PENDEKATAN HERITAGE
TUGAS AKHIR
ACUAN PERANCANGAN
Karya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana dari
Universitas Fajar
Oleh :
Ayu Deviyanti Bachtiar
NIM : 1520321044
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, Maha pengasih maha penyang,
atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih diberikan
kekuatan dan kesehatan dalam menjalankan aktivitas dalam keseharian kita.
Shalawat serta salam tak lupa selalu kita haturkan kepada Nabiullah Muhammad
SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang
penuh kesesatan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan
kedamaian.
Atas rahmat yang besar dari Allah SWT yang selalu penulis syukuri karena
dengan kehendak-Nya, taufiq dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Acuan perancangan tugas akhir ini sebagai persyaratan untuk ujian
sarjana pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Fajar. Adapun
judul acuan perancangan ini adalah “PENGEMBANGAN WISATA BENTENG
KERATON BUTON DENGAN PENDEKATAN HERITAGE” dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa syukur atas dorongan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak sampai penyelesaian acuan perancangan
ini penulis dengan rasa hormat berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada yang tercinta kedua orang tuaku Yani Bahtiar dan Sitti Nurbaya
Sampeali., S.H., kakak saya Muh. Ayub Saputra., S.T. atas cinta dan
pengorbanannya baik materi maupun non materi. Serta keluarga besar H.
Amin Rahman Sampeali, Keluarga Besar Bachtiar Fathul Mu’in,
Keluarga Besar Andi Nohong yang senantiasa memberikan dukungan.
2. Ibunda Meldawati Artayani ST.,MT Ketua Program Studi Arsitektur
Universitas Fajar Makassar, yang banyak memberikan pengarahan,
petunjuk, motivasi dan solusi dari hari pertama masuk kampus hingga
menyelesaikan acuan peerancangan ini.
3. Segenap Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Fajar diantaranya Bapak
Yusri ST.,MT, Ibu Suhartina ST.,MT, Bapak Ir.Abdul Sofyan MT, Bapak
Amrullah Amir Undhu ST.,MT, Bapak M. Lottong Makarakka, ST.,
iii
Mmre. Bapak Safruddin Judda ST.,MT, Ibu Nurul Istiqamah Ua., ST.,
M.Sc, Bapak Arsyil Datau,ST.,MT., Ibu Hildayanti ST.,MT, Ibu Dr.Erniati
Bachtiar ST.,MT, Ibu Zaryanti ST.,MT, dan dosen-dosen yang tak sempat
saya sembutkan namanya. Yang mana telah mendidik saya selama perkuliahan
di Universitas Fajar tanpa mereka saya tidak akan sampai ditahap ini.
4. Staf dan karyawan Fakultas Teknik atas bantuannya selama ini.
5. Segenap pengurus Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Fajar Periode 2019/2020 (DPM FT-UNIFA) beserta seluruh
Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Fajar (KBMFT-
UNIFA) yang telah banyak memberikan motivasi, ilmu dan pengalaman yang
sangat berharga.
6. Seluruh anggota PANIK UNIFA yang telah memberikan saya ilmu serta rasa
kekeluargaan yang tiada akhir, atas kasih dan sayang yang tela diberikan saya
ucapkan rasa syukur kepada Alla SWT tela mempertemukan keluarga yang
sangat hangat, terima kasih keluarga besar PANIK UNIFA.
7. Segenap pengurus Badan Eksekutif Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Fajar (BE HMA FT-UNIFA) Periode
2017/2018, beserta seluruh keluarga besar Arsitektur Universitas Fajar yang
telah banyak memberikan motivasi, ilmu dan pengalaman yang sangat
berharga.
8. Sahabat tercinta Ummi Salmah yang telah memberi dukungan serta bantuan
yang sangat berarti dalam penyusunan Tugas Akhir ini, saya mengucapkan
banyak terima kasih.
9. Teman-teman seperjuanganku Angkatan 2015 Fakultas Teknik Universitas
Fajar (TW15TER) terima kasih kebersamaan yang kita lalui dan saling
berbagai dalam hal apapun dan juga bantuan Doa’nya.
10. Saudara-saudara seperjuangan Arcskal15 (Arsitektur Angkatan 2015) terima
kasih atas kebersamaan, kekompakan, kekonyolan, yang kita lalui selama dari
maba sampai saat ini tanpa adanya rasa jaim dan canggung, dan saling
megingatkan dan saling berbagai dalam hal apapun dan juga bantuan Doa’nya,
semoga kita tetap bisa melakukan banyak hal Bersama-sama.
iv
11. Dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih
karena pernah hadir dan mewarnai hidup saya, dan membuat saya mempelajari
banyak hal sehingga saya bisa menyelesaikan acuan perencanaan tugas akhir
ini.
Acuan perancangan tugas akhir ini merupakan hasil kerja keras penulis yang
dikerjakan maksimal namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan ini. Sekiranya acuan perancangan ini dapat berguna, memotivasi
bagi setiap yang membacanya terlebih bila digunakan sebaik-baiknya dalam
pengembangan kota dan sebagainya. Penulis sangat mengharapkan semua saran,
kritik dan koreksi untuk membangun pengetahuan kita semua. Saya ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan
Makassar, 19 Februari 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
I.2 Masalah Perancangan ............................................................................ 4
I.3 Tujuan Perancangan .............................................................................. 4
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan ....................................................... 4
I.5 Metode Perancangan .............................................................................. 5
I.6 Kerangka Berfikir ................................................................................... 6
I.7 Sistematika Perancangan ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................ 8
II.1. Tinjauan Kawasan Benteng Keraton Buton ........................................ 8
II.1.1. Identitas dan Kondisi Benteng Keraton Buton ............................ 8
II.1.2. Asal Usul dan Fungsi Benteng Keraton Buton ........................... 10
II.1.3. Aspek-aspek masalah Benteng Keraton Buton .......................... 11
II.1.4. Aktivitas Benteng Keraton Buton ............................................... 15
II.1.5. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam pelestarian Benteng
Keraton Buton ............................................................................................. 16
II.1.6. Benteng Keraton sebagai Desa Wisata di Kota BauBau ........... 16
II.1.7. Studi Banding Benteng Keraton .................................................. 18
II.2. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan ............................................. 30
II.2.1. Kondisi Geografis dan Administratif .......................................... 31
II.2.2. Kependudukan .............................................................................. 33
II.2.3. Fasilitas Umum .............................................................................. 35
II.3. Kondisi Fisik .......................................................................................... 37
II.3.1.Topografi dan Kelerengan ................................................................... 37
II.3.2.Kemiringan ............................................................................................ 40
II.3.3.Klimatologi (Iklim) ............................................................................... 40
II.4. Sejarah dan Budaya Kota BauBau ..................................................... 40
II.4.1.Sejarah Kota Bau Bau .......................................................................... 40
vi
II.4.2.Arti Bau Bau.......................................................................................... 41
II.5. Tinjauan Umum Lokasi ....................................................................... 42
II.5.1. Eksisting Tapak ............................................................................... 42
II.5.2. Tata Guna Lahan (Land Use) .......................................................... 43
II.5.3. Tata Bangunan ................................................................................ 46
II.5.4. Bentuk dan Massa Bangunan .......................................................... 48
II.5.5. Sirkulasi dan Parkir ......................................................................... 49
II.5.6. Ruang Terbuka ................................................................................ 51
II.5.7. Penanda ........................................................................................... 52
II.5.8. Pendukung Aktivitas ....................................................................... 53
II.5.9. Preservasi ........................................................................................ 55
BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA ............................................................. 57
III.1 Pengertian Heritage .............................................................................. 57
III.1.1. Ciri-ciri Heritage ........................................................................... 58
III.2 Heritage Kota Bau Bau ........................................................................ 61
III.3 Heritage dalam Arsitektur ................................................................... 62
III.4 Studi Banding Tema Heritage ............................................................. 63
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
dunia. Sejak lama disadari bahwa benteng ini merupakan budaya memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk struktur ruang pemukiman di sekitarnya
yaitu masyarakat yang mengikuti budaya hingga mampu membangun bangunan
yang menganut budaya Buton. Kebudayaan mempunyai fungsi yang yang besar
bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus di hadapi manusia
dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu, manusia dan
masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun material.
Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri (Dewi Susanti, 2017).
Benteng Keraton Buton yang terletak di perbukitan adalah titik awal
bermulanya pertumbuhan Kota Baubau yang kemudian bergeser ke arah pesisir
(Sudjiton, et. al: 2010). Pada tahun 1996 hingga tahun 2011 Pertumbuhan penduduk
dan pemekaran wilayah menjadi penyebab perkembangan Kota Baubau yang
mendorong arah perkembangan kembali ke arah perbukitan (Syarif dan Setiawan,
2013).
Permukiman di kawasan benteng keraton di latar belakangi oleh potensi
budaya dan adat istiadat serta permukiman tradisionalnya yang masih tetap terjaga,
yang dapat di kembangkan lebih jauh. Keraton sebagai pusat kekuasaan telah
menjadi peletak dasar struktur kekuasaan yang kuat dan mendorong terbentuknya
permukiman penduduk untuk menetap di kompleks itu.
Pemerintah Kota Bau-Bau telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Bau-
Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng Keraton sebagai Kawasan
Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya pelestarian kawasan Benteng Keraton
Buton.
