Anda di halaman 1dari 92

PENGEMBANGAN WISATA BENTENG KERATON BUTON DENGAN

PENDEKATAN HERITAGE

TUGAS AKHIR
ACUAN PERANCANGAN
Karya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana dari
Universitas Fajar

Oleh :
Ayu Deviyanti Bachtiar
NIM : 1520321044

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR
2020

i
ABSTRAK

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, Maha pengasih maha penyang,
atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih diberikan
kekuatan dan kesehatan dalam menjalankan aktivitas dalam keseharian kita.
Shalawat serta salam tak lupa selalu kita haturkan kepada Nabiullah Muhammad
SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang
penuh kesesatan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan
kedamaian.
Atas rahmat yang besar dari Allah SWT yang selalu penulis syukuri karena
dengan kehendak-Nya, taufiq dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Acuan perancangan tugas akhir ini sebagai persyaratan untuk ujian
sarjana pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Fajar. Adapun
judul acuan perancangan ini adalah “PENGEMBANGAN WISATA BENTENG
KERATON BUTON DENGAN PENDEKATAN HERITAGE” dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa syukur atas dorongan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak sampai penyelesaian acuan perancangan
ini penulis dengan rasa hormat berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada yang tercinta kedua orang tuaku Yani Bahtiar dan Sitti Nurbaya
Sampeali., S.H., kakak saya Muh. Ayub Saputra., S.T. atas cinta dan
pengorbanannya baik materi maupun non materi. Serta keluarga besar H.
Amin Rahman Sampeali, Keluarga Besar Bachtiar Fathul Mu’in,
Keluarga Besar Andi Nohong yang senantiasa memberikan dukungan.
2. Ibunda Meldawati Artayani ST.,MT Ketua Program Studi Arsitektur
Universitas Fajar Makassar, yang banyak memberikan pengarahan,
petunjuk, motivasi dan solusi dari hari pertama masuk kampus hingga
menyelesaikan acuan peerancangan ini.
3. Segenap Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Fajar diantaranya Bapak
Yusri ST.,MT, Ibu Suhartina ST.,MT, Bapak Ir.Abdul Sofyan MT, Bapak
Amrullah Amir Undhu ST.,MT, Bapak M. Lottong Makarakka, ST.,

iii
Mmre. Bapak Safruddin Judda ST.,MT, Ibu Nurul Istiqamah Ua., ST.,
M.Sc, Bapak Arsyil Datau,ST.,MT., Ibu Hildayanti ST.,MT, Ibu Dr.Erniati
Bachtiar ST.,MT, Ibu Zaryanti ST.,MT, dan dosen-dosen yang tak sempat
saya sembutkan namanya. Yang mana telah mendidik saya selama perkuliahan
di Universitas Fajar tanpa mereka saya tidak akan sampai ditahap ini.
4. Staf dan karyawan Fakultas Teknik atas bantuannya selama ini.
5. Segenap pengurus Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Fajar Periode 2019/2020 (DPM FT-UNIFA) beserta seluruh
Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Fajar (KBMFT-
UNIFA) yang telah banyak memberikan motivasi, ilmu dan pengalaman yang
sangat berharga.
6. Seluruh anggota PANIK UNIFA yang telah memberikan saya ilmu serta rasa
kekeluargaan yang tiada akhir, atas kasih dan sayang yang tela diberikan saya
ucapkan rasa syukur kepada Alla SWT tela mempertemukan keluarga yang
sangat hangat, terima kasih keluarga besar PANIK UNIFA.
7. Segenap pengurus Badan Eksekutif Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Fajar (BE HMA FT-UNIFA) Periode
2017/2018, beserta seluruh keluarga besar Arsitektur Universitas Fajar yang
telah banyak memberikan motivasi, ilmu dan pengalaman yang sangat
berharga.
8. Sahabat tercinta Ummi Salmah yang telah memberi dukungan serta bantuan
yang sangat berarti dalam penyusunan Tugas Akhir ini, saya mengucapkan
banyak terima kasih.
9. Teman-teman seperjuanganku Angkatan 2015 Fakultas Teknik Universitas
Fajar (TW15TER) terima kasih kebersamaan yang kita lalui dan saling
berbagai dalam hal apapun dan juga bantuan Doa’nya.
10. Saudara-saudara seperjuangan Arcskal15 (Arsitektur Angkatan 2015) terima
kasih atas kebersamaan, kekompakan, kekonyolan, yang kita lalui selama dari
maba sampai saat ini tanpa adanya rasa jaim dan canggung, dan saling
megingatkan dan saling berbagai dalam hal apapun dan juga bantuan Doa’nya,
semoga kita tetap bisa melakukan banyak hal Bersama-sama.

iv
11. Dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih
karena pernah hadir dan mewarnai hidup saya, dan membuat saya mempelajari
banyak hal sehingga saya bisa menyelesaikan acuan perencanaan tugas akhir
ini.
Acuan perancangan tugas akhir ini merupakan hasil kerja keras penulis yang
dikerjakan maksimal namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan ini. Sekiranya acuan perancangan ini dapat berguna, memotivasi
bagi setiap yang membacanya terlebih bila digunakan sebaik-baiknya dalam
pengembangan kota dan sebagainya. Penulis sangat mengharapkan semua saran,
kritik dan koreksi untuk membangun pengetahuan kita semua. Saya ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan
Makassar, 19 Februari 2021
Penulis

Ayu Deviyanti Bachtiar

v
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
I.2 Masalah Perancangan ............................................................................ 4
I.3 Tujuan Perancangan .............................................................................. 4
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan ....................................................... 4
I.5 Metode Perancangan .............................................................................. 5
I.6 Kerangka Berfikir ................................................................................... 6
I.7 Sistematika Perancangan ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................ 8
II.1. Tinjauan Kawasan Benteng Keraton Buton ........................................ 8
II.1.1. Identitas dan Kondisi Benteng Keraton Buton ............................ 8
II.1.2. Asal Usul dan Fungsi Benteng Keraton Buton ........................... 10
II.1.3. Aspek-aspek masalah Benteng Keraton Buton .......................... 11
II.1.4. Aktivitas Benteng Keraton Buton ............................................... 15
II.1.5. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam pelestarian Benteng
Keraton Buton ............................................................................................. 16
II.1.6. Benteng Keraton sebagai Desa Wisata di Kota BauBau ........... 16
II.1.7. Studi Banding Benteng Keraton .................................................. 18
II.2. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan ............................................. 30
II.2.1. Kondisi Geografis dan Administratif .......................................... 31
II.2.2. Kependudukan .............................................................................. 33
II.2.3. Fasilitas Umum .............................................................................. 35
II.3. Kondisi Fisik .......................................................................................... 37
II.3.1.Topografi dan Kelerengan ................................................................... 37
II.3.2.Kemiringan ............................................................................................ 40
II.3.3.Klimatologi (Iklim) ............................................................................... 40
II.4. Sejarah dan Budaya Kota BauBau ..................................................... 40
II.4.1.Sejarah Kota Bau Bau .......................................................................... 40

vi
II.4.2.Arti Bau Bau.......................................................................................... 41
II.5. Tinjauan Umum Lokasi ....................................................................... 42
II.5.1. Eksisting Tapak ............................................................................... 42
II.5.2. Tata Guna Lahan (Land Use) .......................................................... 43
II.5.3. Tata Bangunan ................................................................................ 46
II.5.4. Bentuk dan Massa Bangunan .......................................................... 48
II.5.5. Sirkulasi dan Parkir ......................................................................... 49
II.5.6. Ruang Terbuka ................................................................................ 51
II.5.7. Penanda ........................................................................................... 52
II.5.8. Pendukung Aktivitas ....................................................................... 53
II.5.9. Preservasi ........................................................................................ 55
BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA ............................................................. 57
III.1 Pengertian Heritage .............................................................................. 57
III.1.1. Ciri-ciri Heritage ........................................................................... 58
III.2 Heritage Kota Bau Bau ........................................................................ 61
III.3 Heritage dalam Arsitektur ................................................................... 62
III.4 Studi Banding Tema Heritage ............................................................. 63

vii
DAFTAR TABEL

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kota selalu berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan yang dalam hal
ini menyangkut aspek-aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik
(Yunus, 2000),yang kemudian menyisakan berbagai elemen kota sebagai saksi dari
perkembangan yang terjadi. Elemen-elemen yang dimaksud adalah berbagai
peninggalan atau aset bersejarah yang dapat berupa bangunan bersejarah, monumen
atau benda bersejarah lainnya. Peninggalan atau aset bersejarah tersebut merupakan
kekayaan yang tidak dapat tergantikan dan akan memberikan citra terhadap masing-
masing kota atau kawasan tersebut. (Widayati, 2000:88)
Kota Baubau dahulu merupakan pusat Kerajaan/ Kesultanan Buton (Wolio)
yang berdiri pada awal abad ke-15 (1401–1499). Kota ini pada awalnya terpusat di
wilayah keraton, terletak di wilayah kekuasaan Kesultanan Buton yang dikenal
sebagai penguasa hampir seluruh wilayah Sulawesi Tenggara. Seluruh kota-kota
pantai yang berkembang di daerah itu berada di bawah wilayah kekuasaannya.
Keraton sebagai pusat kekuasaan menjadi peletak dasar struktur kekuasaan yang
kuat dan mendorong terbentuknya permukiman penduduk yang menetap di sekitar
keraton. Dalam Kakawin Negarakartagama (1365) disebutkan nama Buton, yang
disebut bergandengan dengan Banggawi yang sudah memiliki tatanan sosial dan
politik. Selain Buton, nama Wolio juga dilekatkan pada nama kerajaan yang sama.
Wolio adalah nama yang berkaitan dalam kerangka pembentukan permukiman.
Dikisahkan tentang migrasi kelompok orang yang datang dari Johor. Kelompok
pendatang yang dipimpin oleh empat orang (mia patamiana, berarti ‘si empat
orang’) segera membuka lahan untuk permukiman dengan ‘menebang kayu’ yang
disebut welia. Dari kata itulah muncul sebutan Wolio (Rabani, 2010: 51; Anceaux
dalam Zuhdi, 2010: 35-36).
Benteng Keraton Buton telah menjadi landmark Kota Bau-Bau sekaligus ikon
kebanggaan bagi masyarakat Buton dan Sulawesi Tenggara. Benteng Keraton
Buton adalah ikon yang kota Bau Bau dimana benteng ini adalah benteng terluas di

1
dunia. Sejak lama disadari bahwa benteng ini merupakan budaya memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk struktur ruang pemukiman di sekitarnya
yaitu masyarakat yang mengikuti budaya hingga mampu membangun bangunan
yang menganut budaya Buton. Kebudayaan mempunyai fungsi yang yang besar
bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus di hadapi manusia
dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu, manusia dan
masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun material.
Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri (Dewi Susanti, 2017).
Benteng Keraton Buton yang terletak di perbukitan adalah titik awal
bermulanya pertumbuhan Kota Baubau yang kemudian bergeser ke arah pesisir
(Sudjiton, et. al: 2010). Pada tahun 1996 hingga tahun 2011 Pertumbuhan penduduk
dan pemekaran wilayah menjadi penyebab perkembangan Kota Baubau yang
mendorong arah perkembangan kembali ke arah perbukitan (Syarif dan Setiawan,
2013).
Permukiman di kawasan benteng keraton di latar belakangi oleh potensi
budaya dan adat istiadat serta permukiman tradisionalnya yang masih tetap terjaga,
yang dapat di kembangkan lebih jauh. Keraton sebagai pusat kekuasaan telah
menjadi peletak dasar struktur kekuasaan yang kuat dan mendorong terbentuknya
permukiman penduduk untuk menetap di kompleks itu.
Pemerintah Kota Bau-Bau telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Bau-
Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng Keraton sebagai Kawasan
Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya pelestarian kawasan Benteng Keraton
Buton.
Pada kenyataannya, peraturan yang terdapat dalam area kompleks tersebut
tidak berjalan efektif, hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya
pelanggaran yang terjadi di kawasan tersebut. Salah satu pelanggaran yang terjadi
adalah semakin banyaknya bangunan rumah yang tidak bercirikan arsitektur lokal
Buton. Hal ini, tentu menjadi potensi ancaman terhadap kelestarian Kompleks
Benteng Keraton Buton. Berangkat dari hal tersebut di atas, diperlukan tindakan

2
dan langkah-langkah yang menjamin kelestaraian Kompleks Benteng Keraton
Buton untuk kepentingan masa yang akan datang. (Dewi Susanti, 2017)
Upaya untuk melakukan pelestarian kawasan Benteng Keraton Buton, akan
dilaksanakan sesuai dengan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang No. 11
tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian merupakan upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilai yang terkandung
didalamnya, dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Berdasarkan amanah Undang-Undang dan berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan mengenai kondisi kawasan Benteng Keraton Buton yang cukup tinggi
potensi ancamannya. Saat ini, Benteng Keraton Buton mengalami kerusakan pada
bagian dinding benteng karena daya rekat antar batu telah berkurang. Selain itu,
dalam kawasan Benteng ini banyak terjadi perubahan baik pada bangunan maupun
pada lingkunganya. Perubahan yang terjadi tersebut, memberikan dampak yang
negatif terhadap kawasan Benteng Keraton Buton, maka perlu segera dipikirkan
untuk upaya penanganannya.
Kawasan Benteng Keraton Buton merupakan kawasan yang memiliki nilai
historis yang tinggi. letaknya yang berada dekat dengan pusat Kota Baubau dan
pergeseran perkembangan kota yang mengarah ke perbukitan, dapat membawa
ancaman bagi keberadaan Benteng Keraton Buton. Keberadaan permukiman
Kelurahan Baadia, pemindahan Rumah Sakit dan Kantor Walikota di sekitar
Benteng keraton Buton menjadikan salah satu jalan di dalam kawasan benteng
sebagai jalur penghubung dan akses utama masyarakat. Sebelumnya pernah
dilakukan pelebaran salah satu gerbang benteng yang merupakan salah satu elemen
citra agar dapat dilalui kendaraan, pelebaran dan pengaspalan jalan, serta mulai
terjadi kerusakan pada bagian dinding benteng baik disebabkan karena alam dan
ulah manusia. (Planning for Urban Region and Environment Volume 4, Nomor 3,
Juli 2015)
Pemerintah Kota Bau-Bau telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Bau-
Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng Keraton sebagai Kawasan
Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya pelestarian kawasan Benteng Keraton
Buton.

