Anda di halaman 1dari 11

J. Solum Vol I No.

1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

KESESUAIAN LAHAN DAN POTENSI PRODUKSI TANAMAN GAMBIR


DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT

Juniarti, Y. Rasyid , D. Fiantis


Jurusan Tanah Faperta Unand Padang
Abstract
The land suitability study for gambir crop (Uncaria gambir, Roxb) in the buffer zone of the
National Park of Kerinci Seblat (Taman Nasional Kerinci Seblat) at Salido Saribulan, sub
district IV Jurai, Pesisir Selatan was investigated. The objective of this study was to estimate
the land suitability for gambir in Salido Saribulan. The soils were sampled in composite ways
for analyses in laboratory. The results showed that according to climatic and physical land
condition, the studied area was considered as class S1 (highly suitable). However, based on
land suitability class, it was grouped as S3f (marginally suitable with some constraints in the
availability of soil nutrients). We suggested that to increase gambir production in the studied
area can be done by adding some fertilizers both organic and inorganic ones.
Kata Kunci: land suitability, gambir plant, portensial production

PENDAHULUAN Kegunaan gambir antara lain untuk:


bahan baku obat-obatan dan kosmetik,
Kebutuhan informasi/data sumber daya
penyamak kulit, pewarna tekstil, bahan cat,
lahan untuk perencanaan pembangunan adalah
pembuatan bir dan ramuan dalam Luas areal
sangat penting. Sumberdaya lahan merupakan
pertanaman Gambir di Sumbar meningkat
salah satu faktor fisik utama untuk
rata-rata 8% per tahun dan sampai tahun
dipertimbangkan dalam perencanaan,
1998 produksinya meningkat pula sebanyak
penyusunan dan pelaksanaan tata ruang
17% per tahun. Akan tetapi pada tahun
terutama di daratan. Pengalaman dari
1999, pertambahan luas areal tidak diikuti
berbagai wilayah, ternyata banyak
dengan peningkatan produksi (Dinas
menimbulkan masalah fisik pada lahan yang
Perkebunan Sumbar, 2000). menyirih
akhirnya berakibat buruk kepada kehidupan
(Bakhtiar, 1991 dan Suherdi, 1993).
sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh sebab
itu peran data sumberdaya lahan menjadi Gambir merupakan komoditas ekspor
penting dan harus diperhatikan dalam spesifik Sumatera Barat. Luas areal
penggunaan dan pemakaian lahan. pertanaman Gambir di Sumbar meningkat
rata-rata 8% per tahun dan sampai tahun
Kesesuaian lahan yang dibahas dalam
1998 produksinya meningkat pula sebanyak
penelitian ini adalah tanaman Gambir
17% per tahun. Akan tetapi pada tahun
(Uncaria gambir, Roxb) yang diharapkan
1999, pertambahan luas areal tidak diikuti
potensial untuk dikembangkan di daerah
dengan peningkatan produksi (Dinas
sekitar kawasan penyangga TNKS (Taman
Perkebunan Sumbar, 2000). Dalam lima
Nasional Kerinci Seblat) Salido Saribulan,
tahun terakhir ini volume ekspor meningkat
Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan. Gambir
sebesar 82,81% sedangkan nilai ekspornya
merupakan getah atau sari daun dan ranting
mencapai US $ 2,5/kg (Denian, Zulkifli dan
yang dikeringkan dari tanaman gambir (Nazir,
Taher, 2000). Dengan demikian komoditas
2000). Dalam dunia perdagangan gambir
ini mempunyai nilai yang sangat strategis
dikenal dengan nama Kateku kuning, Kacu,
bagi pendapatan daerah.
Terra, Cutch.

