Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

BIMBINGAN KONSELING

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sopiah, M. Ag

Disusun Oleh :

1. Firda Ikhwatul Musyafa’ah 2118027

2. Wilda Nurunnabila 2118108

3. Risqi Kurnia Sari 2118128

Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKAONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Bimbingan Konseling”

pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Serta tidak lupa sholawat dan

salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wassalam yang kita nantikan syafaatnya.

Berkat pertolongan dan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Makalah

ini dapat kami buat sebagai syarat untuk memenuhi tugas kelompok serta

menambah pengetahuan dan wawasan kami. Terima kasih juga kami

sampaikan kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini,

sehingga makalah ini dapat selesai tanpa suatu halangan apapun.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan makalah kami berikutnya. Akhir kata kami

berharap semoga dengan makalah mengenai “Sejarah dan Perkembangan

Bimbingan Konseling” ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya.

Pekalongan, 09 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1962 pelayanan bimbingan konseling sudah mulai

dibicarakan di Indonesia. Namun pelayanan bimbingan konseling baru

diresmikan pada tahun 1975. Kemudian di tahun 1984 pelayanan

konseling telah disempurnakan kedalam kurikulumnya ditambahkan karir

didalamnya, sehingga semakin berkembang hingga tahun 2001. Bimbingan

konseling dalam sistem pendidikan Indonesia sempat mengalami

perubahan nama. Berawal dari tahun 1984 yang disebut bimbingan dan

penyuluhan (BP), kemudian di tahun 1994 berganti nama menjadi

bimbingan dan konseling (BK), sampai sekarang.

Bimbingan konseling adalah salahsatu komponen dalam

keseluruhan sistem pendidikan. Hal ini karena bimbingan konseling

sangat berperan penting di sekolah. Guru yang merupakan salah satu

faktor pendukung namun juga bertanggungjawab atas pelaksanaanya

bimbingan konseling di sekolah. Maka dengan hal ini guru dituntut untuk

memiliki wawasan yang luas dan memadai mengenai konsep dasar

bimbingan konseling salah satunya adalah sejarah bimbingan dan

konseling.

Oleh karena itu makalah ini akan membahas sedikit mengenai

konsep dasar bimbingan dan konseling, kemudian sejarah bimbingan dan

konseling serta sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia. Maka dari

itu makalah ini berjudul “Sejarah dan Perkembangan Bimbingan

Konseling”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar Bimbingan dan Konseling ?

2. Bagaimana Sejarah dan Bimbingan Konseling ?

3. Bagaimana Sejarah dan Bimbingan Konseling di Indonesia ?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar Bimbingan dan

Konseling

2. Untuk mengetahui dan memahami Sejarah dan Bimbingan Konseling

3. Untuk mengetahui dan memahami Sejarah dan Bimbingan Konseling di

Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling


1. Definisi

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta

didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa

berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar

maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung

berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)1

Bimbingan (Guidance) adalah bantuan/tuntunan yang diberikan

kepada seseorang/sekelompok orang dalam menghindari/mengatasi suatu

masalah dalam kehidupan supaya orang/kelompok orang tersebut

Mendapatkan kesejahteraan hidup (Life Welfare). Konseling (To Counse)

adalah bantuan/ tuntunan yang diberikan kepada seseorang dalam

mengatasi masalah kehidupan dengan keadaan yang dihadapi individu

untuk mencapai kesejahteraan hidup (Life Welfare).

2. Tujuan Bimbingan Konseling

Menurut Shertzer dan Stone, tujuan bimbingan dan konseling

adalah mengupayakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya menjadi lebih produktif dan memuaskan.

Sedangkan menurut Kartadinata, tujuan bimbingan konseling dapat

dirinci lebih dalam lagi makna dari tujuan bimbingan dan konseling ini ke

1
Bhakti, Bimbingan Dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju Aksi, Jurnal
Fokus Konseling, 2015, Vol. 1, No. 2
dalam area-area perkembangan individu, sosial, akademik, dan karir.