3
Tahap pengolahan data yang telah dikumpulkan maka dipandang perlu untuk
mengatasi masalah-masalah dari isu untuk Pengembangan Wisata Benteng Keraton
Buton dengan pendekatan Heritage berbasis budaya dengan fokus pada acuan
perancangan redesain kawasan.
I.2 Masalah Perancangan
Bagaimana membuat acuan perancangan untuk proses redesain kawasan
Benteng Keraton Buton dengan pendekatan Arsitektur Heritage?
I.3 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk merancang kawasan Benteng Keraton Buton Kelurahan Melai
berdasarkan aturan undang-undang yang telah ditetapkan.
2. Membuat rancangan untuk mengatasi isu-isu/masalah yang terjadi pada
Benteng Keraton Buton
3. Agar pemerintah Kota Bau-Bau bisa mempertimbangkan rancangan
yang disusun
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Membuat zonasi pada kawasan Benteng Keraton Buton. Hal ini tercantum
dalam Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 26 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya yang mencantumkan bahwa zonasi
adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan
Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan. Tujuan yang ingin
dicapai yaitu agar dapat mengatur peruntukan dan fungsi lahan yang
ditujukan untuk pelestarian Kompleks Benteng Keraton Buton, beserta
tinggalan budayanya baik yang intangible maupun tangible. Zonasi
merupakan sistem penataan ruang dalam situs atau kawasan cagar budaya
yang meliputi penentuan batas-batas keruangan dan fungsi masing-
masing ruang. Pasal 72 mengatur mengenai penetapan batas-batas
keluasan dan pemanfaatan ruang dalam situs dan kawasan berdasarkan
kajian Pasal 73 Ayat (3), zonasi dapat terdiri dari: a. zona inti, b. zona
penyangga, c. zona pengembangan, dan/atau d. zona penunjang. Selain
itu dalam pasal yang sama pada ayat (4) dijelaskan bahwa penetapan luas,

4
tata letak, dan fungsi zona ditentukan berdasarkan hasil kajian dengan
mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat.
- Zona inti, Sesuai dengan peruntukannya zona inti diperuntukkan
sebagai area utama sebuah situs guna kepentingan pelindungan dalam
rangka pelestarian Situs Benteng Keraton Buton. Selanjutnya zona
inti tersebut dibagi lagi kedalam dua zona yaitu zona inti I, yang
diperuntukkan sebagai area pelindungan utama untuk menjaga bagian
terpenting Cagar Budaya. Zona Inti II, merupakan bagian dari area
pelindungan yang diperuntukkan untuk menjaga bagian terpenting
cagar budaya.

- Zona penyangga adalah area yang diperuntukkan melindungi zona inti


baik secara horizontal maupun vertikal.

- Zona pengembangan adalah area yang diperuntukan bagi


pengembangan potensi Cagar Budaya bagi kepentingan rekreasi,
daerah konservasi lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan
budaya, tradisional, keagamaan, dan kepariwisataan.

- Zona penunjang adalah area yang diperuntukan bagi sarana dan


prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi
umum.

I.5 Metode Perancangan


Adapun metode perancangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan beberapa informasi mengenai lokasi objek yang akan
dirancang baik itu secara langsung ataupun melalui media-media, seperti
jurnal, internet dan blog-blog lainnya.
2. Setelah mengumpulkan beberapa masalah dari informasi yang telah
didapatkan kemudian melakukan studi lapangan/survey langsung ke
lapangan untuk memastikan masalah atau isu tersebut benar adanya degan
kondisi objektif serta mengumpulkan data dari warga setempat dgan
mengambil beberapa gambar kondisi objek sebagai bukti bahwa masalah
tersebut benar adanya.

5
3. Studi banding, untuk melakukan perbandingan objek yang dirancang
dengan suatu lokasi yang menyerupai perancangan yang sedang di
rancang untuk mendapatkan beberapa referensi atau ide-ide baru yang
inovatif untuk perencanaan yang akan dilakukan
4. Melakukan survey tingkat lanjutan merupakan hasil perancangan atau
data-data yang dikumpul untuk dipastikan kembali degan cara menemui
beberapa warga setempat serta menemui pemerintah setempat untuk
mengumpulkan data yang real.
I.6 Kerangka Berfikir

Gambar I.1 Kerangka Berfikir

I.7 Sistematika Perancangan


1. BAB I PENDAHULUAN Mengemukakan latar belakang yang mendasari
gagasan penulisan, gambaran pembahasan, tujuan dan sasaran
pembahasan, lingkup pembahasan, kerangka berpikir dan sistematika
perancangan.

6
2. BAB II TINJUAN UMUM PERANCANGAN Merupakan tinjauan
umum tentang cagar budaya, tinjauan umum studi banding kawasan,
disertai kesimpulan studi banding, gambaran umum Kota Bau Bau,
Sejarah dan Budaya Benteng Keraton Buton serta eksisting lokasi
perancangan.
3. BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA Merupakan pembahasan definisi,
teori, penerapan pendekatan Heritage dan studi banding dengan tema
sejenis, disertai kesimpulan studi banding.

7
BAB II

TINJAUAN UMUM PERANCANGAN

II.1. Tinjauan Kawasan Benteng Keraton Buton

II.1.1. Identitas dan Kondisi Benteng Keraton Buton

Benteng Keraton Buton mendapat penghargaan dari Museum Rekor


Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan
september 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375
hektar. Selain menjadi benteng terluas di dunia, Benteng Keraton Buton
memiliki bentuk unik yang terbuat dari batu kapur. Dulunya benteng ini
dijadikan tempat pertahanan, namun kini menjadi objek wisata yang
menampilkan sejarah Kesultanan Buton dengan pemandangan Kota Bau-
Bau yang menakjubkan.
Benteng yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama
La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596) ini memiliki 3
komponen. Pertama, Badili atau meriam. Obyek wisata ini merupakan
meriam yang terbuat dari besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam
ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda
yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau. Kedua,
Lawa. Artinya dalam bahasa Wolio adalah pintu gerbang. Lawa berfungsi
sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di
sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Angka
12 menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh
manusia, sehingga benteng keraton diibaratkan sebagai tubuh manusia. Ke-
12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang
mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Kata lawa
diimbuhi akhiran 'na' menjadi 'lawana'. Akhiran 'na' dalam bahasa Buton
berfungsi sebagai pengganti kata milik "nya". Setiap lawa memiliki bentuk
yang berbeda-beda tapi secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar
maupun konstruksinya ada yang terbuat dari batu dan juga dipadukan

8
dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara
pengamat. 12 Nama lawa di antaranya: Lawana Rakia, Lawana Lanto,
Lawana Labunta, Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete,
Lawana Kalau, Lawana Wajo atau Bariya, Lawana Burukene atau
Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana Gundu-
gundu.
Ketiga, Baluara. Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer
yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan
pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin
(Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan 'godo' (gudang). Dari
16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara
tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan
mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan
dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai
dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada. Nama kampung
tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton. 16
Nama Baluara, yaitu: Baluarana Gama, Baluarana Litao, Baluarana
Barangkatopa, Baluarana Wandailolo, Baluarana Baluwu, Baluarana Dete,
Baluarana Kalau, Baluarana Godona Oba, Baluarana Wajo/ Bariya,
Baluarana Tanailandu, Baluarana Melai/ Baau, Baluarana Godona Batu,
Baluarana Lantongau, Baluarana Gundu-gundu, Baluarana Siompu dan
Baluarana Rakia.
Selain bisa menyaksikan benteng yang kokoh berdiri di sepanjang
perbukitan Wolio dan indahnya pemandangan kota Bau-Bau dari
ketinggian, di sini kita bisa merasakan kentalnya nuansa islami dengan
adanya Masjid Agung Keraton Buton. Masjid berlantaikan marmer yang
berukuran kurang lebih 40 m2 ini dibangun pada tahun 1712 dan menjadi
masjid tertua di Sulawesi Tenggara. Dibangun pada masa kesultanan Sultan
Sakiuddin Durul Alam, juga menjadi lambang kejayaan Islam pada masa
itu. Karena banyaknya objek wisata yang ada di sini, maka tidak cukup satu
hari untuk menjelajahi seluruh kawasan Benteng Keraton Buton.

9
Bukan hanya sejarah kesultanan Buton saja yang bisa kita dapatkan di
sini, para pengunjung dapat menikmati indahnya Kota Bau-Bau dari
ketinggian. [Rizal/IndonesiaKaya].

II.1.2. Asal Usul dan Fungsi Benteng Keraton Buton

Benteng Keraton Buton dibangun pada masa kesultanan La Buke (Sultan


VI). Benteng ini terletak di atas bukit, terbuat dari batu karang yang
dicampur dengan kapur sebagai bahan perekat. Benteng ini panjangnya 2.740
meter dengan tebal 1-2 meter dengan ketinggian antara 2-8 meter. Bentuk
benteng tidak seperti benteng pada umumnya, akan tetapi mengikuti bentang
lahan sehingga bentuknya menyerupai huruf “Dal” dalam aksara Arab.
Pandangan masyarakat setempat mengenai Keraton Buton selalu dikaitkan
atau dihubungkan dengan unsur Islam. Hal ini dipengaruhi oleh aliran
tasawuf yang masuk ke Buton pada abad ke-17 dan mencapai puncaknya pada
abad ke-19.

Pada masa Kesultanan Buton kawasan Benteng Keraton Buton


merupakan ibu kota kerajaan. Setelah Indonesia merdeka hanya fungsi
kekuasaanya yang hilang, fungsi sebagai permukiman tradisional dan tradisi
yang berlangsung di era kesultanan masih bertahan. Kawasan ini kemudian
menjadi reperesentasi sejarah dan peradaban Buton. Peninggalan zaman
kesultanan masih bisa ditemukan pada Kawasan permukiman tersebut,
termasuk ruang publiknya. Benteng Keraton sebagai Ruang publik Yaroana
Masigi merupakan salah satu peninggalan penting tersebut, tidak hanya
karena obyek bersejarah di dalam area Yaroana Masigi tapi juga karena
keberadaannya saat ini mewakili sejarah Buton. Penggunaannya yang
mewadahi berbagai aktivitas budaya dimasa lampau hingga saat ini
menjadikan ruang publik ini perlu untuk dilestarikan.

Kini peninggalan Kesultanan masih tampak megah seperti benteng


Keraton dan tempat kuburan raja-raja atau Sultan berikut Sarana Hukumu dan
kelembagaan mesjid agung Keraton. Terhadap bukti-bukti teknologi dari

10
peradaban Buton antara lain meriam-meriam dengan berbagai ukuran jangkar
maupun arsitektur bangunannya. Sebagai pusat Kerajaan/Kesultanan Buton
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dibangunlah
sebuah benteng yang terbuat dari batu yang dikerjakan oleh rakyat secara
gotong royong. Benteng itu dikenal dengan nama Benteng " Keraton" yang
mempunyai 13 Lawa dan yang menghitung 12 lawa sebagaimana yang tidak
tampak sekarang adalah lawana kampebuni (pintu gerbang) dan 16 Baluara
(Kubu pertahanan).

(https://bppiindonesianheritagetrust.org/direktori_view.php?p=14, n.d.)

II.1.3. Aspek-aspek masalah Benteng Keraton Buton

1. Aspek Fisik

Pada aspek fisik ini yaitu kurang terawatnya bangunan bersejarah


seperti orang-orang terdahulu merawatnya. Bangunan-bangunan
pada area benteng keraton telah jauh lari dari fungsinya karena warga
setempat yang lebih mementingkan perekonomian masing-masing
daripada melestarikan cagar budaya Benteng Keraton Buton, kurang
lebih menjaga kebersihan dan keindahan cagar budaya tersebut.
Selain itu, banyak pula kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat
pengunjung wisata benteng keraton buton ini tidak menjaga
kebersihan dengan cara membuang sampah sembarangan sehingga
tampak benteng ini secara langsung tidak terlihat indah seperti pada
gambar-gambar dalam unggahan internet. Beberapa wilayah dalam
kawasan benteng keraton menjadi tempat peternakan banyak hewan
peliharaan warga setempat makan di area benteng. Tampak fisik
seperti inilah yang menjadi salah satu kekurangan benteng kerena
warga setempat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
Dalam hal ini, pemerintah telah mengupayakan dalam pelestariannya
hanya kurang total dalam mengawasi.

11
Gambar Error! No text of specified style in document.-1I.2 area benteng degan
hewan-hewan ternak warga setempat (survey langsung, 2019)

2. Aspek Sosial Budaya

Perubahan struktur ruang Benteng Keraton Buton:

- Pertumbuhan penduduk

- Pengungsian dan membuka lahan-lahan sebagai tempat tinggal


dan cocok tanam

- Menggunakan lahan area benteng keraton sebagai rumah huni


atau rumah tradisional penduduk sehingga menurunkan fungsi
utama Benteng Keraton Buton dan lebih sayangnya penduduk
yang membangun rumah huni seperti tampak foto diatas. Sangat
menurunkan nilai estetik wisata Benteng Keraton Buton

3. Aspek Sosial Ekonomi

Penduduk yang bermukim didalam dan luar area Beteng Keraton


Buton untuk memenuhi perekonomian masyarakat sekitar dan tanpa
mereka sadari dampak buruk terhadap tinggalan budaya yang telah
lama dilestarikan namun terlihat buruk akibat pemukiman yang
semakin padat dan merusak kelestarian cagar budaya Benteng

12
Gambar Error! No text of specified style in document.-2.3 Rumah Huni di
Area wisata Benteng Keraton Buton (survey langsung, 2019)

keraton Buton. Namun, Sebagian warga setempat adalah pemilik


tanah merupakan keturunan dari kesultanan Buton sendiri.