36
Kesesuain Lahan dan Potensi Produksi Tanaman (Juniarti, et al): 37-46 ISSN: 1829-7994

Hal ini diduga bahwa salah satu (Gambar 3). Untuk survey dan pengambilan
penyebabnya adalah penggunaan lahan yang contoh digunakan alat-alat standar ke
tidak sesuai. Karena ketidaksesuaian lapangan seperti bor, cangkul, parang,
peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan meteran, GPS (Geographical Positioning
daya dukungnya tersebut dapat Satellite), Munsell Soil Color Chart, kantong
mengakibatkan sumber daya lahan tidak dapat plastikl, ring sampel dan lain-lainnya yang
dimanfaatkan secara berkelanjutan. dianggap perlu. Alat yang digunakan di
labor adalah sesuai dengan analisis yang
Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan
akan dilakukan.
digunakan model kuantitatif dari FAO yang
memadukan data lingkungan, iklim dan Di lapangan akan diamati lingkungan
kondisi tanah (sifat fisika dan kimia tanah) dan morfologi tanah dengan cara pembuatan
(Sys et all, 1991). Setiap data diberi penilaian profil tanah dan pemboran. Contoh tanah
(rating) tersendiri dan dimasukkan ke dalam akan diambil contoh tanah komposit untuk
beberapa rumus matematika sehingga analisis kimia tanah dan contoh tanah tak
akhirnya didapatkan potensi produksi suatu terganggu untuk sifat fisika tanah.
lahan berdasarkan iklim (Climatic Production
Analisis Tanah di Laboratorium
Potential = CPP) secara kuantitatif. Dengan
memasukkan data produksi tanaman yang Pengamatan sifat dan ciri tanah meliputi:
sebenarnya model ini akan dapat Analisis C-organik tanah menggunakan
memprediksi produksi tanaman yang metode Walkey and Black (Walkey, 1947 cit
sebenarnya dari suatu lahan (Land Production Tan, 1996). Analisis N total tanah dengan
Potential = LPP) (Sys et all, 1991). Adanya metode Kjeldahl (Mulvaney, 1982 cit Page,
program modeling ini, akan lebih Miller and Keeney, 1982). Analisis P total
memudahkan untuk menyusun program dan P tersedia tanah, P total dengan
perencanaan oleh pemerintah daerah dan menggunakan metode Pengabuan Kering
petani di daerah ini. Dengan mengganti (Sudjadi, Wijik dan Soleh, 1971) dan P
beberapa variabel tertentu dari program tersedia dengan metode Bray II (Olsen and
modeling ini, dapat juga memprediksi hasil Sommers, 1982 cit Page et al, 1982).
tanaman pada daerah lain (Fiantis, 2001). Analisis pH tanah dengan metode
Elektrometrik pH meter elektroda.KTK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai
dengan metode pencucian Ammonium
tingkat kesesuaian lahan di daerah sekitar
Asetat 1 N pH 7 begitu pula dengan
kawasan penyangga TNKS sehingga
penetapan Kation Basa.
didapatkan wilayah yang sesuai untuk
pengembangan komoditi tanaman Gambir. Analisis SIG dalam Pembuatan Peta Tanah
BAHAN DAN METODA Analisis geografi ini akan dilaksanakan
dengan menggunakan suatu perangkat lunak
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu :
SIG (Mapinfo, ArcInfo). Dalam hal ini,
(1) studi kepustakaan, pengumpulan data kemampuan analitikal berupa fungsi-fungsi
primer yaitu data produksi melalui analisis perangkat lunak tersebut digunakan
wawancara dengan petani dan data bagi menghasilkan berbagai bentuk
sekunder berupa penelaahan bahan- informasi yang diinginkan.
bahan referensi dari laporan yang ada.
Analisa Penilaian Kesesuaian Lahan
(2) survey dan pengambilan contoh tanah di Tanaman Gambir (Interpretasi Data)
lapangan
Data yang didapatkan diinterpretasikan
Pemilihan lokasi pengambilan contoh dengan membandingkan karakteristik lahan
tanah berdasarkan informasi yang didapat dari dengan produksi tanaman gambir yang
peta geologi (Gambar 1), peta lereng (Gambar dihasilkan.berdasarkan kondisi tanah yang
2), peta tanah daerah penelitian ada dengan produksi gambir.

