Tesis
Oleh:
Citra Saryani Romarito
15/386990/PEK/20713
540
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang sangat berlimpah sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Strata-2
Akuntansi pada Universitas Gadjah Mada (UGM). Penulis menyadari bahwa pe-
nulisan tesis ini belum mencapai kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis. Namun, penulis berharap tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk, masukan, bimbingan,
dorongan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua tercinta Drs. M.A. Manik MM. dan N.B Flora Panggabean yang
menjadi motivator bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan tepat
pada waktunya dan yang selalu memberikan doa, kasih sayang serta du-
kungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. R. A. Supriyono., SU., Ak., CA. selaku Dosen Pembim-
bing yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis de-
ngan ikhlas untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberi-
kan petunjuk, ilmu, saran, nasihat dan motivasi dalam penulisan tesis ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Fu‟ad Rakhman, SE., MSc., Ph.D., CA. Dan Ibu Ratna Nurhayati,
SE., M.Com., Ak., CA., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah membantu
memberikan banyak masukkan untuk penulisan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim. MAB., Ak., CA, selaku Pengelola Program
Studi Magister Akuntansi
iv
5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Magister Akuntansi FEB UGM yang selama
ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis serta bimbing-
an yang berguna selama penulis mengemban pendidikan.
6. Kakak dan adik yaitu Ka Carla, Bang Benny, Ka Caroline, Bang Situmo-
rang, Ka Cathy, Bang Jefi, Ka Chandra, dan Jonathan yang telah mem-
berikan semangat, nasihat dan doa dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Sahabat seperjuangan meraih gelar magister Rezza Arlinda Sarwendhi,
Yulia Purnama Handri, Syaulia Riskiana, Diah Intan Syahfitri, Fitria
Melynsyah Yusuf, Marzully Nur, Novan Suriza, M. Achyar, M. Yasfi, dan
seluruh teman-teman JP-32 Universitas Gadjah Mada (UGM).
8. Sahabat dan kerabat Tio, Mazda, Octavia, Teresa, Ulrike, Juliana, Daniel,
Simon, Samuel, dan Agung yang selalu memberikan dukungan, doa dan
semangat serta motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir dan menjadi
tempat untuk berbagi setiap keluh kesah yang dialami.
9. Sahabat terkasih Deasy, Eva, Debora, Ina, dan Anggi yang telah memoti-
vasi dan memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
10. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Magister Akuntansi (HIMMA) 2016
FEB UGM dan teman-teman MAKSI UGM yang mengenal penulis dan
yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan dan pe-
nyelesaian tugas akhir ini.
11. Teman-teman yang telah membantu dalam pencarian infromasi dan data-
data yang dibutuhkan Siti, Anisa, dan seluruh teman-teman star yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini serta telah mem-
berikan dukungan dan semangat.
12. Kakak dan Abang terkasih Tera, Hermin, Irna, Vero, dan seluruh Tim
IBSUS yang selalu memberikan motivasi, nasihat dan bantuan dalam pe-
nyelesaian tugas akhir ini.
13. Seluruh auditor, irban, dan sekertariat di Inspektorat Kabupaten Sleman
yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan data dan kelancaran
penyusunan tugas akhir ini.
v
14. Seluruh teman-teman bimbingan Prof. Supriyono yang selalu menemani
saat menunggu bimbingan dan berbagi cerita saat kita dalam kesusahan.
Akhirnya, dengan menyadari segala kekurangan yang ada dalam penulisan te-
sis ini, penulis menerima saran dan kritik yang membangun agar tesis ini dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat.
vi
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................... i
Halaman Pengesahan ...................................................................................ii
Pernyataan Keaslian Karya Tulis ................................................................iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi.....................................................................................................vii
Daftar Tabel ................................................................................................ ix
Daftar Gambar .............................................................................................. x
Daftar Lampiran .......................................................................................... xi
Intisari ........................................................................................................xii
Abstract .....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Konteks Riset............................................................................... 6
1.3 Problem Riset .............................................................................. 6
1.4 Pertanyaan Riset .......................................................................... 7
1.5 Tujuan Riset................................................................................. 7
1.6 Motivasi Riset .............................................................................. 7
1.7 Kontribusi Riset ........................................................................... 8
1.8 Proses Riset ................................................................................. 8
1.9 Sistematika Penulisan .................................................................. 9
vii
BAB III DESAIN RISET ........................................................................... 37
3.1 Inspektorat Kabupaten Sleman .................................................. 37
3.1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Bentuk Pengawasan ............................. 38
3.1.2 Struktur Organisasi .................................................................... 39
3.1.3 Sumber Daya Manusia Inspektorat Kabupaten Sleman ............ 41
3.2 Proses Riset ............................................................................... 42
3.3 Metodologi Riset ....................................................................... 43
3.3.1 Jenis Riset .................................................................................. 44
3.3.2 Jenis Data................................................................................... 45
3.3.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 46
3.3.4 Metode Analisis Data ................................................................ 48
3.3.4.1 Kuesioner ................................................................................... 48
3.3.4.2 Reduksi Data ............................................................................. 50
3.3.4.3 Penyajian Data ........................................................................... 52
3.3.4.4 Penarikan Simpulan dan Saran .................................................. 53
3.4 Pengujian Data ........................................................................... 53
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Bagan
1.1 Proses Riset (Data Olahan) ................................................................... 8
2.1 Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah ............................. 21
2.2 Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia .......................................... 23
3.1 Struktur organisasi inspektorat ............................................................. 40
x
Daftar Lampiran
xi
INTISARI
xii
ABSTRACT
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang riset, konteks riset,
problem riset, pertanyaan riset, tujuan riset, motivasi riset, kontribusi riset, proses
terwujudnya tata kelola yang baik di Indonesia semakin meningkat. Tata kelola
yang baik diyakini sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mencegah
kan bahwa tindakan KKN terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh rendahnya
integritas dan moral melainkan juga disebabkan oleh kegagalan administrasi pe-
negara. Pengawasan internal dibutuhkan untuk mencapai tata kelola yang baik
rat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Adapun yang termasuk ke dalam APIP
1
2
ialah: (1) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), (2) Inspektorat
Jendaral (Irjen), (3) Inspektorat Provinsi, dan (4) Inspektorat Kabupaten/ Kota.
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh APIP ialah audit, tinjauan (re-viu),
60 Tahun 2008 bahwa pengawasan yang dilakukan oleh APIP dalam hal audit
ialah audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu. Pengawasan APIP, yak-ni
audit terhadap instansi pemerintah tersebut telah diatur dalam Peraturan Men-teri
Tahun 2008) tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (SA-
tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta sesuai dengan rencana, kebi-
jakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan yang ada. Diharapkan dari kegiatan pe-
pemerintah yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan bersih dari tindakan
KKN di dalam pemerintahan sehingga tercipta tata kelola yang baik (good gove-
Salah satu fungsi dan tugas APIP, dalam hal ini Inspektorat, ialah melaku-
kan audit dan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebelum
Hasil tinjauan dari Inspektorat diharapkan dapat mengurangi tugas BPK dalam hal
rekomendasi atas temuan sehingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dapat
torat tidak lagi menjadi temuan BPK (Apriliyani et. al , 2013). Hasil temuan terse-
madai bagi APIP. Namun, pada kenyataannya kondisi APIP pada setiap lembaga/
lingkungan, sumber daya yang dimiliki maupun tata kelola yang diterapkan. Hal
tersebut mengakibatkan kapabilitas yang dimiliki oleh APIP juga menjadi berbeda
satu dengan yang lain (beragam), sehingga diperlukan pola umum yang dapat me-
dan mencapai efektivitas yang diharapkan. Pola yang diambil ialah metode IA-
APIP menjadi lima level, yaitu level 1 (initial), level 2 (infrastruc-ture), level 3
2019 dalam BPKP (2015) menyatakan bahwa pada akhir tahun 2019 perlu dilaku-
kan peningkatan pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan kapabi-
litas APIP dengan target capaian yaitu untuk penerapan SPIP sebesar (1) 80% un-
tuk provinsi; (2) 70% untuk kota/kabupaten; (3) 85% untuk kementrian agar ma-
4
sing-masing berada pada level 3 dan target capaian kapabilitas APIP ialah sebesar
85% APIP harus berada pada level 3. Namun, pada saat ini 85% kapabilitas APIP
kan sejumlah dana untuk mendanai kewenangan keistimewaan DIY sesuai dengan
UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Oleh karena itu, dibutuh-
kan pengawasan internal dan eksternal yang cermat untuk mengawasi penggunaan
dan memastikan bahwa penggunaan dana keistimewaan tersebut telah tepat sasar-
an.
Adanya dana keistimewaan membuat DIY harus menjadi lebih baik dalam
yang baik dan pemerintahan yang bersih. Laporan hasil pengawasan semester 1
(BPKP, 2015) menyatakan bahwa hasil audit BPK terhadap LKPD dan kapabilitas
APIP tahun 2014 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai berikut.
berada pada level 2 penuh telah membangun infrastruktur yang diperlukan dan
proses audit yang dilakukan secara tetap dan berulang, tetapi belum seluruh-nya
selaras dengan standar audit. Dalam hal ini Inspektorat Kabupaten Sleman
merupakan salah satu kabupaten di DIY yang masih berada pada level 2 dengan
catatan. Hal itu dapat diartikan bahwa pembangunan infrastruktur Kabupaten Sle-
man telah dilakukan, tetapi belum maksimal dan proses audit telah dilaksanakan,
bimbingan teknis terkait dengan tata kelola. Selain itu, dibutuhkan pedoman dan
sananya pengawasan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, dibuatlah standar
yang dapat menyelaraskan kinerja setiap APIP yaitu Peraturan Menteri Pendaya-
gunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Au-
dit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (SA-APIP) kemudian pada tahun 2014
60 Tahun 2008 yang dibuat untuk menjadi ukuran mutu minimal dalam
melakukan kegiatan audit dan bersifat wajib dipedomani oleh auditor internal
pemerintah.
6
Konteks riset studi kasus ini ialah pelaksanaan audit internal, yakni peme-
ialah pemeriksaan reguler, pemeriksaan dengan tujuan tertentu, tinjauan (reviu) la-
ler dikarenakan sasaran pemeriksaan ini diakukan secara menyeluruh atas pelaksa-
naan kinerja di SKPD, yakni meliputi tugas pokok dan fungsi, aspek pengelolaan
keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan sistem pengendalian
Sleman akan dievaluasi dengan standar audit yang berlaku. Tujuannya ialah untuk
sanaan audit di Inspektorat Kabupaten Sleman dengan standar yang berlaku se-
bilitas APIP agar mencapai target RPJMN pada akhir tahun 2019.
wa masih ada empat APIP di DIY yang berada pada level 2 dengan catatan per-
baikan dan Inspektorat Kabupaten Sleman termasuk salah satu di dalamnya. Se-
lain itu, mengingat target RPMJN 2015-2019 yang menyatakan bahwa setiap
APIP harus berada pada level 3 di akhir tahun 2019 dengan tujuan agar seluruh
APIP dapat mencapai peran efektif yang telah dinyatakan pada PP Nomor 60
Tahun 2008. Riset ini akan mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan audit internal di
7
Inspektorat Kabupaten Sleman dengan standar audit yang berlaku dan menentu-
kan hal-hal yang menjadi hambatan pelaksanaan audit serta mendapatkan upaya-
upaya perbaikan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan dalam riset ini ialah se-
bagai berikut.
terjadi.
Riset ini diharapkan dapat membantu pencapaian fungsi dan tugas ins-
agar sesuai dengan standar dan dapat mencapai tujuan audit. Riset ini diharapkan
juga dapat menemukan kendala atau hambatan yang mungkin terjadi sehingga
Kontribusi riset yang diharapkan dari riset ini antara lain, sebagai berikut:
2. Kontribusi teoritis, yakni menjadi bahan referensi bagi riset selanjutnya dan
Riset ini merupakan riset studi kasus yang mengambil objek di Inspektorat
Latar Belakang
dan Pertanyaan
Riset
Secara garis besar riset ini dibagi ke dalam lima bab, dengan sistematika
Bab I: Pendahuluan
Bab ini menjabarkan latar belakang atas pemilihan permasalahan riset ter-
problem riset, pertanyaan riset, tujuan riset, motivasi riset, kontribusi riset,
Bab ini memuat uraian teori dan konsep yang akan mendasari riset, yakni
terkait desain riset dengan pendekatan kualitatif, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam
Bab ini menguraikan hasil analisis data yang diperoleh dari kuesioner,
hal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, setelah dilakukan analisis
maka selanjutnya menguraikan diskusi hasil temuan riset studi kasus atas
Bab ini memaparkan simpulan yang diperoleh periset mengenai hasil riset
yang diperoleh dari studi kasus atas evaluasi pelaksanaan audit internal di
terkait hasil dengan hasil evaluasi tersebut sehingga tujuan riset dapat ter-
capai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka yang relevan dengan perma-
salahan riset, yaitu mengenai audit internal, auditor sektor publik, standar audit,
tahapan audit, program penjaminan dan pengembangan mutu, dan riset terdahulu.
“Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar
audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisien-
si, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerin-
tah”
fungsi penilaian independen yang dibangun dalam suatu organisasi untuk meme-
nisikan audit intern yang selanjutnya akan disebut sebagai audit internal, sebagai
berikut:
“Audit intern adalah kegiatan yang independen dan objektif dalam bentuk
pemberian keyakinan (assurance activities) dan konsultasi (consulting acti-
11
12
vties), yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan ope-
rasional sebuah organisasi (auditi).”
dalam rangka pemberian nilai tambah bagi organisasi itu sendiri. Tujuan audit
bahwa audit yang dilakukan oleh APIP terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Audit Kinerja
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek ke-
“Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pe-
merintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan aspek efek-
tivitas.”
PP Nomor 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam
audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain: (1) audit atas
an, dan penggunaan dana; dan (3) audit atas pengelolaan aset dan kewajiban.
Selanjutnya, yang termasuk audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi
dalam audit dengan tujuan tertentu merupakan audit yang tidak termasuk ke
dalam audit kinerja; yang termasuk ke dalam audit dengan tujuan tertentu an-
tara lain audit investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan audit atas
hal-hal di bidang lain. Menurut AAIPI (2014) audit dengan tujuan tertentu ia-
lah audit yang dilakukan dengan tujuan khusus, seperti audit khusus/inves-
tigatif/tindak pidana korupsi dan audit dengan tujuan tertentu lainnya baik
berbagai kantor pemerintahan baik di tingkat federal maupun negara bagian. Ge-
neral Accounting Office (GAO) merupakan salah satu kantor utama di tingkat
federal Amerika Serikat yang melaksanakan fungsi audit dan melakukan evaluasi
rakat. Di Indonesia audit seperti itu dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) yang merupakan lembaga yang bebas dan mandiri serta tidak berdiri di atas
pemerintahan yang dibentuk dengan harapan dapat melakukan audit secara inde-
kilan Rakyat (DPR). Pada dasarnya BPK melakukan pengawasan terhadap pe-
agar kegiatan pemerintah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan undang-
undang yang berlaku. Kegiatan pengawasan tersebut tidak hanya dilakukan oleh
BPK tetapi juga oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
sebut merupakan bagian dari auditor sektor publik, BPK merupakan auditor atau
merupakan auditor internal sektor publik atau disebut Aparat Pengawasan Intern
dan dapat dipakai oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai akuntabilitas
pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Oleh ka-
rena itu, laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang me-
madai dan dapat dipakai oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai akun-
Untuk mencapai tata kelola yang baik dan pemerintahan yang bersih, dibutuhkan
internal ini dilakukan oleh APIP untuk memastikan akuntabilitas pemerintah, sa-
15
auditor sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai Jabatan Fungsional
Auditor (JFA), pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan peng-
nyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
pengawasan internal pada instansi pemerintah, lembaga, dan/atau pihak lain yang
yang berkualitas, sebab audit yang berkualitas tidak hanya memberikan informasi
ternal di lingkungan pemerintah pusat dan/atau daerah ialah APIP (AAIPI, 2014).
APIP merupakan salah satu auditor internal di sektor pemerintah dan yang ter-
Tujuan APIP ialah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa ke-
giatan pemerintahan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah di-
tetapkan secara efektif dan efisien dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik (AAIPI, 2014). Kegiatan audit internal yang dapat dilakukan oleh APIP
menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) antara lain, sebagai
berikut:
a. Audit
tas, efesiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi in-
17
1) Audit keuangan;
2) Audit kinerja,
b. Evaluasi
prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana atau norma yang telah di-
c. Tinjauan
suai dengan ketentuan, standar, dan rencana atau norma yang telah dite-
tapkan.
d. Pemantauan
pengawasan yang berkulitas agar dapat mencapai peranan yang strategis. Untuk
kegiatan audit memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya, auditor yang berkompeten ialah auditor yang melakukan au-
dit secara objektif, cermat, dan seksama berdasarkan pengalaman dan pengetahu-
dilakukan audit bagi pemerintah. Oleh karena itu, GAO yang memiliki tugas un-
menyusun suatu standar untuk digunakan sebagai pedoman dalam melakukan au-
dit. Standar tersebut ialah Government Auditing Standards (GAS) atau yang biasa
dikenal dengan Yellow Book atau sering disebut sebagai Generally Accepted
dengan GAGAS akan memberikan informasi yang dapat digunakan untuk penga-
tahan.
petensi auditor, kendali kualitas, kinerja audit, dan pelaporan. Selain itu, GAGAS
juga berisikan persyaratan dan petunjuk yang membantu auditor dalam meng-
umpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan memadai serta melaporkan
hasilnya secara efektif. Standar ini digunakan oleh auditor dalam melaksanakan
swasta. Standar ini juga sering dijadikan landasan atau referensi dalam pembuatan
tujuannya, maka dibutuhkan peranan APIP dalam menciptakan nilai tambah pada
produk atau layanan instansi pemerintah karena APIP merupakan salah satu unsur
manajemen pemerintah yang dapat membantu terwujudnya tata kelola yang baik
dan pemerintahan yang bersih. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa
rintah. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan hasil audit yang berkualitas dan pen-
ses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola pemerin-tahan. Oleh karena
itu, diperlukan suatu ukuran mutu yang dapat menyelaraskan kegiatan peng-
awasan dan penilaian organisasi sektor publik, yakni dengan menyusun standar
audit internal bagi pemerintah agar siapapun auditor yang melaksanakan kegiatan
audit internal diharapkan dapat menghasilkan mutu hasil audit yang sama.
perlukan bagi auditor untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi pelak-
20
sanaan audit serta menjadi kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan
kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh APIP (BPKP, 2009). Menurut Aso-
sisai Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI, 2014) standar audit didefini-
“Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan
kegiatan audit intern yang wajib dipedomani oleh auditor intern pemerintah
Indonesia.”
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Re-
2008 tentang SPIP yang menyatakan bahwa standar audit harus disusun oleh or-
APIP berlaku bagi seluruh APIP untuk melakukan audit sesuai dengan keduduk-
an, tugas, dan fungsi masing-masing. Sistematika SA-APIP antara lain, sebagai
berikut:
1. Prinsip-Prinsip Dasar
2. Standar Umum
21
kut:
Bagan 2.1 Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (Permenpan No.
5 Tahun 2008)
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia disusun untuk menjaga mutu ha-
sil audit yang dilaksanakan oleh APIP dan menjadi bukti pelaksanaan amanat PP
Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 53 yang dilakukan oleh Asosiasi Auditor Intern Pe-
merintah Indonesia. Standar ini disusun dengan mengacu pada pedoman yang te-
lah ditetapkan oleh pemerintah dan disahkan dengan surat Keputusan Nomor:
rintah Indonesia, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah
Sejawat Auditor Intern Pemerintah Indonesia pada tanggal 24 April 2014. SAIPI
a. Prinsip-Prinsip Dasar
b. Standar Umum
1) kompetensi auditor,
3) kewajiban auditor,
kut:
23
zzzzzzz
STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA
Gambar 2.2 Standar Audit Intern
Standar Pemerintah
Atribut (AtributeIndonesia
Standards)
Prinsip-Prinsip Dasar
Standar Umum
Standar Pelaksanaan (Performance Standards)
dalam melaksanakan tugas audit. Setiap tahap mempunyai tujuan dan manfaat ter-
tentu untuk mencapai tujuan audit dan setiap jenis audit memiliki tahapan yang
berbeda. Tahapan audit umum menurut Taylor dan Glezen (1997) dalam BPKP
(2009) yang selanjutnya diadaptasi untuk audit operasional antara lain, sebagai
berikut:
Pada setiap tahap auditor dapat menentukan tujuan audit, penyusunan pro-
gram kerja audit dan kertas kerja audit. Proses tersebut akan dilakukan pada tahap
24
survei pendahuluan, evaluasi SPM, dan pengujian subtantif. Pada tahap pengem-
Setiap audit diawali dengan tujuan dan tujuan tersebut akan menentukan
jenis audit yang akan dilakukan (GAO, 2011). Tujuan audit merupakan hasil yang
hendak dicapai dari suatu kegiatan audit. Secara umum tujuan audit antara lain
kan sifat dan luas pekerjaan yang harus dilaksanakan serta mempersiapkan pro-
gram audit untuk kegiatan audit yang dilakukan. Tujuannya ialah selain untuk
mencapai tujuan audit juga untuk mengatur secara sistematis prosedur audit yang
akan dilaksanakan selama audit berlangsung (Boynton, 2002). BPKP (2009) me-
nyatakan bahwa Program Kerja Audit (PKA) merupakan rancangan prosedur dan
teknik audit yang disusun secara sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh
auditor dalam menjalankan kegiatan audit untuk mencapai tujuan audit. PKA di-
susun setelah auditor memperoleh pemahaman yang cukup tentang tujuan audit
pada setiap tahap. Konsep PKA disiapkan oleh ketua tim kemudian pengendali
harus ditempuh oleh auditor disebut dengan prosedur audit. Menurut Boynton
(2002) prosedur audit merupakan metode atau teknik yang digunakan dan tin-
dakan yang dilakukan oleh auditor selama kegiatan audit berlangsung untuk me-
Prosedur audit memberikan petunjuk kepada tim audit mengenai hal yang
harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan audit. Setiap prosedur audit
bukti audit. Cara atau langkah yang dilakukan itu disebut teknik audit. Dengan de-
mikian, dapat disimpulkan bahwa prosedur audit adalah urutan langkah yang ha-
rus ditempuh auditor saat melakukan audit dan teknik audit merupakan cara yang
Menurut Boynton (2002) dalam kegiatan audit terdapat sepuluh jenis teknik
1. Prosedur Analitis
2. Inspeksi
dokumen dan catatan serta pemeriksaan atas sumber daya berwujud untuk men-
3. Konfirmasi
4. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan biasanya dilakukan oleh auditor dengan cara lisan atau
tertuli. Permintaan keterangan ini biasanya diajukan kepada manajemen atau kar-
yawan. Pengajuan pertanyaan atas permintaan keterangan ini biasanya muncul se-
5. Perhitungan
tungan biasa dilakukan pada sumber daya yang memiliki wujud, seperti kas dan
persediaan, serta kesesuaian seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah di-
cetak.
6. Penelusuran
pencatatannya dalam catatan akuntansi atau dalam kata lain teknik ini memberi-
28
kan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber telah dicatat ke
meriksa kebenaran atau keabsahan suatu bukti yang mendukung transaksi. Teknik
ini memastikan bahwa catatan akuntansi memiliki dokumen sumber yang men-
dasari catatan tersebut atau memastikan keberadaan dan keterjadian suatu catatan
akuntansi.
8. Pengamatan
beberapa kegiatan atau proses bisnis klien. Tujuannya untuk memastikan kegiatan
yang dilaksanakan dalam proses bisnis dilakukan sesuai dengan prosedur atau ke-
9. Pelaksanaan Ulang
proses bisnis klien yang dilakukan oleh auditor. Hasil dari pelaksanaan ulang oleh
auditor selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil yang dilakukan oleh klien.
sanakan dengan penggunaan perangkat lunak apabila catatan akuntansi klien di-
laksanakan dengan media elektronik. Teknik audit ini dapat digunakan sebagai
audit. Selain itu, auditor harus menentukan kecukupan dan kesesuaian bukti se-
cara keseluruhan agar mampu memberikan dasar yang memadai untuk temuan
dan kesimpulan yang akan dinyatakan oleh auditor. GAO (2011) menyatakan
bahwa bukti dikatakan cukup dan tepat ketika mampu memberikan dasar yang
memadai untuk mendukung temuan dan kesimpulan dalam konteks tujuan audit.
“bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor
untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan rekomendasinya da-
lam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya”
Tidak seluruh informasi yang didapatkan bermanfaat bagi audit. Oleh ka-
rena itu, informasi yang didapatkan harus dipilih agar dapat digunakan sebagai
bukti audit. Informasi dapat dijadikan bukti audit apabila memenuhi persyaratan
(1) relevan; (2) kompeten; (3) cukup; dan (4) material (BPKP, 2009). Menurut
Boynton (2002) kecukupan atas bukti audit dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
(1) materialitas dan risiko; (2) faktor-faktor ekonomi; dan (3) ukuran dan karakter-
istik populasi.
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan yang dibuat oleh auditor
yang diterapkan serta simpulan yang dibuat selama melakukan audit. Menurut
SAS 41 dalam Boynton (2002) kertas kerja merupakan catatan yang disimpan
30
oleh auditor mengenai prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang telah
dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai dalam ke-
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan dan hasil tindak lanjut (seluruh
yang diperoleh, dan simpulan hasil audit. Langkah-langkah kerja dalam PKA
yang telah dilaksanakan menghasilkan data dan penarikan simpulan hasil audit
auditor eksternal, dan sarana pengendalian mutu. Penyusunan KKA akan dika-
takan baik apabila memenuhi prinsi-prinsip (1) relevan; (2) sesuai dengan PKA;
(3) lengkap dan cermat; (4) mudah dimengerti; (5) rapi; (6) efisien; dan (7) sera-
gam.