Gambar Error! No text of specified style in document.-3.4 Rumah penduduk


yang semakin padat (survey langsung, 2019)

4. Aspek Kelayakkan Pandang

Aspek ini merupakan aspek dimana terancamnya kelestarian cagar


budaya karena warga yang bermukim disekitar wilayah benteng

13
makam leluhur serta sekitar dinding-dinding benteng keraton.
Pandangan seseorang jika baru mengungjungi benteng keraton yang
hampir mayoritas dipenuhi rumah-rumah warga yang secara tidak
langsung akan dipandang berubah menjadi fungsi sebagai cagar
budaya bahkan melihat beberapa wilayah yang sangat tidak baik
yaitu tumpukan sampah dipinggir jalan tsnps wadah (bak sampah)
bahkan sekitar salah satu makam pahlawan seperti gambar di bawah
ini:

Gambar II.5 makam pahlawan yang berada di pinggir jalan dan


pembuangan sampah (Survey langsung, 2019)

Gambar Error! No text of specified style in document.-4I.6 sampah


yang berada dipinggir jalan tanpa wadah (Survey langsung, 2019)

14
5. Aspek Pokok Pariwisata

Aspek pariwisata sendiri mempunyai daya Tarik sendiri karena


pengungjung luar kota BauBau banyak yang ingin mengunjungi
wisata ini namun sebagaimana biasa wisata-wisata yang kita tahu
sendiri biasa memiliki area administrasi dari pemerintah dalam segi
view dan segi sejarah masih sangat kurang untuk mengembangkan
keunikan dari benteng tersebut. Misalkan, mengunjungi wisata ini
sangat bebas bagi pengungjung (kurang disiplin) sehingga kerusakan
salah fasilitas umum wisata dan berserakannya sampah-sampah
plastik tanpa pertanggung jawaban dari pengungjung karena tidak
terawasinya oleh pengelolah wisata atau yang disiapkan dari
pemerintah. Atas hal-hal ini terjadi wisata ini sangat membutuhkan
penjaga atau pengelolah dengan semestinya agar tetap terjaga.

6. Aspek Aksesibilitas

Akses atau jalan transportasi area benteng keraton buton cukup bagus
untuk transportasi roda dua dan juga roda empat. Namun jika
kendaraan selalu melewati akses sekitara benteng mugkin terlalu
banyak polusi sehingga merusak ruang terbuka hijau yang terdapat di
sekitaran benteng.

II.1.4. Aktivitas Benteng Keraton Buton

Adapun aktivitas pada benteng keraton ini yaitu diantaranya :

1. Wisata peninggalan sejarah kesultanan Buton sehingga terjadinya


interaksi antar pengunjung dengan menikmati pemandangan dan
melihat peninggalan-peninggalan sejarah. Selain itu, pada wisata ini
juga banyak macam peninggala dalam bentuk gerbang, rumah,
makam pahlawan, alat-alat unik dan juga masjid. Untuk peninggalan
masjid ini masih berfungsi sebagaimana mestinya, yang digunakan
oleh penduduk dan pengunjung wisata. Bahkan di saat hari raya
Muslim banyak masyarakat kota BauBau datang shalat berjamaah di

15
masjid tersebut. Biasanya, pada hari raya sangat banyak pengunjung
wisata ini karena banyaknya pedagang kaki lima menjual di lapangan
benteng keraton.

2. Warga yang bermukim di wilayah Benteng Keraton Buton


melakukan aktivitas normal seperti penduduk pada umumnya dengan
Batasan-batasan tertentu dengan bangunan-bangunan peninggalan
sejarah.

3. Pengadaan kegiatan-kegiatan mahasiswa/siswa, festival dan kegiatan


seni budaya masyarakat.

4. Wisata olahraga berupa sepedaan, jogging dan jenis olahraga lainnya.

II.1.5. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam pelestarian Benteng


Keraton Buton

Pemerintah Kota Bau-Bau telah menerbitkan Surat Keputusan


Walikota Bau-Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng
Keraton sebagai Kawasan Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya
pelestarian kawasan Benteng Keraton Buton. Selain menerbitkan SK,
pemerintah kota BauBau juga telah melakukan maintenance pada
peninggalan sejarah Buton tersebut. Namun, kini adanya bukan tidak
terawat melainkan kurang pengawasan langsung dari pemerintah karena
dalam setiap harinya semakin banyak pengunjung.

Setelah melihat segala kekurangannya, maka perlu pengadaan


aturan dan pengembangan wisata Benteng Keraton. Peran amsyarakata
yaitu dengan menjaga kebersihan dan menjaga nama baik sebagai
masyarakat setempat.

II.1.6. Benteng Keraton sebagai Desa Wisata di Kota BauBau

Benteng Keraton Buton ini dikatakan sebagai desa wisata karena


pada desa/kelurahan Melai yang tepatnya setiap sudut dari lokasi ini
dikelilingi oleh benteng dimana para wisatawan sangat menyukai

16
pemandangan karena material benteng yang sangat indah saat mengambil
gambar ataupn duduk sambal menikmati pemandangan kota Bau Bau.
Berikut ini adalah gambar atau letak benteng yang mengelilingi

Gambar II.7 Benteng Keraton


Keterangan : Garis warna merah adalah benteng yang mengelilingi Kelurahan Melai

kelurahan Melai (walaupun tidak mencakup secara keseluruhan hanya


Sebagian besar).

17
Dengan adanya benteng sesuai gambar diatas, maka desa ini dapat
dikatakan sebagai desa wisata agar lebih menarik perhatian masyarakat
luar ataupun dalam kota BauBau untuk mengunjungi wisata ini. Tanpa
dikatakan sebagai desa wisata namun Beteng Keraton ini adalah icon
Kota BauBau. Sebagian pengunjung kota Baubau jika belum
menginjakkan kaki ke Benteng Keraton itu artinya belum menginjak
Kota BauBau yang sesungguhnya. Maka perlu adanya benteng keraton
ini dikembangkan dengan julukan Desa Wisata agar pengunjung dapat
melihat betapa indahnya peninggalan leluhur suku Buton dengan
perkembangan zaman yang pesat masih terjaganya Beteng Keraton ini
sebagai cagar budaya kota tingkat nasional. Desa wisata ini dapat
menjadi daya tarik untuk perkembangan Kota BauBau yang memiliki
wisata di tengah kota yang mudah di akses oleh pengunjung baik dari
dalam kota maupun pendatang dari luar kota.
II.1.7. Studi Banding Benteng Keraton

1. Benteng Somba Opu

18
Benteng Somba Opu adalah salah satu wisata sejarah di Sulawesi
Selatan. Benteng ini merupakan komplek wisata di bawah naungan
dinas pariwisata Pemda Kabupaten Gowa. Kawasan ini terletak di
Jalan Dg Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan
Barombong.

Gambar II.8 Benteng Somba Opu


sumber : Google Search

Lokasi benteng Somba Opu berdekatan dengan Universitas Negeri


Makassar kampus Parang Tambung. Benteng Somba Opu dibangun
bersebelahan dengan sungai Je’ne Berang dan bisa melalui jalan Dg
Tata ataupun melalui jalan Cendrawasih atau sekitar 6 km dari pusat
kota Makassar.

Jarak benteng ini dari pusat kota makassar sekitar 15 menit, sayangnya
tidak ada akses transportasi publik yang menuju ke lokasi ini. Untuk
mengakses daerah adalah dengan menggunakan jasa supir atau taksi.
Kawasan ini cukup terkenal terlebih setelah dibangun Gowa
Discovery Park yaitu taman wisata dan taman burung milik Pemda
Gowa.

Benteng somba Opu adalah salah satu dari beberapa benteng-benteng


milik kerajaan Gowa yang pernah melindungi seganap rakyat Gowa-
Tallo dari gempuran pasukan Spellman tahun 1669. Sejarawan dan

19
Budayawan berkembangsaan Inggris, Wallace mengatakan bahwa
salah satu benteng yang paling sulit ditaklukan di Nusantara adalah
Benteng Somba Opu.

Tidak seperti benteng pada umumnya di Eropa. Benteng Somba Opu


seperti pusat pemerintahan dan perdagangan dengan berbagai
bangunan Infrastruktur. Kurangnya sumber Informasi yang dapat
diambil dari masih menyimpan banyak rahasia mengenai keadaan dan
fungsi utama dari benteng ini, selain dari fungsinya sebagai
pertahanan kerajaan Gowa-Tallo.

Gambar II.9 Benteng Somba Opu


(sumber : Adi Nugraha, 2013)

Benteng Somba Opu merupakan saksi sejarah penuh perjuangan


rakyat dari Kerajaan Gowa-Tallo yang terkenal menyusahkan
penjajah dari Belanda. Awalnya benteng ini dibangun oleh Raja Gowa
ke-9 yakni Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna. Dibangun
pada abad ke-16, benteng ini mencerminkan kejayaan kerajaan Gowa-
Tallo yang pada saat merupakan salah satu pelabuhan yang ramai
dikunjungi para pedagang dari penjuru Dunia.

20
Pada masa kejayaannya, Benteng ini pernah menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah yang menyatukan pembeli dari bangsa
Eropa dan barang dagangan dari kawasan Indonesia timur. Pada tahun
1669, benteng Somba Opu diluluh lantahkan oleh VOC milik kerajaan
Belanda. Kondisinya diperparah dengan hempasan ombak pasang.
Pada tahun 1980 benteng ini ditemukan oleh beberapa sejarawan dan
arkeolog kemudian 10 tahun kemudian diadakan pemugaran dan
rekonstruksi.

Pada wilayah dalam benteng terdapat sebuah meriam raksasa dengan


panjang 6 meter yang diduga merupakan Meriam Anak Makassar.
Sejarah meriam anak makassar tidak kalah heroiknya dengan sejarah
perjuangan Kerajaan kembar Gowa-Tallo. Meriam ini juga
merupakan bukti persahabatan kerajaan Denmark dengan kerajaan
Makassar. Meriam memiliki berat 9,5 Ton ini pernah ikut berperang
di perairan Masalembo melawan Belanda di bawah komando
Gallarang Tumailalang Tallo.

Saat ini, di dalam benteng dibangun kawasan argowisata berupa


kumpulan rumah adat dari seluruh Sulawesi Selatan. Pembangunan
rumah adat ini mencerminkan bahwa jaman dahulu kala terdapat
sebuah kerajaan yang menyatukan Sulawesi Selatan dalam satu
bendera sebelum akhirnya di adu domba oleh Belanda melalui
bendera VOC.

Mengunjungi Benteng Somba Opu hampir sama seperti mengunjungi


seluruh daerah di Sulawesi Selatan, mengingat setiap kabupaten dan
Kota di Sul-Sel ada disini. Pada kawasan benteng masih terdapat batu
merah asli pada saat benteng ini dibangun. Disini juga didapat kantor
pengurusan Miliki VOC yang masih berdiri kokoh dengan dua
Meriam kecil di depan bangunan.

21
2. Benteng Fort Rotterdam

Gambar II.10 Benteng Fort Rotterdam


(sumber : Google Search)

Benteng Fort Rotterdam, atau yang akrab juga disebut dengan


Benteng Ujung Pandang, merupakan peninggalan bersejarah dari
Kesultanan Gowa yang pernah berjaya pada abad ke-17.

Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang


mengitari Makassar, yang menjadi ibukota kesultanan. Tetapi

Gambar II.11 Tampak Atas Benteng Fort Rotterdam


(sumber: Google Sea

benteng yang paling megah di antara benteng-benteng lainnya

22
adalah benteng Fort Rotterdam. Hingga saat ini, keaslian benteng
masih terpelihara.
Lokasi benteng mudah dijangkau karena terletak di dalam kota
Makassar, tepatnya berada di depan pelabuhan laut kota Makassar.
Jaraknya sekitar dua kilometer dari Pantai Losari. Dengan gaya
arsitektur era 1600-an, benteng ini terlihat mencolok dari bangunan
disekitarnya sehingga mudah dikenali. Temboknya memiliki
ketebalan hampir dua meter, berwarna hitam, dan terlihat kokoh
menjulang setinggi hampir lima meter. Pintu utama benteng
berukuran kecil. Jika dilihat dari ketinggian, bentuk benteng
menyerupai penyu yang sedang menuju pantai.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545, oleh Raja Gowa X, yaitu
Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng
Tunipalanga Ulaweng. Seperti halnya arsitektur benteng yang
bergaya Portugis, benteng ini berbentuk segi empat, dan berbahan
dasar campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada
masa pemerintahan Raja Gowa XIV, tembok benteng kemudian
diganti menjadi batu padas berwarna hitam.
Pada masa penjajahan Belanda, sebagian benteng ini pernah porak-
poranda akibat pecahnya perang antara armada perang VOC yang
dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon
Speelman dengan Kesultanan Gowa sejak tahun 1666. Penyerangan
itu sendiri bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan rempah-
rempah dan sekaligus memperluas daerah kekuasaan Belanda.
Setelah menggempur Kesultanan Gowa selama setahun lebih,
pasukan perang pimpinan Speelman berhasil menang dan memaksa
Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada
tanggal 18 November 1667.
Bagian benteng yang hancur kembali dibangun oleh Gubernur
Jenderal Speelman tapi disesuaikan dengan gaya arsitektur Belanda.
Benteng yang tadinya berbentuk persegi empat dan memiliki empat

23
bastion, ditambah lagi dengan satu bastion di sebelah barat. Bastion
adalah bangunan kokoh yang ditempatkan lebih tinggi di setiap
sudut benteng dan di atasnya ditempatkan kanon atau meriam.
Nama benteng kemudian diubah menjadi Fort Roterdam, sesuai
dengan tempat kelahiran Speelman. Dan saat itu, benteng Fort
Rotterdam difungsikan sebagai pusat perdagangan dan gudang hasil
bumi serta rempah-rempah, sekaligus menjadi pusat pemerintahan
Belanda di wilayah Timur Nusantara.
Tidak perlu membayangkan suasana seram dan angker saat akan
mengunjungi benteng tua ini karena tempat bersejarah ini bukanlah
tempat yang kosong melompong. Benteng ini digunakan pemerintah
setempat sebagai Pusat Kebudayaan Makassar dan difungsikan
sebagai perkantoran sehingga membuat lingkungan benteng
menjadi bersih, rapi, dan terawat.
Selain dapat melihat-lihat benteng secara gratis, pengunjung juga
bisa mendatangi Museum La Galigo dan juga melihat ruangan
sempit tempat Pangeran Diponegoro ditahan setelah ditangkap
Belanda di Jawa. [Tim Indonesia Exploride/IndonesiaKaya ]

3. Benteng Marlborough

Gambar II.12 Tampak Atas Benteng Marlborough


Sumber : https://profil.bengkulukota.go.id/benteng-marlborough/

24
Benteng Marlborough terletak di tepian laut dengan struktur bangunannya
yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat lengkap. Struktur bangunan
inilah yang membuat benteng ini menjadi istimewa. Denah benteng seperti
kura-kura. Dinding bangunan terbuat dari bata dengan tebal rata-rata 1 m.
Lantainya dari ubin, batu karang, dan atap berupa genteng. Pintu gerbang
dan pintu ruangan terbuat dari kayu berengsel besi. Beberapa ruangan
berfungsi sebagai ruang tahanan, gudang senjata, dan kantor. Bagian tengah
benteng merupakan halaman luas dan terbuka. Benteng berbentuk segi
empat ini memiliki bastion atau gedung jaga di keempat sudutnya. Bastion
ini berbentuk segi lima yang dikelilingi oleh tembok yang dilengkapi
dengan celah intai berbentuk segitiga. Selain itu benteng juga pernah
memiliki terowongan bawah tanah yang berfungsi sebagai penghubung ke
luar. Terowongan ini menuju ke Pantai Panjang, Tapak Padri, dan Gedung
Daerah (Istana Gubernur) yang kini tertutup karena tidak terpelihara.
Pembangunan benteng ini memakan waktu selama lima tahun. Benteng ini
tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan EIC untuk menghadapai ancaman
VOC, namun juga sebagai tempat yang berfungsi menjadi pusat
pemukiman. Di pertengahan abad ke-18, beberapa bangunan tambahan

25
untuk gudang senjata di bangun dalam benteng. Benteng juga mengalami
perluasan karena pembangunan pemukiman.