37
J. Solum Vol I No.1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

Gambar 1. Peta Geologi Pessel Gambar 2. Peta Lereng Pessel Gambar 3. Peta Tanah Pessel

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada berikut:


tingkat semi detail dengan skala peta
RPP = Bn x Hi atau
1:50.000. Pada kategori semi detail ini
diperlukan data yang terdiri atas: 0,26  bgm  KLAI  Hi
RPP =
(1) Data iklim yaitu rata-rata jam penyinaran 1  (0,25  ct )
matahari (n, jam/hari); rata-rata suhu 2
udara maksimum (Tmax oC), rata-rata suhu bgm = fxbo + (I – f) x bc
udara minimum (Tmin oC); rata-rata
humiditas harian (RH, %); rata-rata f = fraction of the day time that sky is
kecepatan angin (U, ms-1and m hari-1). overcast
Total hujan bulanan (P, mm), dan jumlah bo = Maximum gross biomass production
hari hujan (RD) on overcast days
(2) Data lingkungan tanah seperti drainase bc = Maximum gross biomass production
tanah; kedalaman efektif tanah, periode on clear days
banjir, kemiringan lahan, batu di
permukaan (Rock outcrop); Hi = Harvest indeks (indeks panen)

(3) Data karakteristik tanah yaitu KTK, pH, N RPP = Bn x Hi


total, P2O5 tersedia, K2O tersedia, atau
salinitasi, kejenuhan alumunium, struktur,
konsistensi. 0,26  bgm  KLAI  Hi
RPP =
1  (0,25  ct )
Penetuan Radiation thermal Production
Potential (RPP)
2
bgm = fxbo + (I – f) x bc
Untuk menentukan RPP ini dipakai
data produksi biomasa bersih yang di f = fraction of the day time that sky is
dapatkan dengan rumus matematika overcast

38
Kesesuain Lahan dan Potensi Produksi Tanaman (Juniarti, et al): 37-46 ISSN: 1829-7994

bo = Maximum gross biomass production on dari rumus pendekatan secara parametric;


overcast days sedangkan My diperoleh dari tabel yang
dikeluarkan FAO tentang rating
bc = Maximum gross biomass production on
pengelolaan suatu lahan.
clear days
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hi = Harvest indeks (indeks panen)
Evaluasi Keadaan Iklim untuk
Hasil perhitungan RPP diatas akan
Pertumbuhan dan Produksi Gambir di
diintegrasikan kedalam Program GIS
Salido Saribulan
(Geographical Information System) dengan
menggunakan program ArcInfo ataupun Berdasarkan data iklim maka tanah di
MapInfo. lokasi penelitian dapat digolongkan kepada
lahan yang berpotensi untuk pengembangan
Penentuan Climatic Production Pontetal
tanaman gambir. Potensi air untuk
(CPP)
kebutuhan tanaman gambir termasuk sangat
Penghitungan CPP dimulai dengan cukup, temperatur udara sesuai sehingga
menghitung parameter-parameter dibawah ordo kesesuaian lahan berdasarkan data
ini (Van Ranst, 1991): iklim adalah sangat sesuai (S1). Presipitasi
(i) Evapotranspirasi dari tanaman referensi pada daerah Salido Saribulan lebih besar
(ETo); bila dibandingkan dengan potensial
evapotranspirasi menurut Papadakis, hal ini
(ii) Evapotranspirasi aero (ETaero) dapat dilihat pada Gambar 4, dengan
(iii) Evapotranspirasi radiasi (ET rad) demikian terjadi surplus air dan tidak
terdapat bulan kering yang nyata sepanjang
(iv) Evapotranspirasi maximum (ETmax) tahun. Dengan curah hujan yang merata ini
(v) Koefesien tanaman (kc = crop maka ketersediaan air mencukupi untuk
coefficient) pertumbuhan tanaman gambir. Air
merupakan pelarut unsur-unsur hara di
(vi) Total ketersediaan air (Sa), yaitu jumlah dalam tanah, dengan bantuan air unsur hara
air antara kapasitas lapang dan titik layu tersebut menjadi tersedia bagi tanaman.
permanen; Sebaliknya bila kekurangan air, akar
(vii) Curah hujan-efectif (P eff); tanaman sukar untuk menyerap unsur hara
dari dalam tanah, yang berakibat pada
Rumus untuk menghitung CPP adalah musim kemarau yang berkepanjangan,
CCP = RPP [1-ky(1-ETa)/ETmax], sehingga akan menyebabkan produksi
tanaman menurun (Fiantis, 2001).
Dimana ky adalah faktor respon panen dan
ETa adalah evapotranspirasi sebenarnya Sementara hasil kalkulasi besarnya
(actual evapotranspiration). evapotranspirasi untuk tanaman referensi
(ET0) dengan menggunakan metoda
Penentuan Land Production Pontential Dorenbos and Pruitt (1977), ternyata lebih
(LPP) tinggi bila dibandingkan dengan nilai PET
LPP dihitung setelah didapatkan dengan menggunakan metoda Papadakis.
nilai CPP dengan memperhatikan indeks data Perbedaan ini dikarenakan Papadakis
tanah (Sy) dan indeks pengelolaan lahan memperhitungkan jumlah presipitasi dan
(My), dengan rumus: suhu udara rata-rata dan maksimum,
sedangkan Dorenbos and Pruit
LPP = CPP x My x Sy; menambahkan beberapa parameter lain
Dimana My = Ya/(CPP x Syp), seperti kelembaban udara relatif, kecepatan
angin, lamanya penyinaran matahari,
dan Ya = Produksi tanaman di lapangan panjang hari dan radiasi seperti hasil
(kg/ha); penelitian yang dilaporkan oleh Fiantis
serta Syp = indeks tanah yang didapatkan (2001) bahwa besarnya evapotranspirasi