Laporan hasil audit merupakan hasil akhir dari proses audit. Auditor harus
membuat laporan hasil audit sesuai dengan penugasannya yang disusun dalam
untuk: (1) mengomunikasikan hasil audit kepada auditi dan pihak lain yang
(3) menjadi bahan untuk melakukan perbaikan bagi auditi dan instansi terkait; dan
(4) memudahkan pemantauan tindak lanjut atas pengaruh tindakan perbaikan yang
Laporan hasil audit harus dibuat secara tertulis untuk menghidari kemung-
kinan salah tafsir atas kesimpulan, temuan, dan rekomendasi auditor. Selain itu,
laporan hasil audit juga harus segera dibuat setelah selesainya pekerjaan lapangan.
Laporan hasil audit pada dasarnya bisa berbentuk surat atau bab. Laporan hasil
audit berbentuk surat digunakan apabila temuan dari hasil audit tidak banyak,
sedangkan laporan audit berbentuk bab digunakan apabila hasil temuan audit ba-
nyak. Baik bentuk surat maupun bab, menurut SA-APIP (2008) laporan hasil
2. Identifikasi audit;
rima laporan;
bagai temuan audit. Laporan hasil audit yang dihasilkan oleh auditor harus tepat
oleh masing-masing APIP dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hasil peng-
awasannya. Menurut standar IIA (2012) kepala audit internal harus mengem-
yang mencakup seluruh aspek aktivitas audit internal. Program jaminan dan pe-
suaian aktivitas audit internal terhadap definisi audit internal, standar, dan eva-
luasi penerapan kode etik serta menilai efisiensi dan efektivitas aktivitas audit in-
kinan yang memadai bahwa pekerjaan audit yang dilaksanakan telah sesuai de-
ngan standar yang ada, piagam audit, dan atau standar lain yang berlaku (Sawyer,
secara internal dan eksternal. Program penilaian internal dilakukan dengan pe-
laksanaan supervisi dan penilaian secara periodik, baik semester maupun ta-
hunan. Program penilaian eksternal dapat dilakukan dengan tiga cara yakni (1)
(2) validasi oleh pihak eksternal; dan (3) telaah sejawat oleh APIP lainnya
(AAIPI, 2014b).
audit telah sesuai dengan standar audit. Tujuan telaah sejawat ialah melakukan pe-
tentang kesesuaian aktivitas APIP dengan standar audit, dan memastikan bahwa
audit telah dilaksanakan oleh auditor yang berkompeten dan dilengkapi dengan
tase pemenuhannya. Kesimpulan untuk setiap kategori standar akan dihitung ber-
dasarkan rata-rata persentase dari setiap hasil pertanyaan. Hasil akhir penilaian a-
AAIPI pada tahun 2014 untuk menjawab pertanyaan riset. Penggunaan telaah se-
jawat sebagai alat bantu penilaian kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar
audit dipilih karena pedoman telaah sejawat menyediakan alat bantu dan tahapan
34
dalam penilaian kesesuaian pelaksanaan audit yang dilakukan oleh APIP dengan
standar audit.
Nama Alat
No. Judul Riset Hasil Sumber
Periset Analisis
Inspektorat SAIPI di Akuntansi
Kabupaten Inspektorat FEB UGM
Purworejo Kabupaten
Purworejo
masih kurang
baik dan
pengendalian
mutu audit
dilaksanakan
berdasarkan
pedoman
kendali mutu
audit, namun
belum
sepenuhnya
memadai.
4. Purwaniati Pengaruh Regresi, Penerapan SAP, Jurnal
Nugraheni Penerapan Analisis pengetahuan Ekonomi
dan Imam Standar Koefisien pengelola Bisnis No.
Subaweh Akuntansi Penentu. UAPPA EI dan 1, Vol.13
Pemerintah UAPPB, dan
terhadap ketersediaan
Kualitas sarana dan
Laporan prasarana
Keuangan (di berpengaruh
Inspektorat terhadap
Jendral kualitas laporan
Departemen keuangan.
Pendidikan Laporan
Nasional) keuangan
Inspektorat
setelah
menerapakan
SAP dan
dukungan
pengetahuan
pengeloalan,
sarana dan
prasarana
mengalami
peningkatan
kualitas dan
memenuhi
karakteristik
36
Nama Alat
No. Judul Riset Hasil Sumber
Periset Analisis
laporan
keuangan yang
baik.
5. Fourita Mei Evaluasi Kualitatif Pelaksanaan Tesis S-2
Widati Pelaksanaan Analisis audit Program
Audit Tematik investigatif di Magister
Investigatif Inspektorat Akuntansi
pada Inspektorat Kulon Progo FEB UGM
Daerah belum
Kabupaten sepenuhnya
Kulon Progo sesuai dengan
SAAPIP, yakni
tidak adanya
pedoman audit
investigasi,
tidak semua tim
audit menyusun
PKA, proses
tinjauan tidak
didokumentasi-
kan dan KKA
tidak disusun
dan dikelola
sesuai dengan
SA-APIP.
BAB III
DESAIN RISET
Bab ini menguraikan tentang rancangan riset yang akan dilakukan, yaitu
gambaran umum objek riset, proses riset, metode riset (yang terdiri atas rerangka
jenis riset, jenis data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data kuali-
yang dipimpin oleh Inspektur yang dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab
langsung kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari
sekretaris daerah. Inspektorat Kabupaten Sleman ialah APIP yang dibentuk de-
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
37
38
aan yang baik melalui pengawasan yang profesional”. Dalam rangka mencapai vi-
nya.
Kabupaten Sleman ialah untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan
erah yang bersih dan bebas dari praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotis-
me.
pengawasan yang diberikan oleh Inspektorat Kabupaten Sleman antara lain, se-
bagai berikut:
1. audit kinerja atas penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah daerah. men-
cakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan audit kinerja atas
bahwa penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah daerah telah sesuai ke-
tentuan;
antara lain, reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah dan reviu atas la-
sasi, dan konsultasi terhadap penyeleggaraan tugas dan fungsi pemerintah da-
erah.
Sleman Nomor 41 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Ins-
1. Inspektur,
Inspektur
Jabatan Sekertaris
Fungsional Audit
ber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki. Kondisi SDM di Inspektorat Kabupaten
Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah SDM di Inspektorat Kabupaten
Sleman sebanyak 50 orang pada tahun 2015 yang terdiri atas 32 orang sebagai
SDM pengawasan (26 orang auditor dan pengendali teknis, 1 orang P2UPD, 4
orang irban, 1 orang sekertaris dan 1 orang inspektur) dan 17 orang sebagai SDM
laksanakan fungsi pengawasan berupa audit, reviu, dan evaluasi. SDM penunjang
pengawasan merupakan SDM yang melaksanakan tugas tata usaha dan fungsi
Latar belakang pendidikan atau pendidikan terakhir yang dimiliki oleh SDM
(62%), diikuti oleh S-2 sebanyak 7 orang (14%), SLTA sebanyak 8 orang (16%),
Langkah pertama dalam proses riset studi kasus ini ialah menentukan objek
riset dan menemukan permasalahan yang ada di dalam objek riset tersebut.
Setelah ditemukan permasalahan yang terdapat pada objek riset, selanjutnya per-
masalahan riset tersebut dijabarkan pada bab I untuk dijadikan dasar/latar bela-
kang atas penentapan pertanyaan riset. Pertanyaan riset yang akan mendasari pe-
riset untuk melakukan riset tersebut dan yang menjadi dasar atas riset ini ialah ke-
2. Tujuan Riset
Proses riset selanjutnya (langkah kedua) ialah menetapkan tujuan riset. Sete-
menetapkan tujuan riset. Tujuan riset akan membantu periset dalam menye-
lesaikan riset, sebab jika tidak memiliki tujuan maka tidak memiliki tanggung ja-
wab untuk menyelesaikan riset. Selain itu, tujuan riset juga dapat mencerminkan
bahwa riset yang dilakukan ini memiliki manfaat dan dapat digunakan untuk me-
nambah pengetahuan. Maka tujuan dari riset ini ialah untuk mengevaluasi kese-
Langkah ketiga dalam riset ini adalah memaparkan teori atau konsep yang
berkaitan dengan riset yang akan dilakukan. Teori yang berkaitan dengan riset ini
43
yakni yang berkaitan dengan audit internal, auditor internal, standar audit, tahapan
audit, dan pengendali mutu atas audit yang dilakukan. Teori atau konsep ini mem-
bantu periset dalam melakukan analisis data dan dalam melaksanakan kegiatan ri-
set.
4. Metodologi Riset
Langkah keempat dalam riset ini adalah menentukan metodologi riset yang
digunakan. Pada langkah ini dijabarkan mengenai jenis, proses dan analisis data
yang akan dilakukan agar dapat mencapai tujuan riset dan menjawab pertanyaan
riset. Riset ini akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara telaah dokumen terkait pelaksanaan audit, kuesioner,
Langkah terakhir pada proses riset ini ialah memaparkan hasil yang
didapatkan dari analisis data. Setelah hasil pengolahan data didapatkan, dilakukan
analisis yang hasilnya diharapkan dapat menjawab pertanyaan riset. Seluruh hasil
kan tujuan riset, dan memaparkan tinjauan pustaka yang sesuai dengan topik riset,
langkah selanjutnya ialah menetapkan metodologi riset. Metodologi riset ini mem-
44
nakan pada riset yang bertujuan untuk menyelidiki dan memahami pendapat baik
individu maupun kelompok tentang suatu permasalahan yang terjadi baik masalah
sosial maupun masalah kemanusiaan. Proses riset kualitatif antara lain dilakukan
ri partisipan, menganalisis data secara induktif (mulai dari tema yang khusus ke
Studi kasus merupakan metode yang dipilih dalam riset ini dengan ha-
rapan dapat mengembangkan analisis secara mendalam antara lain, tentang suatu
program, peristiwa, aktivitas, atau proses yang dibatasi dengan waktu. Periset a-
kan mengumpulkan informasi secara lengkap untuk mencapai tujuan riset dengan
menggunakan berbagai prosedur dan teknik pengumpulan data pada waktu yang
telah ditentukan. Menurut Yin (2014) riset studi kasus bukan hanya menjawab
pertanyaan riset tentang “apa” objek yang diteliti, namun lebih menyeluruh dan
jadi.
45
Data riset yang dikumpulkan dalam riset ini berupa data primer dan data
sekunder.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
objek riset melalui kuesioner dan wawancara. Kuesioner dan wawancara akan
teknis, ketua tim audit, dan anggota tim audit. Kuesioner yang akan dibagikan
berdasar pada pedoman penilaian yang disediakan oleh AAIPI untuk menilai
hanya yang berasal dari draft/pedoman wawancara saja tetapi dapat bersifat
spontan mengikuti jawaban dari partisipan namun tetap berada pada tema
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen atau arsip yang
dimiliki oleh objek riset yang akan membantu terjawabnya pertanyaan riset.
Dokumen yang akan diperoleh ialah dokumen yang terkait dalam kegiatan
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data pada riset ini dilakukan
1. Dokumentasi
dokumen yang relevan dengan tema riset. Dalam riset ini periset akan meminta
dokumen-dokumen yang relevan dengan tema riset, yakni dokumen yang terkait
umentasi penugasan, rencana strategis, PKPT, piagam audit, PKA, KKA, LHP,
2. Kuesioner
dengan standar yang berlaku. Kuesioner yang dibagikan berdasarkan pedoman te-
laah sejawat yang dikeluarkan oleh AAIPI untuk menilai kesesuaian antara
pelaksanaan audit dengan standar audit. Kuesioner ini akan dibagikan kepada
ternatif jawaban/tanggapan yang telah disediakan, yakni jawaban “ya” dan “ti-
dak”. Hasil dari jawaban yang dikelompokkan ke dalam jawaban “ya” atau “ti-
3. Wawancara
yang dianggap memiliki posisi paling terbaik untuk memberikan informasi yang
akurat terkait riset yang dilakukan, memiliki hubungan langsung dengan objek ri-
set, dan memiliki kompetensi yang tinggi. Dengan demikian yang akan menjadi
partisipan dalam riset ini ialah inspektur pembantu, subbag keuangan dan peren-
canaan, pengendali teknis, ketua tim audit, dan anggota tim audit.
ngendali teknis menjadi partisipan karena ketiga bagian tersebut merupakan peng-
yang dapat membantu untuk menjawab pertanyaan riset dan dapat mengkon-
firmasi data yang diperoleh dari partisipan lainnya. Pemilihan ketua tim dan ang-
gota tim audit menjadi partisipan karena tim audit berhubungan langsung dengan
objek riset sehingga memiliki informasi yang akurat untuk menggambarkan pe-
dari partisipan baik dari pendidikan dan kelengkapan profil, selanjutnya meminta
izin kepada para partisipan untuk melakukan perekaman selama wawancara ber-
langsung. Jenis wawancara yang akan dilakukan kepada para partisipan ialah
diajukan dapat bersifat spontan (bersifat terbuka) namun tetap pada batasan tema
48
dan alur pembicaraan karena sebelum dilakukan wawancara telah disiapkan draft/
Dalam riset kualitatif ini analisis data dimulai dengan menyiapkan seluruh
data yang diperoleh, seperti dokumen terkait dengan pelaksanaan audit pada objek
riset, hasil kuesioner, dan hasil wawancara dari para partisipan. Kuesioner yang
telah diisikan oleh para partisipan akan direkap dengan cara membandingkan tiap-
tiap jawaban dengan hasil wawancara dan telaah dokumen. Selanjutnya, hasil wa-
wancara akan ditranskrip dan dianalisis kemudian dilakukan reduksi data menjadi
suatu tema melalui proses pengkodean dan peringkasan untuk masing-masing ko-
hasil yang diperoleh dicocokkan dengan pertanyaan riset untuk memastikan bah-
langkah terakhir seluruh hasil dipaparkan dalam pembahasan dan disajikan dalam
3.3.4.1 Kuesioner
ngan alternatif jawaban yang telah disediakan yakni jawaban “ya” dan “tidak”.