Berikut penjelasanya :

1) Berkenanan dengan aspek perkembangan pribadi dan sosial, layanan

bimbingan konseling dimaksudkan agar memiliki komitmen yang kuat

dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada

Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,

pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun dalam

kehidupan masyarakat pada umumnya

2) Berkenaan dengan aspek akademik, bimbingan konseling dmaksudkan

untuk membantu peserta didik agar memiliki kesadaran tentang

potensi diri dalam aspek belajar serta memahami berbagai hambatan

yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

3) Berkenaan dengan aspek karir, bimbingan imaksudkan untuk

membantu peserta didik agar memiliki kemampuan diri yaitu

kemampuan seperti minat dan bakatnya peserta didik, selain itu agar

meiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang

menunjang kematangan kompetensi karir.2

B. Sejarah bimbingan dan Konseling Secara Umum


Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal

manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu

dapat ditelusuri dari masyarakat Yunani Kuno. Mereka menekankan

upaya- upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui

pendidikan. Plato dipandang sebagai koselor Yunani Kuno karena dia

2
Fuad Anwar, Landasan Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: CV. Budi Utama,
2019), hlm. 5-8
menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman

psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan,

hubungan dalam masyarakat dan teologis.3

Bimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan

suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada

umumnya. Apabila ditelusuri maka bimbingan dan penyuluhan itu mulai

timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini berawal timbul di

Amerika, yang dipelopori oleh para tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B.

Davis, Eli Wever, John Brewer, dan lain sebagainya.

Para tokoh nilah yang memelopori bergeloranya bimbingan dan

penyuluhan, sehingga kemudian bimbingan dan penyuluhan ini

berkembang dengan pesatnya. Secara singkat sejarahnya bermula pada

tahun 1908 di Boston oleh Frank Parsons. Frank mendirikan suatu biro

yang bertujuan untuk mencapai efisiensi kerja, dan Franklah yang

mengemukakan istilah tentang "vocational guidance", yaitu "vocational

choice, vocational placement" dan "vocational training". Dengan hal ini

Frank berharap adanya efisiensi dalam lapangan pekerjaan. Frank juga

yang mengusulkan agar "vocational guidance" dimasukkan dalam

kurikulum sekolah.

Akhirnya, dengan adanya langkah Frank ini maka bimbingan dan

konseling mendapatkan perhatian yang jauh begitu luas sehingga dikenal

banyak masyarakat. Pada tahun 1909 Frank Parsons mengeluarkan buku

yang mengupas tentang soal pemilihan jabatan. Pemilihan jabatan ini

merupakan salah satu aspek yang penting di dalam lapangan bimbingan

dan penyuluhan.

3
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 27
Selain Frank, Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konseler sekolah

di Central High School di Detroit, juga mulai bergerak dalam bidang

bimbingan dan penyuluhan, baik mengenai masalah-masalah yang ada

dalam pendidikan maupun dalam lapangan pemilihan jabatan. Kemudian

pada tahun 1910-1916 beliau memberikan kuliah-kuliah mengenai

bimbingan dan penyuluhan. Kegiatan tersebut mirip yang dilakukan oleh

Eli Wever di New York dan John Brewer di Universitas Harvard. Mereka ini

dapat pula dipandang sebagai para perintis dalam lapangan bimbingan

dan penyuluhan. Berlanjut hingga pada tahun 1913 didirikanlah suatu

perhimpunan di antara para pembimbing itu.

Setelah perang dunia ke-2, bimbingan dan penyuluhan lebih

memperlihatkan kebermanfaatanya bagi masyarakat. Bimbingan dan

penyuluhan banyak bergerak dalam lapangan ketentaraan, yaitu terutama

untuk mengembalikan para tentara yang baru datang dari medan

pertempuran untuk kembali ke dalam masyarakat yang biasa. Dengan

demikian maka akan menjadi jelas, bahwa bimbingan dan penyuluhan

pada masa sekarang ini merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari

"vocational guidance" yang dirintis oleh Frank Parsons.