Pada kenyataannya, peraturan yang terdapat dalam area kompleks tersebut
tidak berjalan efektif, hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya
pelanggaran yang terjadi di kawasan tersebut. Salah satu pelanggaran yang terjadi
adalah semakin banyaknya bangunan rumah yang tidak bercirikan arsitektur lokal
Buton. Hal ini, tentu menjadi potensi ancaman terhadap kelestarian Kompleks
Benteng Keraton Buton. Berangkat dari hal tersebut di atas, diperlukan tindakan
2
dan langkah-langkah yang menjamin kelestaraian Kompleks Benteng Keraton
Buton untuk kepentingan masa yang akan datang. (Dewi Susanti, 2017)
Upaya untuk melakukan pelestarian kawasan Benteng Keraton Buton, akan
dilaksanakan sesuai dengan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang No. 11
tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian merupakan upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilai yang terkandung
didalamnya, dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Berdasarkan amanah Undang-Undang dan berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan mengenai kondisi kawasan Benteng Keraton Buton yang cukup tinggi
potensi ancamannya. Saat ini, Benteng Keraton Buton mengalami kerusakan pada
bagian dinding benteng karena daya rekat antar batu telah berkurang. Selain itu,
dalam kawasan Benteng ini banyak terjadi perubahan baik pada bangunan maupun
pada lingkunganya. Perubahan yang terjadi tersebut, memberikan dampak yang
negatif terhadap kawasan Benteng Keraton Buton, maka perlu segera dipikirkan
untuk upaya penanganannya.
Kawasan Benteng Keraton Buton merupakan kawasan yang memiliki nilai
historis yang tinggi. letaknya yang berada dekat dengan pusat Kota Baubau dan
pergeseran perkembangan kota yang mengarah ke perbukitan, dapat membawa
ancaman bagi keberadaan Benteng Keraton Buton. Keberadaan permukiman
Kelurahan Baadia, pemindahan Rumah Sakit dan Kantor Walikota di sekitar
Benteng keraton Buton menjadikan salah satu jalan di dalam kawasan benteng
sebagai jalur penghubung dan akses utama masyarakat. Sebelumnya pernah
dilakukan pelebaran salah satu gerbang benteng yang merupakan salah satu elemen
citra agar dapat dilalui kendaraan, pelebaran dan pengaspalan jalan, serta mulai
terjadi kerusakan pada bagian dinding benteng baik disebabkan karena alam dan
ulah manusia. (Planning for Urban Region and Environment Volume 4, Nomor 3,
Juli 2015)
Pemerintah Kota Bau-Bau telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Bau-
Bau No. 105 tahun 2003 tentang Penetapan Benteng Keraton sebagai Kawasan
Khusus Kota Bau-Bau yang mengatur upaya pelestarian kawasan Benteng Keraton
Buton.
3
Tahap pengolahan data yang telah dikumpulkan maka dipandang perlu untuk
mengatasi masalah-masalah dari isu untuk Pengembangan Wisata Benteng Keraton
Buton dengan pendekatan Heritage berbasis budaya dengan fokus pada acuan
perancangan redesain kawasan.
I.2 Masalah Perancangan
Bagaimana membuat acuan perancangan untuk proses redesain kawasan
Benteng Keraton Buton dengan pendekatan Arsitektur Heritage?
I.3 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk merancang kawasan Benteng Keraton Buton Kelurahan Melai
berdasarkan aturan undang-undang yang telah ditetapkan.
2. Membuat rancangan untuk mengatasi isu-isu/masalah yang terjadi pada
Benteng Keraton Buton
3. Agar pemerintah Kota Bau-Bau bisa mempertimbangkan rancangan
yang disusun
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Membuat zonasi pada kawasan Benteng Keraton Buton. Hal ini tercantum
dalam Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 26 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya yang mencantumkan bahwa zonasi
adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan
Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan. Tujuan yang ingin
dicapai yaitu agar dapat mengatur peruntukan dan fungsi lahan yang
ditujukan untuk pelestarian Kompleks Benteng Keraton Buton, beserta
tinggalan budayanya baik yang intangible maupun tangible. Zonasi
merupakan sistem penataan ruang dalam situs atau kawasan cagar budaya
yang meliputi penentuan batas-batas keruangan dan fungsi masing-
masing ruang. Pasal 72 mengatur mengenai penetapan batas-batas
keluasan dan pemanfaatan ruang dalam situs dan kawasan berdasarkan
kajian Pasal 73 Ayat (3), zonasi dapat terdiri dari: a. zona inti, b. zona
penyangga, c. zona pengembangan, dan/atau d. zona penunjang. Selain
itu dalam pasal yang sama pada ayat (4) dijelaskan bahwa penetapan luas,
4
tata letak, dan fungsi zona ditentukan berdasarkan hasil kajian dengan
mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat.
- Zona inti, Sesuai dengan peruntukannya zona inti diperuntukkan
sebagai area utama sebuah situs guna kepentingan pelindungan dalam
rangka pelestarian Situs Benteng Keraton Buton. Selanjutnya zona
inti tersebut dibagi lagi kedalam dua zona yaitu zona inti I, yang
diperuntukkan sebagai area pelindungan utama untuk menjaga bagian
terpenting Cagar Budaya. Zona Inti II, merupakan bagian dari area
pelindungan yang diperuntukkan untuk menjaga bagian terpenting
cagar budaya.
5
3. Studi banding, untuk melakukan perbandingan objek yang dirancang
dengan suatu lokasi yang menyerupai perancangan yang sedang di
rancang untuk mendapatkan beberapa referensi atau ide-ide baru yang
inovatif untuk perencanaan yang akan dilakukan
4. Melakukan survey tingkat lanjutan merupakan hasil perancangan atau
data-data yang dikumpul untuk dipastikan kembali degan cara menemui
beberapa warga setempat serta menemui pemerintah setempat untuk
mengumpulkan data yang real.
I.6 Kerangka Berfikir
6
2. BAB II TINJUAN UMUM PERANCANGAN Merupakan tinjauan
umum tentang cagar budaya, tinjauan umum studi banding kawasan,
disertai kesimpulan studi banding, gambaran umum Kota Bau Bau,
Sejarah dan Budaya Benteng Keraton Buton serta eksisting lokasi
perancangan.
3. BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA Merupakan pembahasan definisi,
teori, penerapan pendekatan Heritage dan studi banding dengan tema
sejenis, disertai kesimpulan studi banding.
7
BAB II
8
dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara
pengamat. 12 Nama lawa di antaranya: Lawana Rakia, Lawana Lanto,
Lawana Labunta, Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete,
Lawana Kalau, Lawana Wajo atau Bariya, Lawana Burukene atau
Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana Gundu-
gundu.
Ketiga, Baluara. Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer
yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan
pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin
(Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan 'godo' (gudang). Dari
16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara
tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan
mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan
dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai
dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada. Nama kampung
tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton. 16
Nama Baluara, yaitu: Baluarana Gama, Baluarana Litao, Baluarana
Barangkatopa, Baluarana Wandailolo, Baluarana Baluwu, Baluarana Dete,
Baluarana Kalau, Baluarana Godona Oba, Baluarana Wajo/ Bariya,
Baluarana Tanailandu, Baluarana Melai/ Baau, Baluarana Godona Batu,
Baluarana Lantongau, Baluarana Gundu-gundu, Baluarana Siompu dan
Baluarana Rakia.
Selain bisa menyaksikan benteng yang kokoh berdiri di sepanjang
perbukitan Wolio dan indahnya pemandangan kota Bau-Bau dari
ketinggian, di sini kita bisa merasakan kentalnya nuansa islami dengan
adanya Masjid Agung Keraton Buton. Masjid berlantaikan marmer yang
berukuran kurang lebih 40 m2 ini dibangun pada tahun 1712 dan menjadi
masjid tertua di Sulawesi Tenggara. Dibangun pada masa kesultanan Sultan
Sakiuddin Durul Alam, juga menjadi lambang kejayaan Islam pada masa
itu. Karena banyaknya objek wisata yang ada di sini, maka tidak cukup satu
hari untuk menjelajahi seluruh kawasan Benteng Keraton Buton.
9
Bukan hanya sejarah kesultanan Buton saja yang bisa kita dapatkan di
sini, para pengunjung dapat menikmati indahnya Kota Bau-Bau dari
ketinggian. [Rizal/IndonesiaKaya].
10
peradaban Buton antara lain meriam-meriam dengan berbagai ukuran jangkar
maupun arsitektur bangunannya. Sebagai pusat Kerajaan/Kesultanan Buton
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dibangunlah
sebuah benteng yang terbuat dari batu yang dikerjakan oleh rakyat secara
gotong royong. Benteng itu dikenal dengan nama Benteng " Keraton" yang
mempunyai 13 Lawa dan yang menghitung 12 lawa sebagaimana yang tidak
tampak sekarang adalah lawana kampebuni (pintu gerbang) dan 16 Baluara
(Kubu pertahanan).
(https://bppiindonesianheritagetrust.org/direktori_view.php?p=14, n.d.)
1. Aspek Fisik
11
Gambar Error! No text of specified style in document.-1I.2 area benteng degan
hewan-hewan ternak warga setempat (survey langsung, 2019)
- Pertumbuhan penduduk
12
Gambar Error! No text of specified style in document.-2.3 Rumah Huni di
Area wisata Benteng Keraton Buton (survey langsung, 2019)
13
makam leluhur serta sekitar dinding-dinding benteng keraton.
