Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis

1) Pengertian

Katarak adalah kekeruhan lensa, katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan

penuaan (Vaughan, 2015). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya

jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran

(katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun

tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan

radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti

uveitis anterior) (Smeltzer, 2014). Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata

yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani

cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-

akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2014).

Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan

dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi

kerusakan penglihatan.
2) Anatomi fisiologi

a) Anatomi mata

1. Struktur Mata Eksternal

Gambar 1
Struktur mata eksternal

 Alis

Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi

bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya serta

berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.

 Kelopak mata

Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa

yang dapat digerakkan, dapat dibuka dan ditutup untuk

melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola mata

dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak mata tersusun oleh

kulit tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal,

terletak pada batas kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh

konjungtiva.

 Bulu mata
Fungsi bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

2. Struktur Mata Internal

Gambar 2
Struktur mata internal
 Sklera

Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila skleramengalami

penipisan maka warnanya akan berubah menjadikebiruan. Dibagian posterior,

sklera mempunyai lubang yangdilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina

sentralis.Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior

sklera diselubungi secara longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi

struktur mata yang sangat halus sertamembantu mempertahankan bentuk biji

mata.

 Khoroid

Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakanranting-ranting arteria

oftalmika, cabang dari arteria karotisinterna. Lapisan vaskuler ini membentuk

iris yang berlubangditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata.

Selaputberpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dandengan

demikian menentukan apakah sebuah mata ituberwarna biru, coklat, kelabu,


dan seterusnya. Khoroidbersambung pada bagian depannya dengan iris, dan

tepatdibelakang iris. Selaput ini menebal guna membentuk korpussiliare

sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliareitu berisi serabut otot

sirkulerndan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran.

Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya

ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare,

dan khoroid. Peradangan pada masing-masing bagian berturut-turut disebut

iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut

uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka

penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.

 Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisanserabut, yaitu sel-sel

saraf batang dan kerucut. Semuanyatermasuk dalam konstruksi retina yang

merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar

menujujaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luarmenuju

diskus optikus, yang merupakan titik dimana sarafoptik meninggalkan biji

mata. Titik ini disebut titik buta, olehkarena tidak mempunyai retina. Bagian

yang paling peka padaretina adalah makula, yang terletak tepat eksternal

terhadapdiskus optikus, persis berhadapan dengan pusat pupil.

 Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambungdengan sklera yang

putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan

tepi adalah epitheliumberlapis yang tersambung dengan konjungtiva.

 Bilik anterior (kamera okuli anterior)

Terletak antara kornea dan iris.


 Iris

Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaputkhoroid. Iris

berisi dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu

mengecilkan ukuran pupil,sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran

pupil itu sendiri.

 Pupil

Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celahdalam iris, dimana

cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.

 Bilik posterior (kamera okuli posterior)

Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupunbilik posterior yang

diisi dengan aqueus humor.

 Aqueus humor

Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali kedalam aliran darah

pada sudut iris dan kornea melalui venahalus yang dikenal sebagai Saluran

Schlemm.

 Lensa

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dantransparan. Tebalnya ±4

mm dan diameternya 9 mm.Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula

(zonula zinni)yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di

sebelahanterior lensa terdapat humor aqueus dan disebelah posteriorterdapat

vitreus humor. Kapsul lensa adalah membransemipermiabel yang dapat

dilewati air dan elektrolit. Disebelahdepan terdapat selapis epitel subkapular.

Nukleus lensa lebihkeras daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya

usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-

kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam

askorbat danglutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun

tereduksi.Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.

 Vitreus humor

Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga

retina yang diisi dengan cairan penuh albumen berwarnakeputih-putihan

seperti agar-agar. Berfungsi untuk memberibentuk dan kekokohan pada mata,

serta mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan

sklerotik.

b) Fisiologi mata

Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorikuntuk penglihatan.

Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yangbergabung untuk membentuk

saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakangsecara medial dan melintasi kanalis

optikus, memasuki rongga craniumlantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf

penglihatan memiliki 3

pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisanluarnya kuat

dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah

halus seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler(mengandung banyak

pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum, maka

separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya,

sementara separuhnya lagi menuju traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara

serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan dengan kedua

sisi otak sehingga indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya

pada retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak (Pearce, 1997).
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan

perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat

penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan

bayangan yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh

kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan

bayangan pada retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.

Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien

yang mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan

tanpa rasa nyeri.

 Pembentukan bayangan

Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan

objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil danterbalik

dari objek nyata. Bayangan yang jatuh pada retina akanmenghasilkan sinyal

saraf dalam mosaik reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke

otak untuk direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan

bayangan abnormal terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips,

titik fokus jatuh didepan retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk

melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu

dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata.