39
J. Solum Vol I No.1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

untuk tanaman referensi kelapa sawit (ET0) Saribulan dapat dikelompokkan sesuai untuk
harian dengan mengunakan metoda Dorenbos pengembangan tanaman gambir, karena
and Pruit (1977) berkisar antara 3.23 – 8.58 adanya faktor pendukung produksi tanaman
mm dan bulanan antara 100.14 – 257.56 mm gambir yang optimum di daerah tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai yaitu kondisi kesuburan tanah dan iklim
PET dengan menggunakan metoda Papadakis yang sesuai.
Selanjutnya dari hasil kalkulasi Dari Gambar 5 dan 6 terlihat bahwa nilai
parameter iklim yang terdiri dari presipitasi, RPP dan CPP pada lokasi panelitian di
suhu udara maksimum, suhu udara minimum daerah Salido Saribulan memiliki nilai yang
dan suhu udara rata-rata, lamanya berbeda walaupun daerah tersebut
penyinaran matahari dan panjang hari, mempunyai keragaman yang sama. Nilai
kecepatan angin dan kelembaban udara, maka RPP sebesar 5 ton/Ha di lokasi penelitian
potensi produksi tanaman gambir berdasarkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CPP
iklim adalah termasuk kelas sesuai (S), terlihat yaitu sebesar 3.7 ton/Ha. Nilai RPP 5
dari hasil perhitungan CPP dan LPP tanaman ton/Ha merupakan produksi gambir ideal
Gambir pada Tabel 1 dan 2. Sedangkan data yang nilainya dipengaruhi oleh radiasi
spasial dari RPP, CPP dan LPP di lokasi matahari yaitu lamanya penyinaran,
penelitian disajikan pada Gambar 5, 6 dan 7. sehingga dengan kondisi iklim yang
terdapat di lokasi penelitian daerah Salido
Dari Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa lahan
Saribulan seharusnya produksi gambir yang
di lokasi penelitian daerah Salido Saribulan
dihasilkan mencapai 5 ton/Ha. Sedangkan
sangat sesuai bila dikembangkan untuk
nilai CPP yang lebih rendah yaitu 3.7
tanaman gambir. Hal ini dapat diketahui dari
ton/Ha merupakan produksi gambir di
hasil pengamatan karakteristik lahan dan
lapangan yang dipengaruhi oleh curah hujan
perhitungan indeks lahan dengan produksi
di lokasi penelitian daerah Salido Saribulan.
tanaman gambir yang dihasilkan (produksi
Hal ini menunjukkan bahwa produksi
sebenarnya) di lapangan memberikan nilai
gambir di lapangan di pengaruhi oleh iklim
produksi yang tidak jauh berbeda setelah
terutama lamanya penyinaran dan curah
dilakukan perhitungan CPP dan LPP tanaman
hujan yang akan mempengaruhi
gambir di lokasi penelitian Salido Saribulan.
berlangsungnya proses fotosintesis tanaman
Dengan demikian dari hasil penelitian tersebut
gambir.
maka daerah lokasi penelitian Salido

450
400
350
Presipitasi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des
Bulan

Presipitasi (mm) PET (mm)

Gambar 4. Potensial Evapotranspirasi (PET) menurut Papadakis untuk daerah Pesisir Selatan