Pandangan seseorang jika baru mengungjungi benteng keraton yang
hampir mayoritas dipenuhi rumah-rumah warga yang secara tidak
langsung akan dipandang berubah menjadi fungsi sebagai cagar
budaya bahkan melihat beberapa wilayah yang sangat tidak baik
yaitu tumpukan sampah dipinggir jalan tsnps wadah (bak sampah)
bahkan sekitar salah satu makam pahlawan seperti gambar di bawah
ini:
14
5. Aspek Pokok Pariwisata
6. Aspek Aksesibilitas
Akses atau jalan transportasi area benteng keraton buton cukup bagus
untuk transportasi roda dua dan juga roda empat. Namun jika
kendaraan selalu melewati akses sekitara benteng mugkin terlalu
banyak polusi sehingga merusak ruang terbuka hijau yang terdapat di
sekitaran benteng.
15
masjid tersebut. Biasanya, pada hari raya sangat banyak pengunjung
wisata ini karena banyaknya pedagang kaki lima menjual di lapangan
benteng keraton.
16
pemandangan karena material benteng yang sangat indah saat mengambil
gambar ataupn duduk sambal menikmati pemandangan kota Bau Bau.
Berikut ini adalah gambar atau letak benteng yang mengelilingi
17
Dengan adanya benteng sesuai gambar diatas, maka desa ini dapat
dikatakan sebagai desa wisata agar lebih menarik perhatian masyarakat
luar ataupun dalam kota BauBau untuk mengunjungi wisata ini. Tanpa
dikatakan sebagai desa wisata namun Beteng Keraton ini adalah icon
Kota BauBau. Sebagian pengunjung kota Baubau jika belum
menginjakkan kaki ke Benteng Keraton itu artinya belum menginjak
Kota BauBau yang sesungguhnya. Maka perlu adanya benteng keraton
ini dikembangkan dengan julukan Desa Wisata agar pengunjung dapat
melihat betapa indahnya peninggalan leluhur suku Buton dengan
perkembangan zaman yang pesat masih terjaganya Beteng Keraton ini
sebagai cagar budaya kota tingkat nasional. Desa wisata ini dapat
menjadi daya tarik untuk perkembangan Kota BauBau yang memiliki
wisata di tengah kota yang mudah di akses oleh pengunjung baik dari
dalam kota maupun pendatang dari luar kota.
II.1.7. Studi Banding Benteng Keraton
18
Benteng Somba Opu adalah salah satu wisata sejarah di Sulawesi
Selatan. Benteng ini merupakan komplek wisata di bawah naungan
dinas pariwisata Pemda Kabupaten Gowa. Kawasan ini terletak di
Jalan Dg Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan
Barombong.
Jarak benteng ini dari pusat kota makassar sekitar 15 menit, sayangnya
tidak ada akses transportasi publik yang menuju ke lokasi ini. Untuk
mengakses daerah adalah dengan menggunakan jasa supir atau taksi.
Kawasan ini cukup terkenal terlebih setelah dibangun Gowa
Discovery Park yaitu taman wisata dan taman burung milik Pemda
Gowa.
19
Budayawan berkembangsaan Inggris, Wallace mengatakan bahwa
salah satu benteng yang paling sulit ditaklukan di Nusantara adalah
Benteng Somba Opu.
20
Pada masa kejayaannya, Benteng ini pernah menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah yang menyatukan pembeli dari bangsa
Eropa dan barang dagangan dari kawasan Indonesia timur. Pada tahun
1669, benteng Somba Opu diluluh lantahkan oleh VOC milik kerajaan
Belanda. Kondisinya diperparah dengan hempasan ombak pasang.
Pada tahun 1980 benteng ini ditemukan oleh beberapa sejarawan dan
arkeolog kemudian 10 tahun kemudian diadakan pemugaran dan
rekonstruksi.
21
2. Benteng Fort Rotterdam
22
adalah benteng Fort Rotterdam. Hingga saat ini, keaslian benteng
masih terpelihara.
Lokasi benteng mudah dijangkau karena terletak di dalam kota
Makassar, tepatnya berada di depan pelabuhan laut kota Makassar.
Jaraknya sekitar dua kilometer dari Pantai Losari. Dengan gaya
arsitektur era 1600-an, benteng ini terlihat mencolok dari bangunan
disekitarnya sehingga mudah dikenali. Temboknya memiliki
ketebalan hampir dua meter, berwarna hitam, dan terlihat kokoh
menjulang setinggi hampir lima meter. Pintu utama benteng
berukuran kecil. Jika dilihat dari ketinggian, bentuk benteng
menyerupai penyu yang sedang menuju pantai.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545, oleh Raja Gowa X, yaitu
Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng
Tunipalanga Ulaweng. Seperti halnya arsitektur benteng yang
bergaya Portugis, benteng ini berbentuk segi empat, dan berbahan
dasar campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada
masa pemerintahan Raja Gowa XIV, tembok benteng kemudian
diganti menjadi batu padas berwarna hitam.
Pada masa penjajahan Belanda, sebagian benteng ini pernah porak-
poranda akibat pecahnya perang antara armada perang VOC yang
dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon
Speelman dengan Kesultanan Gowa sejak tahun 1666. Penyerangan
itu sendiri bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan rempah-
rempah dan sekaligus memperluas daerah kekuasaan Belanda.
Setelah menggempur Kesultanan Gowa selama setahun lebih,
pasukan perang pimpinan Speelman berhasil menang dan memaksa
Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada
tanggal 18 November 1667.
Bagian benteng yang hancur kembali dibangun oleh Gubernur
Jenderal Speelman tapi disesuaikan dengan gaya arsitektur Belanda.
Benteng yang tadinya berbentuk persegi empat dan memiliki empat
23
bastion, ditambah lagi dengan satu bastion di sebelah barat. Bastion
adalah bangunan kokoh yang ditempatkan lebih tinggi di setiap
sudut benteng dan di atasnya ditempatkan kanon atau meriam.
Nama benteng kemudian diubah menjadi Fort Roterdam, sesuai
dengan tempat kelahiran Speelman. Dan saat itu, benteng Fort
Rotterdam difungsikan sebagai pusat perdagangan dan gudang hasil
bumi serta rempah-rempah, sekaligus menjadi pusat pemerintahan
Belanda di wilayah Timur Nusantara.
Tidak perlu membayangkan suasana seram dan angker saat akan
mengunjungi benteng tua ini karena tempat bersejarah ini bukanlah
tempat yang kosong melompong. Benteng ini digunakan pemerintah
setempat sebagai Pusat Kebudayaan Makassar dan difungsikan
sebagai perkantoran sehingga membuat lingkungan benteng
menjadi bersih, rapi, dan terawat.
Selain dapat melihat-lihat benteng secara gratis, pengunjung juga
bisa mendatangi Museum La Galigo dan juga melihat ruangan
sempit tempat Pangeran Diponegoro ditahan setelah ditangkap
Belanda di Jawa. [Tim Indonesia Exploride/IndonesiaKaya ]
3. Benteng Marlborough
24
Benteng Marlborough terletak di tepian laut dengan struktur bangunannya
yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat lengkap. Struktur bangunan
inilah yang membuat benteng ini menjadi istimewa. Denah benteng seperti
kura-kura. Dinding bangunan terbuat dari bata dengan tebal rata-rata 1 m.
Lantainya dari ubin, batu karang, dan atap berupa genteng. Pintu gerbang
dan pintu ruangan terbuat dari kayu berengsel besi. Beberapa ruangan
berfungsi sebagai ruang tahanan, gudang senjata, dan kantor. Bagian tengah
benteng merupakan halaman luas dan terbuka. Benteng berbentuk segi
empat ini memiliki bastion atau gedung jaga di keempat sudutnya. Bastion
ini berbentuk segi lima yang dikelilingi oleh tembok yang dilengkapi
dengan celah intai berbentuk segitiga. Selain itu benteng juga pernah
memiliki terowongan bawah tanah yang berfungsi sebagai penghubung ke
luar. Terowongan ini menuju ke Pantai Panjang, Tapak Padri, dan Gedung
Daerah (Istana Gubernur) yang kini tertutup karena tidak terpelihara.
Pembangunan benteng ini memakan waktu selama lima tahun. Benteng ini
tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan EIC untuk menghadapai ancaman
VOC, namun juga sebagai tempat yang berfungsi menjadi pusat
pemukiman. Di pertengahan abad ke-18, beberapa bangunan tambahan
25
untuk gudang senjata di bangun dalam benteng. Benteng juga mengalami
perluasan karena pembangunan pemukiman.
26
Kemudian pada tahun 1803, Benteng Marlborough berubah fungsi menjadi
tempat penyimpanan rempah-rempah EIC yang berasal dari seluruh Hindia
Timur. Di bawah kekuasaan Belanda, Benteng Marlborough tidak lagi
menjadi pusat pertahanan militer seperti saat berada di bawah EIC. Belanda
juga sempat merenovasi beberapa bagian benteng ini dengan tidak merubah
bentuk benteng. Hingga tahun 1942, benteng ini digunakan oleh Polisi
Belanda sebagai markas. Setelah kedatangan Jepang, benteng ini digunakan
sebagai basis pertahanan. Setelah Indonesia merdeka, benteng ini digunakan
polisi Republik Indonesia dan sebagai tempat pertahanan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1977 hingga tahun 1978 dilakukan permulaan pemugaran pada
benteng ini. Pemugaran itu diantaranya pembuatan werkit dan pembersihan
sekeliling Benteng Marlborough. Tahun 1978 hingga 1979 pemugaran
benteng secara fisik pada bagian yang rusak. Tahun 1979 hingga 1982
dilakukan pemugaran dan pemeliharaan yang dipusatkan paga bagian kura-
kura yang mengalami kerusakan. Pada tahun 1982 hingga tahun 1983
dilakukan pembongkaran tembok pengaman jembatan depan yang sudah
rusak. Pada tahun 1983 hingga 1984 merupakan pelaksanaan tahap akhir
pemugaran benteng. Pada pemugaran ini dilakukan pembongkaran gedung
kantor berkas Kodim pembuatan kosen jendela dan pintu dan hal lainnya.
