Anda di halaman 1dari 4

PROGRAM INTERVENSI DINI di AFRIKA SELATAN

Tugas Mata Kuliah : Intervensi Dini ABK

Dosen Pengampu : Atien Nur Chamidah, M.Dist. St & Ernisa Purwandari, M.Pd

PLB 3 B
Nama Kelompok 5 :

 Fadli Andriawan (16103241012)


 Rachel Fahriza Rahardiani (16103241022)
 Dessiani Asmara Putri (16103241054)
 Mir-Atush Shalikhah (16103244008)
 Ro’uufah Nur Rosyidah Azizah (16103241042)
 Joko Setiawan (16103241056)

PROGRAM INTERVENSI DINI di AFRIKA SELATAN

Program intervensi dini adalah suatu program layanan khusus yang sengaja dirancang
untuk anak-anak berkebutuhan khusus usia balita dalam rangka mengoptimalkan
perkembangannya, mencegah atau memperkecil potensi terhadap terjadinya kelambatan
perkembangan dan kebutuhan untuk memperoleh layanan pendidikan khusus dan
meningkatkan kapasitas para keluarga dan pengasuh.

Setiap negara mempunyai program intervensi dini bagi anak anak usia balita salah
satunya di negara Afrika Selatan. Penelitian terbaru di Afrika Selatan menyatakan bahwa
agar ad a hasil bermanfaat jangka panjang yang berkelanjutan dalam perkembangan anak-
anak, maka intervensi dini di Afrika Selatan sangatlah penting. Karena anak-anak terus
berkembang dan dewasa, sangat penting untuk memasukkan program yang dapat
meningkatkan perkembangan mereka sejak tahap awal, dan juga memastikan bahwa
intervensi dan stimulasi dini dipertahankan selama mungkin. Intervensi dini
memungkinkan anak-anak untuk mendapatkan pemahaman kognitif sejak usia dini.
Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak adalah tahun perkembangan dan perubahan
yang cepat. Setiap anak terlahir dengan potensi dan kemungkinan yang sangat besar.

Bedasarkan data yang dilansir dari Pusat Studi Tuli, Dr.Claudine Storbeck, University
of The Witwatersrand Johannesburg didapatkan lebih dari 90 % dari 718.000 populasi
lahir dengan kondisi tuli di negara berkembang terutama di Sub-Saharan Afrika, 17 bayi
setiap harinya lahir dengan gangguan pendengaran di Afrika Selatan dan mereka belum
mendapat deteksi dini secara awal. Hal ini disebabkan mayoritas bayi yang biasanya lahir
di negara-negara berkembang seperti Afrika Selatan dimana layanan langka dan
kesadaran buruk. Padahal program deteksi dini dan intervensi dini merupakan standar
perawatan untuk memastikan hasil optimal bagi bayi/anak, keluarga, dan masyarakat
tentunya.

Bedasarkan data penelitian International Journal Of Audiology yang berkaitan dengan


prosedur tindak lanjut, diagnostik, dan prosedur manajemen informasi serta waktu
intervensi di Afrika Selatan didapatkan hasil penelitian bahwa alasan yang sering
dilaporkan karena tidak adanya proses dan kurangnya peralatan dan kurangnya ahli yang
tepat.

Di Afrika Selatan sendiri hampir tidak ada informasi yang tersedia pada layanan
deteksi dan intevensi dini. Kelangkaan laporan mencerminkan kurangnya layanan deteksi
dan intervensi dini dan dapat dikaitkan dengan beberapa faktor salah satunya sumberdaya
terbatas dan kurangnya layanan.

Program deteksi dini tidak menjadi hal yang penting atau hal yang diutamakan oleh
para peduli kesehatan untuk anak-anak di Afrika Selatan dan sekarang ini juga tidak
terdapat program screening yang sedang diimplementasikan atau sedang diterapkan.
Meskipun pada satu dekade terakhir ini sudah ada inisiatif dalam program screening
perkembangan anak di wilayah Western Cape, fasilitas-fasilitas Primary Health Care
(PHC) di wilayah (provinsi) lain masih belum dapat mendukung program ini. Lagi pula,
di wilayah Western Cape program ini masih sangat terbatas. Sebuah evaluasi formal yang
diselenggarakan pada tahun 2003 menunjukkan banyaknya kesulitan dalam
mengimplementasi yaitu diantaranya : hampir satu dari empat fasilitas tiadak memberikan
screening perkembangan apapun, hanya satu dari sembilan fasilitas yang
menyelenggarakan screening yang sesuai standar, dan tidak ada anak yang teregistrasi
berada dalam bahaya yang ditahan (tidak diberikan penanganan lanjutan).