40
Kesesuain Lahan dan Potensi Produksi Tanaman (Juniarti, et al): 37-46 ISSN: 1829-7994

Tabel. 1. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Gambir
per bulan pada daerah Pessel

Produksi Indeks
RPP CPP Indeks
Sampel sebenarnya Manajemen LPP (Ton/Ha)
(Ton/Ha) (Ton/Ha) Tanah (Sy)
(Ton/Ha) (My)
I 6 5 3,7 0,67 0,5 1,2395
II 3 5 3,7 0,38 0,5 0,703
III 3 5 3,7 0,47 0,5 0,8695

Tabel 2. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Gambir
per tahun pada daerah Pessel

Produksi Indeks
RPP CPP Indeks
Sampel sebenarnya Manajemen LPP (Ton/Ha)
(Ton/Ha) (Ton/Ha) Tanah (Sy)
(Ton/Ha) (My)
I 72 60 44,4 8,04 6 2141,856
II 36 60 44,4 4,56 6 1214,784
III 36 60 44,4 5,64 6 1502,496

Gambar 5. Data spasial RPP Gambar 6. Data spasial CPP Gambar 7. Data spasial LPP
Salido Saribulan Salido Saribulan Salido Saribulan

41
J. Solum Vol I No.1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

Selanjutnya dari Gambar 7 terlihat Berdasarkan data yang ditampilkan


bahwa adanya perbedaan nilai LPP di lokasi pada Tabel 3. perbedaan sifat tanah akibat
penelitian daerah Salido Saribulan yaitu perbedaan topografi dicirikan olehhasil
berkisar antara 0.703 – 1.239 ton/Ha lebih analisis mempunyai kisaran yang sama yaitu
rendah dibandingkan dengan nilai RPP dan pH tanah masam, kandungan C-organik
CPP. Nilai LPP tersebut merupakan sedang, N- total sedang, KTK rendah dan
produksi gambir sebenarnya yang dihasilkan kation basa.
di lapangan. Perbedaan ini disebabkan
Kondisi kemasaman tanah (pH)
karena selain faktor iklim produksi tanamam
termasuk kriteria masam baik pada lereng
gambir juga dipengaruhi oleh faktor
bawah maupun kaki bukit, namun terlihat
pengelolaan dan tanah. Terlihat bahwa pada
peningkatan ke bagian kaki bukit.
daerah lereng yang ditanami gambir nilai
Peningkatan pH tanah pada bagian kaki
LPP jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
bukit ini diduga akibat erosi yang terjadi
daerah kaki lereng yang diusahakan untuk
pada bagian lereng bawah, sehingga
persawahan.
menyebabkan pH tanah menjadi rendah.
Hubungan Kondisi Fisik Lahan dengan Demikian juga halnya dengan kandungan C-
Kesuburan Tanah dan Produksi Gambir organik dan kation basa serta kandungan
unsur hara lainnya yaitu lebih rendah di
Bentuk lahan pada lokasi penelitian
bagian lereng, sebagaimana juga dilaporkan
merupakan tipe fisiografi perbukitan, yaitu
hasil penelitian Husnain (2000) terhadap
sistem lahan dengan kelerengan yang sangat
kesuburan tanah menunjukkan bahwa bagian
curam (>60%) (Gambar 2). Menurut
lereng memiliki kandungan hara terendah
Desaunettes (1977) kelerengan yang tinggi
terutama bahan organik dan kation basa
menyebabkan aliran permukaan dan erosi
dibandingkan bagian kaki bukit. Rendahnya
yang besar. Sehingga atas dasar
kandungan hara di bagian lereng ini
pertimbangan resiko, lahan ini secara umum
disebabkan erosi yang tinggi akibat lereng
tidak dianjurkan untuk dibuka sebagai lahan
yang tajam (40 – 47%). Hal ini sesuai
pertanian. Lahan dengan lereng antara 16 –
dengan pendapat Graham dan Buol (1990)
45% hanya dianjurkan untuk tanaman
bahwa kandungan basa-basa dipengaruhi
permanen seperti perkebunan tanaman keras
oleh topografi dan drainase, dimana daerah
dan kehutanan. Sedangkan lahan dengan
kaki bukit adalah daerah terakumulasinya
lereng >60% dibiarkan hutan. Akan tetapi
basa-basa. Penurunan kandungan bahan
khusus untuk tanaman gambir yang banyak
organik di bagian lereng akan menyebabkan
dijumpai pada fisiografi perbukitan ini,
penurunan KTK tanah pada bagian lereng di
dipertimbangkan sesuai (S) dengan syarat
lokasi penelitian.
harus melakukan usaha konservasi tanah.
Tanah di lokasi penelitian
Batuan induk dan bentuk wilayah
diklasifikasikan menurut sistem Taksonomi
mempengaruhi proses pembentukan tanah di
Tanah (Soil Survey Staf, 1987) ke dalam
lokasi penelitian, dengan demikian juga akan
ordo Inceptisol. Jenis tanah ini mempunyai
mempengaruhi kesuburan tanahnya.
horizon bawah kambik yang dicirikan
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan di
dengan adanya perubahan warna atau
lapangan tanah di lokasi penelitian
struktur tanah sehingga memerlukan
mempunyai tekstur liat, masam, miskin hara
penanganan berbeda agar tidak dijumpai
dan kation basa, kandungan bahan organik
kendala-kendala dalam pengelolaan tanah
dan KTK tanah rendah. hasil analisis sifat
dan pemilihan jenis komoditas yang akan
kimia tanah berdasarkan topografi daerah
dikembangkan.
yaitu lereng bawah dan kaki bukit dapat
dilihat pada Tabel 3.