Benteng Marlborough kini menjadi salah satu tujuan wisata Kota Bengkulu.
Keadaan benteng ini masih cukup baik dan terawat. Namun, tedapat jamur
pada benteng yang menyebabkan pengelupasan permukaan dinding dan
lantai, lembab, dan penggaraman. Benteng dikelilingi pemukiman yang
padat yaitu kawasan pecinan dan kawasan pariwisata. (Sistem Registrasi
Nasional Cagar Budaya, 2014)
27
Benteng Somba • Lokasinya berada di Usulan untuk benteng
Opu Sulawesi Selatan yaitu ini alangkah baiknya
Kabupaten Gowa. Jarak dari pihak pemerintah
benteng ke Pelabuhan lebih menegaskan
Makassar ± 8-9 KM dan aturan agar
berdekatan dengan pengunjung tidak
Universitas Negeri semena-mena saat
Makassar kampus Parang berkunjung ata
Tambung. Jarak benteng ini menyewa salah satu
dari pusat kota makassar rumah adat yang ada.
sekitar 15 menit, sayangnya Sirkulasi atau jalan
tidak ada akses transportasi yang masih perlu
publik yang menuju ke diperbaiki dengan
lokasi ini. mengaspal ataupun
• di dalam benteng dibangun menambah papinblok,
kawasan argowisata berupa selain itu juga
kumpulan rumah adat dari penerangan sangat
seluruh Sulawesi Selatan kurang dan terlebih
dengan kondisi fisik
sekitarnya seperti
rumput liar yang
semakin lebat tumbuh
dalam akawasan
benteng.
28
dua kilometer dari Pantai memperhatikan
Losari kebersihan. Untuk
• gaya arsitektur era 1600- maintenance secara
an, benteng ini terlihat rutin. Menjaga cagar
mencolok dari bangunan budaya merupakan
disekitarnya sehingga suatu kewajiban untuk
mudah dikenali. kita generasi penerus
Temboknya memiliki termasuk tugas
ketebalan hampir dua pemerintah yang
meter, berwarna hitam, dan memegang penuh
terlihat kokoh menjulang tanggung jawab.
setinggi hampir lima meter.
Pintu utama benteng
berukuran kecil. Jika
dilihat dari ketinggian,
bentuk benteng menyerupai
penyu yang sedang menuju
pantai.
• Benteng ini digunakan
pemerintah setempat
sebagai Pusat Kebudayaan
Makassar dan difungsikan
sebagai perkantoran
sehingga membuat
lingkungan benteng
menjadi bersih, rapi, dan
terawat.
Beteng • Benteng Marlborough Pada benteng ini harus
Marlborough terletak di tepian laut lebih diutamakan
dengan struktur dalam kebersihan,
29
bangunannya yang terdiri peran pemerintah
dari bagian-bagian yang sangat dibutuhkan
sangat lengkap untuk memperhatikan
• Struktur bangunan inilah dalam aspek
yang membuat benteng ini kebersihan,
menjadi istimewa. Denah keamanan,
benteng seperti kura-kura. ketentraman bagi
Dinding bangunan terbuat pengunjung. Dengan
dari bata dengan tebal rata- melestarikan
rata 1 m. Lantainya dari peninggalan sejarah
ubin, batu karang, dan atap kami penerus generasi
berupa genteng. Pintu dapat menikmati
gerbang dan pintu ruangan keindahan serta betapa
terbuat dari kayu berengsel pentingnya
besi. Beberapa ruangan melestarikan
berfungsi sebagai ruang peninggalan para
tahanan, gudang senjata, pahlawan.
dan kantor.
• Benteng dikelilingi
pemukiman yang padat
yaitu kawasan pecinan dan
kawasan pariwisata.
30
II.2.1. Kondisi Geografis dan Administratif
31
22.110 hektar, namun berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi
Bakosurtanal luas wilayah adalah 293.10 Km² atau 29.310,99 hektar.
(https://portal.baubaukota.go.id/, n.d.)
No Kecamatan Kelurahan
1 Betoambari 5
2 Murhum 5
3 Batupoaro 6
4 Wolio 7
5 Kokalukuna 6
6 Sorawolio 4
7 Bungi 5
8 Lea-lea 5
Kota Baubau 43
Sumber: BPS Kota Bau Bau 2015
Persentase
No Kecamatan Luas (km2)
(%)
1 Betoambari 31.4 10.71
2 Murhum 6.09 2.08
3 Batupoaro 1.68 0.57
4 Wolio 33.56 11.45
5 Kokalukuna 16.85 5.75
6 Sorawolio 111 37.86
7 Bungi 59.2 20.19
8 Lea-Lea 33.4 11.39
32
Kota Baubau 293.18 100
Sumber: BPS Kota Bau Bau 2015
33
Tabel Error! No text of specified style in document.IV.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kota Baubau, 2017
Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
L P
Sumber: https://portal.baubaukota.go.id
34
memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 76 orang per km2 dan
memiliki laju pertumbuhan penduduk terendah di antara 8 kecamatan yaitu
sebesar 2,45 persen. Dari total penduduk Baubau 162.780 orang pada tahun
2017, sebagian terbesar penduduk terkonsentrasi di 5 kecamatan di sekitar
pusat kota yakni Kecamatan Batupoaro, Murhum, Wolio, Kokalukuna, dan
Betoambari. Data selengkapnya mengenai luas jumlah penduduk dan laju
kepadatan penduduk menurut kecamatan dapat dilihat pada table berikut.
Laju pertumbuhan
Jumlah Penduduk penduduk per tahun
No Kecamatan
(%)
2010 2016 2017 2010-2016 2010-2017
1 Betoambari 16.283 18.844 19.381 2,43 2,56
2 Murhum 19.261 22.275 22.918 2,42 2,51
3 Batupoaro 25.889 29.941 30.802 2,42 2,51
4 Wolio 37.974 43.782 45.008 2,37 2,46
5 Kokalukuna 16.736 19.342 19.891 2,41 2,50
6 Sorawolio 7.112 8.195 8.426 2,36 2,45
7 Bungi 7.096 8.210 8.452 2,43 2,53
8 Lea-Lea 6.630 7.682 7.902 2,45 2,54
Baubau 136.981 158.271 162.780 2,41 2,50
Sumber: https://portal.baubaukota.go.id
II.2.3. Fasilitas Umum
Adapun fasilitas-fasilitas umum terdapat dalam kota Baubau
diantaranya adalah tabel sebagai berikut :
35
Tabel II.6 Data Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kota Bau-Bau
Tahun 2017
Jumlah Sekolah
Kecamatan Jumlah
No
(Kelurahan) SMA/ Sekolah
TK RA/BA SD MI SMP MTs MA
SMK
36
Bungi - 2 1 2 1
Lea-lea - 1 2 2 -
Kota Bau-Bau 3 17 11 16 3
Sumber : BPS Kota Bau-Bau 2014
Jumlah
No Fasilitas Uraian
Fasilitas
1. Masjid 98 Unit
Gereja Katolik 1 Unit
Tempat
Gereja Protestan 4 Unit
Ibadah
Pura 5 Unit
Vihara 1 Unit
2. Pasar Tradisional 10 Unit
Tempat
Pasar Modern (Mall) 1 Unit
perbelanjaan
Pasar Sentral 2 Unit
3. Terminal Angkutan 1 Unit
Fasilitas Kota 1 Unit
Transportasi Bandara Udara 3 Unit
Pelabuhan
Sumber: BPS Kota Bau Bau, BPS Prov Sultra, diolah.
II.3. Kondisi Fisik
II.3.1. Topografi dan Kelerengan
37
wilayah Kota Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan
merupakan perbukitan yang membentang dari Utara ke Selatan. (RPJMD, 2017)
Kondisi bentangan alam atau geomorfologi merupakan elemen penting
dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung
lahan. Kota Baubau dikelilingi oleh daerah belakang (hinterland) berupa dataran
yang termasuk dalam kelas kelerengan agak curam yaitu berkisar antara 15–40%
dan kelerengan sebagian tempat di atas 40% serta beberapa bagian wilayah
dengan kelerangan antara 2–15% yang terdapat di Kecamatan Murhum dan
Kecamatan Bungi. Kelerangan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam
pengembangan pusat-pusat permukiman Kota Baubau terutama ke arah Selatan,
pada wilayah-wilayah dengan kelerangan di atas 15% dimanfaatkan untuk
perkebunan dan hutan. (RPJMD, 2017)
Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio. Topografi
wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusat-pusat
permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Wolio.Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota Baubau
dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi :
a. Lahan Datar; terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter di atas
permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan Kecamatan Sorawolio
dengan kemiringan 0 – 8%.
b. Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota Baubau
dengan ketinggian 5–10 m di atas permukaan laut.
c. Daerah bergelombang; berada pada ketinggian sekitar 60 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan 15 – 30%, terutama terdapat di
Kecamatan Betoambari.
