1. Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara
PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober
1962.
2. Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan
dengan / bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember
untuk digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.
4. Pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei
1963.
5. Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya
tetap dalam wilayah RI atau memisahkan diri dan RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera).
Selanjutnya untuk menjamin keamanan di Irian Barat maka dibentuk suatu pàsukan
keamanan PBB yang dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal Said Uddin Khan dan Pakistan. Pekerjaan UNTEA di bawah
pimpinan Jalal Abdoh dan Iran juga berjalan lancar sehingga tepat pada tanggal 1 Mei 1963
roda pemerintahan RI sudah berjalan Sebagai Gubernur Irian Barat pertama maka
diangkatlah E. J. Bonay, seorang putera asli Irian Barat.
Di samping nama-nama Soeharto, Sudarso dan lain-lain yang berjasa dalam
pembebasan Irian Barat juga tercatat dalam sejarah nama-nama seperti Kolonel Sudomo,
Kolonel Udara Leo Watimena, dan Mayor L. B. Moerdani. Pantas pula untuk dikenang
adalah, sukarelawati yang gigih berjuang dalam pembebasan Irian Barat yakni Herlina. Ia
memenangkan hadiah Pending Emas karena ikut sertanya dalam pembebasan Irian Barat
secara heroik. Pengalamannya dibukukan dalam karya tulis yang berjudul Pending Emas.
Dengan ditandatangani Perjanjian New York maka pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat
diserahkan kepada Indonesia. Hubungan diplomatik dengan Belanda pun segera dibuka
kembali. Dengan kembalinya Irian Barat kepada Indonesia maka Komando Mandala
dibubarkan dan sebagai operasi terakhir adalah Operasi Wisnumurti yang bertugas menjaga
keamanan dalam penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA kepada
Indonesia.
Hasil dan Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan
bagian dan Republik Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi persahabatan RI-
Belanda, Lebih-lebih setelah tahun 1965, hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak
sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik melalui IGGI (Inter Governmental Group
for Indonesia) atau di luarnya.
Akhirnya Sidang Umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil- hasil Pepera
tersebut sehingga Irian Barat tetap merupakan bagian dan wilayah Republik Indonesia.
"Kesimpulan" :
Ringkasan atau Sejarah Singkat Tentang Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian
Barat sebagai berikut...
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat | Salah satu keputusan dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag pada tanggaf 23 Agustus
sampai 2 September 1949 adalah kedudukan Irian Barat akan ditentukan selambat-lambatnya
satu tahun setelah Pengakuan Kedaulatan. Setelah bertahun-tahun Belanda tidak mau
membicarakan masalah Irian Barat maka bangsa Indonesia berjuang merebutnya.
Dalam berjuang merebut kembali Irian Barat bangsa Indonesia menggunakan berbagai upaya,
yakni melalui diplomasi maupun konfrontasi. Perjuangan melalui konfrontasi dilakukan
dengan cara kônfrontasi politik, ekonomi, sampai konfrontasi militer.