Wilayah Irian Barat adalah wilayah yang tidak bisa dipisahkan dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Namun , sampai peristiwa pengakuan kedaulata dari
Belanda kepada Indonesia, Irian Barat masih dikuasai Belanda. Oleh karena itu pula
diperjuangkan pembebasannya.
Perjuangan Pembebasan Irian Barat jika diklasifikasikan ada dua strategi, yaitu secara
diplomasi dan perjuangan bersenjata.
A. Perjuangan Diplomasi :
1. Upaya Perundingan dengan Belanda
Menurut ketentuan Konferensi Meja Bundar ( KMB ), masalah Irian Barat ditunda
penyelesaiannya setahun kemudian. Oleh karena itu, pada waktu berlangsung upacara
pengakuan kedaulatan, wilayah Irian barat tidak termasuk sebagai daerah RIS.
Berdasarkan keputusan KMB, semestinya pada akhir tahun 1950 sudah ada upaya
Belanda untuk mengembalikan Irian Barat kepada pihak Indonesia. Akan tetapi,
tampaknya keputusan KMB yang berkaitan dengan Irian Barat tidak berjalan lancar.
Belanda tampak ingin tetap mempertahankan Irian Barat. Oleh karena itulah, Indonesia
berusaha mengembalikan Irian Barat melalui upaya diplomasi dan berunding langsung
dengan Belanda.
Beberapa kabinet pada masa demokrasi liberal juga memiliki program pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. Setiap kabinet mencoba melakukan
perundingan dengan Belanda. Perundingan itu misalnya pada masa Kabinet Natsir,
Sukiman, Ali Sastroamidjojo dan Burhanuddin Harahap. Bahkan pada masa Kabinet
Burhanudin Harahap diadakan pertemuan antara Menteri Luar Negeri Anak Agung dan
Luns di Den Haag. Akan tetapiperundingan-perundingan itu tidak berhasil
mengembalikan Irian Barat.
Pada tahapan persiapan dan infiltrasi telah terjadi insiden pertempuran di Laut Aru pada
tanggal 15 Januari 1962.Pada waktu itu kapal RI motor terpedo boat Macan Tutul yang
sedang patroli diserang oleh Belanda.Terjadilah pertempuran akan tetapi kapal RI
Macan Tutul terbakar dan tenggelam.Dalam insiden ini meniggalah Komodor Yos
Sudarso dan Kapten Laut Wiratno Gerakan infiltrasi terus dilakukan. Pasukan mulai
mendarat dan menguasai beberapa daerah di Irian Barat. Berikut para sukarelawan dan
sukarelawati. Bendera merah putih mulai dipancangkan di berbagai daerah.
3. Rencana Bunker
Melihat pasukan Indonesia itu, Belanda mulai khawatir dan kewalahan. Dunia
Internasional mangetahui dan mulai khawatir Amerika serikat mulai menekan Belanda
agar mau beruding. Ellswoth Bunker, seorang diplomat AS ditunjuk sebagai penengah.
Bunker selanjutnya mengusulka pokok-pokok penyalsaia masalah Irian Barat secara
damai. Poko-poko usulan Bunker itu,antara lain berisi sebagai berikut.
a. Belanda akan menyarahkan Irian Barat kepada Idonesia melalui badan PBB, yAkni
UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority)
b. Pemberian hak bagi rakyat Irian Barat untuk menetukan pendapat tentang
kedudukan Irian Barat.
pokok tersebt dikenal dengan Rencana Bunker.Berdasarkan Rencana tersebut maka
pada tanggal 15 Agustus 1962 tercapailah persetujuan antara indonesia dan belanda
yang dikenal dengan Persetujuan New York, Adapun isi Perjanjian New York, antara
lain:
Simpulan Materi
Perjuangan pembebasan Irian Barat berlangsung cukup lama yakni sejak KMB (1948)
sampai dengan penentuan pendapat rakayat (Pepera1962).
Perjuangan secara politik dilakukan melalui perundingan secara langsung dengan
Belanda, diplomasi lewat PBB, gerakan pemogokan, dan nasionalisasi perusahaan milik
Belanda di Indonesia.
Konfrontasi secara militer, dicetuskan melalui rapat umum di Yogyakarta. dalam rapat
umum tsb presiden Sukarno menggelorakan Trikora (Tri Komando Rakyat).
Pelaksanaan operasi militer dipimpin oleh Komando Mandala.
Titik terang perjuangan pembebasan Irian Barat itu setelah ada Rencana Bunker dan
perjanjian New York Pada tanggal 15 Agustus 1962.
Perjuangan pembebasan Irian Barat ditandai dengan adanya UNTEA dan pelaksanaan
pepera