38
Gambar II.15 Peta Topografi Kota Bau Bau
LUAS
NO KELERENGAN (Ha) (%) KETERANGAN
(%)
Wilayah datar (dataran rendah
1. 0–8 15.506,10 70,16
pantai dan delta)
Wilayah bergelombang
2. 9 – 15 2.232,21 10,10 (pedataran pegunungan dan
kaki perbuitan)
Wilayah berbukitan
3. 16 – 25 1.870,20 8,46
(pegunungan dan perbukitan)
Wilayah bergelombang
(pegunungan dan kaki
4. 26 – 45 1.431,47 6,48 perbukitan terjal)
39
5. > 45 1.060,02 4,80
Wilayah terjal (di sela-sela
kaki pegunungan dan
perbukitan terjal)
(Sumber: Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Baubau Tahun 2014-2034)
II.3.2. Kemiringan
Ditinjau dari kemiringan lereng, Kota Baubau mempunyai kemiringan
antara 0-2 %, 2-15 %, 15-40 % dan > 40%. Pada tingkat kemiringan >40% sangat
potensial untuk pengembangan non urban , yaitu dapat difungsikan sebagai
kawasan lindung.
II.3.3. Klimatologi (Iklim)
40
Pada awalnya, Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton (Wolio) yang
berdiri pada awal abad ke-15 (1401–1499). Buton mulai dikenal dalam Sejarah
Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya Prapanca
pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri
(Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi di mana terbentang taman dan
didirikan lingga serta saluran air dengan rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.
Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis
oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga, Simalui,
Sitamanajo dan Sijawangkati yang oleh sumber lisan di Buton mereka berasal
dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke-13.
Kondisi politik di Sulawesi pada periode abad ke-17 sampai awal abad
ke-20 ditandai oleh terjadinya konflik internal antar kerajaan di Sulawesi Selatan
seperti Kerajaan Gowa dengan Bone. Konflik ini juga terjadi antara kerajaan
(Gowa dan Bone) dengan Belanda dan Ternate. Situasi inilah yang
menyebabkan Sulawesi Tenggara, khususnya Buton menjadi sasaran para
41
imigran dari Sulawesi Selatan karena wilayah ini selain mudah dijangkau, juga
karena dianggap aman. Kebanyakan bangsawan Bugis yang datang ke Buton
memiliki gelar Andi Bau di depan namanya sebagai tanda kebangsawanan.
Selanjutnya, mereka lalu menetap di pinggiran laut pada wilayah dekat
pelabuhan demi memudahkan akses mereka untuk berdagang hingga ke
Singapura. Berawal dari para banyaknya bangsawan bernama Bau inilah yang
kemudian menyebabkan daerah di pinggiran laut dan kali itu disebut Bau-Bau.
Jadi, awal kelahiran Kota Bau-Bau, bisa dirujuk sejak tahun 1660. (www.timur-
angin.com, n.d.)
42
Gambar II.1Error! No text of specified style in
document.-5 Eksisting Benteng Keraton Buton
(Sumber: Google Earth) II.5.2. Tata
Guna Lahan
(Land Use)
43
Tata guna lahan perencanaan kawasan Benteng Keraton ini sesuai
dengan agenda pada peta. Adapun berbagai uraian mengenai tata guna lahan
yang terdapat dalam Kawasan sebagai berikut :
1. Mesjid Agung Keraton Buton dan Tiang Bendera/Kasulana Tombi yang
didirikan Tahun 1712, Jangkar/Samparaja dan Baruga/Galampa Syara, serta
Mesjid Quba Baadia yang didirikan Tahun 1826 merupakan salah satu
peninggala kesultanan Buton yang masih diaga dan digunakan oleh
masyarakat setempat
44
Gambar II.1Error! No text of specified style in document.-8 Tata Letak
Gerbang/Lawa Benteng Keraton Buton
(sumber : Google Search)
45
II.5.3. Tata Bangunan
46
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-10
Bangunan usia ± 400 Tahun
(Sumber: jurnal Volume 3, 2011)
2. Fungsi Bangunan
Bangunan bersejarah di wilayah studi memiliki fungsi sebagai rumah
tinggal (85%), museum dan sarana peribadatan (masjid). Sebagian besar
bangunan tidak mengalami perubahan fungsi.
.
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-11 Bangunan dalam
Kawasan Beteng Keraton Buton
3. Status Kepemilikan
47
Bangunan bersejarah milik pemerintah berjumlah 11 bangunan dan
bangunan kunobersejarah milik individu berjumlah 61 bangunan.
4. Kondisi Fisik Bangunan
Sebagian besar bangunan bersejarah di diwilayah studi telah mengalami
perubahan fisik
48
Bentuk bangunan dalam Kawasan ini didominasi dengan gaya
arsitektur bangunan rumah tinggal dengan material batu bata (beton) namun
masih ada beberapa rumah panggung atau terbuat dari material kayu. Untuk
bangunan bersejarah seperti rumah adat dan lainnya masih tetap dengan gaya
arsitektur tradisional walaupun mengalami sedikit perubahan saat maintenance.
Gaya arsitektur tradisional dalam Kawasan ini masih banyak dan dapat kunjungi
oleh pengunjung. Rata-rata ketinggian bangunan sekitar ± 4 – 8 meter.
Massa bangunan
49
waktu dilaksanakan kegiatan budaya (upacara adat) terjadi kemacetan pada
beberapa ruas jalan, yaitu jalan Labuke I dan jalan Labuke IX.
50
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-16 Area Parkir
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)
II.5.6. Ruang Terbuka
51
sebuah alahan kosong yang dijadikan sebagai ruang bersama bagi penghuni yang
ada disekitarnya dengan jarak radius tertentu (Bappeda Tk. I Bali , 1992 : 28).
II.5.7. Penanda
52
Gambar II.Error! No text of specified style in document.-18 Penanda atau
papan nama
(sumber: dokumentasi penulis, 2019)
II.5.8. Pendukung Aktivitas
Aktivitas pendukung kegiatan diartikan sebagai semua guna lahan dan
kegiatan yang memperkuat ruang publik perkotaan. Bentuk, lokasi, dan
karakteristik suatu kawasan akan menarik fungsi-fungsi guna lahan, dan
kegiatan yang spesifik. Sebaliknya, kegiatan suatu kegiatan cenderung memilih
lokasi yang paling cocok untuk kegiatan tersebut.
Untuk dalam Kawasan Benteng Keraton ini karena merupakan salah
satu destinasi Kota BauBau juga sebagai penyelenggara acara adat seperti
Upacara adat tersebut di antaranya upacara adat kunua (kegiatan sahur bersama
di Masjid Agung Keraton tanggal 17 Ramadhan); upacara adat kadiri (kegiatan
sahur bersama pada malam ‘Lailatul Qadar’ di Masjid Agung Keraton tanggal
27 Ramadhan). Dan masih banyak aktivitas lainnya yang dilakukan dalam
Kawasan benteng keraton.
53
Gambar II.Error! No text of specified style in
document.-19 Upacara Adat di Masjid Agung
(sumber: google search)
54
II.5.9. Preservasi
Hubert-Jan Henkert dalam Cunningham (2005: 11) menyebutkan
bahwa sebagian besar arsitektur yang didirikan dengan tujuan untuk melayani
kebutuhan awal pembangunannya. Dengan kata lain sebuah arsitektur didirikan
memiliki masa pemakaiannya dan segera setelah persyaratan arsitektur mulai
berubah, maka kegunaannya akan memudar yang berakibat fungsinya tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan saat ini serta menimbulkan banyak kendala teknis
arsitektur. Namun, jika nilai emosional dari arsitektur tersebut cukup jelas
sebagai artefak bersejarah, makapengguna harus siap untuk meredam keinginan
fungsional dan ekonomis dari arsitektur tersebut. Dalam hal ini, arsitektur
tersebut akhirnya dikatakan sebagai karya seni yang ingin di jaga, daripada
memikirkan manfaatnya bagi manusia.
Lebih lanjut Hubert-Jan Henkert dalam Cunningham (2005: 12) juga
menegaskan bahwa sebelum berpikir tentang pendekatan upaya pelestarian
(konservasi) yang disesuaikan dengan fakta-fakta baru dari obyek pelestarian,
maka penting untuk menetapkan strategi pelestarian arsitektur. Hal ini
diperlukan, untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang harus dilestarikan dan
cara-cara melestarikannya. Konservasi, dengan berbagai tingkat intervensi,
hanya satu pilihan dalam keseluruhan pendekatan preservasi. Penting bagi kita
untuk memutuskan hal-hal harus kita melestarikan (preservation) dari masa lalu
untuk disampaikan pada generasi mendatang. Menurut Cunningham (2005: 12),
Preservasi (Preservation) adalah keseluruhan upaya untuk menjaga memori pada
suatu artefak bagi generasi mendatang.Preservasi (Preservation) bisa dilakukan
dalam bentuk menjaga objek fisik, atau dalam bentuk mendokumentasikannya,
sedangkan Konservasi (conservation) adalah tindakan menjaga artefak fisik.