Konsultasi yang dilakukan oleh para ahli sebagai bagian dari analisis situasi tentang
anak dengan disabilitas mengidentifikasi kurangnya pelatihan mengenai kegiatan
mengidentifikasi ketidakmampuan pada anak di bidang kesehatan serta kurangnya jumlah
terapis yang terlatih di bidang klinis sebagai kunci yang menghalangi proses pencegahan
yang efektif dalam program deteksi dini. Hal ini telah dikonfirmasi selama diskusi
kelompok dengan para perawat atau pengasuh anak berkebutuhan khusus dimana
beberapa orang mendapatkan informasi yang salah dari dokter bahwa anak-anak mereka
akan baik-baik saja. Pihak-pihak yang berkecimpung di bidang medis justru malah kurang
menyadari atau kurang baik dalam memilih pilihan layanan apa yang tepat untuk anak
yang dapat memperburuk proses intervensi dini, dan sebagai hasilnya anak-anak akan
dilayani secara tidak tepat atau bahkan tidak diberi layanan sama sekali.

Pada tahun 2011, departemen kesehatan meninjau kembali booklet jalan menuju
sehat atau Road to Health boklet (RtBH) untuk mengikutsertakan alat potensial untuk
identifikasi anak “yang berada dalam bahaya” disabilitas. RtBH adalah sebuah booklet
atau buku laporan kecil pegangan orang tua yang diberikan kepada seluruh bayi. Booklet
ini didesain untuk membantu pekerja kesehatan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dalam booklet yang sudah ditinjau ulang disebutkan bahwa para
praktisi kesehatan dibutuhkan untuk mengindikasikan jikalau ada “kemungkinan
disabilitas dimasa mendatang” dibawah bagian “keterangan lengkap tentang anak dan
keluarga”. Didalam bookletini juga berisi tabel screening perkembangan dengan domain
penglihatan & perilaku adaptif, pendengaran & komunikasi, serta perkembangan motorik.
Kejadian-kejadian penting pada masa perkembangan terlihat pada usia 14 minggu, 6
bulan, 9 bulan, 18 bulan, 3 tahun dan 5-6 tahun. Seorang anak yang tidak menunjukkan
perilaku-perilaku semestinya akan diserahkan kepada terapis.

Deteksi Disabilitas dalam Sistem Pendidikan

Ketika anak sudah memasuki jenjang sekolah terutama sekolah umum dan
sebelumnya belum pernah dilakukan deteksi dini atau belum dipastikan hasil
terhadapnya, terdapat kemungkinan bahwa identifikasi yang akan dilakukan di sekolah
kemungkinan besar akan terlambat atau bahkan tidak dilakukan sama sekali. Banyak
pendidik yang kurang mampu dan kurang menguasai kegiatan asesmen serta tidak dapat
menentukan tingkat ketidakmampuan pada anak serta kebutuhan
pendukungnya.kurangnya bekal atau layanan yang diberikan akan menyebabkan anak
tidak mencapai potensi akademiknya secara maksimal.

Usaha dalam penerapan asesmen yang terstandardisasi dalam sistem pendidikan di


Afrika Selatan sesungguhnya sedang berjalan. Pada tahun 2008 departemen pendidikan
mengeluarkan strategi nasional mengenai screening, identifikasi, asesmen dan dukungan
atau support (SIAS). SIAS ini disajikan sebagai alat asesmen yang akan membantu para
pendidik dalam menentukan ketidakmampuan pada anak dalam hal kebutuhan
pendukungnya dalam pendidikan. SIAS ini didasarkan pada jaringan ICF internasional
dan lebih memfokuskan pada halangan dalam pendidikan dan perkembangan daripada
kondisi kesehatan atau ketidakmampuannya. Pelatihan para pendidik dalam penggunaan
asesmen SIAS dimulai pada tahun 2007, dan hingga sekarang lebih dari 28.000 pendidik
sudah terlatih. SIAS akan dilegalisasi melalui publikasi dalam lembaran negara setelah
disebarkan dan diimplementasikan secara nasional.

Screening tentang disabilitas melalui program kesehatan sekolah sedang diperkuat


di Afrika Selatan sebagai usaha dalam membangun ulang Primary Health Care (PHC).
Program kesehatan sekolah dipertimbangkan sebagai elemen penting yang meliputi
banyak hal dari layanan PHC yang harus disebarkan di seluruh sekolah di negara ini
termasuk didalamnya seluruh anak baik itu normal maupun berkebutuhan khusus.
Layanan sekolah sehat ini termasuk didalamnya berupa asesmen kesehatan untuk para
murid baru. Seluruh anak yang memasuki kelas satu harus menjalani asesmen
pendengaran, penglihatan, wicara, dan motorik kasar. Ketika kesulitan atau keterlambatan
ditemukan, anak-anak akan diserahkan ke pihak berwajib untuk dilakukan asesmen lebih
lanjut, pengobatan, serta penyembuhan.

SUMBER REFERENSI

Theunissen Marianne. 2008. Early hearing detection and intervention services in the public
health sector in South Africa. Volume 47. International Journal of Audiology.

Early Childhood Intervention in South Africa. The Centre for Augmentative and Alternative
Comunication. University of Pretoria.

www.earlyinspiration.co.za

DSD, DWCD, and UNICEF, 2012. Children with Dissabilities in South Africa:A Situation
Analysis: 2001-2011.

Swanepoel Dewet. 2009. Early hearing detection adn intervention in South Africa.
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology.

Anda mungkin juga menyukai