Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yanda Pelia Agustina

NIM : 200130100111078
Kelompok : 4 (Empat)
PPDH Gelombang 8

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI


1. Inspeksi
Pemeriksaan regio thorax diawali dengan inspeksi pada dinding toraks dengan tujuan
untuk menilai struktur dan pergerakkan dinding toraks. Melalui inspeksi ini dapat
diketahui bentuk dan simetrisitas dinding toraks sinister dan dexter, pergerakkan
respirasi, frekuensi dan irama respirasi (Lukiswanto, 2013)
a. Bentuk rongga thorax
Inspeksi dada posterior dilakukan saat istirahat (statis) dan saat respirasi
(dinamis). Inspeksi dada dilakukan untuk mencari :
- Adanya deformitas/ asimetri bentuk dada. Adanya retraksi sela iga waktu
inspirasi.
- Adanya ketinggalan gerak/ gangguan pergerakan napas pada satu atau kedua
sisi dada (Marwanta, 2019)
b. Tipe pernafasan
- Pernafasan dada : Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah
otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang tulang rusuk
dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan
tulang rusuk keposisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi,
maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertambah besar.
Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil
dari pada tekanan rongga dada luar .Karena tekanan udara kecil pada rongga
dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk kedalam
tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’ Sedangkan pada proses ekspirasi
terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi
semula dan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga
udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong
keluar tubuh, proses ini disebut’ekspirasi’ (Fernandez, 2017)
- Pernafasan perut : pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot
diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi,
posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada
bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan
udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir
masuk ke paru-paru (inspirasi) (Fernandez, 2017)
c. Ritme : Ritme merupakan rangkaian gerak yang beraturan dari gerak paru-
paru
d. Intensitas : Intensitas adalah kemampuan atau kekuatan, keadaan tingkat atau
ukuran intens dari paru-paru
e. Frekuensi : Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas
(Fernandez, 2017). Frekuensi respirasi normal pada anjing adalah antara 15-30
kali/menit dan untuk kucing antara 20-40 kali/menit (Lukiswanto, 2013)
f. Trakhea : pemeriksaan pada trakea meliputi pengamatan yaitu perhatikan kulit di
atas trachea. Apakah terlihat adanya perubahan bentuk, kedudukan, adakah
ditemukan luka parut ataupun bekas trakheotomi (Batan, 2017)
g. Batuk : amati apakah hewan mengalami batuk atau tidak
2. Palpasi
Palpasi dilakukan secara lembut pada kedua dinding thoraks dengan satu
tangan pada masing-masing sisi dilakukan untuk mengevaluasi adanya asimetris
costae, fraktur, pembengkakan, maupun adanya massa abnormal (Lukiswanto, 2013).
Palpasi pada trakea dilakukan pengamatan apakah ada rasa nyeri, pembengkakan
yang bersifat lokal atau perubahan bentuk.
3. Perkusi
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara
yang dihasilkan oleh ketokan pada dinding toraks. Dengan pemeriksaan perkusi/
ketotpada dinding toraks akan menggetarkan udara yang ada dalam dalam paru. Bunyi
yang dihasilkan tergantung dari banyak sedikitnya udara yang ada dalam rongga dada.
Penilaiananya dapat dikelompokan sebagai berikut yaitu : sonor, hipersonor, redup
dan pekak (Medison, 2016)
Teknik perkusi dilakukan dengan menggunakan jari tengah tangan kiri yang
menempel pada permukaan dinding toraks, tegak lurus dengan iga atau sejajar dengan
iga disebut sebagai flexi meter. Sementera jari tengah tangan kanan digunakan
sebagai pemukul (pengetok) disebut flexor (Medison, 2016)
Jenis bunyi perkusi dinding thoraks:

a. Suara perkusi normal dari toraks pada lapangan paru disebut sonor (resonance.
b. Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid mengandung sedikit
udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).
c. Perkusi pada efusi pleura masif atau massa tumor yang besar suara perkusi pekak
(flatness.)
d. Hiperinflasi dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli atau
adanya udara didalam rongga pleura (pnemothorax) menghasilkan perkusi
(hipersonor).
e. Adanya udara dalam lambung menimbulkan suara perkusi ( timpani.) (Medison,
2016)
4. Auskultasi
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop.
da dua tipe dari stetoskop yaitu Bell type untuk mendengar nada-nada yang lebih
rendah dan Bowel atau membran type untuk nada-nada yang lebih tinggi. Posisikan
hewan pada tempat yang tenang dan nyaman. Usahakan untuk menempatkan pasien
dalam posisi berdiri, tutup mulutnya jika pasien dalam keadaan panting. Jika pasien
da;am keadaan gelisah dan takikardia, maka sebaiknya auskultasi dilakukan kembali
setelah kondisinya rileks (Lukiswanto, 2013)
a. Pada orang sehat dapat didengar dengan auskultasi suara napas:
- Vesikuler : ada suara napas vesikuler, suara inspirasi lebih keras, lebih panjang
dan pitchnya (nada) lebih tinggi dari suara ekspirasi. Suara napas vesikuler
terdengar hampir diseluruh lapangan paru, kecuali pada daerah supra sternal dan
interscapula. Suara vesikuler dapat mengeras pada orang kurus atau post
“exercise” dan melemah pada orang gemuk atau pada penyakit-penyakit tertentu
(Medison, 2016)
- Trakeal/Bronkial : Pada suara napas bronkial, suara napas ekspirasi, intensitasnya
lebih keras, durasinya lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi,
terdapat pada daerah supra sternal. Suara napas trakeal hampir sama dengan suara
napas bronkial tetapi durasi ekspirasi hampir sama antara ekspirasi dengan
inspirasi, terdengar pada daerah trakea. Ditemukanya bunyi napas bronkial pada
daerah yang seharusnya suaran napas vesikuler, hal ini dapat disebabkan oleh
pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia dan kompresive atelektase
(Medison, 2016)
- Bronkovesikuler : pada bunyi napas bronkovesikuler, suara yang timbul adalah
campuran antara suara napas vesikuler dan bronkial. Jenis suara napas ini ditandai
dengan ekspirasi lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi dari inspirasi.
Jenis pernapasan ini, normal didapatkan pada pada daerah Ruang Inter Costal
(RIC) I & II kiri dan kanan di bagian depan dan daerah interscapula pada bagian
belakang,dimana terdapat ovelap antara parenkim paru dengan bronkus besar.
Pernapasan broncovesikuler bila didapatkan pada daerah yang secara normal
adalah vesikuler ini menunjukkan adanya kelainan pada daerah tersebut.
(Medison, 2016)

b. Macam-macam suara ikutan


- Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musikal,suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara
dengan melalui jalan napas yang menyempit.
- Ronchi : terdngar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengan
perlahan,nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
- Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar,
berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali klien juga mengalami nyeri saat bernapas dalam.
- Crackles : setap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
- Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatrnya cairan atau sekresi pada jalan napas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
DAFTAR PUSTAKA

Batan, I Wayan. 2017. Konsultasi Pemeriksaan Klinik Berbagai Sistem Organ Anjing dan
Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana

Fernandez, G. J. 2017. Sistem Pernafasan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lukiswanto, B.S dan Yuniarti, W.M. 2013. Pemeriksaan Fisik Pada Anjing dan Kucing.
Airlangga University Press : Surabaya

Marwanta, Sri, dkk. 2019. Manual Keterampilan Klinik Topik Clinical Skills Integration –
2.1. Universitas Sebelas Maret. Fakultas Kedokteran

Medison, Irvan, dkk. 2016. Penuntun Skills Lab Blok 2.6 Gangguan Respirasi Pemeriksaan
Paru Lengkap. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas. Padang

Anda mungkin juga menyukai