Hasil dari jawaban yang dikelompokkan ke dalam jawaban “ya” atau “tidak” di-
peroleh dengan cara menganalisis hasil kuesioner yang terkumpul dari partisipan.
49
dengan jawaban partisipan yang lain melalui wawancara dan melakukan cek de-
annya dengan masing-masing bobot nilai yang telah ditetapkan dalam lampiran
Setiap pertanyaan dalam kuesioner memiliki bobot dan akan dihitung ber-
kelompokkan sesuai dengan standar audit yaitu standar pelaksanaan audit internal
internal, dan standar komunikasi audit internal dengan unsur komunikasi hasil pe-
nugasan audit internal dan pemantauan hasil tindak lanjut untuk kemudian dihi-
standar audit yang diatur dalam pedoman telaah sejawat mengacu pada Peraturan
1. Sangat Baik (SB) berarti kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit
dan kode etik sudah seluruhnya atau sebagian besar telah sesuai.
2. Baik (B) berarti usaha yang dilakukan untuk memenuhi setiap standar rinci
dan unsur kode etik, standar kelompok atau standar keseluruhan sudah cukup
baik, tetapi masih terdapat kekurangan yang cukup banyak dalam pemenuh-
annya.
3. Cukup Baik (CB) berarti masih terdapat kekurangan yang cukup material
dalam pemenuhan kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit dan ko-
de etik.
4. Kurang Baik (KB) berarti APIP belum memiliki kesadaran tentang standar
audit dan kode etik, APIP belum melakukan usaha yang cukup baik dalam
pemenuhan standar dan kode etik, atau bahkan gagal dalam memenuhi se-
bagian besar atau keseluruhan standar rinci, standar kelompok dan standar se-
si APIP.
lapangan riset. Dalam tahap ini hasil wawancara dan pengamatan akan dipisahkan
atau dipilih untuk menentukan hasil yang relevan untuk menjawab pertanyaan ri-
set. Proses reduksi data merupakan proses yang berulang mulai dari pengumpulan
Reduksi data dilakukan dengan metode analisis tematik. Metode ini di-
dalam data (Braun dan Clarke, 2006). Langkah-langkah dalam analisis tematik a-
1. Mengenali Data
Mengenali data dilakukan dengan cara memahami konteks data secara lebih
dalam dan lebih luas. Tahapan ini biasanya terdiri atas melakukan pengulangan
dalam membaca data dan membaca data secara aktif dengan mencari makna dan
pola. Periset akan membaca data-data sekunder yang didapatkan terkait dengan
pelaksanaan audit internal dan akan mencocokan dengan standar yang berlaku.
Untuk data yang direkam maka tahapan ini termasuk ke dalam kegiatan men-
transkrip data hasil wawancara kata per kata. Transkrip data ini menjadi cara yang
ciri-ciri data yang tampak menarik bagi periset dan memiliki arti terkait dengan
fenomena yang menjadi bahan riset, seperti isu, topik, ide, dan pendapat yang
3. Menemukan Tema
digabungkan dan membentuk suatu tema. Langkah ini dapat disebut dengan me-
kode yang dapat dijadikan suatu tema. Tema yang dibuat dapat berasal
dari kode yang berbeda namun memiliki satu pengertian yang relevan.
sahan atau pemilahan tema yang ada sehingga dapat diperoleh tema
yang sesuai (dapat menjawab pertanyaan riset) maupun yang tidak se-
suai.
4. Menuliskan Hasil
hasil riset. Hasil yang dituliskan harus konsisten, logis, dan dapat menggambarkan
cerita yang terkandung di dalam data. Hasil harus mengandung bukti yang cukup
atas tema yang tercakup di dalam data dan menjawab pertanyaan riset serta men-
Pada tahap ini setelah data direduksi, langkah selanjutnya ialah menya-
jikan data yang telah direduksi tersebut ke dalam suatu bentuk yang dapat di-
pahami, yaitu berupa teks naratif dan tabel yang akan menggambarkan kesesuai-
53
an antara pelaksanaan kegiatan audit dengan standar audit yang berlaku serta me-
maparkan kendala-kendala yang mungkin terjadi dan upaya yang telah dilakukan.
Simpulan final dapat diperoleh sejak awal pengumpulan data atau setelah
seluruh data terkumpul. Dalam riset ini simpulan akhir yang muncul diharapkan
dapat menjawab pertanyaan riset yang telah ditentukan pada awal riset, meskipun
bahkan dapat memunculkan suatu temuan baru yang didapatkan pada saat dilaku-
kan riset lapangan. Saat simpulan akhir selesai dibuat, periset kembali melihat
apakah seluruh pertanyaan riset telah terjawab dan memastikan bahwa seluruh
pertanyaan riset telah mencapai tujuan riset ini. Selanjutnya, setelah penarikan
simpulan periset memberikan saran sebagai suatu tanggapan dari hasil simpulan
yang diperoleh, saran dapat berupa upaya perbaikan apabila ditemukan ketidakse-
kriteria tertentu. Dalam riset kualitatif pengujian meliputi validitas internal, vali-
litas (validasi internal) data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain me-
referensi buku dan hasil riset atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
54
temuan sehingga periset akan mendapatkan wawasan yang lebih luas dan tajam
beberapa sumber. Data yang diperoleh tidak hanya wawancara dengan auditor
sumber yang sama, tetapi teknik pengambilan datanya berbeda. Periset akan
sistematis, dan dapat dipercaya. Apabila pembaca laporan riset memperolah gam-
kan dengan cara audit terhadap keseluruhan proses riset. Fase audit terhadap ke-
seluruhan proses riset juga dapat dilakukan dengan cara mengaudit keseluruhan
aktivitas periset dalam melakukan riset, bagaimana periset mulai menentukan ma-
salah, observasi lapangan, sampai dengan membuat kesimpulan. Dalam riset kua-
litatif uji objektivitas sama dengan uji reabilitias, sehingga keduanya dapat dilaku-
Bab ini membahas hasil temuan, analisis, dan diskusi untuk menjawab per-
pada para partisipan serta melakukan telaah dokumen terkait pelaksanaan audit in-
ternal pada Inspektorat Kabupaten Sleman, dilakukan penilaian atas hasil peng-
umpulan data tersebut dengan menggunakan pedoman telaah sejawat yang diter-
bitkan oleh AAIPI untuk menilai kesesuaian pelaksanaan audit internal di Inspek-
torat Kabupaten Sleman dengan standar audit. Penetapan jawaban kuesioner ber-
dasar pada hasil pengumpulan jawaban kuesioner yang kemudian disesuaikan de-
ngan hasil wawancara dan telaah dokumen sehingga memperoleh hasil yang dapat
55
56
Tabel 4.2 Simpulan penilaian kesesuaian pelaksanaan audit dengan Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI)
kegiatan audit internal yang sesuai dengan standar, namun masih terdapat keku-
Nilai Rata-Rata
Nilai Rata-Rata
Standar Standar
Standar Rinci
Kelompok
Prinsip-Prinsip Dasar
Visi, misi, tujuan, kewenangan dan
100%
tanggung jawab APIP
73,33%
Independensi dan objektivitas 80%
Kepatuhan terhadap kode etik 40%
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pemenuhan terhadap prinsip-prinsip da-
sar ialah 73,33% atau “baik”. Dari indikator Audit Charter (piagam audit) yaitu
visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP menunjukkan bahwa
seluruh kriteria yang ada telah terpenuhi atau pemenuhannya sudah 100%, yaitu
piagam audit yang telah disetujui dan ditandatangani oleh pemimpin APIP dan pe-
merintah daerah serta telah menyosialisaikan dan mereviu (meninjau) piagam au-
dit tersebut. Dalam hal pemenuhan kesesuaian dengan standar, piagam audit me-
mang sudah sangat baik, tetapi untuk penerapan atau pelaksanaan piagam audit
belum dapat dipastikan pemenuhannya, sebab piagam audit dibuat untuk menca-
visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP dengan rencana peng-
pengawasan yang dilakukan oleh APIP. Namun, periset memiliki keterbatasan da-
lam mengakses hal tersebut sehingga hal yang dapat diperoleh oleh periset ialah
rencana pengawasan, ketentuan yang ada dalam piagam audit belum dilakukan
secara memadai. Hal tersebut dapat dilihat dari butir tanggung jawab inspektorat
yang merupakan bagian dari piagam audit yang menyatakan bahwa PKPT yang
disusun harus peduli risiko dan inspektorat harus mampu menyusun skala priori-
tas, namun pada PKPT tahun 2016 belum ada skala prioritas dan perhitungan risi-
ko hanya dari pelaksanaan (SPIP) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
an yang berlaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa piagam audit secara
formal telah sesuai dengan standar namun penerapannya dalam penyusunan ren-
awasan dari pimpinan APIP kepada pimpinan pemerintah daerah, tidak ada pem-
batasan ruang lingkup dan akses pada saat melakukan audit, pemberian tugas ke-
saat terjadi penugasan yang demikian, auditor akan melaporkannya kepada ins-
pektur pembantu (irban). Dari tujuh kriteria terdapat satu kriteria yang tidak ter-
penuhi, yaitu hasil penugasan dan simpulan berdasarkan dari observasi dan bukti
40% atau “kurang baik”. Terdapat kode etik pada Inspektorat Kabupaten Sleman
dan telah disosialisasikan kepada auditor setiap apel sehingga telah memenuhi dua
kriteria standar yang ada. Dari empat kriteria masih terdapat dua kriteria yang be-
lum terpenuhi, yaitu penerapan kode etik yang belum dipantau oleh APIP, dan ha-
sil pemantauan kode etik menunjukkan kepatuhan yang tinggi belum dapat ter-
lihat.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan hal-hal yang belum sesuai de-
1. Hasil penugasan dan simpulan belum berdasarkan observasi dan bukti yang
faktual.
yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan audit internal. Informasi yang
dan rekomendasi yang diberikan auditor terkait dengan audit yang telah dilaksa-
nakan. Di Inspektorat Kabupaten Sleman, menurut partisipan KT1, bukti yang di-
60
berikan anggota tim kepada ketua tim terkait dengan audit yang dilakukan pada
menyebabkan keraguan pada ketua tim dalam penyusunan simpulan dan laporan
“Terkadang ada yang sudah, tapi buktinya nggak ada. Ini baik,
memadai, tapi nggak dikasih perincian, ditunjukkan dengan apa
memadainya. Lalu buktinya apa toh kalau dia sudah, obriknya sudah
memadai” (PA-118)
Bukti memiliki kegunaan untuk mendukung atau menguatkan suatu argu-
men yang diberikan oleh auditor. Kurangnya bukti yang faktual tentu akan me-
paten Sleman dalam melakukan observasi dan mengumpulkan bukti dapat menye-
babkan laporan hasil penugasan dan simpulan yang diberikan menjadi tidak andal.
Auditor harus menaati dan melaksanakan kode etik yang telah ditetapkan
dengan harapan dapat menerapkan dan menegakkan prinsip etika, yaitu integritas,
pektorat Kabupaten Sleman menggunakan kode etik pemerintah (kode etik APIP)
tern Pemerintah Indonesia (KE-AAIPI). Kode etik tersebut telah dibagikan kepada
seluruh auditor dan akan dibacakan setiap apel pada hari Senin seperti yang di-
“Setiap orang mempunyai satu, ada SK nya dari pak inspektur, terus
kita dibagi (bergilir) satu-satu untuk membaca, setiap apel hari senin
itu dibacakan.” (DN-2)
Kode etik memang telah disosialisasikan secara rutin, tetapi pemantauan
penerapan kode etik pada setiap auditor belum dilakukan secara aktif seperti yang
tau penerapan kode etik secara aktif. Pemantauan masih bersifat umum sesama
au-ditor yaitu dengan saling mengingatkan tanpa ada pegawasan langsung dari
terhadap kode etik karena tidak ada pemantauan secara aktif dan tidak pernah
dilakukan evaluasi kepada auditor terhadap penerapan kode etik sehingga APIP
tidak memi-liki laporan hasil pemantauan kode etik untuk menilai tingkat
kepatuhan auditor.