Sesuai dengan jaman yang selalu berkembang, dan kondisinya

maupun keadaanya, bimbingan dan penyuluhan, semakin lama semakin

menjadi luas, dan makin lama makin menjadi lebih berkembang, serta

dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian bimbingan dan penyuluhan

tidak saja terbatas dalam pengertian bimbingan dan penyuluhan dalam

lapangan pekerjaan (vocational guidance), akan tetapi juga dalam lapangan

pendidikan serta dalam lapangan kepribadian. Demikian juga

lapangannya tidak hanya terbatas pada biro-biro penempatan kerja, akan


tetapi juga menembus dalam lapangan-lapangan industri, sekolah-sekolah,

dalam lapangan ketentaraan dan lain sebagainya.

Dengan perkembangan yang begitu cepat itu maka diperusahaan-

perusahaan, terutama dalam perusahaan-perusahaan yang besar didirikan

bagian bimbingan dan penyuluhan yang bertugas baik untuk memecahkan

masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan itu maupun

menjaganya jangan sampai timbul masalah-masalah yang mungkin dapat

membawa kerugian di dalam perusahaan tersebut. Demikian pula dalam

lapangan ketentaraan diadakan staf khusus yang bertugas memelihara

ketahanan mental dari para prajurit. Sampai pada waktu ini dapat kita

lihat bahwa bimbingan dan penyuluhan terus berkembang tidak mau

ketinggalan dengan ilmu-ilmu yang lain.4

Tahun 1989, Jasse B.davic seorang konselor di Detroit, mulai

memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada

tahun 1907, dia memasukkan program bimbingan disekolah tersebut.

Berikut penjelasan lebih rincinya :

1) Mulainya Gerakan Vocational Guidance

Keperluan konseling tentang pemilihan pekerjaan (vocation) telah

menembus (to have permented) masyarakat Amerika pada akhir abad

ke-19 dan permulaan abad ke-20. Frank Parsons memelopori vocantional

guidance. Frank Persons mempunyai sejarah yang cukup panjang yang

menaruh perhatian dalam hal reformasi bidang ekonomi dan politik yang

bermanfaat bagi masyarakat. Frank menerbitkan buku dan artikel dalam

berbagai macam topik, antara lain mengenai pendidikan untuk semua

4
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offet, 1995), hlm.
9-10
anggota masyarakat. Untuk itu, Frank sangat intens dalam hal social

reform.

Hal ini hhusus dalam hal bantuan kepada masyarakat yang

berkaitan dengan pemilihan pekerjaan (occupational choice), pionir-pionir

lain menyebut Frank sebagai konselor pertama dan “the father of

guidance”. Frank merupakan salah seorang dari sekian banyak tokoh pada

akhir abad ke-19 dan pemulaan abad ke-20 yang mendorong dubi sebagai

tempat kehidupan yang baik. Frank percaya bahwa lebih baik menyeleksi

pekerjaan secara ilmiah (scientifically) daripada mencoba

bermacam-macam pekerjaan, yang mungkin tidak diperoleh suatu

pekerjaan yang cocok untuk orang yang bersangkutan. Seleksi tersebut

membuat masyarakat menjadi tempat kehidupan yang baik.

Kemudian Meyer Bloomfield, direktur dari Civic Service House di

Boston, meminta Frank untuk menerapkan layanan tersebut di Civic

Service House. Selanjutnya sejak tahun 1905-1907, Frank menjadi direktur

yang disebut sebagai “The Breadwinners Institute”. Pada bulan Januari

1908, Frank mengembangkan konseling individual dan membuka

Vocational Bureau di Boston. Frank merangkap sebagai direktur dan

konselor untuk pekerjaan (vacational counselor) tersebut. Tujuan utama

dari biro adalah untuk mengembangkan potensi dari populasi imigran

Boston.

Walaupun Frank merupakan salah satu dari sekian banyak orang

yang menghendaki social reforms. Namun pada waktu itu, ia mampu

mengokohkan atau mengamankan serta dukungan dari para pemimpin

kelompok yang mempunyai power dalam bisnis, pekerja serta pendidikan

dan politik. Dalam laporan kepada anggota pengawas dari Board the
Vocational Bureau, Frank pertama kali menggunakan istilah “vocational

guidance”. Laporan Frank menekankan bahwa konseling tidak didesain

untuk membuat keputusan untuk konseler, akan tetapi mencoba menolong

Frank untuk menjadi bijaksana dan memperoleh keputusan sendiri untuk

dirinya. Menurut Williamso hal tersebut konsisiten dengan atmosfir moral

dan intelektual pada waktu itu. Frank juga mengembangkan rencana

untuk pendidikan konselor. Rencananya itu Frank kemukakan dalam

bukunya Choosing a Vacation.