Dari penjelasan ini dapat tegaskan bahwa Preservasi adalah kegiatan
yang terencana dan terkelola untuk melakukan identifikasi dan memastikan
bahwa suatu elemen arsitektur dari suatu artefak merupakan bagian penting
untuk dijaga memorinya dan layak dilestarikan agar keberlangsungannya dalam
dinikmati oleh generasi saat ini dan masa datang dan terus dipakai selama
mungkin. Pelestarian (preservation) dapat diartikan sebagai usaha-usaha
55
berkelanjutan untuk memelihara dan melindungi lokasi-lokasi atau benda-benda
yang memiliki nilai keindahan dan keberhargaan bagi masyarakat di suatu
wilayah atau nasional maupun regional agar tidak hancur/ rusak dimakan usia
atau mengalami kendala teknis utilitas atau berubah sampai batas-batas yang
dimaklumi.
Secara umum istilah pelestarian merupakan proses dalam memelihara,
menjaga maupun melindungi sesuatu yang bernilai dipandang dari segala aspek
baik ekonomi, politik, sosial dan budaya agar hal tersebut tidak menghilang.
Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun
obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.
Jadi Konservasi adalah upaya lanjutan untuk melindungi dan menjaga arsitektur
dan lingkungan setelah suatu artefak diputuskan untuk dijaga kelestariannya
karena memiliki ikatan kuat dengan sosial ± budaya suatu komunitas di kawasan
karena makna kulturalnya yang mengandung nilai sejarah, arsitektural
keindahan, nilai keilmuan dan nilai sosial. Upaya untuk melakukan perlindungan
suatu artefak dari kerusakan ataupun mencegah terjadinya kerusakan sehingga
tetap dapat terpelihara untuk generasi mendatang.
56
BAB III
TINJAUAN KHUSUS TEMA
57
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa heritage
sangat mempunyai peranan yang penting, tidak hanya dari nilai sejarah namun dari
nilai sosial-budaya masyarakat. Oleh karena itu, jika heritage dapat dipertahankan
kelestariannya, maka eksistensi dari sejarah perkembangan kota dari aspek
perekonomiannya serta nilai sosial-budaya masyarakatnya dapat terlestarikan pula
dan akan mampu menjadi salah satu karakteristik identitas bagi kota tersebut.
III.1.1. Ciri-ciri Heritage
Setiap heritage memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak
selalu berupa benda mati, namun dapatberupa makhluk hidup ataupun yang
sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai icon suatu daerah tertentu yang
melambangkan peristiwa besar ataupun peninggalan yang ada pada suatu daerah
tersebut. Heritagemerupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas yang dimiliki dan
masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritagemerupakan bagian
dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disampingitu, nilai-
nilai yang dimiliki heritagejuga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan
adat-istiadat masyarakat.
Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam
cirri-ciri heritage, antara lain :
1. Kelangkaan , karya merupakan sesuatu yang langka.
2. Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting.
3. Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament.
4. Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang.
5. Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam bangunan
tertentu.
6. Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan
sekitarnya.
Selain keenam cirri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga cirri-ciri
heritage, yaitu :
1. Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat.
58
2. Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan
ekonomis.
3. Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
Bukan semua warisan atau pusaka dapat dikatan sebagai heritage,
adapun ciri yang menjadikan warisan atau pusaka tersebutmasuk kedalam
heritage adalah:
1. Nilai religi
Adanya nilai religi atau nilai keagamaan yang terdapat pada suatu warisan
budaya tersebut yang dapat untuk mempekuat heritage tersebut, misal
upacara keagamaan dari suatu daerah berbeda dengan daerah lainya.
2. Nilai spiritual
Nilai spiritual dalam heritage yang satu berbeda dengan yang lain.
Dikatakan memiliki nilai spiritual bila suatu warisan budaya tersebut
terdapat sesuatu yang mistik atau tidak sewajarnya.
3. Nilai filosofi
Masing-masing dari heritage tersebut harus memiliki filosofi atau sejarah
munculnya heritage tersebut atau dapat juga disebut dengan asal usul adanya
warisan tersebut.
4. Nilai estetika
Nilai estetika yang disebut dengan nilai keindahan yang terdapat warisan
atau budaya suatu daerah yang belum tentu dimiliki oleh daerah lain.
5. Nilai kesejarahan
Dapat dikatakan heritage apabila terdapat nilai sejarah yang turun temurun.
6. Nilai budaya
Nilai budaya yang harus dijaga kelestarianya Budaya dari suatu daerah satu
dengan daerah yang lain sangatlah berbeda. Keunikan ini yang menjadikan
budaya dari suatu daerah yang harus dilestarikan agar tidak luntur termakan
oleh masa.
https://docplayer.info/40218958-Bab-ii-kajian-teori-a-diskripsi-heritage-1-
pengertian-heritage-indonesia-merupakan-negara-yang-kaya-akan
59
peninggalanpeninggalan.html
Dalam Kota BauBau memiliki beraneka ragam warisan budaya yang arus
dilestarikan. Salah satunya adalah Wisata Benteng Keraton Buton. Dalam hal ini
penulis mengangkat Pengembangan Wisata Benteng Keraton Buton dengan Tema
Pendekatan Heritage. Pada wisata Benteng ini merupakan peninggalan sejarah
Kesultanan Buton yang hingga kini masih kental akan adatnya serta kondisi fisik
yang masih menyerupai bentuk awal berdirinya kerajaan Kesultanan Buton. Dalam
kota BauBau memiliki kurang lebih 100 benteng akan tetapi pusat kerajaan pada
masa lampau tersebut adalah benteng Keraton Buton. Benteng Keraton Buton atau
dikenal juga Benteng Keraton Wolio merupakan salah satu dari 100 lebi benteng
peninggalan Kesultanan Buton. Pembangunan benteng ini tidak lepas dari
kebijakan Sultan ke-4 La Elangi (1578-1615) sewaktu memerintah. Sultan La
Elangi membuat Undang-undang Dasar Kesultanan yang disebut dengan kitab
Martabat Tujuh. Undang-undang tersebut menyebutkan tentang pembangunan
benteng beserta hak penduduk dengan tana yang berada di dalam benteng tersebut.
Gubernur endral VOC, Pieter Both, melakukan perjalanan menuju Ternate pada
taun 1613. Dalam perjalanan tersebut Pieter Bot singga di Buton, dia melihat
keadaan pembangunan Benteng Wolio, menurut catatannya, pekerja dikumpulkan
dari seluruh kesultanan, banyak korban berjatuhan dan hamper tidak Nampak
kelarihan bayi baru,. Benteng ini merupakan benteng keraton yang secara tidak
langsung menadi benteng terbesar yang dibangun ole kesultanan Buton yang selesai
dibangun selama 10 tahun. Benteng wolio dibangun dari batu karang, berdena tidak
beraturan mengikuti topografi bukit, menyerupai huruf “dhal” dalam aksara arab,
sisi utara dan timur Panjang, dan sudut timur laut lebih sempit. Dari sisi utara
sampai sisi timur ketinggian benteng 8-10 meter diatas tebing terjal, sementara itu
dari sisi barat, sisi selatan dan Sebagian sisi timur ketinggian benteng 3-5 meter.
Pada dinding benteng sepanang diemen beserta 700 prajuritnya beberapa kali
melakukan penyerangan terhadap benteng wolio namun usahanya itu tidak perna
berhasil. Diemen akirnya menggunakan cara lain yaitu perundingan, degan cara
inilah akhirnya berhasil mengalakan kesultanan Buton. Setelah kekalahan ini,
60
Sultan Mu. Idrus memindahkan keraton ke Baadia untuk membangun tanah
kediaman baru, sedangkan benteng sangia Kopea menjadi tempat
persembunyiannya sultan dan pemakaman para tokoh dan orang biasa. Fungsi
benteng ini juga disebutkan dalam undang-undang kesultanan. Dengan demikian,
pembangunan benteng Wolio diperkirakan pada awal abad ke 17, yang kemudian
menjadi pemicu perlawanan sengit dan rumit anta Gowa, ternate dan VOC (sumber:
database Cagar Budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan).
III.2 Heritage Kota Bau Bau
Dalam Kota BauBau memiliki beraneka ragam warisan budaya yang arus
dilestarikan. Salah satunya adalah Wisata Benteng Keraton Buton. Dalam hal ini
penulis mengangkat Pengembangan Wisata Benteng Keraton Buton dengan Tema
Pendekatan Heritage. Pada wisata Benteng ini merupakan peninggalan sejarah
Kesultanan Buton yang hingga kini masih kental akan adatnya serta kondisi fisik
yang masih menyerupai bentuk awal berdirinya kerajaan Kesultanan Buton.
III.2.1. Sejarah Benteng Keraton Buton
Benteng Keraton Buton atau dikenal juga Benteng Keraton Wolio
merupakan salah satu dari 100 lebih benteng peninggalan Kesultanan Buton.