Gambar II.13 Bnteng Marlborough


Sumber : https://profil.bengkulukota.go.id/benteng-marlborough/

Selain Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, ada persekutuan


dagang lain yang melancarkan misinya di sekitar wilayah Indonesia pada
masa lalu. Persekutuan dagang tersebut adalah East India Company yang
berasal dari Inggris. Antara VOC dan EIC sempat bersaing di Banten,
namun EIC kalah dan kemudian menyingkir. EIC kemudian mencari tempat
lain dan tiba di Bengkulu. VOC sendiri sempat mendirikan sebuah kantor
dagang di Bengkulu pada tahun 1664. Namun VOC kemudian
meninggalkan Bengkulu karena selalu merugi akibat kebijakan Kesultanan
Banten. Di Bengkulu EIC kemudian melakukan hubungan dagang dengan
masyarakat dan kerajaan Selebar. Untuk menandai kepentingannya di
Bengkulu, EIC kemudian membangun beberapa benteng di wilayah
Bengkulu yaitu Benteng York, Benteng Marlborough, dan Benteng Anna.
Benteng Marlborough dibangun pada tahun 1714. Nama Marlborough
sendiri berasal dari seorang Jenderal Inggris terkenal, John Churchill Duke
of Marlborough yang hidup di awal abad ke-17. Benteng ini dibangun dekat
dengan tepi pantai dan terletak di sebuah tanah yang agak tinggi agar dapat
lebih mudah mengawasi wilayah tersebut. Dalam proses pembangunannya,
EIC meminta bantuan dari rakyat Bengkulu.

26
Kemudian pada tahun 1803, Benteng Marlborough berubah fungsi menjadi
tempat penyimpanan rempah-rempah EIC yang berasal dari seluruh Hindia
Timur. Di bawah kekuasaan Belanda, Benteng Marlborough tidak lagi
menjadi pusat pertahanan militer seperti saat berada di bawah EIC. Belanda
juga sempat merenovasi beberapa bagian benteng ini dengan tidak merubah
bentuk benteng. Hingga tahun 1942, benteng ini digunakan oleh Polisi
Belanda sebagai markas. Setelah kedatangan Jepang, benteng ini digunakan
sebagai basis pertahanan. Setelah Indonesia merdeka, benteng ini digunakan
polisi Republik Indonesia dan sebagai tempat pertahanan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1977 hingga tahun 1978 dilakukan permulaan pemugaran pada
benteng ini. Pemugaran itu diantaranya pembuatan werkit dan pembersihan
sekeliling Benteng Marlborough. Tahun 1978 hingga 1979 pemugaran
benteng secara fisik pada bagian yang rusak. Tahun 1979 hingga 1982
dilakukan pemugaran dan pemeliharaan yang dipusatkan paga bagian kura-
kura yang mengalami kerusakan. Pada tahun 1982 hingga tahun 1983
dilakukan pembongkaran tembok pengaman jembatan depan yang sudah
rusak. Pada tahun 1983 hingga 1984 merupakan pelaksanaan tahap akhir
pemugaran benteng. Pada pemugaran ini dilakukan pembongkaran gedung
kantor berkas Kodim pembuatan kosen jendela dan pintu dan hal lainnya.
Benteng Marlborough kini menjadi salah satu tujuan wisata Kota Bengkulu.
Keadaan benteng ini masih cukup baik dan terawat. Namun, tedapat jamur
pada benteng yang menyebabkan pengelupasan permukaan dinding dan
lantai, lembab, dan penggaraman. Benteng dikelilingi pemukiman yang
padat yaitu kawasan pecinan dan kawasan pariwisata. (Sistem Registrasi
Nasional Cagar Budaya, 2014)

Tabel I.1 Kesimpulan Studi Banding Benteng

Nama Benteng Tanggapan Usulan

27
Benteng Somba • Lokasinya berada di Usulan untuk benteng
Opu Sulawesi Selatan yaitu ini alangkah baiknya
Kabupaten Gowa. Jarak dari pihak pemerintah
benteng ke Pelabuhan lebih menegaskan
Makassar ± 8-9 KM dan aturan agar
berdekatan dengan pengunjung tidak
Universitas Negeri semena-mena saat
Makassar kampus Parang berkunjung ata
Tambung. Jarak benteng ini menyewa salah satu
dari pusat kota makassar rumah adat yang ada.
sekitar 15 menit, sayangnya Sirkulasi atau jalan
tidak ada akses transportasi yang masih perlu
publik yang menuju ke diperbaiki dengan
lokasi ini. mengaspal ataupun
• di dalam benteng dibangun menambah papinblok,
kawasan argowisata berupa selain itu juga
kumpulan rumah adat dari penerangan sangat
seluruh Sulawesi Selatan kurang dan terlebih
dengan kondisi fisik
sekitarnya seperti
rumput liar yang
semakin lebat tumbuh
dalam akawasan
benteng.

Benteng Fort • Lokasi benteng mudah Usulan untuk benteng


Rotterdam dijangkau karena terletak di agar kiranya lebih
dalam kota Makassar, memperhatikan
tepatnya berada di depan pengunjung yang
pelabuhan laut kota masih kurang disiplin
Makassar. Jaraknya sekitar serta tidak

28
dua kilometer dari Pantai memperhatikan
Losari kebersihan. Untuk
• gaya arsitektur era 1600- maintenance secara
an, benteng ini terlihat rutin. Menjaga cagar
mencolok dari bangunan budaya merupakan
disekitarnya sehingga suatu kewajiban untuk
mudah dikenali. kita generasi penerus
Temboknya memiliki termasuk tugas
ketebalan hampir dua pemerintah yang
meter, berwarna hitam, dan memegang penuh
terlihat kokoh menjulang tanggung jawab.
setinggi hampir lima meter.
Pintu utama benteng
berukuran kecil. Jika
dilihat dari ketinggian,
bentuk benteng menyerupai
penyu yang sedang menuju
pantai.
• Benteng ini digunakan
pemerintah setempat
sebagai Pusat Kebudayaan
Makassar dan difungsikan
sebagai perkantoran
sehingga membuat
lingkungan benteng
menjadi bersih, rapi, dan
terawat.
Beteng • Benteng Marlborough Pada benteng ini harus
Marlborough terletak di tepian laut lebih diutamakan
dengan struktur dalam kebersihan,

29
bangunannya yang terdiri peran pemerintah
dari bagian-bagian yang sangat dibutuhkan
sangat lengkap untuk memperhatikan
• Struktur bangunan inilah dalam aspek
yang membuat benteng ini kebersihan,
menjadi istimewa. Denah keamanan,
benteng seperti kura-kura. ketentraman bagi
Dinding bangunan terbuat pengunjung. Dengan
dari bata dengan tebal rata- melestarikan
rata 1 m. Lantainya dari peninggalan sejarah
ubin, batu karang, dan atap kami penerus generasi
berupa genteng. Pintu dapat menikmati
gerbang dan pintu ruangan keindahan serta betapa
terbuat dari kayu berengsel pentingnya
besi. Beberapa ruangan melestarikan
berfungsi sebagai ruang peninggalan para
tahanan, gudang senjata, pahlawan.
dan kantor.
• Benteng dikelilingi
pemukiman yang padat
yaitu kawasan pecinan dan
kawasan pariwisata.

II.2. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan

30
II.2.1. Kondisi Geografis dan Administratif

Gambar II.14 Peta Wilayah Kota BauBau


(sumber: google search, 2019)

Kota Baubau secara geografis terletak di bagian Selatan Propinsi


Sulawesi Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di
Pulau Buton, terletak pada 5021’ - 5030’ LS dan diantara 122030’ – 122045’
BT. Kota Baubau terletak pada Selat Buton yang mempunyai aktifitas
kelautan yang sangat tinggi dan dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan dari
beberapa kabupaten yakni Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan dan
Kabupaten Buton Tengah. Menurut UU No 13 Tahun 2001, batas
administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapuntori Kabupaten Buton.


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton
Selatan.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.

Luas wilayah Kota Baubau berdasarkan Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Baubau adalah seluas 221 Km² atau

31
22.110 hektar, namun berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi
Bakosurtanal luas wilayah adalah 293.10 Km² atau 29.310,99 hektar.
(https://portal.baubaukota.go.id/, n.d.)

Untuk keseluruhan kota Bau Bau terbagi menjadi 8 kecamatan dan 43


kelurahan. Masing-masing memiliki sumber daya manusia berbeda.

Tabel II.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Bau Bau

No Kecamatan Kelurahan

1 Betoambari 5
2 Murhum 5
3 Batupoaro 6
4 Wolio 7
5 Kokalukuna 6
6 Sorawolio 4
7 Bungi 5
8 Lea-lea 5
Kota Baubau 43
Sumber: BPS Kota Bau Bau 2015

Tabel III.3 Luas Kota Bau Bau Menurut Kecamatan

Persentase
No Kecamatan Luas (km2)
(%)
1 Betoambari 31.4 10.71
2 Murhum 6.09 2.08
3 Batupoaro 1.68 0.57
4 Wolio 33.56 11.45
5 Kokalukuna 16.85 5.75
6 Sorawolio 111 37.86
7 Bungi 59.2 20.19
8 Lea-Lea 33.4 11.39

32
Kota Baubau 293.18 100
Sumber: BPS Kota Bau Bau 2015

Kecamatan Murhum adalah sebuah kecamatan di Kota Bau Bau,


Sulawesi Tenggara. Kecamatan Murhum didominasi daerah bukan pesisir
dan termasuk wilayah sungai. Berikut Batasan wilayah kecamatan Murhum :

• Utara: Selat Buton


• Timur: Kecamatan Wolio, Bau-Bau
• Selatan: Kecamatan Betoambari, Bau-Bau
• Barat: Selat Buton

Secara adminitrasi kecamatan Murhum terdiri dari 5 kelurahan


antaranya yaitu Baadia, Melai, Wajo, Lamangga, dan Tanganapada.
II.2.2. Kependudukan

Kependudukan Baubau dapat diidentifikasi sebagai sebuah kota dengan


komposisi penduduk yang heterogen meliputi berbagai etnik yang ada di
Indonesia, baik berasal dari etnik Buton sendiri, bagian lain Sulawesi, Jawa,
Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusatenggara, Maluku, dan Papua. Komposisi
penduduk ini menyebabkan warga masyarakat Kota Baubau menggunakan
Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, meskipun eksistensi bahasa daerah
(Bahasa Wolio) juga masih tetap bertahan. Menurut hasil Sensus Penduduk
(SP) Tahun 2000, penduduk Kota Baubau berjumlah 106.092 orang dan
sepuluh tahun kemudian saat dilaksanakannya SP Tahun 2010 telah
bertambah menjadi 136.991 orang. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per
tahun selama kurun waktu 10 tahun ini sebesar 2,59 persen. Berdasarkan hasil
proyeksi penduduk Tahun 2017 penduduk Kota Baubau sebanyak 162.780
jiwa yang terdiri atas 80.371 jiwa penduduk laki-laki dan 82.409 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 2010
jumlah penduduk Kota Baubau Tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar
2,50 persen.

33
Tabel Error! No text of specified style in document.IV.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kota Baubau, 2017

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
L P

1 Betoambari 9,568 9,813 19,381

2 Murhum 11,174 11,744 22,918

3 Batupoaro 14,968 15,834 30,802

4 Wolio 22,605 22,403 45,008

5 Kokalukuna 9,850 10,041 19,891

6 Sorawolio 4,195 4,231 8,426

7 Bungi 4,184 4,268 8,452

8 Lea-Lea 3,827 4,075 7,902

Baubau 80,371 82,409 162,780

Sumber: https://portal.baubaukota.go.id

Seiring dengan laju pertambahan penduduk, kepadatan penduduk Kota


Baubau terus bertambah dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk berdasar
SP 2000 adalah 480 orang per km2, kemudian tahun 2010 sebesar 620 orang
per km2, dan pada tahun 2017 menjadi 552 orang per km2. Kepadatan
tertinggi terjadi di Kecamatan Batupoaro sebesar 18.335 orang per km2,
sedang Kecamatan Sorawolio dengan wilayah terluas 111 km2 justru

34
memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 76 orang per km2 dan
memiliki laju pertumbuhan penduduk terendah di antara 8 kecamatan yaitu
sebesar 2,45 persen. Dari total penduduk Baubau 162.780 orang pada tahun
2017, sebagian terbesar penduduk terkonsentrasi di 5 kecamatan di sekitar
pusat kota yakni Kecamatan Batupoaro, Murhum, Wolio, Kokalukuna, dan
Betoambari. Data selengkapnya mengenai luas jumlah penduduk dan laju
kepadatan penduduk menurut kecamatan dapat dilihat pada table berikut.