Pada hipermetropia, titik fokus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi

dengan lensa bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal karena

lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.

 Respon bola mata terhadap benda

Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa


tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akanmemperpanjang

jarak fokus. Bila benda dekat dengan mata maka

otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda

jauh, maka siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayanganbenda pada retina

menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat

pupil mengecil dan melebar. Jika sinarterlalu banyak maka pupil menyempit

agar sinar tidak seluruhnyamasuk ke dalam mata. Dalam keadaan gelap pupil

melebar agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika

mata melihat jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar

terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh

mekanisme umpan balik negatif secara otomatis.

 Lintasan penglihatan

Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakangmelalui

nervus optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilangke sisi lain

bersatu dengan serabut yang berasal dari retina. Otakmenggunakan visual

sebagai informasi untuk dikirim ke korteksserebri dan visual pada bagian

korteks visual ini membentuk gambartiga dimensi. Gambar yang ada pada

retina di traktus optikusdisampaikan secara tepat ke korteks jika seseorang

kehilanganlapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan

diotak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.

3) Etiologi

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisamengalami katarak yang

biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,peradangan di dalam kehamilan,

keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang

disebut pembungkus lensaatau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara
nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus

bersifat lembeksedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai

darinukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan menjadi tuanya seseorang

maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi

keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat

berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran

melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak

atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi

progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda

dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan

waktu dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya

katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya

kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya

matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang

menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak

seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin,

medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu

dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa

yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) . Katarak biasanya terjadi

bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian

trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan

konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang

secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat

kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat

menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling


sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,

obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang

dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

4) Manifestasi Klinis

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya,pasien melaporkan

penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dangangguan fungsional sampai

derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan, temuan objektif

biasanya meliputi pengembunanseperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina

tak akan tampak denganoftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan

dipendarkan danbukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus

padaretina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan

yangmenjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.Pupil

yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.Katarak biasanya

terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk,

lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampumemperbaiki penglihatan. Orang

dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau

yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang

mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari

mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan

menurunkan pelindung cahaya

saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).

Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium


yaitu: insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.

5) Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,transparan, berbentuk

seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksiyang besar. Lensa mengandung

tiga komponen anatomis. Pada zona sentralterdapat nukleus, di perifer ada korteks,

dan yang mengelilingi keduanyaadalah kapsul anterior dan posterior. Dengan


bertambahnya usia, nukleusmengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.

Disekitar opasitasterdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.

Opasitas padakapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,

nampakseperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa

mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel

(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya

dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein

lensa dapatmenyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan

denganmenghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkanterputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam

lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi

sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi

lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan

tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderitakatarak.

6) Pemeriksaan Penunjang

7) Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selamaoperasi

maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yangmerupakan

resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan inimembutuhkan

pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasidan mengeksisi gel

(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegeramungkin tidak bias dilakukan

pada kondisi ini.

2. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah padaperiode pasca operasi dini.

Terlihat sebagai daerah berwarna gelap padalokasi insisi. Pupil mengalami

distorsi. Keadaan ini membutuhkanperbaikan segera dengan pembedahan.

3. Endoftalmitis

Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namunjarang terjadi.

8) Penatalaksanaan

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Merupakan teknik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah katarak

ekstrakapsular.Seluruh lensa bersama dengan pembungkus atau kapsulnya

dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan jahitan yang banyak (14-

15mm). Prosedur tersebut relatif beresiko tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar

dan tekanan pada badan vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian

tindakan ini antara lain, angka kejadian Cystoid macular edema dan retinal

detachment setelah operasi lebih tinggi, insisi yang sangat lebar dan astigmatisma

yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi sangat besar.

2. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Merupakan teknik operasi katarak dengan melakukan pengangkatan nukleus lensa

dan korteks melalui pembukaan kapsul anterior yang lebar 9-10mm, dan

meninggalkan kapsul posterior.

3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Pada teknik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm – 7.0mm. Keuntungan

insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola mata tidak

prolaps keluar.Dan karena insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih

posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah.

4. Phacoemulsification
Merupakan salah satu teknik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang berbeda dengan

ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan ekspresi dan pengangkatan

nukleus yang lebar).Sedangkan fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil,

fragmentasi nukleus secara ultrasonik dan aspirasi korteks lensa dengan

menggunakan alat fakoemulsifikasi. Secara teori operasi katarak dengan

fakoemulsifikasi mengalami perkembangan yang cepat dan telah mencapai taraf

bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu rehabilitasi visus

yang cepat, komplikasi setelah operasi yang ringan, astigmatisma akibat operasi

yang minimal dan penyembuhan luka yang cepat.