42
Kesesuain Lahan dan Potensi Produksi Tanaman (Juniarti, et al): 37-46 ISSN: 1829-7994

Klasifikasi kesesuaian iklim dan Berdasarkan kriteria kelas kesesuaian


penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman lahan maka daerah penelitian termasuk
gambir di daerah sekitar kawasan penyangga kedalam kelas kesesuaian lahan S3f dengan
TNKS Salido Saribulan dapat dilihat pada faktor pembatas berat. Faktor pembatas
Tabel 4. adalah retensi hara dan hara tersedia yaitu
KTK serta unsur hara N. Sebagai alternatif
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil
pemecahannya perlu dilakukan penambahan
pengamatan klasifikasi kesesuaian iklim
unsur hara berupa pemberian pupuk dan
untuk tanaman gambir di Salido Saribulan
penambahan bahan organik. Menurut
terhadap parameter iklim berdasarkan Storie
laporan Biro Pusat Statistik (2001) produksi
Method dan Square Root Method bahwa
gambir yang dihasilkan hanya 6 ton/Ha.
daerah penelitian memiliki indeks iklim
Hasil ini ternyata jauh di bawah produksi
dengan rating 75/78. Hal ini menunjukkan
gambir yang dihasilkan di daerah Mahat
bahwa iklim di lokasi penelitian bila
yaitu sebesar 30 ton/Ha (Saidi dan Berd,
dibandingkan dengan syarat tumbuh tanaman
2001). Perbedaan hasil ini disebabkan
gambir adalah sangat sesuai untuk tanaman
karena di Kanagarian Mahat Kabupaten
gambir, kelas iklimnya termasuk S1. Unsur
Limapuluh Kota telah lama diusahakan
iklim yang mendukung adalah presipitasi,
budidaya tanaman gambir dibandingkan
suhu udara rata-rata, suhu udara maksimum.
dengan daerah Salido Saribulan. Selain itu
Selain faktor iklim, penilaian kesesuaian
bila dilihat dari segi kesuburan tanahnya
lahan untuk tanaman gambir di Salido
daerah penelitian tergolong rendah memiliki
Saribulan juga dilakukan. Hasil penilaian
pH tanah berkisar antara 4,53 – 4,7.
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Sedangkan kemasaman tanah pada daerah
Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk Mahat berkisar antara 4,8 – 5,0 dengan
tanaman gambir berdasarkan Storie Method kandungan N total 0,49 – 0,15%. Data
dan Square Root Method memiliki rating 30 spasial dari pH tanah di daerah penelitian
dan 49. tersebut disajikan pada Gambar 8.