2) Hubungan antara Vocational Guidace dengan School Counseling

Banyak  peraturan pendidikan yang pertama kali sebagai rumah

bagi profesi konseling, khususnya dalam arti Vocational Bureau, Jesse

Davis mulai memberikan saran kepada murid-muridnya mengenai

masalah pendidikan dan pekerjaan tahun 1898. Jesse B. Davis tidak yakin

tentang apa yang Jesse kehendaki dengan kehidupannya melalui karier

pendidikannya ketika ia ditanyai oleh Charles Thurber, salah seorang

profesorya di Universitas Cornell. Tentu saja, pada saat itu, hal tersebut

membekas pada dirinya. Jesse mulai menggunakan metode dari guru

besarnya dalam menjalankan pekerjaannya bersama para siswa Central

High School di Detroit dan mencoba memasukkan guidance ke dalam

pengalaman pendidikan para siswa.

Kemudian di tahun 1907, Jesse menjadi kepala dari The Grand Rapids

Michigan Central School, serta mampu mengaplikasikan idenya

mengenai self study, occupational study,dan mencoba menerapkan self

study dalam pemilihan jabatan melalui tingkat tujuh sampai tingkat dua

belas. Hal tersebut tersebut dilakukannya dengan membuat karangan yang

ditulis dalam kelas bahasa Inggris. Topik karangannya bervariasi, mulai


dari self-examination mengenai values sampai ide-ide mengenai seleksi

pekerjaan pada tingkat dua belas. Selain itu, ditekankan pula topik-topik

melalui social and civic ethics. Lima tahun kemudian (1912), Grand Rapids

mendirikan departemen guidance dengan cakupan kota (citywide).

Kemudian Anna Y. Reed di Seattle dan Eli Weaver di New York

mendirikan counseling services. Reed berpendapat bahwa counseling

services dibutuhkan oleh pemuda Amerika melalui studinya tentang

newsboys, penal institutions, dan charity schools. Reed menekankan bahwa

orang-orang bisnis yang sangat sukses dan konseling akan didesain untuk

menolong para pemuda dalam dalam menyamai atau melebihi mereka.

Reed berpendapat bahwa sekolah menyiapkan anak-anak dan

menitikberatkan potensi untuk menghasilakan uang. Reed percaya bahwa

tiap anak dapat mengerti guidance services yang dikembangkan oleh Reed

sama dengan apa yang disebut sebagai modern placement agencies yang

menekankan pada dapatnya individu diterima oleh employers.

Bahkan Eli Weaver juga percaya bahwa bekerja

dalam framework dari keadaan masyarakat pada tahun 1905, Eli menjadi

kepala dari Students Aid Committee of the High School Teachers

Associatoion di New York. Dalam pengembangan komitenya, sampai pada

kesimpulan bahwa siswa butuh saran dan konsultasi sebelum mereka

masuk dalam dunia kerja. Pada tahun 1920-an, para konselor sekolah di

Boston dan New York diharapkan dapat membantu siswa dalam pemilihan

sekolah dan pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula, sertifikasi dari

konselor sekolah mulai diterapkan pada kedua kota tersebut.5

5
Robert Gibson, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 60
C. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Di Indonesia bimbingan dan konseling tergolong masih baru, namun

hal ini bukan berarti Indonesia tidak mengenalnya. Akan tetapi bimbingan

dan konseling sekarang berbeda menurut segi pendekatanya. Setelah

Indonesia merdeka pada tahun 1945, mulai mendirikan kantor

penempatan kerja, hal ini menunjukan sebuah usaha untuk menempatkan

orang-orang yang ingin bekerja yang sesuai dengan kemampuanya. Jika

dilihat lebih jauh pada prinsipnya seperti vocational bureau yaitu

penempatan kerja seseorang sesuai dengan kemampuanya, apakah

dijalankan sesuai dengan prinsip tersebut.

