suatu kondisi deficiency/kekurangan gizi pada usia ini akan berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan anak tersebut. Pada dasarnya tidak ada suatu bahan makanan yang lengkap
mengandung semua zat makanan dalam jumlah yang mencukupi untuk tubuh, Oleh karena
itu, kita perlu berbagai bahan makanan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh dapat terpenuhi sesuai dengan asupan. Anak sekolah mempunyai kebiasaan makan
yang kurang baik antara lain seperti:
a. Suka jajan di sekolah sedangkan di rumah tidak mau makan. Kebiasaan ini tidak baik
karena selain diragukan kebersihannya belum tentu makanan yang dibeli itu bergizi baik.
Di samping kurang bergizi baik yang menyebabkan badan tidak sehat dan lemah, jajanan
itu mungkin pula mengandung kuman penyakit.
b. Hanya menyukai makanan tertentu tanpa menghiraukan apakah makanan yang
disenanginya itu bergizi atau tidak. hal ini sangat merugikan, bila kebetulan makanan
yang disenanginya itu kurang atau tidak bergizi.
c. Makan tidak teratur, misalnya karena asyik sibuk bermain, sehingga waktu makan
dilewatkan begitu saja, hal ini dapat menyebabkan penyakit pada alat-alat pencernaan
terutama pada lambung.
d. Makan yang berlebihan. Kebiasaan ini menyebabkan badan menjadi gemuk dan bila
terlalu gemuk, kesehatanpun akan terganggu.
Salah satu penyebab langsung dari masalah gizi adalah dari asupan makanan. Asupan
makanan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap status gizi pada seorang individu.
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dibedakan menjadi zat gizi makro dan mikro. Zat gizi
makro meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro meliputi vitamin
dan mineral. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah asupan zat gizi
mikro. Zat gizi mikro yang diamati dalam penelitian ini yaitu asupan besi (Fe), zink (Zn) dan
asupan vitamin A.
Dalam penelitian ini diketahui sebagian besar sampel dalam penelitian ini memiliki
asupan Fe yang kurang yakni sebanyak 101 orang (47,9%). Dari jumlah itu terdapat 68 orang
(32,2%) memiliki status gizi (IMT/U) dengan kategori baik, 27 orang (12,8%) memiliki
status gizi dengan kategori kurus dan 6 0rang (2,8%) memiliki status gizi sangat kurus.
Sampel yang memiliki asupan Fe dengan kategori cukup berjumlah 47 orang (22,3%) dengan
rincian 37 orang (17,5%) memiliki status gizi normal, 5 orang (2,4%) kurus dan 5 orang
(2,4%) memiliki status gizi sangat kurus. Sedangkan yang memiliki asupan Fe dengan
kategori baik berjumlah 63 orang (29,9%) dengan rincian 60 orang (28,5%) memiliki status
gizi normal, 1 orang (0,5%) kurus dan 2 orang (0,9%) memiliki status gizi sangat kurus.
Secara statistik hubungan antara asupan Fe dengan status gizi (IMT/U) menujukan ada
perbedaan yang bermakna atau signifikan dengan p-value kurang dari 0,05 (p=0,000).
B. Saran
C. Daftar Pustaka
Jayanti, L., D., dkk. (2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Perilaku Gizi
Seimbang Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 6, No. (3), hal. 192.
Sartika, R., A., D. (2010). Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan Status Gizi
Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 5, No. 2, hal. 76 dan 81.
Setia, A., & Boro, R., M. (2015). The Relationship of Fe, Zink (Zn), and vitamin A to The
New Students of Elementary School’s Nutrient Status in Outskirt of Kupang City,
NTT Province. Jurnal Info Kesehatan, Vol. 14, No. 2.
Wardarita, P., dkk. (2021). Hubungan Asupan Mineral Zinc, Tingkat Pendidikan Ibu dan
Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar. Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 6, No. 2.
Maulida, A. (2015). Gambaran Asupan Vitamin A, Kadar Serum Seng, dan Status Gizi pada
Anak Usia 9-12 Tahun. Artikel Penelitian, Semarang: Universitas Diponegoro.
Syaugi, A., M., & Istianah, I. (2019). Hubungan Asupan Zat Besi (Fe), Riwayat Mpasi
dengan Status Gizi BB/U pada Balita Usia 12-59 Bulan. Binawan Student Journal
(BSJ), Volume 1, Nomor 3.
Marliyati, S., A., dkk. (2014). Asupan Vitamin A, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi dan
Pangan, Vol. 9, No. (2).
Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan
Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6-35 Bulan di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (JKM),
Volume 1, Nomor 2.
Sunarti, & Nugrohowati, A., K. (2014). Korelasi Status Gizi, Asupan Zat Besi dengan Kadar
Feritin pada Anak Usia 2-5 Tahun di Kelurahan Semanggi Surakarta. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 8, No. 1.