Tabel 3. Kandungan hara tanah pada 2 tempat pengambilan sampel yang diambil pada
kedalaman 0-60 cm

Sifat kimia tanah Lereng bawah* Kaki bukit*

pH 4.6 m 4.75 m
C-organik (%) 2.8 s 3.89 s
N- total (%) 0.25 s 0.27 s
P- tersedia (ppm) 7 sr 9 sr
KTK (me/100 g) 13.46 r 14.29 r
KB (%) 14.94 sr 16.23 sr
K (me/100 g) 0.29 r 0.35 s
Na (me/100 g) 1.11 s 1.18 s
Ca (me/100 g) 0.28 sr 0.32 sr
Mg (me/100 g) 0.33 r 0.47 r

* m = masam, sr = sangat rendah, r = rendah, s = sedang

43
J. Solum Vol I No.1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

Tabel 4. Klasifikasi Kesesuaian Iklim untuk tanaman gambir di Salido Saribulan

Sim Parameter Iklim Nilai Kelas Level Limit Rating

C Curah hujan (mm) 3214.12 S1 0 100

C Suhu Rata-rata 27.54 S1 0 100

C Suhu maksimum 30.7 S1 0 100

C Suhu minimum 24.37 S1 0 100


C n/N 0.51 S1 1 85

Indeks Iklim Storie Method/SquareRoot Method 75/78


Rating Iklim Storie Method/SquareRoot Method 85/92

Kelas Iklim S1/S1 S1

Tabel 5. Penilaian Kesesuaian Lahan untuk tanaman gambir di Salido Saribulan

Sim Parameter Lahan Nilai Kelas Level Limit Rating

T Lereng (%) 25 S1 0 100

W Bahaya banjir 0 S1 0 100


Drainase Well-drained S1 1 100

S Tekstur/struktur S1 1 100
Kedalaman tanah (cm) 120 S1 0 100

F KTK (me/100 g) 13.46 S3 3 40


pH 4.6 S1 0 100
N-total 2.8 S2 2 80

Indeks Lahan Storie Method/SquareRoot Method 30/49

Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S3f

44
Kesesuain Lahan dan Potensi Produksi Tanaman (Juniarti, et al): 37-46 ISSN: 1829-7994

lain di Sumatera Barat dan di Indonesia


pada umumnya guna menyusun rencana
tata guna lahan yang tepat untuk
memperoleh produksi pertanian khususnya
gambir. Pada daerah-daerah yang
mempunyai iklim dan kondisi kesuburan
tanah yang sama dengan lokasi penelitian
dengan hanya menukarkan parameter-
parameter yang ada pada model sesuai
dengan keadaan tanah dan lingkungan
daerah tersebut.
Mahat yang memiliki pH tanah berkisar
antara 4,8 – 5, P tersedia berkisar antara 8 –
16 ppm yang tergolong sedang – sangat tingi
dan KTK tanah berkisar antara 17 – 24
me/100 g yang tergolong sedang (Saidi dan
Gambar 8. Data spasial pH tanah Salido Berd, 2001). Kenyataan ini menunjukkan
Saribulan bahwa produksi gambir di daerah penelitian
Dari Gambar 8. terlihat bahwa nilai pH masih bisa terus ditingkatkan dengan cara
tanah di lokasi penelitian memiliki perbedaan, penambahan unsur hara agar dapat
pada daerah kaki lereng pH tanah berkisar meningkatkan nilai indeks lahannya.
antara 4,67 – 4,7 yang meliputi daerah seluas Untuk peningkatan indeks lahan menjadi
900 Ha lebih tinggi dibandingkan dengan > 50 dan kelas kesesuaian menjadi S1
daerah lereng yang berkisar antara 4,53 – 4,56 (Sangat sesuai) di masa yang akan datang
dengan daerah seluas 400 Ha. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan usaha
disebabkan karena perbedaan topografi manajemen/pengelolaan budidaya pertanian
(kondisi fisik lahan) dan pengelolaan melalui tindakan pemupukan, sehingga
tanahnya. Pada daerah lereng yang ditanami diharapkan produksi gambir yang dihasilkan
gambir sering terjadi erosi, karena tajuk nantinya akan meningkat.
tanaman yang kecil hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan pH tanah dibandingkan KESIMPULAN DAN SARAN
dengan daerah kaki lereng. Selain itu pada Daerah Salido Saribulan termasuk ke
daerah kaki lereng telah diusahakan dengan dalam kelas kesesuaian lahan S3f yaitu
pembukaan sawah yang telah pernah sesuai untuk pengembangan tanaman gambir
dilakukan tindakan pemupukan, hal ini dengan faktor pembatas retensi hara. Potensi
menyebabkan pH tanah lebih tinggi produksi gambir aktual di daerah Salido
dibandingkan dengan daerah lereng. Saribulan 5 ton/Ha lebih tinggi dibandingkan
Sementara itu P tersedia pada lokasi dengan produksi gambir sebenarnya.
penelitian berkisar antara 7,0 – 9,0 dan KTK Ucapan Terima Kasih
tanah di lokasi penelitian berkisar antara 13,46
– 18,08 yang tergolong rendah meliputi Penulis menyampaikan ucapan terima
daerah seluas 2000 Ha. Kondisi kesuburan kasih kepada Direktur Jendral Pendidikan
tanah di lokasi penelitian yang rendah ini Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dan
berbeda jauh bila dibandingkan dengan daerah Pemerintah Daerah Pesisir Selatan yang telah
memberikan dana untuk penelitian ini.
Dengan melahirkan perhitungan nilai Terima kasih yang sama juga disampaikan
RPP, CPP dan LPP maka didapat basis data kepada Bapak Sugeng Nugroho, Ssi. atas
yang diharapkan dapat digunakan pada bantuan dan saran selama penelitian.
daerah