Tabel II.5. Jumlah Penduduk dan Laju Kepadatan Penduduk


Menurut Kecamatan di Kota Baubau, 2017

Laju pertumbuhan
Jumlah Penduduk penduduk per tahun
No Kecamatan
(%)
2010 2016 2017 2010-2016 2010-2017
1 Betoambari 16.283 18.844 19.381 2,43 2,56
2 Murhum 19.261 22.275 22.918 2,42 2,51
3 Batupoaro 25.889 29.941 30.802 2,42 2,51
4 Wolio 37.974 43.782 45.008 2,37 2,46
5 Kokalukuna 16.736 19.342 19.891 2,41 2,50
6 Sorawolio 7.112 8.195 8.426 2,36 2,45
7 Bungi 7.096 8.210 8.452 2,43 2,53
8 Lea-Lea 6.630 7.682 7.902 2,45 2,54
Baubau 136.981 158.271 162.780 2,41 2,50
Sumber: https://portal.baubaukota.go.id
II.2.3. Fasilitas Umum
Adapun fasilitas-fasilitas umum terdapat dalam kota Baubau
diantaranya adalah tabel sebagai berikut :

35
Tabel II.6 Data Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kota Bau-Bau
Tahun 2017

Jumlah Sekolah
Kecamatan Jumlah
No
(Kelurahan) SMA/ Sekolah
TK RA/BA SD MI SMP MTs MA
SMK

1 Betoambari(5) TAD TAD 8 1 2 TAD 4 1 16

2 Murhum (5) TAD TAD 9 2 6 TAD 6 1 24

3 Batupoaro (6) TAD TAD 10 - - TAD - - 10

4 Wolio (7) TAD TAD 13 2 5 TAD 3 1 24


Kokalukuna
5 TAD TAD 10 1 2 TAD 1 - 14
(6)
6 Sorawolio (4) TAD TAD 5 1 2 TAD 2 1 11

7 Bungi (5) TAD TAD 5 1 4 TAD 2 1 13

8 Lea-Lea (5) TAD TAD 7 3 2 TAD 1 1 14

∑Kota Bau-Bau (43)


Sumber: Kota Bau Bau Dalam Angka (KBDA) 2018, BPS Kota Bau Bau Dan
Jurnal, Harie Saksono. Data diolah 2018
*)
Catatan: TK = Taman Kanak-kanak; RA = Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal;
SD = Sekolah Dasar; MI = Madrasah Ibtidaiyah; SMP = Sekolah Menengah
Pertama; MTs = Madrasah Tsanawiyah; SMA/SMK = Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan; MA = Madrasah Aliyah; TAD = Tidak Ada
Data

Tabel II.7 Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamata di Kota Bau-Bau Tahun


2014

Rumah Puskesmas Puskesmas


Kecamatan Puskesmas Pustu
Sakit Keliling Plus
Betoambari - 3 2 2 -
Murhum 2 2 1 2 1
Batupoaro - 2 1 2 -
Wolio 1 3 1 2 -
Kokalukuna - 3 1 2 -
Sorawolio - 1 2 2 1

36
Bungi - 2 1 2 1
Lea-lea - 1 2 2 -
Kota Bau-Bau 3 17 11 16 3
Sumber : BPS Kota Bau-Bau 2014

Tabel II.8 Fasilitas Umum Lainnya

Jumlah
No Fasilitas Uraian
Fasilitas
1. Masjid 98 Unit
Gereja Katolik 1 Unit
Tempat
Gereja Protestan 4 Unit
Ibadah
Pura 5 Unit
Vihara 1 Unit
2. Pasar Tradisional 10 Unit
Tempat
Pasar Modern (Mall) 1 Unit
perbelanjaan
Pasar Sentral 2 Unit
3. Terminal Angkutan 1 Unit
Fasilitas Kota 1 Unit
Transportasi Bandara Udara 3 Unit
Pelabuhan
Sumber: BPS Kota Bau Bau, BPS Prov Sultra, diolah.
II.3. Kondisi Fisik
II.3.1. Topografi dan Kelerengan

Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari


topografi yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai
kemiringan lahan 0 – 8% adalah kawasan yang berada di bagian Utara dan Barat

37
wilayah Kota Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan
merupakan perbukitan yang membentang dari Utara ke Selatan. (RPJMD, 2017)
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting
dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung
lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa dataran
yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar antara 15–40%
dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa bagian wilayah
dengan kelerangan antara 2–15% yang terdapat di Kecamatan Murhum dan
Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam
pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama ke arah Selatan,
pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15% dimanfaatkan untuk
perkebunan dan hutan. (RPJMD, 2017)
Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio. Topografi
wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusat-pusat
permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Wolio.Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota Baubau
dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi :
a. Lahan Datar; terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter di atas
permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan Kecamatan Sorawolio
dengan kemiringan 0 – 8%.
b. Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota Baubau
dengan ketinggian 5–10 m di atas permukaan laut.
c. Daerah bergelombang; berada pada ketinggian sekitar 60 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan 15 – 30%, terutama terdapat di
Kecamatan Betoambari.

38
Gambar II.15 Peta Topografi Kota Bau Bau

(Sumber: Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Kota Baubau Tahun 2014-2034)

Tabel II.9 Sudut Lereng dan Luas Persebarannya

LUAS
NO KELERENGAN (Ha) (%) KETERANGAN
(%)
Wilayah datar (dataran rendah
1. 0–8 15.506,10 70,16
pantai dan delta)
Wilayah bergelombang
2. 9 – 15 2.232,21 10,10 (pedataran pegunungan dan
kaki perbuitan)
Wilayah berbukitan
3. 16 – 25 1.870,20 8,46
(pegunungan dan perbukitan)
Wilayah bergelombang
(pegunungan dan kaki
4. 26 – 45 1.431,47 6,48 perbukitan terjal)

39
5. > 45 1.060,02 4,80
Wilayah terjal (di sela-sela
kaki pegunungan dan
perbukitan terjal)
(Sumber: Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Baubau Tahun 2014-2034)
II.3.2. Kemiringan
Ditinjau dari kemiringan lereng, Kota Baubau mempunyai kemiringan
antara 0-2 %, 2-15 %, 15-40 % dan > 40%. Pada tingkat kemiringan >40% sangat
potensial untuk pengembangan non urban , yaitu dapat difungsikan sebagai
kawasan lindung.
II.3.3. Klimatologi (Iklim)

Kota Baubau yang beriklim tropis basah pada umumnya mempunyai


musim yang hampir sama di seluruh Sulawesi, yaitu adanya musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember
sampai dengan bulan April. Pada bulan tersebut angin barat yang bertiup dari
Asia dan Samudera fasifik mengandung banyak uap air. Keadaan ini terus
berlangsung setiap Tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-
bulan tertentu. Curah hujan hampir merata sepanjang Tahun. Berdasarkan
catatan Stasiun Meteorologi Betoambari suhu udara di Kota Baubau pada tahun
2016 berkisar antara 22,8 0C sampai dengan 33,70C. Suhu terendah terjadi
pada bulan Agustus sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan
Januari. Sementara itu, rata-rata tekanan udara selama tahun 2016 tercatat antara
1.011,60 mb – 1.014,80 mb. Tekanan terendah terjadi pada bulan Desember
dan tertinggi pada bulan Agustus sedangkan rata-rata kecepatan angin tertinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 3,3 knot. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh Stasiun Metereologi Betoambari Kota Baubau sepanjang tahun
2016 terjadi hujan. hujan 204,2 dan 260,2 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Februari yaitu 432,5 mm dengan lama hujan sebanyak 21 hari.
II.4. Sejarah dan Budaya Kota BauBau

II.4.1. Sejarah Kota Bau Bau

40
Pada awalnya, Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton (Wolio) yang
berdiri pada awal abad ke-15 (1401–1499). Buton mulai dikenal dalam Sejarah
Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya Prapanca
pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri
(Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi di mana terbentang taman dan
didirikan lingga serta saluran air dengan rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.
Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis
oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga, Simalui,
Sitamanajo dan Sijawangkati yang oleh sumber lisan di Buton mereka berasal
dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke-13.

Kejayaan masa Kerajaan Buton (Wolio) sampai Kesultanan Buton sejak


berdiri pada tahun 1332 sampai dengan 1960 telah banyak meninggalkan
warisan masa lalu yang gemilang. Sampai saat ini masih dapat disaksikan berupa
peninggalan sejarah, budaya seperti naskah kuno yg tersimapan pada garis
keturunan Laode dan Waode di pulau buton, sedangkan naskah lain masih
banyak yg dibawa ke belanda oleh bangsa belanda sendiri pada saat penjajahan
mereka dan arkeologi seperti kuburan raja dan sultan, benteng pertahanan
keraton, pintu gerbang yg disebut lawa, meriam tua dan masih banyak lagi yang
lainnya.

Kota Baubau adalah sebuah kota di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.


Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21 Juni 2001 berdasarkan UU No.
13 Tahun 2001. Luas kota ini 295,072 km² dengan jumlah penduduk 167.519
jiwa (2018).

II.4.2. Arti Bau Bau

Kondisi politik di Sulawesi pada periode abad ke-17 sampai awal abad
ke-20 ditandai oleh terjadinya konflik internal antar kerajaan di Sulawesi Selatan
seperti Kerajaan Gowa dengan Bone. Konflik ini juga terjadi antara kerajaan
(Gowa dan Bone) dengan Belanda dan Ternate. Situasi inilah yang
menyebabkan Sulawesi Tenggara, khususnya Buton menjadi sasaran para

41
imigran dari Sulawesi Selatan karena wilayah ini selain mudah dijangkau, juga
karena dianggap aman. Kebanyakan bangsawan Bugis yang datang ke Buton
memiliki gelar Andi Bau di depan namanya sebagai tanda kebangsawanan.
Selanjutnya, mereka lalu menetap di pinggiran laut pada wilayah dekat
pelabuhan demi memudahkan akses mereka untuk berdagang hingga ke
Singapura. Berawal dari para banyaknya bangsawan bernama Bau inilah yang
kemudian menyebabkan daerah di pinggiran laut dan kali itu disebut Bau-Bau.
Jadi, awal kelahiran Kota Bau-Bau, bisa dirujuk sejak tahun 1660. (www.timur-
angin.com, n.d.)

II.5. Tinjauan Umum Lokasi


II.5.1. Eksisting Tapak
Data eksisting tapak bertujuan untuk mengetahui keadaan kondisi fisik
tapak, potensi tapak serta kekurangan yang ada pada tapak. Data eksisting tapak
ini merupakan landasan utama untuk menganalisis tapak.
Berikut ini merupakan peta Kawasan Benteng Keraton Buton

42
Gambar II.1Error! No text of specified style in
document.-5 Eksisting Benteng Keraton Buton
(Sumber: Google Earth) II.5.2. Tata
Guna Lahan
(Land Use)

Gambar II.1Error! No text of specified style in


document.-6 Peta tata guna lahan
(sumber: google search, 2011)

43
Tata guna lahan perencanaan kawasan Benteng Keraton ini sesuai
dengan agenda pada peta. Adapun berbagai uraian mengenai tata guna lahan
yang terdapat dalam Kawasan sebagai berikut :
1. Mesjid Agung Keraton Buton dan Tiang Bendera/Kasulana Tombi yang
didirikan Tahun 1712, Jangkar/Samparaja dan Baruga/Galampa Syara, serta
Mesjid Quba Baadia yang didirikan Tahun 1826 merupakan salah satu
peninggala kesultanan Buton yang masih diaga dan digunakan oleh
masyarakat setempat

2. Batu Popaua yang merupakan batu pelantikan Raja/Sultan dan Batu


Wolio (Yi Gandangi)

3. Rumah Adat Buton; dibagi menurut fungsi dan status pemakainya,


meliputi: Malige (Istana Sultan), Kamali (Rumah pribadi
Sultan),Bhanua tada (rumah adat bagi kalangan pejabat Kesultanan
Buton maupun kalangan rakyat)

4. Makam Raja/Sultan dan Makam-Makam kuno lainnya, diantaranya:


Makam Sultan Murhum, Makam Sangia Lampenamo, Sangia La
Kambau, dll.
5. Kawasan Sulaa, yang merupakan lokasi tempat pendaratan Sipajonga
salah satu dari Mia patamiana yang merupakan 4 orang penduduk awal
di Kerajaan Buton

44
Gambar II.1Error! No text of specified style in document.-8 Tata Letak
Gerbang/Lawa Benteng Keraton Buton
(sumber : Google Search)

Gambar II.1Error! No text of specified style in


document.-7 Persentase Penggunaan Lahan Kawasan
Benteng Keraton Buton
(Sumber: google Search, 2011)

45
II.5.3. Tata Bangunan

Gambar II.1Error! No text of specified style in document.-9 Peta Tata


Bangunan dalam Kawasan Benteng keraton Buton
(Sumber: Cadmapper.com, diolah)
Tata Bangunan dalam Kawasan Beteng Keraton ini mempunyai beberapa
karakteristik bangunan Kuno bersejarah dengan gaya arsitektur tradisional
Buton :
1. Usia Bangunan
Usia bangunan di wilayah studi berkisar antara 59 hingga 400 tahun.

46
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-10
Bangunan usia ± 400 Tahun
(Sumber: jurnal Volume 3, 2011)
2. Fungsi Bangunan
Bangunan bersejarah di wilayah studi memiliki fungsi sebagai rumah
tinggal (85%), museum dan sarana peribadatan (masjid). Sebagian besar
bangunan tidak mengalami perubahan fungsi.

.
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-11 Bangunan dalam
Kawasan Beteng Keraton Buton
3. Status Kepemilikan

47
Bangunan bersejarah milik pemerintah berjumlah 11 bangunan dan
bangunan kunobersejarah milik individu berjumlah 61 bangunan.
4. Kondisi Fisik Bangunan
Sebagian besar bangunan bersejarah di diwilayah studi telah mengalami
perubahan fisik

Gambar II.Error! No text of specified style in document.-12 Peta Perubahan


Bangunan

Gambar II.Error! No text of specified style in document.-13 Persentase


Perubahan Bangunan 2011
II.5.4. Bentuk dan Massa Bangunan

48
Bentuk bangunan dalam Kawasan ini didominasi dengan gaya
arsitektur bangunan rumah tinggal dengan material batu bata (beton) namun
masih ada beberapa rumah panggung atau terbuat dari material kayu. Untuk
bangunan bersejarah seperti rumah adat dan lainnya masih tetap dengan gaya
arsitektur tradisional walaupun mengalami sedikit perubahan saat maintenance.
Gaya arsitektur tradisional dalam Kawasan ini masih banyak dan dapat kunjungi
oleh pengunjung. Rata-rata ketinggian bangunan sekitar ± 4 – 8 meter.