Tabel 4.4 Hasil penilaian kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar umum
Nilai Rata-Rata
Nilai Rata-Rata
Standar Standar
Standar Rinci
Kelompok
Standar Umum
Kompetensi auditor 65%
Kompetensi dan kecermatan profesional 50%
Kewajiban auditor 55% 48,75%
Program pengembangan dan penjamin
25%
kualitas
Berdasarkan tabel 4.4 pemenuhan pelaksanaan audit dengan standar umum
adalah 48,75% atau “kurang baik”. Indikator pertama, yakni kompetensi auditor
62
pemenuhannya adalah 65% atau “cukup baik”, Inspektorat Kabupaten Sleman te-
lah menetapkan kriteria kualifikasi dan standar kompetensi untuk auditor, selain
auditor antara lain berupa Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) dan bimbingan teknis
(bimtek), Inspektorat Kabupaten Sleman juga telah menugaskan tenaga ahli pen-
damping apabila keahlian auditor belum memadai. Dari enam kriteria masih ter-
dapat dua kriteria yang belum terpenuhi yaitu kriteria kualifikasi auditor belum di-
evaluasi secara berkala dan auditor belum menjalankan fungsi sesuai perannya.
bupaten Sleman telah mencakup tujuan, penentuan ruang lingkup, dan pemilihan
metode pengujian. Pelaksanaan kegiatan audit juga telah didukung dengan per-
alatan yang memadai pada saat pelaksanaan audit. Dari empat kriteria terdapat
dua kriteria yang masih belum terpenuhi, yaitu perencanaan penugasan audit yang
belum sepenuhnya mencakup penentuan signifikan atau tidaknya suatu risiko dan
“cukup baik”. Auditor telah memiliki pengetahuan dan akses atas informasi ter-
aktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik dalam kegiatan audit in-
ternal. Auditor juga telah diikutkan dalam pelatihan, seminar, dan PKS namun ti-
dak dalam semua pelatihan (diikutkan secara bergantian). Selain itu, Inspektorat
Dari delapan kriteria ada empat kriteria yang belum terpenuhi yaitu kinerja auditor
yang belum direviu secara berkala, auditor belum mengikuti keanggotaan asosiasi
profesi, auditor belum ikut berpartisipasi dalam proyek riset yang memiliki subs-
tansi dibidang pengawasan, dan belum ada pelatihan kecakapan untuk mengiden-
tifikasi kecurangan.
tingkat pemenuhannya ialah 25% atau “kurang baik”, telah dilakukan penilaian
man, dari empat kriteria masih terdapat tiga kriteria yang belum terpenuhi, yaitu
melakukan penilaian internal dan eksternal (dalam hal telaah sejawat) terhadap se-
mua aspek kegiatan audit internal serta pelaksanaan reviu berjenjang yang belum
1. Kriteria kualifikasi auditor belum dievaluasi secara berkala dan auditor belum
tanggung jawabnya. Pemimin APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan,
audit. Aturan tentang tingkat pendidikan formal minimal dan kualifikasi yang di-
perlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi auditi serta kebutuhan Inspektorat Kabupaten Sleman. APIP telah mene-
64
tapkan kriteria kualifikasi untuk auditornya, seperti yang dinyatakan oleh parti-
sipan IK berikut.
evaluasi secara berkala oleh Inspektorat Kabupaten Sleman. Hal tersebut di-
dukung dengan keseluruhan pengisian kuesioner dari para partisipan yang menya-
takan bahwa tidak ada evaluasi atas kriteria secara berkala, dan didukung dengan
“Kalau untuk kriteria kan kita dari BPKP pusat ya jadinya kita ngi-
kutin aturan dari sana” (DN-24)
“Iya belum (belum dilakukan evaluasi). Seperti ini, belum lama jen-
jang untuk pengendali teknis agak sulit untuk sekarang itu juga in-
formasi dari sana (BPKP).” (DN-26)
Seluruh auditor di Inspektorat Kabupaten Sleman yang bertugas dalam pe-
laksanaan audit telah memiliki sertifikasi auditor yang sesuai dengan jenjangnya.
Contohnya, partisipan KT2 ialah seorang ketua tim dan memiliki sertifikat seba-
gai ketua tim audit, namun karena banyaknya kegiatan audit yang harus dilakukan
65
juga, seorang pengendali teknis dapat menjadi ketua tim saat dilaksanakannya ke-
giatan audit karena banyaknya tugas audit dan sedikitnya personil. Hal ini dinya-
Pada saat ini jumlah ketua tim dan pengendali teknis di Inspektorat Kabupaten
Sleman lebih banyak dari pada anggota timnya, hal itu yang menyebabkan auditor
tidak dapat menjalankan peran sesuai dengan fungsinya pada saat pelaksanaan au-
dit karena banyaknya surat tugas dan sedikitnya jumlah anggota tim.
sional auditor.
canaan penugasan tersebut harus mencakup pemilihan jenis dan tingkat sumber
daya yang tersedia; penentuan signifikan atau tidaknya risiko yang diidentifikasi
dan dampaknya; pengumpulan dan pengujian bukti audit; serta pertimbangan as-
66
pek penentuan kompetensi, integritas, dan kesimpulan yang diambil oleh tenaga
torat Kabupaten Sleman, tetapi untuk penentuan signifikan tidaknya risiko yang
namun hal ini didukung dengan jawaban keseluruhan kuesioner yang menyatakan
mampu dibuat oleh auditor. Langkah-langkah yang ada dalam PKP akan mem-
bawa auditor untuk mencari bukti dan menghasilkan suatu simpulan dan akan di-
audit mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan dan hasil tindak lanjut.
Sleman masih ada auditor (anggota tim) yang tidak mengumpulkan KKA kepada
ketua tim. Hal tersebut diakui oleh beberapa partisipan dan salah satunya adalah
“... Disini masih ada (yang tidak mengumpulkan KKA), belum se-
mua KKP dikumpulin di ketua tim.” (PA-108)
“Iya. Kadang hanya ngumpulin resumenya kalau standarnya BPKP
kan harus, makanya kita kan levelingnya kan belum baik. Harusnya
kan itu dikumpulin ke ketua tim toh.” (PA-110)
67
Tidak dikumpulkannya KKA oleh anggota tim audit kepada ketua tim
dapat diartikan bahwa kertas kerja yang dihasilkan oleh auditor di Inspektorat
tor. Hal itu perlu diperbaiki agar laporan yang akan dihasilkan oleh Inspektorat
Kabupaten Sleman relevan dan andal sehingga dapat digunakan oleh pihak-pihak
sung (hanya memperoleh kerangka kertas kerja dan PKP). Oleh sebab itu, belum
dapat dipastikan bahwa kertas kerja yang dibuat oleh seluruh auditor telah men-
cerminkan pelaksanaan audit secara memadai dan telah menjawab atau melaksa-
nakan PKP yang ada. Sehingga alasan atas kertas kerja yang belum menggambar-
kan kecakapan profesional hanya dinilai dari tanggung jawab auditor yang belum
dilaksanakan dengan baik, yaitu tidak mengumpulkan kertas kerja, dan belum di-
3. Kinerja auditor belum direviu secara berkala, auditor belum mengikuti keang-
gotaan asosiasi profesi, auditor belum ikut berpartisipasi dalam proyek pene-
litian dibidang pengawasan, dan belum ada pelatihan kecakapan untuk meng-
identifikasi kecurangan
pekerjaan audit internal yang dianggap material. Oleh karena itu, penting untuk
profesional dan mencapai tujuan dari penugasan itu sendiri. Pada saat ini Inspek-
setiap auditornya hal ini dapat dilihat dari persoalan sebelumnya, yaitu masih ada
anggota tim yang tidak mengumpulkan KKA pada saat melaporkan hasil kegiatan
auditnya kepada ketua tim, peninjauan kepada setiap auditor masih bersifat kon-
firmasi yaitu bertanya mengenai tugas yang harus dilaksanakan sudah dilakukan
atau belum, dan belum ada peninjauan secara langsung terhadap kinerja auditor
AIPI, namun tidak satu pun dari auditor yang menjadi anggota asosiasi tersebut
dan auditor tersebut juga belum pernah ikut berpartisipasi dalam kegiatan peneliti-
an yang memiliki substansi dengan pengawasan. Hal tersebut tercermin dari salah
“Setau saya DIY itu terdiri dari satu, nggak personal. Tapi kurang
lebihnya saya nggak tau. Cuma setau aku DIY tuh dari kota, pro-
vinsi sama kabupaten tuh jadi satu. Tapi aku nggak tau, nunjuk per-
sonal atau gimana. Setau saya itu asosiasinya itu per pemkot atau
pemda atau pemprov gitu.” (KL-46)
Auditor wajib meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan serta
kan kompetensi dan pengetahuan setiap auditor seperti yang diuraikan oleh parti-
sipan IK berikut.
“Pernah diusulkan tapi kayaknya belum (pelatihan fraud). Nggak ada yang
berangkat apa ya. Pernahnya audit kinerja pernah, kemarin belum lama
audit kinerja.” (PA-41)
Kedua pelatihan tersebut (TI dan fraud) menjadi penting untuk dilaksana-
audit pada setiap SKPD tanpa perlu memanggil tenaga ahli dan dapat melakukan
kegiatan audit tanpa ada hambatan. Pelatihan identifikasi kecurangan juga sema-
kin dibutuhkan agar setiap auditor menjadi semakin baik dalam menemukan su-
atu temuan sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan tata kelola yang baik.
4. Belum ada penilaian internal dan eksternal (dalam hal telaah sejawat) ter-
hadap semua aspek kegiatan audit internal, dan reviu berjenjang yang belum
giatan audit dengan standar audit, dan melakukan penerapan kode etik oleh audi-
tor. Namun, saat ini Inspektorat Kabupaten Sleman belum melakukan penilaian
atas kegiatan auditnya baik secara internal maupun eksternal yaitu dengan telaah
sehingga evaluasi penerapan kode etik oleh auditor juga belum dilaksanakan.
Tabel 4.5 Hasil penilaian kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar pelak-
sanaan audit internal
Nilai Rata-
Nilai Rata-Rata
Standar Rata Standar
Standar Rinci
Kelompok
Standar Pelaksanaan Audit Internal
Mengelola kegiatan audit internal 70%
Sifat kerja kegiatan audit internal 50%
67,5%
Perencanaan dan penugasan audit internal 100%
Penugasan audit intern 50%
giatan audit internal ialah sebesar 70% atau “baik”, Inspektorat Kabupaten Sleman
telah memiliki Rencana Strategis (RENSTRA) lima tahunan, pimpinan APIP juga
nikasikan rencana kegiatan audit tahunan dengan hasilnya kepada auditor ekster-
nal atau auditor lainnya. Kebijakan dan prosedur audit telah dikomunikasikan ke-
pada para auditor, kegiatan audit yang direncanakan juga untuk memastikan terca-
mekanisme tindak lanjut pengaduan dari masyarakat dan telah dilaksanakan se-
serta wawancara yang menjadi bukti pendukung. Periset tidak dapat mengakses
dokumen perencanaan audit dan penugasan, PKP, dan kertas kerja. Selain itu, pe-
riset tidak dapat mengamati kegiatan audit yang dilaksanakan sehingga belum da-
pat memastikan bahwa kegiatan audit yang direncanakan sudah mencakup kese-
luruhan audit dan tindak lanjut yang dilakukan sudah sesuai dengan mekanisme/
prosedur yang berlaku. Dari sepuluh kriteria terdapat dua kriteria yang belum ter-
penuhi, yaitu PKPT belum berbasis risiko dan belum terdapat perencanaan sum-
ber daya manusia dan keuangan serta belum dibuatnya laporan dalam bentuk Ikh-
Indikator sifat kerja kegiatan audit internal memiliki pemenuhan 50% atau
atas SPIP pada organisasi auditi dan telah mendapatkan hasil pelaksanaan evaluasi
atas akuntabilitas dan kinerja manajemen auditi. Dari empat kriteria masih terda-
pat dua kriteria yang belum terpenuhi yaitu auditor belum melakukan evaluasi
atas etika dan nilai dalam organisasi auditi dan belum melakukan analisa atas
luruhan program kerja penugasan telah sesuai dengan standar sehingga memper-
oleh tingkat pemenuhan 100% atau “sangat baik”. Inspektorat Kabupaten Sleman
telah memiliki rencana penugasan audit internal yang berisi sasaran, ruang
lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya, termasuk rencana evaluasi SPIP.
an. PKP yang dibuat telah disetujui oleh pengendali teknis dan jika terjadi peru-
bahan dalam pelaksanaannya, harus dilaporkan dan mendapat persetujuan dari pe-
ngendali teknis tersebut. Periset tidak dapat mengakses rencana penugasan audit,
PKP, dan dokumen persetujuan perubahan PKP sehingga hasil yang didapatkan
nuhan 50% atau “cukup baik”. Kertas kerja tim audit telah mencakup semua in-
formasi yang relevan untuk mencapai tujuan penugasan karena kertas kerja yang
dibuat harus menjawab seluruh pertanyaan/tahap yang ada di PKP sehingga sim-
pulan dan hasil penugasan dapat dihasilkan dari analisis dan evaluasi yang tepat,
dari enam kriteria masih terdapat empat kriteria yang tidak terpenuhi yaitu kertas
secara memadai, kertas kerja penugasan tidak memiliki tempat penyimpanan dan
prosedur penyimpanan.