45
J. Solum Vol I No.1, Januari 2004: 37 - 46 ISSN: 1829-7994

DAFTAR PUSTAKA Fiantis, D. 2001. Pengembangan Sistem


Informasi Geogafi tanah vulkanis
Bakhtiar, A. 1991. Manfaat gambir. Makalah
Sumatera Barat untuk peningkatan
penataran petani dan pedagang
produksi tanaman hortikultura.
pengumpul gambir di kecamatan
Proposal Riset Unggulan Terpadu IX .
Pangkalan kabupaten 50 Kota tanggal 29
Universitas Andalas. Padang. 13 Hal.
– 30. November 1991. FMIPA Unand.
Padang. 23 Hal. Graham, R.C. and S.W.Buol. 1990. Soil
Bappeda. 2000. Rencana program Geomorphic Relation on the Blue
pengembangan kawasan andalan Padang Ridge front: II Soil Characteristic and
Pariaman dan sekitarnya. Badan Pedogenesis. Soil Sci. Soc. Am. J. 54:
Perencanaan Pembangunan Daerah 1367-1377.
Provinsi Sumatera Barat bekerjasama Husnain. 2000. Tinjauan status hara tanaman
dengan PT. Arsi Wastuadi dan PT. berdasarkan sekuen topografi di daerah
Seruni Cipta. 135 Hal. Tanjung Alai Kabupaten Solok. Tesis.
CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance Land Program Pascasarjana Universitas
Resource Surveys 1 : 250.000 Scale. Andalas Padang. 77 Hal.
Atlas Format Procedures. Nazir, N. 2000. Gambir. Budidaya,
AGOF/INS/78/006 Manual 4 version1 pengolahan dan prospek
CSR Bogor. Ministry of Agriculture diversifikasinya. Yayasan Hutanku.
Government on Indonesia. Yayasan Hasil Hutan Non-Kayu.
Padang. 138 Hal.
Denian, A; Zulkifli, H dan A. Taher. 2000.
Status dan perkembangan penelitian Saidi, A dan Isril Berd. 2001. Tanah-tanah
tanaman gambir. Makalah seminar pertanaman gambir di Sumatera Barat.
sehari teknik budidaya dan Fakultas Pertanian Universitas Andalas
pengolahan hasil gambir dan nilam. dan PK-PLP Unand. 15 Hal
BPTP Sukarami Solok. 24 Januari 2000. Sys, C; Evan Ranst and J. Debaveye. 1991.
20 Hal. Land Evaluation part I. Principles in
Desaunttes, J.R. 1977. Catalogue of land evaluation and crop production
landformfor Indonesia. FAO dan Soil calculations. ITC for post graduate soil
Research Institute Ministry of scientist state university of ghent
Agriculture. Jakarta. Berghium.

Dinas Perkebunan Sumatera Barat. 2000.


Statistik perkebunan daerah Sumatera
Barat. Dinas Perkebunan Propinsi
Sumatera Barat. Padang. 216 Hal

46

Anda mungkin juga menyukai