Massa bangunan

Gambar II.Error! No text of specified style in document.-14 Massa Bangunan


tampak atas

II.5.5. Sirkulasi dan Parkir

Pola sirkulasi di Kawasan Benteng Keraton Buton bercampur menjadi


satu pada ruas jalan yang ada antara pejalan kaki, kendaraan (mobil dan sepeda
motor) dan angkutan umum. Jalur sirkulasi utama dari dan menuju kawasan
adalah di jalan Labuke V, jalan Labuke IX dan jalan Baadia.
Kondisi sirkulasi pada hari-hari biasa tergolong lancar dan tidak terjadi
kemacetan, kecuali pada saat tertentu, yaitu pada saat hari raya Idul fitri dan pada

49
waktu dilaksanakan kegiatan budaya (upacara adat) terjadi kemacetan pada
beberapa ruas jalan, yaitu jalan Labuke I dan jalan Labuke IX.

Gambar II.Error! No text of specified style in document.-15 Sirkulasi dalam


Kawasan
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)
Area parkir di Kawasan Benteng Keraton Buton sehari-hari umumnya
digunakan untuk parkir kendaraan wisatawan yang berkunjung ke kawasan dan
parkir kendaraan masyarakat pada momen tertentu, yaitu pada saat pelaksanaan
kegiatan budaya (upacara adat) serta pada pelaksanaan shalat idul fitri, hingga
saat ini area parkir yang tersedia masih mampu menampung kendaraan
pengunjung maupun masyarakat.

50
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-16 Area Parkir
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)
II.5.6. Ruang Terbuka

Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu


terletak di luar massa bangunan yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh
setiap orang serta memberikan kesempatan untuk melakukan bermacam-macam
kegiatan. Yang dimaksud dengan ruang terbuka antara lain jalan, pedestrian,
taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman rekreasi
(Hakim, 2003 : 50).
Ruang terbuka ini terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya
tempat untuk bertemu atau berkomonikasi satu sama lain. Dalam satu kawasan
permukiman baik yang tradisional maupun permukiman kota sering kita jumpai

51
sebuah alahan kosong yang dijadikan sebagai ruang bersama bagi penghuni yang
ada disekitarnya dengan jarak radius tertentu (Bappeda Tk. I Bali , 1992 : 28).
II.5.7. Penanda

Dari segi perancangan kota, papan nama, reklame, informasi perlu di


atur agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif,
mengurangi kebingungan dan kompetisi antara papan informasi publik dan
papan 44 reklame. Papan nama / reklame yang dirancang baik akan menambah
kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha.

Gambar II.Error! No text of specified style in document.-17 Penanda atau


papan nama
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)

52
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-18 Penanda atau
papan nama
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)
II.5.8. Pendukung Aktivitas
Aktivitas pendukung kegiatan diartikan sebagai semua guna lahan dan
kegiatan yang memperkuat ruang publik perkotaan. Bentuk, lokasi, dan
karakteristik suatu kawasan akan menarik fungsi-fungsi guna lahan, dan
kegiatan yang spesifik. Sebaliknya, kegiatan suatu kegiatan cenderung memilih
lokasi yang paling cocok untuk kegiatan tersebut.
Untuk dalam Kawasan Benteng Keraton ini karena merupakan salah
satu destinasi Kota BauBau juga sebagai penyelenggara acara adat seperti
Upacara adat tersebut di antaranya upacara adat kunua (kegiatan sahur bersama
di Masjid Agung Keraton tanggal 17 Ramadhan); upacara adat kadiri (kegiatan
sahur bersama pada malam ‘Lailatul Qadar’ di Masjid Agung Keraton tanggal
27 Ramadhan). Dan masih banyak aktivitas lainnya yang dilakukan dalam
Kawasan benteng keraton.

53
Gambar II.Error! No text of specified style in
document.-19 Upacara Adat di Masjid Agung
(sumber: google search)

Gambar II.30 Pelepesan Lampion dalam kegiatan Dialog


Publik pada Kawasan Beteng Keraton Buton
(Sumber: Google Search)

54
II.5.9. Preservasi
Hubert-Jan Henkert dalam Cunningham (2005: 11) menyebutkan
bahwa sebagian besar arsitektur yang didirikan dengan tujuan untuk melayani
kebutuhan awal pembangunannya. Dengan kata lain sebuah arsitektur didirikan
memiliki masa pemakaiannya dan segera setelah persyaratan arsitektur mulai
berubah, maka kegunaannya akan memudar yang berakibat fungsinya tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan saat ini serta menimbulkan banyak kendala teknis
arsitektur. Namun, jika nilai emosional dari arsitektur tersebut cukup jelas
sebagai artefak bersejarah, makapengguna harus siap untuk meredam keinginan
fungsional dan ekonomis dari arsitektur tersebut. Dalam hal ini, arsitektur
tersebut akhirnya dikatakan sebagai karya seni yang ingin di jaga, daripada
memikirkan manfaatnya bagi manusia.
Lebih lanjut Hubert-Jan Henkert dalam Cunningham (2005: 12) juga
menegaskan bahwa sebelum berpikir tentang pendekatan upaya pelestarian
(konservasi) yang disesuaikan dengan fakta-fakta baru dari obyek pelestarian,
maka penting untuk menetapkan strategi pelestarian arsitektur. Hal ini
diperlukan, untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang harus dilestarikan dan
cara-cara melestarikannya. Konservasi, dengan berbagai tingkat intervensi,
hanya satu pilihan dalam keseluruhan pendekatan preservasi. Penting bagi kita
untuk memutuskan hal-hal harus kita melestarikan (preservation) dari masa lalu
untuk disampaikan pada generasi mendatang. Menurut Cunningham (2005: 12),
Preservasi (Preservation) adalah keseluruhan upaya untuk menjaga memori pada
suatu artefak bagi generasi mendatang.Preservasi (Preservation) bisa dilakukan
dalam bentuk menjaga objek fisik, atau dalam bentuk mendokumentasikannya,
sedangkan Konservasi (conservation) adalah tindakan menjaga artefak fisik.
Dari penjelasan ini dapat tegaskan bahwa Preservasi adalah kegiatan
yang terencana dan terkelola untuk melakukan identifikasi dan memastikan
bahwa suatu elemen arsitektur dari suatu artefak merupakan bagian penting
untuk dijaga memorinya dan layak dilestarikan agar keberlangsungannya dalam
dinikmati oleh generasi saat ini dan masa datang dan terus dipakai selama
mungkin. Pelestarian (preservation) dapat diartikan sebagai usaha-usaha

55
berkelanjutan untuk memelihara dan melindungi lokasi-lokasi atau benda-benda
yang memiliki nilai keindahan dan keberhargaan bagi masyarakat di suatu
wilayah atau nasional maupun regional agar tidak hancur/ rusak dimakan usia
atau mengalami kendala teknis utilitas atau berubah sampai batas-batas yang
dimaklumi.
Secara umum istilah pelestarian merupakan proses dalam memelihara,
menjaga maupun melindungi sesuatu yang bernilai dipandang dari segala aspek
baik ekonomi, politik, sosial dan budaya agar hal tersebut tidak menghilang.
Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun
obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.
Jadi Konservasi adalah upaya lanjutan untuk melindungi dan menjaga arsitektur
dan lingkungan setelah suatu artefak diputuskan untuk dijaga kelestariannya
karena memiliki ikatan kuat dengan sosial ± budaya suatu komunitas di kawasan
karena makna kulturalnya yang mengandung nilai sejarah, arsitektural
keindahan, nilai keilmuan dan nilai sosial. Upaya untuk melakukan perlindungan
suatu artefak dari kerusakan ataupun mencegah terjadinya kerusakan sehingga
tetap dapat terpelihara untuk generasi mendatang.

56
BAB III
TINJAUAN KHUSUS TEMA

III.1 Pengertian Heritage


Heritage memiliki banyak pengertian, Menurut UNESCO heritage yaitu
sebagai warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa
yang diteruskan kepada generasi mendatang. Pendek kata, heritage adalah sesuatu
yang seharusnya diestafetkan dari generasi ke generasi, umumnya karena
dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan
keberadaannya. Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan
Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus
Oxford, heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu
bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari
karakter mereka.Dalam buku Heritage: Management, Interpretation, Identity, Peter
Howard memaknakan heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan
orang, termasuk budaya material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih
ditujukan pada warisan budaya secara publik, seperti berbagai benda yang
tersimpan di museum. Merujukpada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang
dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagaipusaka.
Pusaka (heritage) Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka
Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah
hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah
air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam
interaksinya denganbudaya lain sepanjang sejarahkeberadaannya.Pusaka Budaya
mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible).
Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan
ruang dan waktu. Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural
landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara budaya
dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan
tidak berwujud.

57
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa heritage
sangat mempunyai peranan yang penting, tidak hanya dari nilai sejarah namun dari
nilai sosial-budaya masyarakat. Oleh karena itu, jika heritage dapat dipertahankan
kelestariannya, maka eksistensi dari sejarah perkembangan kota dari aspek
perekonomiannya serta nilai sosial-budaya masyarakatnya dapat terlestarikan pula
dan akan mampu menjadi salah satu karakteristik identitas bagi kota tersebut.
III.1.1. Ciri-ciri Heritage
Setiap heritage memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak
selalu berupa benda mati, namun dapatberupa makhluk hidup ataupun yang
sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai icon suatu daerah tertentu yang
melambangkan peristiwa besar ataupun peninggalan yang ada pada suatu daerah
tersebut. Heritagemerupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas yang dimiliki dan
masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritagemerupakan bagian
dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disampingitu, nilai-
nilai yang dimiliki heritagejuga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan
adat-istiadat masyarakat.
Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam
cirri-ciri heritage, antara lain :
1. Kelangkaan , karya merupakan sesuatu yang langka.
2. Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting.
3. Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament.
4. Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang.
5. Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam bangunan
tertentu.
6. Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan
sekitarnya.
Selain keenam cirri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga cirri-ciri
heritage, yaitu :
1. Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat.

58
2. Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan
ekonomis.
3. Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
Bukan semua warisan atau pusaka dapat dikatan sebagai heritage,
adapun ciri yang menjadikan warisan atau pusaka tersebutmasuk kedalam
heritage adalah:
1. Nilai religi
Adanya nilai religi atau nilai keagamaan yang terdapat pada suatu warisan
budaya tersebut yang dapat untuk mempekuat heritage tersebut, misal
upacara keagamaan dari suatu daerah berbeda dengan daerah lainya.
2. Nilai spiritual
Nilai spiritual dalam heritage yang satu berbeda dengan yang lain.
Dikatakan memiliki nilai spiritual bila suatu warisan budaya tersebut
terdapat sesuatu yang mistik atau tidak sewajarnya.
3. Nilai filosofi
Masing-masing dari heritage tersebut harus memiliki filosofi atau sejarah
munculnya heritage tersebut atau dapat juga disebut dengan asal usul adanya
warisan tersebut.
4. Nilai estetika
Nilai estetika yang disebut dengan nilai keindahan yang terdapat warisan
atau budaya suatu daerah yang belum tentu dimiliki oleh daerah lain.
5. Nilai kesejarahan
Dapat dikatakan heritage apabila terdapat nilai sejarah yang turun temurun.
6. Nilai budaya
Nilai budaya yang harus dijaga kelestarianya Budaya dari suatu daerah satu
dengan daerah yang lain sangatlah berbeda. Keunikan ini yang menjadikan
budaya dari suatu daerah yang harus dilestarikan agar tidak luntur termakan
oleh masa.
https://docplayer.info/40218958-Bab-ii-kajian-teori-a-diskripsi-heritage-1-
pengertian-heritage-indonesia-merupakan-negara-yang-kaya-akan

59
peninggalanpeninggalan.html

Dalam Kota BauBau memiliki beraneka ragam warisan budaya yang arus
dilestarikan. Salah satunya adalah Wisata Benteng Keraton Buton. Dalam hal ini
penulis mengangkat Pengembangan Wisata Benteng Keraton Buton dengan Tema
Pendekatan Heritage. Pada wisata Benteng ini merupakan peninggalan sejarah
Kesultanan Buton yang hingga kini masih kental akan adatnya serta kondisi fisik
yang masih menyerupai bentuk awal berdirinya kerajaan Kesultanan Buton. Dalam
kota BauBau memiliki kurang lebih 100 benteng akan tetapi pusat kerajaan pada
masa lampau tersebut adalah benteng Keraton Buton. Benteng Keraton Buton atau
dikenal juga Benteng Keraton Wolio merupakan salah satu dari 100 lebi benteng
peninggalan Kesultanan Buton. Pembangunan benteng ini tidak lepas dari
kebijakan Sultan ke-4 La Elangi (1578-1615) sewaktu memerintah. Sultan La
Elangi membuat Undang-undang Dasar Kesultanan yang disebut dengan kitab
Martabat Tujuh. Undang-undang tersebut menyebutkan tentang pembangunan
benteng beserta hak penduduk dengan tana yang berada di dalam benteng tersebut.
Gubernur endral VOC, Pieter Both, melakukan perjalanan menuju Ternate pada
taun 1613. Dalam perjalanan tersebut Pieter Bot singga di Buton, dia melihat
keadaan pembangunan Benteng Wolio, menurut catatannya, pekerja dikumpulkan
dari seluruh kesultanan, banyak korban berjatuhan dan hamper tidak Nampak
kelarihan bayi baru,. Benteng ini merupakan benteng keraton yang secara tidak
langsung menadi benteng terbesar yang dibangun ole kesultanan Buton yang selesai
dibangun selama 10 tahun. Benteng wolio dibangun dari batu karang, berdena tidak
beraturan mengikuti topografi bukit, menyerupai huruf “dhal” dalam aksara arab,
sisi utara dan timur Panjang, dan sudut timur laut lebih sempit. Dari sisi utara
sampai sisi timur ketinggian benteng 8-10 meter diatas tebing terjal, sementara itu
dari sisi barat, sisi selatan dan Sebagian sisi timur ketinggian benteng 3-5 meter.
Pada dinding benteng sepanang diemen beserta 700 prajuritnya beberapa kali
melakukan penyerangan terhadap benteng wolio namun usahanya itu tidak perna
berhasil. Diemen akirnya menggunakan cara lain yaitu perundingan, degan cara
inilah akhirnya berhasil mengalakan kesultanan Buton. Setelah kekalahan ini,