73
sumber daya manusia dan keuangan serta belum dibuat laporan dalam bentuk
cana kegiatan audit internal tahunan kepada pimpinan daerah dan mengomunika-
sikan jika terdapat keterbatasan sumber daya, Inspektorat Kabupaten Sleman telah
melaksanakan kedua kegiatan tersebut. Hal ini didukung dengan dokumen PKPT
dalam kegiatan pemeriksaan reguler untuk SKPD pada bulan Januari 2016 diki-
rimkan enam tim dengan jumlah anggota tim yang sama. Seharusnya Inspektorat
Kabupaten Sleman melihat lagi bagaimana auditi dalam hal ini SKPD yang akan
diperiksa karena setiap SKPD memiliki kuantitas, kualitas, dan risiko yang
tuk diperiksa dan berapa jumlah tim yang dibutuhkant. PKPT saat ini hanya
menganalisis risiko dari adanya pelaksanaan yang tidak sesuai dengan peraturan
skala prioritas untuk kegiatan audit internal yang memiliki risiko besar, sehingga
bentuk penyusunan PKPT hanya mengulang seperti tahun yang sebelumnya hal
tah daerah setidaknya enam bulan sekali. Laporan tersebut bertujuan untuk me-
dan hambatan apa saja yang ditemui. Laporan yang disampaikan ke pemerintah
daerah sejauh ini adalah LHP seperti yang dinyatakan partisipan KU yaitu
2. Belum melakukan evaluasi etika dan nilai dalam organisasi auditi dan belum
ti.
dap Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) organisasi auditi dan belum
melakukan evaluasi etika dan nilai organisasi auditi. Evaluasi etika dan nilai or-
ganisasi auditi akan membantu auditor untuk memberikan rekomendasi yang se-
suai untuk meningkatkan proses tata kelola organisasi sektor publik yang diperik-
sanya. Selain itu, kegiatan audit juga diharapkan dapat memberikan kontribusi un-
tuk perbaikan proses manajemen risiko organisasi sektor publik. Namun, sampai
saat ini auditor belum melakukan analisa terhadap dokumentasi manajemen risiko
75
yang dilakukan oleh auditi. Hal itu juga dinyatakan oleh partisipan KT1 dan KT2
sebagai berikut.
“Evaluasi ada Lima aspek, aspek tugas pokok dan fungsi, kemudian
keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana, sama SPIP nya SPI
nya.” (CB-74)
3. Kertas kerja penugasan belum direviu berjenjang, auditor internal belum di-
supervisi secara memadai, kertas kerja penugasan tidak memiliki tempat pe-
amati secara langsung oleh periset sehingga hasil penilaian yang disajikan berda-
sarkan wawancara dan telaah dokumen. Proses pelaksanaan audit dinilai dari SOP
pemeriksaan reguler dan hasil wawancara dari setiap auditor, berikut salah satu
“Pertama kan nanti ada surat tugas, itu kan sudah diumumkan dan
ditetapkan oleh sekertaris dan irban, ya itu nanti terus kita rapat, ra-
pat pendahuluan pemeriksaan itu persiapan pemeriksaan itu kita ra-
pat, terus nanti pembagian tugas, pembagian tugas si A, si B, si C
nanti dapat apa, nanti kita di sini, di SKPD ini, nanti lebih fokus nya
di apa. Misalnya resikonya di sana itu, terus mungkin ketua tim sama
dalnis, sama irban itu ke SKPD untuk pembukaan pemeriksaan nga-
sih tau bahwa mulai ini ada surat tugas, terus mohon disiapkan doku-
men-dokumennya ini, besok kita mulai hari apa gitu, udah. Hari itu
sudah perjanjian itu kita ke obrik udah mulai pemeriksaan disitu, ka-
lo waktunya mungkin nggak banyak, kita bawa pulang dokumennya.
Kemudian kalau sudah selesai pemeriksaan itu, muncul kartu pe-
negasan, kita ke obrik nanti ada jangka waktunya maksimal 5 hari
kerja itu harus dijawab oleh obrik, nanti dari obrik itu ada jawaban
ke sini, terus kita apa kita buat LHP nya seperti itu.” (CB-48)
76
KKA adalah bentuk pendokumentasian dari kegiatan audit yang wajib di-
buat oleh auditor Inspektorat Kabupaten Sleman, untuk menghasilkan suatu LHP
yang dapat diandalkan, dibutuhkan KKA yang kompeten agar informasi tersebut
sah dan dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya, sehingga
setiap KKA harus direviu secara berjenjang untuk memastikan bahwa KKA yang
dibuat telah memuat semua informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan PKP.
dilakukan secara berjenjang, alasan dari setiap partisipan ialah karena penugasan
untuk melakukan audit sangat banyak dan auditor serta pengendali teknis merasa
kekurangan waktu untuk mereviu kertas kerja yang ada, seperti yang dinyatakan
“Sementara ini di akhir aja, soalnya waktu untuk itu nggak ada” (DN-146)
“Harusnya iya, tapi belum. (tertawa) di sini belum. Hanya kalau misalnya
saya ketua tim ya. Kemudian mau membuat laporan hasil pemeriksaan kan
ambil dari resume nya anggota tim, kadang saya juga harus liat KKPnya
dia kertas kerjanya untuk nyocokin itu. Cuma saya terus terang nggak se-
mua saya reviu hanya tertentu aja, mungkin kalo, misalnya ada anggota
tim yang agka apa ya, kadang kan ada yang nggak terlalu detail gitu saya
minta KKPnya misalnya. Di sini ada, belum semua KKP dikumpulin di
ketua tim.” (PA-108)
Selain hal tersebut Inspektorat Kabupaten Sleman belum memiliki tempat
penyimpanan KKA yang memadai, penyimpanan KKA dan LHP hanya berada di
beberapa kabinet atau disimpan secara pribadi oleh masing-masing auditor. Hal
itu mungkin terjadi karena Inspektorat Kabupaten Sleman belum memiliki kebi-
jakan dan prosedur untuk melakukan penyimpanan KKA dan LHP sehingga me-
nyebabkan para auditor tidak mengetahui jangka waktu KKA dan LHP tersebut
77
“... Cuma kalo penyusunan disimpan yang bagus itu disini belum ada
penyimpanan yang bagus, mungkin karena itu juga anggota tim ja-
rang menyerahkan KKP. Karena kan tempatnya terbatas.“ (KL-120)
“... Nah ini mbak rebutan filling kaya gitu (menunjuk almari besi
sambil tertawa) ketua tim kadang, dan masing-masing auditor itu re-
butan filling kaya gitu karena penyimpanannya kan ruangannya ter-
batas ya fillingnya juga terbatas ya. Tanggung jawab sendiri-sendiri
lah, gitu.”(GT-54)
Pada setiap tahap penugasan audit, auditor juga harus disupervisi secara
penugasan auditnya secara mandiri tanpa ada supervisi secara langsung dan me-
madai seperti yang dinyatakan oleh partisipan KT2 dan PT2 berikut.
“... Karena ini banyak sekali ya, kita harus jadi mandiri, tim itu harus
mandiri ...” (CB-104)
“Ya itu, kita biarkan mandiri yang penting laporannya ke saya, nanti
mereka ada masalah gini, sebelumnya sudah komunikasi dulu, se-
dikit-sedikitnya kan kita udah tau oh dia masalahnya gini-gini.” (GT-
72)
Tidak adanya supervisi yang memadai dapat membuat auditor lalai dalam
pelaksanaan audit. Meskipun auditor sudah dibekali dengan pelatihan dan keper-
cayaan harus tetap dilakukan supervisi agar auditor dapat semakin baik dalam me-
masih ada anggota tim audit yang tidak menyerahkan KKA kepada ketua tim.
78
dilaksanakan, tetapi penyerahan KKA merupakan bagian dari tanggung jawab dan
kewajiban auditor dalam pelaksanaan audit sehingga seharusnya tidak ada alasan
Tabel 4.6 Hasil penilaian kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar komu-
nikasi audit
Nilai Rata-Rata
Nilai Rata-Rata
Standar Standar
Standar Rinci
Kelompok
Standar Komunikasi
Komunikasi hasil penugasan audit intern 50%
75%
Pemantauan tindak lanjut 100%
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pemenuhan terhadap standar komuni-
kasi audit secara keseluruhan sebesar 75% atau “baik”. Tingkat kesesuaian indi-
kator komunikasi hasil penugasan audit internal sebesar 50% atau “cukup baik”.
Laporan hasil penugasan audit yang dibuat oleh auditor berisikan pendapat atau
audit. Jika terjadi kesalahan dalam laporan yang telah disampaikan, dilakukan
perbaikan dan hasil dari koreksi laporan tersebut akan dikirimkan kembali kepada
pihak-pihak yang terkait. Maka, dari tujuh kriteria masih terdapat tiga kriteria
yang belum terpenuhi yaitu laporan hasil penugasan belum diselesaikan tepat
waktu, belum seluruhnya lengkap dan akurat, serta belum ada pernyataan
atau “sangat baik” dengan demikian keseluruhan pelaksanaan tindak lanjut sudah
sesuai dengan standar audit yaitu APIP telah memiliki prosedur pemantauan tin-
dak lanjut dan pelaksanaannya telah sesuai dengan prosedur. Periset tidak dapat
mengamati pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan oleh tim audit sehingga hasil
yang didapatkan hanya berasal dari hasil kuesioner, wawancara, dan telaah doku-
men. Selanjutnya, jika auditi menindaklanjuti dengan cara yang berlainan auditor
dapat menyetujuinya. Namun, harus ada komunikasi terlebih dahulu dari auditi
kepada auditor agar auditor dapat mengevaluasi apakah cara tersebut sudah efektif
dan telah mengatasi temuan atau belum, auditi juga harus memiliki alasan yang
lengkap dan akurat, serta belum ada pernyataan dilaksanakan sesuai dengan
standar.
Komunikasi atas hasil penugasan audit internal harus tepat waktu, leng-
kap, akurat, objektif, meyakinkan, konstruktif, jelas, dan singkat agar informasi
hasil penugasan atau LHP di Inspektorat Kabupaten Sleman pada tahun 2016 ba-
tidak lagi menjadi lengkap dan akurat, hal ini diakui juga oleh para partisipan an-
belum menyatakan dalam LHP tersebut bahwa kegiatan audit telah “Dilaksanakan
maka dapat dijabarkan beberapa faktor yang menyebabkan pelaksanaan audit ti-
dak dapat berjalan sesuai dengan standar dari hasil wawancara yang diajukan
LHP 60 buah, hal tersebut belum termasuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu,
reviu laporan keuangan, reviu RKA, pengadaan barang dan kegiatan pengawasan
gian yang terdiri dari kecamatan, kantor pemerintahan, perpustakaan, sekolah, di-
nas, dan RSUD. Jika diantaranya dijabarkan maka kurang lebih terdapat 17 keca-
matan, 24 puskesmas dan ada sekitar 500 sekolah di Kabupaten Sleman yang ha-
rus diawasi oleh inspektorat, dengan personil auditor yang hanya berjumlah 26 o-
81
surat tugas yang diterbitkan pun banyak dan jadwalnya saling tumpang tindih
seperti yang dinyatakan oleh partisipan antara lain PT1 dan KT1 sebagai berikut.
kan auditor tersebut tidak dapat bekerja dengan maksimal. Dari wawancara yang
dilakukan dengan partisipan diketahui bahwa setiap bulan seorang auditor dapat
mendapatkan lima sampai dengan enam surat tugas dan seringkali jadwal pe-
meriksaan di suatu obrik akan sama dengan obrik yang lain. Hal itu tentu akan
babkan informasi yang disajikan menjadi tidak relevan dan akurat karena waktu -
kan kegiatan auditnya sehingga kegiatan untuk mereviu kertas kerja dan kinerja
auditor lainnya serta menyupervisi auditor tidak dapat dilaksanakan karena setiap
auditor sudah dibebani dengan kegiatan audit. Di samping itu, pengendali teknis
yang bertugas untuk mengawasi kinerja auditor juga ikut melakukan pemeriksaan
Selain itu, setiap surat tugas terdiri dari tim yang berbeda-beda, sehingga
ketika seorang auditor mendapatkan lima surat tugas berarti auditor tersebut me-
laksanakan lima kegiatan audit dengan tim yang berbeda. Pada saat inilah akan
terjadi kesulitan dalam koordinasi jadwal pemeriksaan sehingga waktu yang di-
tugas pemeriksaan yang banyak, jadwal yang saling berbenturan, dan anggota tim
“Dari waktunya itu kan kita kadang tim tidak, tidak itu terus. Jadi ka-
lo tidak pas janjian dari sana kita mesti nunggu kadang jadinya untuk
janjian waktunya itu kadang yang sulit.” (DN-154)
hanya disebabkan oleh sulitnya koordinasi dalam membagi waktu untuk melaku-
kan pemeriksaan namun juga berasal dari objek yang diperiksa. Dari pernyataan
nyak objek pemeriksaan yang masih kurang kompetensinya sehingga belum siap
untuk diperiksa seperti yang dinyatakan oleh partisipan AT1 dan PT2 berikut.
inilah yang juga membuat keterlambatan laporan hasil penugasan audit, selain itu
masih adanya obrik yang tidak responsif menyebabkan kesulitan pada auditor da-
lam pengumpulan data, seperti yang dipaparkan oleh partisipan PT1 dan KT1 be-
rikut.