B. Konsep Lansia

1) Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.Menua atau menjadi

tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,

tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah

yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua

(Nugroho, 2006).

Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan profesional yang

didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psikososio-

spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun

sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


2) Batasan Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut

1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun

2. Usia tua (old) :75-90 tahun

3. Usia sangat tua (very old) adalah usia> 90 tahun.

b. Depkes RI (2005) dibagi tiga kategori

1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun

2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas

3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas

dengan masalah kesehatan

c. Batasan Usia lansia era baru,menurut WHO

1. Setengah baya : 66- 79 tahun,

2. Orang tua : 80- 99 tahun

3. Orang tua berusia panjang

3) Ciri-ciri Lansia

a. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada

lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan

kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada

juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada

lansia akan lebih lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap

lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang
lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat

menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada

orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal.Perubahan peran pada lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan.Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai

Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua

RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan

bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat

penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.Contoh : lansia yang tinggal

bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena

dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik

diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang

rendah.

4) Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.

Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.Lansia merupakan istilah

tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akanmengalami proses menjadi tua

(tahap penuaan). Masa tua merupakan masahidup manusia yang terakhir, dimana pada

masa ini seseorang mengalamikemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapatmelakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap

penurunan).Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,termasuk

tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.Pada

manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang,

jantung, pembuluh darah, paru paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan

kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentanterhadap berbagai penyakit,

sindroma dan kesakitan dibandingkan denganorang dewasa lain. Untuk menjelaskan

penurunan pada tahap ini, terdapatberbagai perbedaan teori, namun para ahli pada

umumnya sepakat bahwaproses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

5) Teori proses menua

Teori-teori biologi
 Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahanbiokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA

dan setiap selpada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh

yang khasadalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan

kemampuanfungsional sel)

 Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)

 Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu

zatkhusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

 Teori“immunology slow virus” (immunology slow virus theory)


Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia

danmasuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan

organtubuh.

 Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakantubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan

sel-seltubuh lelah terpakai.

 Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya

radikalbebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini

dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

 Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatanyang

kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkankurangnya

elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

 Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelahsetelah sel-sel tersebut mati.

Teori kejiwaan sosial


 Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat

dilakukannya.Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

 Ukuran optimum (pola hidup)


Dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.Mempertahankan hubungan

antara sistem sosial dan individu agartetap stabil dari usia pertengahan

ke lanjut usia

 Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.Teori ini

merupakan gabungan dari teori diatas.Pada teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi

oleh tipe personality yang dimiliki.

 Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorangsecara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupansosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut

usiamenurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjadi kehilangan ganda (triple loss), seperti’ Kehilangan peran,

Hambatankontak sosial dan Berkurangnya kontak komitmen.

6) Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. bila seseorangmengalami

penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka dapattua dalam keadaan

sehat. Penuaan ini sesuai dengan kronologis usia

dipengaruhi oleh faktor endogen. Perubahan ini dimulai dari sel jaringan

organ sistem pada tubuh.Sedangkan faktor lain yang juga berpengaruh padaproses

penuaan adalah faktor eksogen seperti lingkungan, sosial budaya, dangaya hidup.

Mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karenastress yang dialami

individu. (Azizah & Lilik, 2011).


Yang termasuk faktorlingkungan antara lain pencemaran lingkungan akibat kendaraan

bermotor, pabrik, bahan kimia, bising, kondisi lingkungan yang tidak bersih,

kebiasaan menggunakan obat dan jamu tanpa kontrol, radiasi sinar matahari, makanan

berbahan kimia, infeksi virus, bakteri dan mikroorganisme lain. Faktor endogen

meliputi genetik, organik dan imunitas. Faktor organik yang dapat ditemui adalah

penurunan hormon pertumbuhan, penurunan hormon testosteron, peningkatan

prolaktin, penurunan melatonin, perubahan folicel stimulatinghormon dan luteinizing

hormone (Stanley & beare, 2007). Menurut Wahyudi Nugroho (2008), faktor yang

mempengaruhi penuaa adalah hereditas (keturunan), nutrisi/makanan, status

kesehatann, pengalamanhidup, lingkungan dan stress.

7) Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secaradegeneratif yang

akan berdampak pada perubahan-perubahan pada dirimanusia, tidak hanya perubahan

fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dansexsual (Azizah dan Lilik M, 2011)

1. Perubahan Fisik

a) Sistem indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

olehkarena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga

dalam,terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

yangtidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas

60tahun.

b) Sistem integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering

danberkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis

danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea


danglandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

dikenaldengan liver spot.

c) Sistem muskulokeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan

penghubung(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.

Kolagensebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan

jaringanpengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak

teratur.Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago

padapersendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:

berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan

fisiologi,sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut

akanmengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan

strukturotot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran

serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada

otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikatsekitar

sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaanelastisitas.

d) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massajantung

bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehinggaperegangan

jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahanjaringan ikat.

Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,klasifikasi SA Node

dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringanikat.


e) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitastotal

paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi

kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan

pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuanperegangan toraks berkurang.

f) Pencernaan dan metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunanproduksi

sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangangigi, indra

pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasalapar menurun),

liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan

berkurangnya aliran darah.

g) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.Banyakfungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,dan

reabsorpsi oleh ginjal.

h) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yangprogresif pada serabut saraf lansia.Lansia mengalami

penurunankoordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-

hari.

i) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan

uterus.Terjadi atropi payudara.Pada laki-laki testis masih


dapatmemproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan

secaraberangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif

Memory (Daya ingat), IQ (Intellegent Quotient), KemampuanBelajar

(Learning), Kemampuan Pemahaman (Comprehension),Pemecahan Masalah

(Problem Solving), Pengambilan Keputusan(Decision Making),

Kebijaksanaan (Wisdom), Kinerja (Performance),Motivasi

3. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Pertama-

tamaperubahan fisik, khususnya organ perasa, Kesehatan umum,

Tingkatpendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan syaraf

pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan konsep diri

akibatkehilangan kehilangan jabatan, rangkaian dari kehilangan ,

yaitukehilangan hubungan dengan teman dan famili, hilangnya kekuatan

danketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri.

4. Perubahan konsep diri

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

Lansiasemakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini

terlihatdalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

a) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit

fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

pendengaran.
b) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan

hewankesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh

padalansia.Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik

dankesehatan.

c) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, laludiikuti

dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatuepisode

depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena streslingkungan dan

menurunnya kemampuan adaptasi.

d) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemasumum,

gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesifkompulsif, gangguan-

gangguan tersebut merupakan kelanjutan daridewasa muda dan

berhubungan dengan sekunder akibat penyakitmedis, depresi, efek

samping obat, atau gejala penghentian mendadakdari suatu obat.

e) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham

(curiga),lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya

atauberniat membunuhnya.Biasanya terjadi pada lansia

yangterisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

f) Sindroma diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat

mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak

teratur.

C. Konsep asuhan keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan
Identitas
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian

perlu di data biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa.

Data-data tersebut harus akurat, agar dapat di gunakan dalam tahap

berikutnya. Misalnya meliputi nama pasien (agar tidak salah pasien dalam

pemberian terapi), umur (agar terapi yang diberikan sesuai usia, misalnya:

anak, dewasa, atau lansia), JK (menjaga privasi klien) Alamat (agar


mengetahui tempat tinggal pasien sebagai syarat administrasi) keluhan utama

(agar terapi yang diberikan dapat mengatasi masalah pasien ) dan masih

banyak lainnya.

Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk Panti. Data

yang dapat ditemukan: tidak tahu tentang pengertian, penyebab, dari penyakit

yang dialami saat ini. Dan kekakuan nyeri di punggung, hingga membuatnya

sulit bergerak

Riwayat kesehatan saat ini


Meliputi perjalanan penyakit yang dialami pasien saat ini, berapa lama
penyakit sudah dialami, gejala yang dialami selama menderita penyakit saat
ini dan perawatan yang sudah dijalani untuk mengobati penyakit saat ini.
Disamping itu apakah saat ini pasien memiliki pola hidup yang baik.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada keluarga
yang mengalami sakit serupa yaitu katarak dengan pasien saat ini, atau
penyakit keturunan lainnya.
Riwayat Lingkungan Hidup
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor
lingkungan yang ada keterkaitanny dengan sakit yang dialami pasien saat ini
dan kemungkinan masalah yang dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan.
Data pengkajian dapat meliputi kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan,
sirkulasi udara, keadaan kamar mandi dan WC, pembuangan air kotor, sumber
air minum, pembuangan sampah, sumber pencemaran, penataan halaman,
privasi, resiko injury.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perjalanan penyakit yang
sebelumnya pernah dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
analisis sakit yang saat ini pasien alami dan dalam penentuan pengobatan
selanjutnya. Data yang dapat dikaji berupa penyakit yang pernah diderita,
riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di Panti, riwayat
pemakaian obat. Apakah sewaktu sehat pasien memiliki kebiasaan yang buruk
misalnya merokok, minum kopi, alcohol, sering makan-makanan yang manis
atau makanan dengan kolesterol tinggi.
Keadaan Umum
Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Pengkajian Fungsional Klien (Indeks Katz)
Pengkajian Status Mental Gerontik
Pemeriksaan diagnostic
2) Diagnosis Keperawatan

3) Rencana/ Intervensi Keperawatan

4) Penatalaksanaan

D. Web Of Caution (WOC)

Anda mungkin juga menyukai