Sekalipun demikian, di Indonesia masih berjalan seperti di kota

Yogyakarta terdapat Balai Pembinaan Administrasi yang merupakan

bagian dari Universitas Gadjah Mada dalam fakultas sosial dan politik yang

salah satu tugasnya memberikan latihan pekerjaan kepada para pekerja

untuk meningkatkan efisiensi kerja. Dalam sejarah selanjutnya mencatat

bahwa konferensi FKIP yang diselenggarakan di Malang sekitar tanggal

20-24 Agustus 1960 memutuskan bahwa bimbingan dan penyuluhan

dimasukan kedalam kurikulum FKIP. Instruksi dari departemen

pendidikan dan kebudayaan bahwa untuk melaksanakan bimbingan dan

penyuluhan di setiap sekolah untuk menambah majunya bimbingan dan

penyuluhan dilingkungan sekolah.

Selain itu diadakan pelatihan jabatan oleh yang berwenang, ini

menunjukan bahwa bimbingan dan penyuluhan berkembang pesat di

Indonesia bukan hanya dilingkungan sekolah namun dalam masyarakat

luas juga. Dalam uraian yang lebih rinci bahwa sejarah bimbingan

konseling yang dulunya bimbingan penyuluhan berawal dari konferensi


FKIP di Malang kemudian berkembang pada tahun 1964, IKIP Bandung

dan IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan penyuluhan. Pada tahun

1971 berdiri sebuah Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di 8 IKIP

yaitu, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang,

manado.Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan dikembangkan,

dan berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan

dan Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah

atas pun memuat pedoman bimbingan dan penyuluhan.

Tahun 1978, diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan

dan penyuluhan di IKIP (setingkat D2 dan D3) untuk mengisi jabatan guru

bimbingan dan penyuluhan disekolah yang sampai saat ini belum ada

jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan. Keberadaan bimbingan dan penyuluhan secara legal formal

diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/ 1989

tentang Angka Kredit bagi jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam KepMen tersebut ditetapkan secara

resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Akan tetapi, pelaksanaanya di sekolah masih belum mendukung misi

sekolah, terutama orang tua berpandangan keliru tentang BP,

beranggapan bahwa siswa yang dipanggil BP identik dengan masalah.

Kemudian, lahirlah SK Menpan No. 83/1993 tentang jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang didalamnya termuat aturan

tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK

Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No. 021/1995

sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan Fungsional Guru dan angka

Kreditnya. Didalam SK mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan


diganti menjadi bimbingan dan konseling di sekolah dan dilaksanakan

oleh guru pembimbing. Hal tersebut karena pola pelaksanaan bimbingan

dan konseling di sekolah terlihat tidak jelas.

1) Pra-Lahirnya Pola 17

Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah diselenggarakan

dengan pola yang tidak jelas. Ketidak jelasan pola ini berdampak pada

buruknya citra bimbingan dan konseling, yaitu:

a) Melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK

b) Muncul persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK

c) Muncul berbagai kritikan sebagai wujud kekecewaan atas kinerja guru

pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman

d) Berlarut-larutnya, persepsi negatif dan miskonsepsi

Kemudian masalah yang timbul, diantaranya sebagai berikut:

a) Konselor sekolah dianggap polisi sekolah

b) BK dianggap semata-mata sebagai pemberi nasihat

c) BK dibatasi pada menangani masalah yang isidental, dan untuk

klien-klien tertentu saja

d) BK melayani “orang sakit” dan atau “kurang normal”

e) BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif, sementara pihak lain

pasif

f) Adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja;

g) Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja

h) Hasil pekerjaan BK harus segera dilihat

i) Cara pemecahan masalah bagi semua klien disamaratakan

j) Usaha BK dipusatkan pada penggunaan instrumentasi BK (tes,

inventori, kuesioner, dan lain-lain)


k) BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja

Pada pelaksaannya pun, bimbingan dan penyuluhan di sekolah

menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan pola ini disebabkan hal-hal berikut.

a) Belum adanya hukum

b) Semangat luar biasa untuk melaksanakan bimbingan dan konseling

c) Belum ada aturan main yang jelas.