“Kendala nya itu dari obyek nya sendiri. Kita kan sebelum audit kan
sudah memberitahu, sudah mau ke sana kapan, sudah kita kasih wak-
tu begitu kita sampai di sana ternyata data yang kita minta belum
ada, jadi kita mesti mundur lagi. Terutama yang di desa-desa itu, ka-
dang kan sering kalo nggak ada audit nggak dikerjakan, itu kan ken-
dala buat kita. Memperlama toh.” (DN-152)
“Ya kadang-kadang datanya, data obrik itu loh, kadang datanya be-
lum siap.” (PA-248)
mampuan objek yang diperiksa ini hanya berdasar pada hasil wawancara yang di-
lakukan kepada para partisipan dan belum dilakukan observasi secara langsung
terhadap objek pemeriksaan audit itu sendiri (desa) untuk memastikan bahwa me-
84
mang terjadi perbedaan atas kemampuan objek pemeriksaan yang satu dengan
yang lainnya.
Salah satu penyebab banyaknya surat tugas yang diterbitkan selain ba-
nyaknya objek yang harus diperiksa adalah kurangnya personil dalam melaksana-
kan kegiatan audit tersebut, kekurangan personil menyebabkan beban tugas untuk
yang terlalu berat tentu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal untuk setiap
tugas yang ada. Kurangnya personil dapat dilihat dari daftar auditor dan sertifikasi
yang telah diperoleh setiap auditor dan seperti yang sudah dijelaskan dibagian ke-
yang memiliki sertifikasi jabatan sebagai ketua tim dan pengendali teknis, sehing-
ga dalam pelaksanaan auditnya banyak ketua tim yang menjadi anggota tim, dan
“Karena kan kita untuk auditor itu kan jumlahnya cuma sedikit, se-
karang udah jadi pengendali teknis, banyak yang jadi pengendali tek-
nis dan ketua tim, untuk anggota terbatas sekali dan kadang kita tuh
untuk setiap kali pemeriksaan anggotanya kurang.” (FG-47)
Selain itu, kemampuan yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan tu-
gasnya dirasa masih kurang atau belum memadai, hal ini terlihat dari masih ba-
nyak anggota tim yang lama dalam mengerjakan tugasnya. Hal tersebut dapat di-
“... Kompetensi itu jelas iya. Misalnya di bangunan kan itu cuma ada
mbak Anita itu yang sarjana teknik, nah itu jelas mempengaruhi ka-
lau ada pemeriksaan fisik gitu jadi kan pemeriksaannya mungkin
yang detail hanya timnya mbak Anita yang lainkan hanya apa ya, ng-
gak sedetail punya mbak Anita seperti itu,” (CB-130)
Hal tersebut juga dapat menyebabkan hasil penugasan dan simpulan yang
diberikan tidak berdasarkan hasil analisis atau observasi yang baik. Perbedaan
kemampuan yang dimiliki auditor masih kurang, kompetensi yang kurang ini akan
hasil setiap tim berbeda (seperti kutipan CB-130) dan dapat menyebabkan banyak
suaian karena kurangnya kemampuan auditor ini hanya berdasar pada analisis wa-
wancara yang dilakukan kepada para partisipan. Hal tersebut didukung oleh per-
secara berkala agar tidak terjadi kendala dalam pelaksanaan auditnya. Dengan
memiliki kemampuan yang sama pada setiap auditor, akan membantu Inspektorat
hingga mampu melaksanakan audit dalam segala bidang dan fungsi pengawasan
(supervisi dan reviu) terhadap kinerja auditor harus ditingkatkan agar tidak terjadi
alatan yang memadai agar dapat menghasilkan laporan penugasan audit yang da-
paten Sleman memiliki daerah jangkauan yang cukup luas, karena di tahun 2016
ini banyak surat tugas yang dikeluarkan berarti akan ada banyak pemeriksaan
yang akan dilakukan oleh auditor sehingga kekurangan kendaraan ini juga dapat
menjadi salah satu faktor kegiatan audit belum berjalan dengan optimal seperti
“Untuk sementara ini kita kalo satu jalur sih bisa nanti pake mobil
dinas satu dua tim gitu, tapi kadang satu tim kan kadang WPJ (Wakil
Penanggung Jawab) nya satu eh dua, eh kadang kalo yang khusus itu
2 tim WPJnya 1. Kadang yang satu objeknya sana satu sana jadi kita
saling gantian ngalah lah, nanti ada yang pakai motor. Kalau dari sa-
87
tor yang menjalankan kegiatan audit untuk menyimpannya sendiri dan/atau diberi-
kan kepada ketua tim, tempat penyimpanan untuk KKA belum tersedia/memadai
dan belum ada standar dan kebijakan yang mengatur tentang penyimpanan KKA
“... Kalau saya sendiri sih saya disini sudah tercukupi tapi masih ba-
nyak kurangnya juga misalnya seperti tadi tempat penyimpanan
KKP kan belum ada jadi misalnya itu masih berantakan menurut sa-
ya, penyimpanan KKP kan harusnya rapih, tapi belum ada tematnya
jadi untuk rapih itu sulit ...” (KL-130)
Belum adanya standar dan kebijakan yang mengatur tentang penyimpanan
seperti tidak mengumpulkan KKA dan tidak memperoleh bukti yang memadai ter-
jadi. Hal tersebut mengakibatkan informasi yang telah dikumpulkan tidak kom-
peten dan LHP yang dihasilkan bukan didasari pada evaluasi dan analisis informa-
si yang tepat. Selain itu apabila KKA dibiarkan untuk tidak dikumpulkan maka
kecakapan profesional. Fasilitas yang belum memadai ini dapat dilihat pada doku-
mentasi di lampiran 4.
88
nya pengawasan APIP terhadap pelaksanaan audit menjadi salah satu penyebab
terjadinya ketidaksesuaian tersebut. Hal tersebut tercermin dari belum adanya pe-
nilaian baik secara internal maupun eksternal (telaah sejawat) atas kegiatan audit
hingga tindak lanjut sehingga setiap kegiatan audit yang dilakukan dapat men-
canaan tahunan dan perencanaan penugasan yang dibuat belum berbasis risiko.
APIP juga belum memberikan pelatihan kepada auditornya secara merata dan me-
madai, hal tersebut didukung oleh belum adanya pelatihan untuk identifikasi
kecurangan dan pelatihan yang diadakan tidak diikuti oleh setiap auditor secara
keseluruhan. Auditor juga belum melakukan evaluasi terhadap nilai, etika, dan
manajemen risiko pada organisasi auditi. Selain itu, APIP belum mengawasi ki-
nerja setiap auditornya secara aktif dan belum memenuhi kewajiban pelaporan ke-
pada pimpinan pemerintah daerah, hal ini tercermin dari tidak adanya pemantauan
penerapan kode etik yang dilakukan oleh para auditor dan belum dibuatnya lapor-
Sleman
baikan agar kegiatan audit dapat berjalan dengan lancar dan semakin sesuai de-
ngan standar, upaya perbaikan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Sle-
kegiatan audit sangat membebani auditor. Oleh karena itu, telah dilakukan per-
“Ya itu kan yang sebenernya tadi itu, yang awalnya pemeriksaan itu
ada 60 obrik, ada 80 obrik itu, sekarang kan sudah di ringkas untuk
pemeriksaan reguler itu, yang tadinya 60 itu sudah jadi 24, kemudian
yang pemeriksaan khusus itu tadinya 88 obrik itu sekarang tinggal
54 atau berapa, tapi dengan pengurang seperti itu masih juga tum-
pang tindih.” (FG-43)
Selain itu, objek yang diperiksa akan mulai merata karena sebelumnya me-
nurut partisipan obrik yang diperiksa hanya berupa hafalan (hanya obrik itu saja
yang selalu diperiksa) sedangkan masih banyak obrik yang belum pernah dipe-
riksa. Atas masukkan dari para auditor PKPT untuk tahun 2017 sudah mulai me-
“.. Misalnya kalo ah ini sudah terlalu sering diperiksa, nanti kita mi-
nta irban dan sekertariat sama auditor sudah sering diperiksa ganti
yang sudah lama nggak diperiksa, terutama untuk desa sama sekolah,
puskesmas itu juga.” (DN-16)
90
dan objek yang diperiksa sudah mulai merata. Namun, analisis risiko yang dibuat
untuk tahun 2017 belum berubah atau sama dengan tahun 2016.
lam menjalankan kegiatan audit akan segera diperbaiki, termasuk kesulitan dalam
meminta data kepada objek pemeriksaan dan melihat kompetensi setiap objek pe-
meriksaan berbeda, oleh karena itu inspektorat melakukan pembinaan kepada ob-
mendorong objek pemeriksaan untuk semakin lebih baik lagi dalam menyampai-
kan laporan, hal ini seperti yang diungkapkan oleh partisipan KT1 berikut.
yang secara bersama diikuti oleh seluruh auditor di Inspektorat Kabupaten Sle-
man. Dari setiap pelatihan yang diikuti oleh setiap auditor Inspektorat Kabupaten
Sleman diharapkan setiap auditor dapat memiliki kemampuan yang sama dan
sudah diupayakan oleh APIP seperti yang dinyatakan oleh partisipan PT1 berikut
“Sebetulnya sudah, kita itu sudah mengusulkan karena dari BKD itu-
kan, kita kan beberapa tahun kan nggak rekrut pegawai toh, jadi se-
mua SKPD dirasa masih kurang, jadi kita nggak bisa mengusulkan,
jadi meskipun kita usul tapi nggak terealisir karena memang nggak
ada rekrutmen, terus kemudian untuk penambahan pegawai itu kan
bisa diambil dari SKPD lain, tapi SKPD lain kan juga masih keku-
rangan, jadi kita nggak bisa. Saat ini nggak bisa.” (FG-49)
Penambahan personil di Inspektorat Kabupaten Sleman tidak dilakukan
di sektor publik khususnya auditor memiliki kebijakan tersendiri. Selain itu, stan-
dar audit menyatakan bahwa keterbatasan sumber daya tidak dapat dijadikan alas-
an bagi pemimpin APIP untuk tidak memenuhi standar. Oleh karena itu, jika ter-
dapat keterbatasan pemimpin APIP harus melakukan skala prioritas kegiatan audit
internal yang memiliki risiko besar dan harus diselesaikan pada waktu tertentu,
92
maka PKPT yang dibuat oleh Inspektorat Kabupaten Sleman harus sudah berbasis
Sleman
cukup baik dengan tingkat kesesuaian 66,145% dengan standar. Dari tiga belas in-
dikator terperinci hanya tiga indikator yang telah memenuhi standar secara penuh
yaitu (1) visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggung jawab APIP; (2) peren-
canaan dan penugasan audit intern; dan (3) pemantauan tindak lanjut. Sepuluh in-
dikator lainnya belum secara penuh sesuai dengan standar, terdapat dua indikator
yang tingkat pemenuhannya belum sampai 50% yaitu kepatuhan terhadap kode
etik dan program penjaminan dan pengembangan kualitas, sedangkan indikator la-
dengan wawancara dan hasil telaah dokumen. Periset tidak dapat mengamati se-
cara langsung pengimplementasian piagam audit dan kode etik serta proses audit
dan tindak lanjut yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Sleman. Dokumen-
dokumen seperti kertas kerja, PKP dan rencana penugasan juga tidak dapat
diperoleh oleh periset, sehingga penilaian yang tidak mendapatkan akses dinilai
kendala yang terjadi dalam pelaksanaan audit yaitu pada tahun 2016 auditor
93
hambatan baik dalam pelaksanaan auditnya sampai pada pelaporan hasil audit,
sendiri dalam pelaksanan audit karena untuk beberapa objek pemeriksaan yang se-
harusnya diperiksa menjadi harus dibina terlebih dahulu agar data-data yang dibu-
menjadi kendala yang cukup berarti bagi Kabupaten Sleman yang notabene
memiliki banyak objek pemeriksaan. Jumlah auditor yang dimiliki saat ini dirasa
menjadi terlalu banyak. Selain itu, kemampuan auditor juga belum merata
sehingga penyusunan tim audit harus berubah disetiap penugasan agar setiap tim
Selain jumlah dan kemampuan auditor, fasilitas juga menjadi suatu ken-
dala bagi kelancaran proses audit di Inspektorat Kabupaten Sleman. Hal tersebut
disebabkan oleh fasilitas yang ada belum sepenuhnya memadai, seperti kendaraan
sangat luas, tempat penyimpanan KKA juga belum memadai hal ini mungkin juga
babkan tidak terlaksananya penilaian secara internal dan eksternal untuk kegiatan
audit, perencanaan tahunan dan penugasan belum berbasis risiko, dan belum di-
buatnya laporan evaluasi penerapan kode etik dan hasil pengawasan semesteran.