60
Sultan Mu. Idrus memindahkan keraton ke Baadia untuk membangun tanah
kediaman baru, sedangkan benteng sangia Kopea menjadi tempat
persembunyiannya sultan dan pemakaman para tokoh dan orang biasa. Fungsi
benteng ini juga disebutkan dalam undang-undang kesultanan. Dengan demikian,
pembangunan benteng Wolio diperkirakan pada awal abad ke 17, yang kemudian
menjadi pemicu perlawanan sengit dan rumit anta Gowa, ternate dan VOC (sumber:
database Cagar Budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan).
III.2 Heritage Kota Bau Bau
Dalam Kota BauBau memiliki beraneka ragam warisan budaya yang arus
dilestarikan. Salah satunya adalah Wisata Benteng Keraton Buton. Dalam hal ini
penulis mengangkat Pengembangan Wisata Benteng Keraton Buton dengan Tema
Pendekatan Heritage. Pada wisata Benteng ini merupakan peninggalan sejarah
Kesultanan Buton yang hingga kini masih kental akan adatnya serta kondisi fisik
yang masih menyerupai bentuk awal berdirinya kerajaan Kesultanan Buton.
III.2.1. Sejarah Benteng Keraton Buton
Benteng Keraton Buton atau dikenal juga Benteng Keraton Wolio
merupakan salah satu dari 100 lebih benteng peninggalan Kesultanan Buton.
Pembangunan benteng ini tidak lepas dari kebijakan Sultan ke-4 La Elangi
(1578-1615) sewaktu memerintah. Sultan La Elangi membuat Undang-undang
Dasar Kesultanan yang disebut dengan kitab Martabat Tujuh. Undang-undang
tersebut menyebutkan tentang pembangunan benteng beserta hak penduduk
dengan tana yang berada di dalam benteng tersebut. Gubernur endral VOC,
Pieter Both, melakukan perjalanan menuju Ternate pada taun 1613. Dalam
perjalanan tersebut Pieter Bot singga di Buton, dia melihat keadaan
pembangunan Benteng Wolio, menurut catatannya, pekerja dikumpulkan dari
seluruh kesultanan, banyak korban berjatuhan dan hamper tidak Nampak
kelarihan bayi baru,. Benteng ini merupakan benteng keraton yang secara tidak
langsung menadi benteng terbesar yang dibangun ole kesultanan Buton yang
selesai dibangun selama 10 tahun. Benteng wolio dibangun dari batu karang,
berdena tidak beraturan mengikuti topografi bukit, menyerupai huruf “dhal”
dalam aksara arab, sisi utara dan timur Panjang, dan sudut timur laut lebih

61
sempit. Dari sisi utara sampai sisi timur ketinggian benteng 8-10 meter diatas
tebing terjal, sementara itu dari sisi barat, sisi selatan dan Sebagian sisi timur
ketinggian benteng 3-5 meter. Pada dinding benteng sepanang diemen beserta
700 prajuritnya beberapa kali melakukan penyerangan terhadap benteng wolio
namun usahanya itu tidak perna berhasil. Diemen akirnya menggunakan cara
lain yaitu perundingan, degan cara inilah akhirnya berhasil mengalakan
kesultanan Buton. Setelah kekalahan ini, Sultan Mu. Idrus memindahkan keraton
ke Baadia untuk membangun tanah kediaman baru, sedangkan benteng sangia
Kopea menjadi tempat persembunyiannya sultan dan pemakaman para tokoh
dan orang biasa. Fungsi benteng ini juga disebutkan dalam undang-undang
kesultanan. Dengan demikian, pembangunan benteng Wolio diperkirakan pada
awal abad ke 17, yang kemudian menjadi pemicu perlawanan sengit dan rumit
anta Gowa, ternate dan VOC (sumber: database Cagar Budaya Balai Pelestarian
Cagar Budaya Sulawesi Selatan).

III.3 Heritage dalam Arsitektur


Kawasan heritage merupakan aset kota yang menunjukan kekayaan arsitektur
kota. Kawasan heritage menunjukan keindahan visual dan keanekaragaman
langgam dalam kota yang cenderung di dominasi bangunan berlantai banyak dan
bangunan minimalis. Dengan kata lain, kawasan heritage memberikan ‘warna’ pada
kota selain bernilai sejarah tinggi (Kamil, 2013). Menurut Piagam Heritage
Indonesia tahun 2013 kawasan Heritage adalah kawasan yang mempunyai aset
heritage yang unggul berupa rajutan heritage alam dan heritage budaya yang lestari
yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan ruang
terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial-budaya. Aset-aset heritage
tersebut sering kurang dikenali dan diakui sebagai aset penting dalam pembangunan
dan sering ditempatkan pada posisi yang berseberangan dengan perkembangan
ekonomi. Akibatnya, kota-kota heritage terancam untuk kehilangan karakter dan
tumbuh tanpa kepribadian dan menjadi kota yang seragam.
Rapoport (1983) menerangkan bahwa kawasan heritage dapat mencerminkan
karakteristik suatu setting kota budaya, memiliki karakteristik lokal yang unik

62
ditandai dengan ditemukan bukti-bukti inskripsi yang mencatat peristiwa dan
terdapatnya situs, artefak, bangunan-bangunan bersejarah, istana, keraton, gereja,
masjid, candi, klenteng, tugu, benteng-gerbang kota, dalem pangeran, pasar dan
lapangan (square, alun-alun, taman) ataupun tempat yang memiliki karakter dengan
suasana lingkungan yang bermakna dan bernilai positif bagi masyarakat.
III.4 Studi Banding Tema Heritage
Dalam kali ini penulis mengambil beberapa perbandingan tema dengan
melakukan beberapa riset tentang bangunan yang bertema Heritage. Berikut ini
adalah uraian studi banding yang tela dilakukan oleh penulis:
1. The Heritage Palace

Sebelum menjadi salah satu objek wisata hits Solo, kawasan wisata The
Heritage Palace merupakan sebuah pabrik gula Gembongan, telah dilakukan
direvitalisasi, sekarang telah berubah menjadi tempat rekreasi keluarga Solo dan
sekitar. Termasuk objek wisata baru, baru diresmikan pada tanggal 9 juni 2018.
Waktu itu, soft launching bertepatan hari besar lebaran, sekaligus menjadi ajang
promosi objek wisata. Hingga kini wisatawan pernah berkunjung sudah cukup
banyak loh, terlebih ketika memasuki musim liburan, maka sudah tentu jumlah
pengunjung mengalami peningkatan signifikan. Dengan alamat lengkap lokasi
bagi sobat blogger tuban ingin liburan di kota Solo atau pun justru domisili Solo
dan sekitar, maka jangan sampai lewatkan liburan di theme park Solo ini berada
di JL. Permata Raya Tegal Mulyo Rt 02 Rw 08, Pabean, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah dan kode pos 57169. Lokasi wisata
sangat dekat pusat kota Solo yakni berjarak kurang lebih 9 kilometer atau
memerlukan waktu tempuh 21 menit saja. Berikut peta navigasi mungkin dapat
membantu sobat dalam menemukan lokasi wisata.

63
Gambar III.1 Pintu Masuk
(sumber: Google Search)
Fasilitas The Heritage Palace

- Museum Transportasi
Dimana di wahana ini ditampilkan/dipamerkan koleksi mobil kuno-kuno
sewaktu pabrik gula dulu, mulai truk air, mobil truk pengangkut karyawann,
jeep, sedan, dan koleksi mobil lainnya yang mirip di Museum angkut.
Sebelum masuk ke wahana ini kalian juga bisa foto-foto ditaman atau
menikmati food court.

Gambar III.2 Museum Transportasi


(sumber: Google Search)

- Museum 3 Dimensi

64
Wahana ini merupakan wahana selfi atau fotografi dengan trik 3 dimensi
seakan-akan berada pada objek sebenarnya dengan panduan foto di
sampingnya, agar angle yang kita ambil pas. Konsep ini sama persis dengan
De Mata yang ada di Yogyakarta ketika saya berkunjung disana (lihat
ceritanya) tapi saya belum mencoba apakah gambarnya bisa bergerak
menggunakan AR (Augmented Reality) seperti di De Mata 2.

Gambar III.3 Museum 3 Dimensi


(sumber: Google Search)
- Omah Kwalik
Wahana salah satu ini juga sama persis namun tak beragam, dan lebih banyak
variannya di D’Walik Yogyakarta. Pengunjung akan dimanjakan berfoto
dengan seolah-olah kita terbalik, ya mungkin agar kita tidak terlalu jauh ke
D’Walik disini sudah bisa memberikan alternatif.

Gambar III.4Error! No text of specified style in


document.-20 Oma Kwalik
(sumber: Google Search)
- Outdoor Ala Bangunan Eropa

65
ini wahana yang mungkin disukai kalangan milenial yang hobi ber-swafoto
pas deh konsepnya. Walaupun tak seluas Museum Angkut tapi lao
dioptimalkan juga keren hasilnya. Biasa digunakan sebagai Pre Wedding.

Gambar III.5 Bangunan Kuno Eropa


(sumber: Google Search)
HargaTiket Masuk The Heritage Palace Solo

Memang sih ongkos masuk lokasi wisata tergolong mahal yakni tiap pengunjung
cuma foto outdoor saja cukup 25.000 dan dikenakan biaya sebesar Rp. 55.000
(Untuk musim liburan bisa sampai 75.000 untuk terusan). Cukup membayar tiket
sebesar itu, sobat sudah diperbolehkan memasuki seluruh wahana(museum
angkut Sukoharjo dan museum 3D) dan menggunakan fasilitas tersedia. Jika
membawa Drone, Tempat Pre-Wedding dengan harga berbeda lagi karena
digunakan sebagai komersil.

Jam Buka dan Rute Ke The Heritage Palace

66
Informasi seperti jam operasional buka tiap hari, weekday buka mulai pukul
10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Sedangkan weekend mulai buka pukul 09.00
WIB hingga 21.00 WIB. Rute wisata tergolong mudah dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar III.6 Dari Stasiun Purwosari


(sumber: Google Search)

Gambar III.7 Dari Bandara Adi Sumarmo


(sumber: Google Search)

(https://andhikanurafian.web.id/the-heritage-palace-wisata-konsep-ala-eropa-
hadir-di-solo/, n.d.)

67
2. Kompleks Wisata Heritage Kota Lama

Kota Lama adalah potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa
Tengah berasal. Kota Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan begitu saja dan tentu menghadirkan keunikan tersendiri.
Sebuah gradasi yang bisa dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan
hingga menciptakan gradasi yang menarik.Kota Lama Semarang atau yang
sering disebut Outstart atau Little Netherland adalah sebuah kota yang terdiri
dari gedung-gedung tua yang digunakan sejak zaman Belanda. Dahulu, yang
disebut Kota Lama hampir seluruh daerah di Semarang. seiring berjalannya
waktu, istilah Kota Lama terpusat pada daerah Sungai Berok hingga menuju
daerah Terboyo.Secara umum karakter bangunan di wilayah Kota Lama
mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700 -an. Hal ini
bisa dilihat dari bangunan khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya
Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-
kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal
ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat
Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal
mereka untuk dibangun di Semarang tempat baru mereka. Tentunya mereka
berusaha untuk membuat kawasan ini bagi komunitas mereka.Dari segi tata
kota, wilayah ini dibuat memusat dengan Gereja Blenduk dan kantor-kantor
pemerintahan sebagai pusatnya. Karena Gereja pada saat itu sebagai pusat
pemerintahan di Eropa adalah Gereja dan Gubernur. Gereja terlibat dalam
pemerintahan dan demikian pula sebaliknya.Bagaimanapun bentuknya dan
apapun fungsinya saat ini, Kota Lama merupakan aset yang berharga bila
dikemas dengan baik. Sebuah bentuk nyata sejarah Semarang dan sejarah
Indonesia pada umumnya.Kota Lama Semarang bagian dari Semarang yang
merupakan ibukota Jawa Tengah yang kerap sekali dilupakan, padahal dari segi
sejarah, dari tempat inilah bermula daerah yang dibangun pemerintahan
kolonial Hindia Belanda memang memusatkan pembangunan kota di pinggiran
dari pada pelabuhan.Bersadarkan sejarahnya, Kota Semarang memiliki suatu
kawasan yang ada pada sekitar abad ke-18 menjadi pusat perdagangan.

68
Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota Lama
(http;//id.wikipedia .org/wiki/kotalamasemarang).

Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan
itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur
perhubungan antara ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuatlah jalan
perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama
Jl. Letjend. Suprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini
adalah Jembantan Berok, yang disebut De Zuider Port.Jalur pengangkutan lewat
air sangat penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya sungai yang
mengelilingi kawasan ini yang dapat dilayari dari laut sampai dengan daerah
Sebandaran, kawasan Pecinan. Masa itu Hindia Belanda pernah menduduki
peringkat kedua sebagai penghasil gula seluruh dunia. Pada waktu itu sedang
terjadi tanam paksa (cultur Stelsel) diseluruh kawasan Hindia Belanda.Kawasan
Kota Lama Semarang disebut juga Outstradt. Luas kawasan ini sekitar 31
hektar. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah
dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota sendiri oleh karena itu
mendapat julukan “Little Netherland”. Kawasan Kota Lama Semarang ini
merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad
dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Ditempat ini ada sekitar
101 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah
Kolonialisme di Semarang.Kota Lama Semarang ini adalah daerah yang
bersejarah dengan banyaknya bangunan kuno yang dinilai sangat berpotensi

Gambar III.8 Wisata Heritage Kota Lama Semarang


(Sumber: https://tripjogja.co.id/kota-lama-
semarang/)

69
untuk dikembangkan dibidang kebudayaan ekonomi serta wilayah konservasi.

wisata Kota Semarang ini, ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan pengunjung :

• Mushola
• Toilet
• Tempat sampah
• Cafe-cafe unik
• Sepeda
• Penyewaan vespa
• Guide

Kota Lama Semarangbuka setiap hari dan juga 24 jam. Jadi, tidak ada
batasan waktu pengunjung mau kesini jam berapa. Kota Lama Semarang malam
hari malah lebih ramai dan mengasyikan, pada malam hari tempat ini dihiasi
pula dengan lampu-lampu lampion.