Pembangunan benteng ini tidak lepas dari kebijakan Sultan ke-4 La Elangi
(1578-1615) sewaktu memerintah. Sultan La Elangi membuat Undang-undang
Dasar Kesultanan yang disebut dengan kitab Martabat Tujuh. Undang-undang
tersebut menyebutkan tentang pembangunan benteng beserta hak penduduk
dengan tana yang berada di dalam benteng tersebut. Gubernur endral VOC,
Pieter Both, melakukan perjalanan menuju Ternate pada taun 1613. Dalam
perjalanan tersebut Pieter Bot singga di Buton, dia melihat keadaan
pembangunan Benteng Wolio, menurut catatannya, pekerja dikumpulkan dari
seluruh kesultanan, banyak korban berjatuhan dan hamper tidak Nampak
kelarihan bayi baru,. Benteng ini merupakan benteng keraton yang secara tidak
langsung menadi benteng terbesar yang dibangun ole kesultanan Buton yang
selesai dibangun selama 10 tahun. Benteng wolio dibangun dari batu karang,
berdena tidak beraturan mengikuti topografi bukit, menyerupai huruf “dhal”
dalam aksara arab, sisi utara dan timur Panjang, dan sudut timur laut lebih
61
sempit. Dari sisi utara sampai sisi timur ketinggian benteng 8-10 meter diatas
tebing terjal, sementara itu dari sisi barat, sisi selatan dan Sebagian sisi timur
ketinggian benteng 3-5 meter. Pada dinding benteng sepanang diemen beserta
700 prajuritnya beberapa kali melakukan penyerangan terhadap benteng wolio
namun usahanya itu tidak perna berhasil. Diemen akirnya menggunakan cara
lain yaitu perundingan, degan cara inilah akhirnya berhasil mengalakan
kesultanan Buton. Setelah kekalahan ini, Sultan Mu. Idrus memindahkan keraton
ke Baadia untuk membangun tanah kediaman baru, sedangkan benteng sangia
Kopea menjadi tempat persembunyiannya sultan dan pemakaman para tokoh
dan orang biasa. Fungsi benteng ini juga disebutkan dalam undang-undang
kesultanan. Dengan demikian, pembangunan benteng Wolio diperkirakan pada
awal abad ke 17, yang kemudian menjadi pemicu perlawanan sengit dan rumit
anta Gowa, ternate dan VOC (sumber: database Cagar Budaya Balai Pelestarian
Cagar Budaya Sulawesi Selatan).
62
ditandai dengan ditemukan bukti-bukti inskripsi yang mencatat peristiwa dan
terdapatnya situs, artefak, bangunan-bangunan bersejarah, istana, keraton, gereja,
masjid, candi, klenteng, tugu, benteng-gerbang kota, dalem pangeran, pasar dan
lapangan (square, alun-alun, taman) ataupun tempat yang memiliki karakter dengan
suasana lingkungan yang bermakna dan bernilai positif bagi masyarakat.
III.4 Studi Banding Tema Heritage
Dalam kali ini penulis mengambil beberapa perbandingan tema dengan
melakukan beberapa riset tentang bangunan yang bertema Heritage. Berikut ini
adalah uraian studi banding yang tela dilakukan oleh penulis:
1. The Heritage Palace
Sebelum menjadi salah satu objek wisata hits Solo, kawasan wisata The
Heritage Palace merupakan sebuah pabrik gula Gembongan, telah dilakukan
direvitalisasi, sekarang telah berubah menjadi tempat rekreasi keluarga Solo dan
sekitar. Termasuk objek wisata baru, baru diresmikan pada tanggal 9 juni 2018.
Waktu itu, soft launching bertepatan hari besar lebaran, sekaligus menjadi ajang
promosi objek wisata. Hingga kini wisatawan pernah berkunjung sudah cukup
banyak loh, terlebih ketika memasuki musim liburan, maka sudah tentu jumlah
pengunjung mengalami peningkatan signifikan. Dengan alamat lengkap lokasi
bagi sobat blogger tuban ingin liburan di kota Solo atau pun justru domisili Solo
dan sekitar, maka jangan sampai lewatkan liburan di theme park Solo ini berada
di JL. Permata Raya Tegal Mulyo Rt 02 Rw 08, Pabean, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah dan kode pos 57169. Lokasi wisata
sangat dekat pusat kota Solo yakni berjarak kurang lebih 9 kilometer atau
memerlukan waktu tempuh 21 menit saja. Berikut peta navigasi mungkin dapat
membantu sobat dalam menemukan lokasi wisata.
63
Gambar III.1 Pintu Masuk
(sumber: Google Search)
Fasilitas The Heritage Palace
- Museum Transportasi
Dimana di wahana ini ditampilkan/dipamerkan koleksi mobil kuno-kuno
sewaktu pabrik gula dulu, mulai truk air, mobil truk pengangkut karyawann,
jeep, sedan, dan koleksi mobil lainnya yang mirip di Museum angkut.
Sebelum masuk ke wahana ini kalian juga bisa foto-foto ditaman atau
menikmati food court.
- Museum 3 Dimensi
64
Wahana ini merupakan wahana selfi atau fotografi dengan trik 3 dimensi
seakan-akan berada pada objek sebenarnya dengan panduan foto di
sampingnya, agar angle yang kita ambil pas. Konsep ini sama persis dengan
De Mata yang ada di Yogyakarta ketika saya berkunjung disana (lihat
ceritanya) tapi saya belum mencoba apakah gambarnya bisa bergerak
menggunakan AR (Augmented Reality) seperti di De Mata 2.
65
ini wahana yang mungkin disukai kalangan milenial yang hobi ber-swafoto
pas deh konsepnya. Walaupun tak seluas Museum Angkut tapi lao
dioptimalkan juga keren hasilnya. Biasa digunakan sebagai Pre Wedding.
Memang sih ongkos masuk lokasi wisata tergolong mahal yakni tiap pengunjung
cuma foto outdoor saja cukup 25.000 dan dikenakan biaya sebesar Rp. 55.000
(Untuk musim liburan bisa sampai 75.000 untuk terusan). Cukup membayar tiket
sebesar itu, sobat sudah diperbolehkan memasuki seluruh wahana(museum
angkut Sukoharjo dan museum 3D) dan menggunakan fasilitas tersedia. Jika
membawa Drone, Tempat Pre-Wedding dengan harga berbeda lagi karena
digunakan sebagai komersil.
66
Informasi seperti jam operasional buka tiap hari, weekday buka mulai pukul
10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Sedangkan weekend mulai buka pukul 09.00
WIB hingga 21.00 WIB. Rute wisata tergolong mudah dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
(https://andhikanurafian.web.id/the-heritage-palace-wisata-konsep-ala-eropa-
hadir-di-solo/, n.d.)
67
2. Kompleks Wisata Heritage Kota Lama
Kota Lama adalah potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa
Tengah berasal. Kota Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan begitu saja dan tentu menghadirkan keunikan tersendiri.
Sebuah gradasi yang bisa dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan
hingga menciptakan gradasi yang menarik.Kota Lama Semarang atau yang
sering disebut Outstart atau Little Netherland adalah sebuah kota yang terdiri
dari gedung-gedung tua yang digunakan sejak zaman Belanda. Dahulu, yang
disebut Kota Lama hampir seluruh daerah di Semarang. seiring berjalannya
waktu, istilah Kota Lama terpusat pada daerah Sungai Berok hingga menuju
daerah Terboyo.Secara umum karakter bangunan di wilayah Kota Lama
mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700 -an. Hal ini
bisa dilihat dari bangunan khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya
Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-
kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal
ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat
Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal
mereka untuk dibangun di Semarang tempat baru mereka. Tentunya mereka
berusaha untuk membuat kawasan ini bagi komunitas mereka.Dari segi tata
kota, wilayah ini dibuat memusat dengan Gereja Blenduk dan kantor-kantor
pemerintahan sebagai pusatnya. Karena Gereja pada saat itu sebagai pusat
pemerintahan di Eropa adalah Gereja dan Gubernur. Gereja terlibat dalam
pemerintahan dan demikian pula sebaliknya.Bagaimanapun bentuknya dan
apapun fungsinya saat ini, Kota Lama merupakan aset yang berharga bila
dikemas dengan baik. Sebuah bentuk nyata sejarah Semarang dan sejarah
Indonesia pada umumnya.Kota Lama Semarang bagian dari Semarang yang
merupakan ibukota Jawa Tengah yang kerap sekali dilupakan, padahal dari segi
sejarah, dari tempat inilah bermula daerah yang dibangun pemerintahan
kolonial Hindia Belanda memang memusatkan pembangunan kota di pinggiran
dari pada pelabuhan.Bersadarkan sejarahnya, Kota Semarang memiliki suatu
kawasan yang ada pada sekitar abad ke-18 menjadi pusat perdagangan.
68
Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota Lama
(http;//id.wikipedia .org/wiki/kotalamasemarang).
Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan
itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur
perhubungan antara ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuatlah jalan
perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama
Jl. Letjend. Suprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini
adalah Jembantan Berok, yang disebut De Zuider Port.Jalur pengangkutan lewat
air sangat penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya sungai yang
mengelilingi kawasan ini yang dapat dilayari dari laut sampai dengan daerah
Sebandaran, kawasan Pecinan. Masa itu Hindia Belanda pernah menduduki
peringkat kedua sebagai penghasil gula seluruh dunia. Pada waktu itu sedang
terjadi tanam paksa (cultur Stelsel) diseluruh kawasan Hindia Belanda.Kawasan
Kota Lama Semarang disebut juga Outstradt. Luas kawasan ini sekitar 31
hektar. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah
dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota sendiri oleh karena itu
mendapat julukan “Little Netherland”. Kawasan Kota Lama Semarang ini
merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad
dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Ditempat ini ada sekitar
101 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah
Kolonialisme di Semarang.Kota Lama Semarang ini adalah daerah yang
bersejarah dengan banyaknya bangunan kuno yang dinilai sangat berpotensi
69
untuk dikembangkan dibidang kebudayaan ekonomi serta wilayah konservasi.
wisata Kota Semarang ini, ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan pengunjung :
• Mushola
• Toilet
• Tempat sampah
• Cafe-cafe unik
• Sepeda
• Penyewaan vespa
• Guide
Kota Lama Semarangbuka setiap hari dan juga 24 jam. Jadi, tidak ada
batasan waktu pengunjung mau kesini jam berapa. Kota Lama Semarang malam
hari malah lebih ramai dan mengasyikan, pada malam hari tempat ini dihiasi
pula dengan lampu-lampu lampion.