94
APIP juga belum melakukan pengawasan terhadap kinerja auditor dan belum
Sleman seperti memperbaiki PKPT di tahun 2017 agar pelaksanaan audit tidak
lagi tumpang tindih sehingga setiap auditor dapat bekerja secara maksimal, mem-
bina objek pemeriksaan sehingga setiap objek pemeriksaan siap jika dilakukan pe-
kompetensi auditor dan juga telah mengupayakan untuk menambah jumlah per-
sonil auditor agar pemeriksaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan op-
timal.
dapat menjawab atau memenuhi ketidaksesuaian yang ada. Hal yang perlu di-
pada level tiga maka dibutuhkan upaya-upaya lainnya yang dapat membuat pelak-
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil riset dan analisis yang telah dibahas pada bab sebelum-
nya, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban dari pertanyaan riset untuk men-
dengan standar audit yang berlaku (SAIPI) secara keseluruhan yang terdiri
atau “cukup baik”. Perhitungan evaluasi ini dilakukan dengan cara menggu-
nakan alat analisis Standar Audit dan pedoman Telaah Sejawat yang ditetap-
kan oleh AAIPI. Adapun perincian untuk masing-masing standar ialah seba-
gai berikut:
hadap standar sebesar 73,33%. Hal-hal yang belum sesuai dengan standar
ialah hasil penugasan dan simpulan yang belum berdasarkan observsai dan
95
96
kinerja auditor yang belum direviu secara berkala, auditor belum me-
ngikuti keanggotaan asosiasi profesi dan belum mengikuti proyek riset di-
tifikasi kecurangan. Selain itu, belum ada penilaian internal dan eksternal
(dalam hal telaah sejawat) terhadap semua aspek kegiatan audit internal,
dengan standar ialah belum sepenuhnya PKPT berbasis risiko dan belum
evaluasi etika dan nilai pada organisasi auditi, belum dilakukan analisa
atas dokumentasi manajemen risiko yang dilakukan oleh auditi, kertas ker-
madai, dan kertas kerja belum memiliki prosedur penyimpanan serta tem-
ialah laporan hasil penugasan belum diselesaikan tepat waktu dan belum
97
standar audit tersebut disebabkan oleh kendala-kendala yang terjadi dalam pe-
laksanaan antara lain, ialah jadwal penugasan yang padat, kemampuan objek
rang, fasilitas yang belum memadai, dan kurangnya pengawasan APIP terha-
3. Upaya yang telah dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Sleman untuk me-
5.2 Rekomendasi
beikut.
1. Pimpinan APIP harus dapat memastikan bahwa piagam audit telah diimple-
dari pengawasan itu sendiri dapat tercapai, salah satunya dengan membuat pe-
penerapan kode etik dan melakukan evaluasi kepatuhan auditor terhadap kode
etik.
2. APIP mulai melakukan evaluasi atas kriteria kualifikasi auditor dan mengi-
dengan kemampuan auditor. Selain itu, APIP harus melakukan supervisi dan
juga harus melakukan penilaian kinerja atas kegiatan audit yang dilakukan
eksternal.
3. APIP harus membuat PKPT yang berbasis risiko dan skala prioritas dalam
kegiatan audit untuk mengatasi kekurangan sumber daya serta membuat la-
poran kinerja per enam bulan untuk melaporkan realisasi kinerja yang telah
dilakukan. Selain itu, saat melaksanakan kegiatan audit auditor juga harus
mulai melakukan evaluasi terhadap etika, nilai, dan manajemen risiko auditi
agar dapat memberikan rekomendasi yang dapat meningkatkan proses tata ke-
lola pada organisasi auditi. APIP harus melakukan supervisi kepada auditor
secara aktif, mereviu kertas kerja secara berjenjang dan menyediakan tempat
Keterbatasan dalam riset ini ialah periset tidak dapat mengikuti proses au-
dit, tindak lanjut, dan mekanisme pengaduan masyarakat secara langsung. Riset
ini juga tidak dapat mengakses dokumen seperti kertas kerja audit, program kerja
pemeriksaan, dan rencana penugasan audit. Riset ini tidak melakukan obeservasi
kan data dari dokumen-dokumen terkait dan observasi secara langsung serta riset
sebagai salah satu daerah yang level kapabilitasnya masih berada pada level dua
dengan catatan.
100
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, Rita, dan Sony Harsono Akbar. 2014. Pengaruh kompetensi, kom-
pleksitas tugas dan skeptisme profesional terhadap kualitas audit. Jurnal
Akuntansi. Vol.2, No.2. Hal: 139-148.
Asfari, Reny K. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Audit Intern di Inspektorat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Magister Universitas Gadjah Mada.
ETD-UGM. Yogyakarta.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia. 2014. Standar Audit Intern Peme-
rintah Indonesia.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia. 2014b. Pedoman Telaah Sejawat.
Apriliyani, Ika B., Rita Anugerah, dan Poppy Nurmayanti. 2013. Faktor-Faktor
yang Mempeng-aruhi Kualitas Audit APIP Pada Inspektorat Provinisi
Riau. Pekbis Jurnal. Vol. 5, No.3. Hal: 145-158.
Badan Pemeriksa Keuangan. 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2009. Auditing. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Edisi 5. Bogor.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2015. Inspektorat I Setjen DPR RI
Benchmarking Penerapan SPIP di BPKP DIY. Berita BPKP. www.
bpkp.go.id. (diakses 19 Agustus 2016)
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2015. Laporan Hasil Pengawasan
Semester 1. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2015. Pedoman Teknis Pening-
katan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Secara Mandiri
(Self Improvement).
Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2002. Modern
Auditing. Buku 1 Edisi 7. (Penerjemah: Paul A. Rajoe). Jakarta: Erlangga.
Braun, Virginia, dan Clarke Victoria. 2006. Qualitative Research in Psychology.
http://eprints.uwe.ac.uk/11735.
Creswell. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. 3rd edition. Thousand Oaks: Sage Publication.
GAO. 2011. Government Auditing Standards 2011 Revision. Washington, D.C:
United States Government Accountability office.
102
103
104
105
106
Lampiran 2
107
1. Partisipan 1 (PA)
Nama : -- Kode Partisipan : KT1
Latar Belakang Pendidikan : S1 Akuntansi, PPAK Kode Periset :P
Jabatan : Ketua Tim Waktu Wawancara : 15-12-2016
Lama Bekerja : 11 Tahun Lama Wawancara : 55‟39
Pertama saya mau menanyakan terkait dengan piagam audit, nah piagam audit ini ibu
P PA-1
sudah pernah membaca belum?
Udah pernah kalau disosialisasikan kalau apel ya. Pernah baca, kemudian Senin juga pas Piagam audit-
KT1 PA-2
apel dibacakan. sosialisai saat apel. .
P Kalau dari tujuan pembacaan piagam audit itu sendiri untuk apa sih Bu biasanya? PA-3
P Ngingetin? PA-5
Ya ngingetin kalau itukan, kita sudah ada itu, jadi kita harus kerjanya juga nanti buat
KT1 PA-6
pedoman dan semacam seperti fakta integritas gitu.
Sering juga sosialisasikan pas.... nah gantian jadinya kalau apel kadang yang dibacakan Kode etik-sosoialisasi
KT1 PA-8
fakta integritas, kadang piagam itu, kadang kode etik. saat apel.
P Terus misalnya kalo kode etik itu biasanya dipantau sama APIPnya sendiri nggak Bu? PA-9
Dengan pembacaan terus, ya, saling, saling mengingatkan aja dalam pelaksanaannya. Kode etik-saling
KT1 PA-12
diingatkan
Terus kalau misalnya menurut ibu sendiri diingetin gitu apakah meningkatkan kepatuhan
P PA-13
setiap auditor kalau misalanya (dipotong)
Saya kira iya, karena kita kan mau nggak mau kan diingatkan itu, jadi tetep, itu jadi
KT1 PA-13
pedoman kita dalam kerja ya.
P Iya, terus terkait PKPT Bu, itu proses penyusunannya seperti apa Bu? PA-14
Terus terang kalau PKPT yang ngurus kan perencanaan, he‟eh bagian perencanaan, kita
hanya dikasih tau bahwa misalnya untuk tahun ini kita ada pemeriksaan reguler
KT1 PA-15
sebanyak berapa obrik, kemudian khusus berapa, reviu berapa, ada evaluasi LAKIP
berapa, secara garis besar aja gitu.
Berarti yang menyusun bagian perencanaan itu? Biasanya dalnis atau irban atau
P PA-16
inspektur?
109
Anu, Kasubbag.... perencanaan sama dalnis, eh sama irban mungkin sampai sama dalnis.
KT1 Itu nanti terus ditayangkan terus kalau misalnya itu memang tahun kemarin sudah PA-17
diperiksa atau belum lama sudah diperiksa kita kasih masukkan.
Terus menurut ibu sendiri ada nggak sih yang kurang dalam penyusunan PKPT, atau
P PA-18
menurut ibu sudah aman-aman aja?
Yaaa... kadang-kadang anu mbak ada yang obrik yang sama sering dilakukan audit atau 1. Obrik yang
pemeriksaan tapi obrik yang lain kadang sampai berapa lama gitu belom pernah, iya.... diperiksa sama.
kekurangannya paling itu, padahalkan sebenernya kan obriknya sangat banyak, kadang
KT1 PA-21 2. Jumlah obrik sangat
kaya hafalan gitu loh, misalnya SD ada berapa ratus yang harus diperiksa, mungkin
hanya baru beberapa persen aja yang lain belum pernah sama sekali, SD yang satu sudah banyak.
tiga kali atau empat kali, misalnya gitu.
P Oh oke. PA-22
Kalau itu mulai tahun kemarin ditayangkan kemudian ditanyakan ke auditor, mana yang Penetapan obrik
KT1 kira-kira sudah pernah, mana yang kira-kira belum gitu. PA-23 dikomunikasikan
dengan auditor.
Ya kadang kita anu kita yang beri masukkan ke mereka, karena kadang kan kita ke suatu Keluhan dari obrik.
obrik, obrik itu juga bertanya “loh Bu kok kesini, belum lama kesini kok kesini lagi
KT1 PA-29
sementara yang lain belum pernah” gitu, kan mereka juga sesama obrik juga sering
komunikasi ya.
Terus ibu tau nggak Bu, kalau di inspektorat ini ada kualifikasi atau kriteria pendidikan
P PA-30
untuk auditornya?
KT1 Nggak ada, pada prinsipnya semua jurusan bisa masuk ke sini. PA-31
Malah justru ketika bervariasi latar belakang pendidikannya malah semakin mungkin
yang satu pinter di teknik, misalnya ada yang bisa ekonomi, ada yang bisa hukum, ada
KT1 PA-33
yang bisa itu, malah membuat saling memberi masukan, jadi tidak ada persyaratan
khusus.
Oh jadi nggak ada persyaratan khusus untuk jadi seorang auditor dan itu menurut ibu
P PA-34
nggak jadi suatu kendala ya Bu, walaupun beda-beda?
KT1 Hehe (tersenyum) kadang-kadang jadi suatu kendala, karena misalnya untuk reviu PA-35 Perbedaan latar
111
laporan keuangan gitukan memang harusnya yang pernahlah, dari ekonomi, akuntansi belakang pendidikan.
gitu. Ketika temannya anak akuntansi nggak banyak kita dapet teman yang latar
belakangnya hukum kan terus itu jadi kendala sih. Cuma untuk pemeriksaan jenis lain
kan kadang kita juga nggak tau misalnya teknik gitukan kita saling belajar aja dari situ.
Kemudian dari inspektorat sendiri ada nggak bu pelatihan yang diberikan untuk
P PA-36
auditornya?
Ada namanya Pelatihan Kantor Sendiri. PKS, itu kadang berupa sosialisasi aturan baru Pelatihan yang diberi-
yoh. teknik-teknik audit kemudian itu nanti kerja sama dengan pihak lain, misalnya kan.
ngundang BPKP, ngundang kejaksaan pernah juga, ngundang.... Dinas pendidikan
KT1 misalnya aturan tentang di sekolah gitu, terus pernah juga kita dilapangan teknik liat PA-39
bangunan gitu. cara menghitung cara mengaudit bangunan fisik gitu juga pernah.
Kemudian ada, kadang ada, BPKP ada diklat teknis gitu. investigasi kadang ada
diberangkatkan untuk ngikuti...
Pernah diusulkan tapi kayanya belum. Nggak ada yang berangkat apa ya. pernahnya Belum ada pelatihan
KT1 PA-41
audit kinerja pernah. kemarin belum lama audit kinerja... fraud.
KT1 Pernah. SIM itu toh. Ada, biasanya dari kominfo gitu. kemudian dari BPKP juga ada. PA-43 Ada Pelatihan TI.
Belum. (senyum) belum, cuma pernah ikut suruh kesana mengikuti konferensi AAIPI Tidak ikut
KT1 PA-47
itu. keanggotaan AAIPI.
Kemudian bu, pernah berpartisipasi dalam proyek penelitian gitu nggak bu, misalnya ada
P PA-48
proyek penelitian gitu terus ibu ikut?
Oh, saya belum pernah. karena anu ya, biasanya yang seperti dengan BPKP, PNPM
KT1 gitu? yang bersama yang join audit gitu loh. Saya kebetulan belum pernah tapi beberapa PA-49
teman yang lain sudah.
Kemudian saya mau lanjut ke pelaksanaan audit bu, itu kalo proses audit internal dari
P PA-52
awal boleh diceritain nggak a bu?
P Iya. PA-54
113
Ohh, ya dari PKPT kemudian itukan dibentuk tim, terus tim nya dibikinkan surat tugas, Proses pelaksanaan
kemudian biasanya sebelum, kita kan dengan surat tugas kan sudah tau timnya siapa, audit internal.
memeriksa dimana, tanggal berapa yang diperiksa, misalnya periode tahun berapa terus
KT1 kita persiapan, kumpul dulu nanti, membicarakan program kerja kita. Program kerja PA-55
pemeriksaan itu. itu nanti kita dikasih semacam apaya, seperti check list gitu program
kerja sama langkah-langkah audit gitu, terus kita ke obrik berpedoman pada program
kerja itu.
Lampiran 3
102
103
Lampiran 4
107
(Jumlah 6 mobil)
108