Adapun aktivitas dalam wisata ini sebagai berikut :

• Bersepeda mengelilingi Kota Lama


Di lokasi ini, menyediakan penyewaan sepeda untuk digowes mengelilingi
eksotisme Kota Lama ini. Jangan salah, untuk penyewaanya sudah berbasis
teknologi. Caranya, pengunjung harus mengunduh aplikasi Gowes di

70
Playstore, setelah itu ambil paket harganya sesuai yang dibutuhkan, lalu
pindai QR Code pada sepeda untuk membuka gembok.
• Berkeliling dengan vespa antic
Selain dengan sepeda, pengunjung juga bisa bersepeda menggunakan vespa
yang disewakan. Vespa yang disewakan pun dilengkapi dengan boncengan
samping. Tetapi, bisa juga hanya berfoto di atas vespa dengan memberikan
dana sukarela dan tidak digunakan berkeliling.
• Berfoto di tempat bersejarah
Bangunan-bangunan di Kota Lama Semarang ini merupakan tempat
bersejarah yang antik dan ada unsur mistisnya juga. Tetapi, sekarang di Kota
Lama ini tidak seseram dulu. Sekarang sudah ramai dikunjungi bahkan
sampai tengah malam.
Bagi yang hobi berfoto, lokasi ini sangat cocok untuk yang suka foto
bertema vintage dan instagramable.
Ada beberapa spot foto, seperti, jendela akar, Soesman’s Kantoor 1914,
Monod Diephuis& CO, Taman Sri Gunting, Gereja Blenduk, Semarang
Contemporary Art Gallery, Padangrani Antique Market, Dream Museum
Zone, Semarang Kreatif Galeri, Gedung Marba.
• Berkunjung di Pasar Sentiling
Untuk para pecinta barang antik, Pasar Sentiling wajib dikunjungi siapa tahu
ada barang yang disukai atau sekedar untuk spot berfoto. Letak Pasar
Sentiling berada di dekat Taman Sri Gunting.
• Bersantap nikmati di cafe unik
Di sekitar Kota Lama ini, ada cafe-cafe yang bertema jadul dan antik banget.
Jika lelah berkeliling tempat ini, Kamu bisa mampir ke cafe-café-nya.
Selain makanannya yang lezat dan menggiurkan lidah, cafe ini juga bisa
dijadikan spot foto yang lucu dan unik.

71
Gambar III.9 Wisata Kota Lama Semarang
(sumber: Google Search)

Gambar III.10 Wisata Kota Lama Semarang


(Sumber: Google Search)
3. Kampoeng Heritage Kajoetangan

Kampoeng heritage Kajoetangan Malang terletak di sekitar pusat Kota


Malang yaitu di Jalan Jend Basuki Rachmat Gg. VI, Kauman, Klojen. Sejak
resmi dibuka pada 22 April 2018, Kampoeng Kajoetangan ini ditetapkan
sebagai kawasan budaya (heritage) oleh pemerintah Kota Malang (Khakim,
2019). Kampoeng Kajoetangan masa kini menjadi salah satu kampoeng tematik

72
di Kota Malang karena potensi dan karakternya masih bisa ditelusuri sampai
dengan saat ini. Beberapa bangunan bahkan masih bisa diidentifikasi secara
jelas oleh pemiliknya yaitu terdapat Rumah Foto Galeri Antik, Rumah Jamu,
Galeri Pak Eko Antik, Galeri Pak Udin, lalu ada Masjid Tua dan Rumah
Punden. Di depan rumah Punden ada pertigaan kemudian belok kanan, di situ
terdapat Gubug Ningrat, Rumah Jacoeb, Rumah Kaca Mata dan Galeri Abbas
Akub. Ada banyak lagi fasilitas lainnya seperti Tangga 1000 Belanda, Pojok
Dolanan, Kuburan Tanduk, Rumah Mbah Ndut, Makam Eyang Honggo
Kusumo, Rumah Nyik Aisyah, Priambodo House of Kebaya, Rumah Tua,
Rumah Pak Sakirman, Rumah Rindu, Pintu Jengki, Rumah Penghulu, Rumah
Cerobong, Rumah Pak Hasan, Rumah Namsin, Pintu Rolak, Rumah Pijat dan
Rumah Kartini. (Khakim, 2019) Potensi tersebut menjadi daya tarik untuk
dikembangkan dalam kampoeng tematik sehingga identitas dari kampoeng
Kajoetangan tidak akan hilang.

Gambar III.11 Kampoeng Kajoetangan masa kini, 2020


(Sumber:

1. Elemen Tangile (Fisik)

Pada kampoeng Kajoetangan aspek tangible berhubungan dengan aspek


kesejarahan dan sisa peradapan masa lalu berupa bangunan pertokoan, makam
Eyang Honggo Kusumo, Pasar Krempyeng, saluran air, tangga seribu dan titik
lainnya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi di Kota Malang.
- Langgam hunian
Pada saat ini di kampoeng Kampoeng Kajoetangan masih dapat dilihat
peninggalan pada masa colonial dengan mengidentifikasi bentuk huniaannya
yang masih memiliki style arsitektur jengki. Sehingga pada saat ini

73
peninggalan tersebut sebagai bagian dari sejarah kota Malang yang masih
terawat dengan baik.

Gambar III.12 Hunian di kampoeng Kajoetangan yang menggunakan style jengki


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)

- Pasar Krempyeng
Pasar krempyeng Kota Malang ternyata memiliki cerita menarik yang
menjadi bagian sejarah perkembangan Kota Malang. Pasar Krempyeng atau
Pasar Talun ini diperkirakan dibangun bersamaan dengan pembangunan
beberapa pasar pembantu Kotapraja Malang yang dimulai tahun 1919,
melingkupi pembangunan Pasar Bunulrejo, Pasar Klojen, Pasar Kebalen, Pasar
Oro-Oro Dowo, Pasar Embong Brantas, dan Pasar Lowokwaru (Fathony, dkk.
2019). Namun, menurut versi lain keberadaan Pasar Krempyeng sudah ada
sejak jaman Mbah Honggo. Pasar berada di tengah kepadatan penduduk
Kajoetangan itu berlokasi di RW 01, kelurahan Kauman ini memiliki 3 los yang
menempati area kurang lebih 50 x 30meter persegi, terdiri dari 40 bedak.

74
Gambar III.13 Pasar Krempyeng
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Makam Mbah Honggo Koesoemo
Sedangkan dari aspek budaya dan religi tidak lepas dari peran mbah Honggo
atau Pangeran Honggo Koesoemo sebagai tokoh penyebar agama Islam di
Talun. Mbah Honggo adalah guru rohani keluarga Bupati Malang yang
pertama. Mbah Honggo dan makam disampingnya yaitu Pangeran Soero
Adimerto atau Ki Ageng Peroet merupakah keturunan langsung dari
Majapahit.

Gambar III.14 Makam Mbah Honggo


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Tangga Dorowati
Tangga Dorowati merupakan salah satu daya tarik di kampoeng Heritage.
Para wisatawan menyebutnya tangga 1000 karena jumlah anak tangga yang
banyak dan curam. Tangga ini bisa diakses wisata dari arah Barat yaitu Jl
Dorowati.

75
Gambar III.15 Tangga Dorowati di Kampoeng Kajoetangan
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Saluran drainase peninggalan Belanda
Wilayah Talun dibelah sungai kecil yang kemungkinan sungai ini
merupakan saluran drainase primer, yang pernah direvitalisasi pada masa
kolonial. Alirannya mulai dari ujung timur Oro-oro Dowo hingga bermuara di
Kali Kasin. Saluran drainase ini memiliki aliran yang lurus dengan arah Utara-
Selatan.

76
Gambar III.16 Saluran drainase peninggalan Belanda
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Café dan gallery tematik
Kegitan ekonomi warga juga didukung oleh warga dengan memanfaatkan
rumah mereka yang memiliki tema arsitetur colonial. Ruamh trsebut disulap
menjadi gallery yang menjual barang-barang antic sekaligus juga menyediaan
café untuk pengunjung yang akan ngopi menikmati suasana kampoeng tematik.

Gambar III.17 Café dan gallery tematik


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Ruang social
Ruang public menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kawasan
kampoeng padat penduduk. Ruang public menjadi ruang social yang juga
menjadi pusat kegiatan warga. Ruang public yang mendominasi pada
kampoeng Kajoetangan berupa gang. Gang menjadi area sirkulasi sekaligus
ruang social dan utilitas. Keterbatasan ruang terbuka di kampoeng padat

77
penduduk menjadikan gang sebagai satu-satunya ruang public yang dapat
mewadahi aktivitas social warga.

Gambar Hunian di kampoeng Kajoetangan yang menggunakan style jengki


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Kampoeng padat penduduk

Kampoeng Kajoetangan merupakan kampoeng padat penduduk yang lokasi


tepat dijantung Kota Malang. Karakter kampoeng padat penduduk pada
umumnya sama dengan karakter kampoeng Kajoetangan yaitu minimnya
ketersediaan ruang public dan minimnya fasilitas umum. Akses masuk utama
pada kampoeng Kajoetangan melalui gang-gang kecil yang hanya bisa diakses
dengan sepeda motor dan pejalan kaki. Ruang public yang tersedia hanya
berupa gang, sehingga gang digunakan sebagai jalur sirkulasi, social dan
utilitas.

Gambar III.17 Kampoeng Kayoetangan kampung padat penduduk


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)

78
- Mural
Mural menjadi salah satu daya tarik dari kampoeng heritage Kajoetangan.
Keberadaan mural menjadi obyek fotografi para pengumjung. Tema mural
yang idpilihi disesuaikan dengan tema tempo doloe kota Malang.

Gambar III.18 Mural di Kampoeng Kayoetangan


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
2. Elemen Intangible (Non Fisik)
- Aspek budaya dan religi

Sedangkan dari aspek budaya dan religi tidak lepas dari peran mbah Honggo
atau Pangeran Honggo Koesoemo sebagai tokoh penyebar agama Islam di
Talun. Mbah Honggo adalah guru rohani keluarga Bupati Malang yang
pertama. Mbah Honggo dan makam disampingnya yaitu Pangeran Soero
Adimerto atau Ki Ageng Peroet merupakah keturunan langsung dari
Majapahit. Kegiatan nyekar merupakan kegiatan yang sering ditemui di
makam Mbah honggo. Karena mbah Honggo merupakan sesepuh di daerah
tersebut, sehingga peziarah tidak hanya berasal dari lokasi sekitar tetapi juga
luar kampoeng heritage.
Selain kegiatan ziarah kegiatan bersih kampoeng juga biasanya
dilaksanakan di makam Mbah Honggo Kusumo yang juga dihadiri oleh banyak
orang. Kegiatan bersih kampoeng yaitu kegiatan tahunan yang memang
bertujuan untuk memberi keselamatan semua warga kampoeng.

79
Gambar III.19 Kegiatan ziarah di makam Mbah Honggo dan bersih
kampoeng di Kampoeng Kajoetangan
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Kegiatan social kampoeng kota
Karakter kampoeng kota yang erat kaitnanya dengan kondisi social. Aspek
social tersebut meliputi hubungan antar warga, dan kondisi ruang public yang
mendukung kegiatan tersebut. Kampoeng Kajoetangan menrupakan kawasan
padat penduduk di tengah kota, sehingga karakter masyarakatnya masih sangat
menjunjung tinggi nilai kegotongroyongan. Ruang public banyak tersedia di
kampoeng tersebut, gang menjadi ruang public multifungsi karena sebagian
besar kegiatan warga dilakukan di ruang public.

Gambar III.20 Kegiatan warga dalam kegiatan social


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
Kampoeng Heritage Kajoetangan saat ini menjadi kampoeng tematik tidak
lepas dari campur tangan warga setempat melalui Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS). Kelompok tersebut merupakan perwakilan warga yang
menjadi jembatan dalam diskusi antara Pemkot Malang dengan warga.
Sehingga warga ikut dilibatkan dalam.

80
- Kegiatan wisata
Gambar III.21 Kegiatan POKDARWIS
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
Kampoeng Kajoetangan merupakan salah satu kampoeng tematik di Kota
Malang, sehingga banyak wisatwan lokal dan asing yang berkunjung. Kegiatan
yang sering dilakukan oleh wisatawan yaitu menelusuri sejarah kampoeng
Kajoetangan dengan melihat sekaligu memotret rumah-rumah style jengki,
wisatawan juga biasanya melakukan wisata belanja dengan membeli kerajinan
khas kampoeng Kajoetangan, menikmati hidangan yang dijual warga setempat
sekaligus berzirah pada makam mbah Honggo.

Gambar III.21 Kegiatan Wisatawan


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)

- Kegiatan budaya

81
Pada kampoeng Kajoetangan kegiatan yang berhubungan dengan
kebudayaan masih sering ditemukan. Seni keroncong dan seni tari masih sering
melakukan pertunjukan. Pertunjuan ini merupakan bagian dari agenda wisata
kampoeng Kajoetangan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di pasar
krempyeng, wisatawan bisa berbelanja sekaligus menikmati pertnjukan
tersebut.

Gambar III.22 Kegiatan Budaya


(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Kegiatan ekonomi
Karakter kampoeng kota yaitu banyak hadir kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh warganya. Kegiatan ekonomi yaitu dengan memanfaatkan
hunian sekaligus sebagai tempat untuk berjualan. Sehingga keberadaan toko
ataupun tempat makan banyak ditemui di kampoeng tersebut.

82
Gambar III.23 Kegiatan Ekonomi Warga
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)

83

Anda mungkin juga menyukai