70
Playstore, setelah itu ambil paket harganya sesuai yang dibutuhkan, lalu
pindai QR Code pada sepeda untuk membuka gembok.
• Berkeliling dengan vespa antic
Selain dengan sepeda, pengunjung juga bisa bersepeda menggunakan vespa
yang disewakan. Vespa yang disewakan pun dilengkapi dengan boncengan
samping. Tetapi, bisa juga hanya berfoto di atas vespa dengan memberikan
dana sukarela dan tidak digunakan berkeliling.
• Berfoto di tempat bersejarah
Bangunan-bangunan di Kota Lama Semarang ini merupakan tempat
bersejarah yang antik dan ada unsur mistisnya juga. Tetapi, sekarang di Kota
Lama ini tidak seseram dulu. Sekarang sudah ramai dikunjungi bahkan
sampai tengah malam.
Bagi yang hobi berfoto, lokasi ini sangat cocok untuk yang suka foto
bertema vintage dan instagramable.
Ada beberapa spot foto, seperti, jendela akar, Soesman’s Kantoor 1914,
Monod Diephuis& CO, Taman Sri Gunting, Gereja Blenduk, Semarang
Contemporary Art Gallery, Padangrani Antique Market, Dream Museum
Zone, Semarang Kreatif Galeri, Gedung Marba.
• Berkunjung di Pasar Sentiling
Untuk para pecinta barang antik, Pasar Sentiling wajib dikunjungi siapa tahu
ada barang yang disukai atau sekedar untuk spot berfoto. Letak Pasar
Sentiling berada di dekat Taman Sri Gunting.
• Bersantap nikmati di cafe unik
Di sekitar Kota Lama ini, ada cafe-cafe yang bertema jadul dan antik banget.
Jika lelah berkeliling tempat ini, Kamu bisa mampir ke cafe-café-nya.
Selain makanannya yang lezat dan menggiurkan lidah, cafe ini juga bisa
dijadikan spot foto yang lucu dan unik.
71
Gambar III.9 Wisata Kota Lama Semarang
(sumber: Google Search)
72
di Kota Malang karena potensi dan karakternya masih bisa ditelusuri sampai
dengan saat ini. Beberapa bangunan bahkan masih bisa diidentifikasi secara
jelas oleh pemiliknya yaitu terdapat Rumah Foto Galeri Antik, Rumah Jamu,
Galeri Pak Eko Antik, Galeri Pak Udin, lalu ada Masjid Tua dan Rumah
Punden. Di depan rumah Punden ada pertigaan kemudian belok kanan, di situ
terdapat Gubug Ningrat, Rumah Jacoeb, Rumah Kaca Mata dan Galeri Abbas
Akub. Ada banyak lagi fasilitas lainnya seperti Tangga 1000 Belanda, Pojok
Dolanan, Kuburan Tanduk, Rumah Mbah Ndut, Makam Eyang Honggo
Kusumo, Rumah Nyik Aisyah, Priambodo House of Kebaya, Rumah Tua,
Rumah Pak Sakirman, Rumah Rindu, Pintu Jengki, Rumah Penghulu, Rumah
Cerobong, Rumah Pak Hasan, Rumah Namsin, Pintu Rolak, Rumah Pijat dan
Rumah Kartini. (Khakim, 2019) Potensi tersebut menjadi daya tarik untuk
dikembangkan dalam kampoeng tematik sehingga identitas dari kampoeng
Kajoetangan tidak akan hilang.
73
peninggalan tersebut sebagai bagian dari sejarah kota Malang yang masih
terawat dengan baik.
- Pasar Krempyeng
Pasar krempyeng Kota Malang ternyata memiliki cerita menarik yang
menjadi bagian sejarah perkembangan Kota Malang. Pasar Krempyeng atau
Pasar Talun ini diperkirakan dibangun bersamaan dengan pembangunan
beberapa pasar pembantu Kotapraja Malang yang dimulai tahun 1919,
melingkupi pembangunan Pasar Bunulrejo, Pasar Klojen, Pasar Kebalen, Pasar
Oro-Oro Dowo, Pasar Embong Brantas, dan Pasar Lowokwaru (Fathony, dkk.
2019). Namun, menurut versi lain keberadaan Pasar Krempyeng sudah ada
sejak jaman Mbah Honggo. Pasar berada di tengah kepadatan penduduk
Kajoetangan itu berlokasi di RW 01, kelurahan Kauman ini memiliki 3 los yang
menempati area kurang lebih 50 x 30meter persegi, terdiri dari 40 bedak.
74
Gambar III.13 Pasar Krempyeng
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Makam Mbah Honggo Koesoemo
Sedangkan dari aspek budaya dan religi tidak lepas dari peran mbah Honggo
atau Pangeran Honggo Koesoemo sebagai tokoh penyebar agama Islam di
Talun. Mbah Honggo adalah guru rohani keluarga Bupati Malang yang
pertama. Mbah Honggo dan makam disampingnya yaitu Pangeran Soero
Adimerto atau Ki Ageng Peroet merupakah keturunan langsung dari
Majapahit.
75
Gambar III.15 Tangga Dorowati di Kampoeng Kajoetangan
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Saluran drainase peninggalan Belanda
Wilayah Talun dibelah sungai kecil yang kemungkinan sungai ini
merupakan saluran drainase primer, yang pernah direvitalisasi pada masa
kolonial. Alirannya mulai dari ujung timur Oro-oro Dowo hingga bermuara di
Kali Kasin. Saluran drainase ini memiliki aliran yang lurus dengan arah Utara-
Selatan.
76
Gambar III.16 Saluran drainase peninggalan Belanda
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Café dan gallery tematik
Kegitan ekonomi warga juga didukung oleh warga dengan memanfaatkan
rumah mereka yang memiliki tema arsitetur colonial. Ruamh trsebut disulap
menjadi gallery yang menjual barang-barang antic sekaligus juga menyediaan
café untuk pengunjung yang akan ngopi menikmati suasana kampoeng tematik.
77
penduduk menjadikan gang sebagai satu-satunya ruang public yang dapat
mewadahi aktivitas social warga.
78
- Mural
Mural menjadi salah satu daya tarik dari kampoeng heritage Kajoetangan.
Keberadaan mural menjadi obyek fotografi para pengumjung. Tema mural
yang idpilihi disesuaikan dengan tema tempo doloe kota Malang.
Sedangkan dari aspek budaya dan religi tidak lepas dari peran mbah Honggo
atau Pangeran Honggo Koesoemo sebagai tokoh penyebar agama Islam di
Talun. Mbah Honggo adalah guru rohani keluarga Bupati Malang yang
pertama. Mbah Honggo dan makam disampingnya yaitu Pangeran Soero
Adimerto atau Ki Ageng Peroet merupakah keturunan langsung dari
Majapahit. Kegiatan nyekar merupakan kegiatan yang sering ditemui di
makam Mbah honggo. Karena mbah Honggo merupakan sesepuh di daerah
tersebut, sehingga peziarah tidak hanya berasal dari lokasi sekitar tetapi juga
luar kampoeng heritage.
Selain kegiatan ziarah kegiatan bersih kampoeng juga biasanya
dilaksanakan di makam Mbah Honggo Kusumo yang juga dihadiri oleh banyak
orang. Kegiatan bersih kampoeng yaitu kegiatan tahunan yang memang
bertujuan untuk memberi keselamatan semua warga kampoeng.
79
Gambar III.19 Kegiatan ziarah di makam Mbah Honggo dan bersih
kampoeng di Kampoeng Kajoetangan
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
- Kegiatan social kampoeng kota
Karakter kampoeng kota yang erat kaitnanya dengan kondisi social. Aspek
social tersebut meliputi hubungan antar warga, dan kondisi ruang public yang
mendukung kegiatan tersebut. Kampoeng Kajoetangan menrupakan kawasan
padat penduduk di tengah kota, sehingga karakter masyarakatnya masih sangat
menjunjung tinggi nilai kegotongroyongan. Ruang public banyak tersedia di
kampoeng tersebut, gang menjadi ruang public multifungsi karena sebagian
besar kegiatan warga dilakukan di ruang public.
80
- Kegiatan wisata
Gambar III.21 Kegiatan POKDARWIS
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
Kampoeng Kajoetangan merupakan salah satu kampoeng tematik di Kota
Malang, sehingga banyak wisatwan lokal dan asing yang berkunjung. Kegiatan
yang sering dilakukan oleh wisatawan yaitu menelusuri sejarah kampoeng
Kajoetangan dengan melihat sekaligu memotret rumah-rumah style jengki,
wisatawan juga biasanya melakukan wisata belanja dengan membeli kerajinan
khas kampoeng Kajoetangan, menikmati hidangan yang dijual warga setempat
sekaligus berzirah pada makam mbah Honggo.
- Kegiatan budaya
81
Pada kampoeng Kajoetangan kegiatan yang berhubungan dengan
kebudayaan masih sering ditemukan. Seni keroncong dan seni tari masih sering
melakukan pertunjukan. Pertunjuan ini merupakan bagian dari agenda wisata
kampoeng Kajoetangan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di pasar
krempyeng, wisatawan bisa berbelanja sekaligus menikmati pertnjukan
tersebut.
82
Gambar III.23 Kegiatan Ekonomi Warga
(Sumber: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Juli 2020)
83