Selain itu, pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan hal berikut :

a) Guru BK (sekarang konselor sekolah) belum mampu mengoptimalkan

tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa

yang menjadi tanggung jawabnya.bahkan, guru pembimbing ditugasi

mengajarkan salah satu mata pelajaran, seperti bahasa Indonesia,

kesenian, dan sebagainya

b) Guru pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul, dan pengolah

nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu, serta berfungsi sebagai guru

piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan

hadir

c) Guru pembimbing ditugasi sebagai”polisi sekolah” yang mengurusi dan

menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah,

seperti terlambat masuk, tidak memakai seragam sekolah, atau

mengeluarkan baju dari celana dan rok

d) Kepala sekolah tidak mampu melakukan pengawasan karena tidak

memahami program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi

kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya

e) Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personal sekolah

terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing sehingga tidak terjalin

kerja sama, sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi BK.


f) Kondisi-kondisi seperti ini , nyaris terjadi pada setiap sekolah di

Indonesia

2) Lahirnya Pola 17

SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya memuat hal-hal substansial,

khususnya menyangkut bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut :

a) Istilah ”bimbingan dan penyuluhan” secara resmi diganti menjadi

“bimbingan dan konseling”

b) Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru

pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan

demikian bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua

guru atau sembarang guru

c) Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan

bimbingan dan konseling adalah mereka yang berkemampuan

melaksanakan kegiatan tersebut, minimal mengikuti penataran

bimbingan dan konseling selama 180 jam

d) Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang

jelas:

(a) Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, dan asas-asasnya

(b) Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir

(c) Jenis layanan; layanan orientasi, informasi, penempatan /

penyaluran, pembelajaran, konseling perseorangan, bimbingan

kelompok dan konseling kelompok

(d) Kegiatan mendukung: instrukmentasi, himpunan data konferens

kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Unsure-unsur diatas

(nomor 4) membentuk ‘BK pola-17”


e) Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap :

(a) Perencanaan kegiatan

(b) Pelaksaan kegiatan

(c) Penilaian hasil belajar

(d) Analisis hasil penilaian

(e) Tindak lanjut

f) Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar

jam kerja sekolah. Hal-hal yang subtansial di atas diharapkan dapat

mengubah kondisi tidak jelas yang sudah lama berlangsung

sebelumnya. Langkah konkret diupayakan seperti:

(a) Pengangkatan guru pembimbing yang berlatar belakang pendidikan

bimbingan dan konseling

(b) Penataran guru-guru pembimbing tingkat nasional, regional, dan

lokal mulai dilaksanakan

(c) Penyusunan pedoman kegiatan bimbingan dan konseling disekolah.6

6
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia,2010) hal:30-32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta

didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa

berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar

maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung

berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Tujuan bimbingan dan konseling adalah mengupayakan perubahan

perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya menjadi lebih

produktif dan memuaskan. Namun tujuan bimbingan konseling dapat

dirinci lebih dalam lagi makna dari tujuan bimbingan dan konseling ini ke

dalam area-area perkembangan individu, sosial, akademik, dan karir.

Sejarah bimbingan dan konselling berawal hingga sekarang ini

merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari "vocational guidance"

yang dirintis oleh Frank Parsons. Sedangkan di Indonesia diresmikan

pada tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/ 1989

tentang Angka Kredit bagi jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Saran

Dari pemaparan makalah di atas, diharapkan mahasiswa mampu

mengetahui dan memahami bimbingan konseling dengan baik, mahasiwa

sebagai calon pendidik dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya,

mahasiswa dapat menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan

Bimbingan Konselling (BK).


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Fuad. 2019. Landasan Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta:


CV. Budi Utama.

Bhakti. 2015. Bimbingan Dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma


Menuju Aksi, Jurnal Fokus Konseling. Vol. 1. No. 2

Gibson, Robert. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta:


Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai