Anda di halaman 1dari 51

KATALOG BPS: 9201002.

7315

INCREMENTAL
CAPITAL OUTPUT RATIO
KABUPATEN PINRANG
2006-2010

.id
. go
ps
.b
ab
gk
an
nr
pi
://
tp

B A D AN P US AT S T A T I S T I K
ht

K AB U P AT E N PI NR A NG

PDF processed with CutePDF evaluation edition www.CutePDF.com


ICOR KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2006-2010

Oktober 2011

ISSN :

.id
Katalog BPS : 9201002.7315
go
Nomor Publikasi :
.
ps

Naskah/ Editor : Seksi Neraca Wilayah dan


.b

Analisis Statistik
ab
gk

Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan


an

Analisis Statistik
nr

Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik


pi

: Kabupaten Pinrang
://
tp

Dicetak Oleh :
ht

Boleh mengutip dengan menyebutkan sumbernya


Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

SAMBUTAN
KEPALA BAPPEDA & PM
KABUPATEN PINRANG

Buku Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten


Pinrang Tahun 2006-2010 merupakan salah satu publikasi yang
diterbitkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, bekerjasama
dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Penanaman
Modal Kabupaten Pinrang.

.id
Data dan informasi dalam buku ini bersumber dari
pengumpulan dan pengolahan data hasil kegiatan statistik baik
go
yang dilakukan oleh BPS maupun oleh instansi terkait lainnya. Oleh
karena itu, data dan informasi yang tersedia masih harus
.
ps

ditingkatkan mutunya. Untuk maksud tersebut maka diharapkan


partisipasi setiap stakeholder untuk perbaikan publikasi ini ke
.b

depan.
ab

Dengan terbitnya buku ini diharapkan memberi manfaat,


gk

terutama untuk memberikan gambaran perkembangan Produk


an

Domestik Regional Bruto berkaitan dengan kegiatan investasi yang


dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta maupun rumahtangga
nr

seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah (otoda). Selain itu,


data dan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pi

pembanding dalam menyusun perencanaan dan perumusan


://

kebijakan pembangunan.
tp

Semoga buku ini bermanfaat bagi kita sekalian. Terima


ht

kasih.

Pinrang, Oktober 2011


BAPPEDA & PM Kabupaten Pinrang
K e p a l a,

Ir. H. Amir Mangopo, M. P.


NIP : 19530613 198003 1 010
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

KATA PENGANTAR

Perencanaan pembangunan membutuhkan data yang


beragam jenisnya terlebih dalam perencanaan pembangunan
ekonomi daerah yang sangat dibutuhkan oleh pemerintahan
otoda. Dalam menyikapi kebutuhan data tersebut maka Badan
Pusat Statistik Kabupaten Pinrang dan Bappeda Kabupaten
Pinrang bekerjasama menghitung Incremental Capital Output

.id
Ratio (ICOR) Kabupaten Pinrang Tahun 2006-2010.
. go
Dengan terbitnya publikasi ini, diharapkan perencanaan
ps
.b

pembangunan ekonomi di Kabupaten Pinrang dapat lebih


ab

terarah dan tepat sasaran.


gk
an

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada


nr

semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini


pi

sehingga dapat terbit tepat waktu.


://
tp

Pinrang, Oktober 2011


ht

Badan Pusat Statistik


Kabupaten Pinrang
K e p a l a,

Paulus Mangande,SE
NIP: 19640317 199202 1 001
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

DAFTAR ISI
SAMBUTAN ………………………………….…………………………….. i
KATA PENGANTAR. ………………………………….…………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN……………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...…………………………………………. 1
1.2 Ruang Lingkup. .………………………………………….. 1
1.3 Pengertian Investasi. …..………………………………. 2
1.4 Pengertian Output...………………………………………. 4
1.5 Pengertian ICOR .………………………………………… 4

.id
BAB II METODOLOGI
go
2.1 Rumus dan Asumsi ……………………………………… 6
2.1.1 Metode Akumulasi …………………………………..... 8
.
ps

2.1.2 Metode Standar.. .……………………………………… 9


2.1.3 Koefisien ICOR Negatif ………………………………..
.b

10
2.1.4 Koefisien ICOR Positif dan Besar ……………………. 11
ab

2.2 Sumber Data dan Keterbatasannya ……………………. 11


gk

2.3 Tahapan Penghitungan…………………………………… 12


an

2.3.1 Penghitungan Nilai Investasi Atas Dasar Harga Konstan 12


A. Metode Langsung ……………………………..…… 12
nr

B. Metode Survei ……………………………………… 13


pi

C. Metode Penyusutan ………………………………. 15


://

2.3.2 Tambahan Output Atas Dasar Harga Konstan 15


tp

2.3.3 Penghitungan Koefisien ICOR ……………………….. 16


ht

2.4 Tahap Rekonsiliasi …………………….………………. 16


BAB III ULASAN SINGKAT
3.1 Perkembangan Investasi ……………….……………….. 18
3.2 Struktur Investasi ………………………………………… 20
3.3 Koefisien ICOR Total Seluruh Sektor .……………........ 22
3.4 Koefisien ICOR Menurut Sektor ………………………… 24
BAB IV KESIMPULAN.. …………………………………………… 28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 32

iii
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel JUDUL TABEL Hal

1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang Atas Dasar 33


Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah) …………………..…

2. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 34


Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (%) ………………….

3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang Atas Dasar 35


Harga Konstan 2000, Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah) …………….

.id
4. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 36
go
Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006-2010 (%)…………..
.
ps

5. Nilai Investasi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang Atas 37


Dasar Harga BerlakuTahun 2006-2010 (Juta Rupiah) ………………
.b

Distribusi Investasi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang


ab

6. 38
Atas Dasar Harga Berlaku 2006-2010 (%) ………..........................
gk

7. Nilai Investasi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang Atas 39


an

Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)………


nr

8. Distribusi Investasi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 40


Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006-2010 (%) …………
pi
://

9. Koefisien ICOR Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 41


Tahun 2006-2010 (lag-0) ………………………………………………
tp
ht

10. Koefisien ICOR Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 42


Tahun 2006-2010 (lag-1) ……………………………………………..

11. Koefisien ICOR Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang 43


Tahun 2006-2010 (lag-2) ………………………………………………

12. Rata-rata koefisien ICOR Menurut Lapangan Usaha Kabupaten 44


Pinrang Dalam Tahun 2006-2010 …………………………………….

iv
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuntutan akan adanya perencanaan makro ekonomi yang


lebih mantap dirasakan sangat mendesak. Lebih lagi bila
dikaitkan dengan persiapan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Pendek dan Menengah. Target-target

.id
ekonomi (pertumbuhan) harus dibuat lebih tajam dan terarah.
go
Penajaman ini sangat penting agar sumber-sumber yang
.
ps
tersedia bisa digarap lebih efektif dan efisien.
.b

Untuk menunjang penyusunan rencana pembangunan


ab

seperti itu perlu didukung oleh suatu data statistik dan perangkat
gk

analisis yang handal dan mantap. Salah satu dari sekian banyak
an

kebutuhan data itu adalah Incremental Capital Output Ratio


nr

(ICOR). Dengan menggunakan perangkat dan data ICOR maka


pi

dapat diketahui kebutuhan investasi yang harus ditanamkan


://
tp

agar tercapai pertumbuhan ekonomi seperti yang diinginkan.


ht

Dalam rangka memenuhi kebutuhan itu, BPS Kabupaten


Pinrang bekerja sama dengan Bappeda Kabupaten Pinrang
untuk melakukan penghitungan data ICOR dalam periode 2006 -
2010.

1.2. Ruang Lingkup


Penghitungan ICOR Kabupaten Pinrang meliputi seluruh

1
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

kegiatan usaha menurut sektor ekonomi selama periode tahun


2006-2010. Dengan demikian koefisien ICOR dapat disajikan
lebih rinci sesuai dengan sektor tersebut. Untuk mendapatkan
koefisien ICOR yang lebih realistis, maka dihitung rata-rata
koefisien ICOR dengan menggunakan metode tertentu yang
akan dibahas dalam bab berikutnya, dalam periode tahun 2006-
2010. Disamping itu, penghitungan ICOR disajikan dalam time
lag tertentu.

.id
Maksud penyajian dalam time lag tersebut adalah untuk
go
menyesuaikan lamanya waktu yang dibutuhkan dari sejak mulai
.
ps

ditanamkannya suatu investasi hingga investasi tersebut


.b
ab

berproduksi/menghasilkan. Lamanya waktu yang dibutuhkan


gk

oleh suatu investasi sampai pada saat mulai dapat berproduksi


an

disajikan sebagai berikut, yaitu nol tahun (lag 0), setahun (lag 1)
nr

dan dua tahun (lag 2). Sehingga penghitungan koefisien ICOR


pi

dengan mempertimbangkan adanya time lag tersebut kita dapat


://

menghindari keadaan yang ekstrim seperti koefisien ICOR yang


tp
ht

tinggi yang menggambarkan seolah-olah menunjukan


ekonomi/sektor ekonomi tidak efisien.

1.3. Pengertian Investasi

Investasi yang dimaksud adalah pembentukan modal


tetap bruto (PMTB) dan perubahan stok (PS) barang. PMTB
berwujud fisik, seperti pengadaan mesin-mesin, gedung, kantor,
2
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

jalan, jembatan dan sarana produksi lainnya yang merupakan


barang modal. Sedangkan PS merupakan selisih stok barang
pada akhir tahun dikurangi dengan stok barang pada awal tahun.
Stok barang merupakan persediaan bahan baku yang ada di
industri-industri pengolahan, persediaan barang di tangan
pedagang, dan barang-barang hasil produksi yang ada di tangan
produsen yang belum terjual.

.id
Pembelian/penggunaan barang yang habis dipakai dalam
go
satu tahun adalah barang konsumsi, bukan barang investasi.
.
ps
Untuk dunia usaha barang konsumsi ini disebut biaya antara
.b

atau permintaan antara. Nilai yang diperhitungkan dalam


ab

investasi tersebut dapat berupa :


gk

 Pembelian barang modal baru (B) :


an

 Pembuatan/perbaikan yang sifatnya menambah umur


nr

atau meningkatkan kapasitas produksi (R)


pi
://

 Perubahan Stok barang (S) :


tp

 Dan penjualan barang modal bekas sebagai


ht

pengurangnya (J)

Dalam penulisan matematis adalah sebagai berikut :

I = B + R + S - J

3
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

1.4. Pengertian Output

Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan


seluruh faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan
kewiraswastaan). Selanjutnya output dikurangi dengan biaya
antara (bahan baku dan bahan penolong) akan diperoleh Nilai
Tambah Bruto (NTB).

1.5. Pengertian ICOR

.id
go
Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Sir Roy
.
Harrod dan Evsey Domar atau terkenal dengan Harrod-Domar.
ps

Pada intinya teori ini menunjukkan adanya hubungan antara


.b
ab

peningkatan stok kapasitas produksi dan kemampuan


gk

masyarakat untuk menghasilkan output. Semakin tinggi


an

peningkatan kapasitas produksi semakin tinggi pula output yang


nr

dapat dihasilkan. Secara matematis koefisien ICOR dinyatakan


pi

sebagai rasio antara penambahan investasi (I) terhadap


://
tp

penambahan output (Y).


ht

Sebagai ilustrasi dari pengertian di atas, dimisalkan


bahwa koefisien ICOR di suatu daerah sebesar 4. Artinya untuk
meningkatkan output satu unit diperlukan investasi sebesar 4
unit. Bila di daerah tersebut output pada tahun yang lalu sebesar
4 milyar rupiah, maka agar outputnya tumbuh sebesar 10 persen
atau bertambah sebesar 0,4 milyar rupiah, diperlukan investasi

4
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

sebesar 4 x 0,4 milyar rupiah = 1,6 milyar rupiah.


Sebenarnya tambahan output tidak hanya dipengaruhi
oleh investasi yang ditanamkan, akan tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti kemajuan teknologi dan
penyerapan tenaga kerja. Tetapi dalam penghitungan ICOR
diasumsikan bahwa faktor-faktor lain tersebut dianggap konstan.

.id
. go
ps
.b
ab
gk
an
nr
pi
://
tp
ht

5
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

BAB II
METODOLOGI

2.1. Rumus dan Asumsi

K
ICOR  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(1)
Y

.id
Rumus dasar yang dipakai dalam penghitungan ICOR
adalah: . go
ps

Dimana  = Penambahan kapasitas (investasi), dan


.b

 = Penambahan Output.
ab

Dalam praktek, data yang diperoleh bukan penambahan


gk

barang modal baru atau penambahan kapasitas terpasang, akan


an

tetapi besarnya investasi (I) yang ditanamkan oleh pemerintah


nr

maupun swasta, sehingga K = I. Dengan demikian rumus (1)


pi
://

dapat dimodifikasi dengan K = I, menjadi :


tp

I
ht

ICOR  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2)
Y
Rumus (2) disebut dengan Gross ICOR. Dalam
penerapannya rumus Gross ICOR ini lebih sering dipakai karena
datanya lebih lengkap.
Dalam beberapa hal, untuk kasus-kasus tertentu investasi yang
ditanamkan pada tahun t (It) akan langsung menghasilkan
6
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

tambahan output pada tahun itu juga (Yt =Yt -Yt-1), sehingga
rumus (2) di atas dapat dinyatakan sebagai:

ICOR  I t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . .(3)
Y Y
t t 1

Rumus (3) di atas dapat diartikan bahwa investasi yang


ditanamkan pada tahun ke-t (It) akan menimbulkan tambahan
output (Yt) pada tahun itu juga. Pada kenyataannya investasi

.id
yang ditanamkan seringkali tidak secara langsung memberikan
go
hasil tambahan output pada tahun itu juga, tetapi memerlukan
.
ps

waktu yang cukup lama sampai dapat menghasilkan output yang


.b

diinginkan. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan


ab

tambahan output ini sering disebut time lag, namun lebih sering
gk

disebut dengan lag. Time lag ini bisa mencapai satu, dua, tiga
an

tahun atau lebih. Jika investasi yang ditanamkan pada tahun ke-t
nr

menimbulkan kenaikan output setelah s tahun (lag = s tahun),


pi
://

maka rumus (3) di atas dapat dimodifikasi menjadi :


tp
ht

ICOR  I t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . .(4)
Y Y
t s t  s 1

Untuk mendapatkan suatu koefisien ICOR yang bisa


mewakili keadaan selama satu kurun waktu tertentu, maka ada
dua pendekatan yang akan digunakan yaitu:

7
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

2.1.1 Metode Akumulasi

Pendekatan penghitungan ICOR dengan metode


akumulasi berdasarkan suatu anggapan bahwa timbulnya
peningkatan output selama periode waktu t1 sampai dengan tn
disebabkan oleh karena adanya akumulasi investasi selama
periode waktu t1 sampai dengan tn tersebut. Perumusan ICOR
dengan metode ini adalah rasio antara akumulasi investasi

.id
terhadap akumulasi peningkatan output selama periode waktu t1
sampai dengan tn go
yang secara matematis dituliskan sebagai
.
ps
berikut :
.b

 It
ab

ICOR 
 Y t  Y t 1
. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .(5)
gk
an
nr

Berkaitan dengan adanya masalah waktu yang


pi

dibutuhkan untuk meningkatkan output atau time lag maka


://
tp

rumus (5) dapat dimodifikasi menjadi:


ht

 It
ICOR 
 Y ts  Y ts1
. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .(6)

Kelebihan metode akumulasi ini adalah memuat prinsip


rata-rata tertimbang, sehingga koefisien ICOR ekstrim yang
terjadi pada tahun-tahun tertentu bisa dihindari.
8
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

2.1.2 Metode Standar

Pendekatan penghitungan ICOR dengan menggunakan


metode standar adalah dengan terlebih dahulu mencari koefisien
ICOR masing-masing tahun dalam periode waktu t1 sampai tn,
sehingga akan didapatkan koefisien ICOR sebanyak n buah.
Koefisien ICOR yang dianggap dapat mewakili dalam kurun
waktu dari tahun t1 sampai tahun tn diperoleh dengan jalan

.id
membagi antara jumlah koefisien ICOR selama periode waktu
go
tersebut dengan jumlah tahun yang ada, atau dengan mencari
.
ps
rata-rata koefisien ICOR selama periode t1 sampai tn. Penulisan
.b

dalam bentuk matematisnya adalah :


ab

1 It
ICOR  
gk

. . . . . . . . .. . . . . . . . . . .. …….. . . . .
n (Yt  Yt 1 )
an

77790(7)
Seperti pada penerapan(999uyhg7ytytytuygfussss(7).(7)
sebelumnya, jika ICOR dengan
nr

metode standar dikaitkan dengan time lag maka rumus (7)


pi
://

menjadi :
tp
ht

1 n It
ICOR   . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(8)
n t 1 (Yt  s  Yt  s 1 )

Kelemahan dari penggunaan rata-rata sederhana ini


adalah jika terjadi suatu koefisien ICOR yang ekstrim pada tahun
tertentu, maka koefisien itu sangat berpengaruh pada rata-rata
koefisien ICOR dalam periode waktu penghitungan. Namun
9
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

demikian penggunaan metode standar ini mempunyai daya tarik


lain yaitu mampu mencerminkan inefficiency yang dalam
prakteknya sering terjadi. Beberapa kemungkinan hasil
penghitungan ICOR dengan menggunakan rumus (8) di atas
yaitu bila :

 Yt+s < Yt+s -1 , maka koefisien ICOR negatif.


 Yt+s > Yt+s-1, tetapi hampir sama, maka koefisien ICOR

.id
positif dan relatif besar.
go
2.1.3 Koefisien ICOR Negatif
.
ps

Koefisien ICOR negatif dapat terjadi jika output pada


.b
ab

suatu waktu tertentu (Yt+s ) lebih kecil dari pada tahun


gk

sebelumnya (Yt+s-1). Salah satu penyebab mengapa terjadi


an

penurunan output, adalah jika ada sebagian barang modal dijual,


nr

rusak atau tidak diaktifkan karena alasan tertentu. Walaupun


pi

mungkin ada penambahan barang modal baru (It), akan tetapi


://
tp

barang modal baru itu sementara belum berproduksi atau sudah


ht

berproduksi tetapi output yang dihasilkan belum sesuai dengan


besarnya kapasitas produksi yang sebenarnya, sehingga selisih
output antara tahun pada saat ditanamkan investasi dengan
tahun sebelumnya bernilai negatif. Pada gilirannya koefisien
ICOR-pun negatif.

10
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

2.1.4. Koefisien ICOR yang Positif dan Besar

Koefisien ICOR yang positif dan relatif besar terjadi jika


investasi yang ditanamkan (It) pada tahun tertentu relatif besar,
sedangkan selisih output yang dihasilkan antara Yt+s pada tahun
(t+s) dengan Yt+s-1 pada tahun (t+s-1) sangat kecil. Keadaan ini
bisa terjadi antara lain karena investasi yang baru ditanamkan
pada tahun itu (It) belum efektif sehingga tidak/belum efisien dan

.id
menghasilkan koefisien ICOR yang relatif besar.
go
2.2. Sumber Data dan Keterbatasannya
.
ps

Keterbatasan yang dimaksud adalah sulitnya untuk


.b

mendapatkan data investasi secara lengkap untuk semua sektor


ab

sesuai dengan rincian yang ada di PDRB sektoral. Kesulitan ini


gk
an

karena tidak tersedianya data investasi secara lengkap apabila


nr

kita mengumpulkan melalui instansi terkait. Sementara itu,


pi

sangat tidak memungkinkan apabila dilakukan pengumpulan


://

data secara langsung melalui pengusaha/ perusahaan-


tp
ht

perusahan karena biayanya sangat besar. Walaupun demikian,


untuk mengatasi hal itu, digunakan data perkiraan investasi
secara total (tidak dirinci menurut sektor ekonomi) yang
diperoleh melalui hasil penghitungan PDRB menurut sektor
penggunaan yang dilakukan oleh BPS Provinsi Sulawesi
Selatan. Selanjutnya, untuk menghitung besarnya investasi yang
dirinci menurut sektor ekonomi diperlukan berbagai data
11
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

pendukung lainnya. Data pendukung yang dimaksud antara lain


adalah nilai penyusutan barang modal yang dirinci menurut
sektor, diperoleh dari pengolahan hasil-hasil survei khusus yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
Demikian juga, dilakukan pengolahan data dari laporan kegiatan
proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah,
yang pembiayaannya melalui APBN, BANLU, APBD Provinsi
dan APBD Kab/Kota, dalam hal ini merupakan bagian investasi

.id
pemerintah. . go
ps
2.3. Tahapan Penghitungan
.b

2.3.1 Penghitungan Nilai Investasi Atas Dasar Harga


ab

Konstan
gk
an

Dalam menghitung nilai investasi atas dasar harga


nr

konstan untuk masing-masing sektor digunakan beberapa


pi

metode penghitungan yaitu :


://
tp

A. Metode Langsung
ht

Nilai investasi diperoleh secara langsung dari publikasi-


publikasi dan laporan dari instansi atau perusahaan. Nilai yang
diperoleh adalah investasi atas dasar harga berlaku. Investasi
atas dasar harga konstan dihitung dengan cara mendeflasikan
nilai investasi atas dasar harga berlaku dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB), yang secara matematis dirumuskan

12
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

sebagai berikut:

 I b . . . . . . . . . . . . . …………….. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
I k
D
Dimana : Ik : Investasi atas dasar harga konstan.
Ib : Investasi atas dasar harga berlaku.
D : Deflator (IHPB).

.id
B. Metode Survei
go
Metode survei sebenarnya hampir sama dengan metode
.
ps

langsung. Hanya karena tidak tersedia data investasi untuk


.b

seluruh populasi, maka data yang dikumpulkan berasal dari


ab

beberapa perusahaan melalui survei. Dari survei ini diperoleh


gk

data sampel mengenai besarnya output dan investasi yang


an

dilakukan oleh pengusaha/perusahaan pada satu tahun tertentu.


nr
pi

Selanjutnya dilakukan penghitungan rasio antara


://

tambahan modal (investasi) terhadap tambahan output dari


tp

sampel untuk masing-masing sektor ekonomi. Rasio ini juga


ht

disebut rasio investasi. Rasio ini digunakan sebagai faktor


pengali terhadap NTB atas dasar harga konstan pada sektor
ekonomi yang bersangkutan. Hasil perkalian antara rasio
investasi dengan NTB dari masing-masing sektor ekonomi yang
sesuai adalah merupakan perkiraan investasi pada sektor
ekonomi tersebut. Secara rinci metode ini akan dijelaskan

13
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

sebagai berikut :

 Mendeflasikan nilai investasi dan output dari total sampel


perusahaan yang terpilih pada survei khusus perusahaan
swasta (SKPS) dengan menggunakan IHPB yang relevan
dengan jenis kegiatan perusahaan yang disurvei. Dari
langkah ini akan diperoleh nilai investasi dan nilai output atas
dasar harga konstan.

.id
 Mencari rasio antara investasi (tambahan modal) terhadap
go
output (NTB) dengan rumus sebagai berikut :
.
ps
.b

I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………. . . . . . . . .(10)
R 
ab

ij
i
O
gk

ij
an

Dimana Ri : Rasio investasi sub-sektor ekonomi ke-i


nr

Iij : Investasi perusahaan j pada sub-sektor ekonomi


pi

ke-i
://
tp

Oij : Output perusahaan j pada sub-sektor ekonomi


ht

ke-i

Langkah selanjutnya adalah mengalikan rasio yang telah


diperoleh (rumus 10) di atas dengan NTB atas dasar harga
konstan pada sub-sektor ekonomi yang bersangkutan untuk
mendapatkan perkiraan investasi dari masing-masing sektor
ekonomi. Nilai investasi yang diperoleh dari penghitungan ini

14
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

adalah investasi atas dasar harga konstan. Perumusan


matematisnya adalah sebagai berikut :

I  R x NTB
ki i i
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . (11)

Dimana Iki : Investasi atas dasar harga konstan sub-


sektor ekonomi ke-I
NTBI : Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan
sektor ke-i.

.id
C. Metode Penyusutan . go
ps

Dasar pemikiran metode ini adalah penyusutan barang


.b

modal tetap yang terjadi setiap tahun, akan dipakai untuk


ab

investasi tahun itu juga. Dengan demikian nilai investasi


gk

mempunyai hubungan linier terhadap nilai penyusutan, sehingga


an

untuk sektor-sektor dengan nilai penyusutan besar akan memiliki


nr

investasi yang besar pula. Berdasarkan hubungan linier antara


pi
://

besarnya penyusutan dengan nilai barang modal tersebut, maka


tp

besarnya nilai penyusutan menurut sektor ekonomi dapat


ht

digunakan untuk mengalokasikan besarnya investasi menurut


sektor, jika data investasi secara total diketahui. Data nilai
penyusutan menurut sektor ekonomi diperoleh dari pengolahan
hasil-hasil survei khusus. Sedangkan data total investasi
diperoleh dari hasil penghitungan PDRB menurut sektor
penggunaan.

15
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

2.3.2. Tambahan Output Atas Harga Konstan

Tambahan output setiap tahun ke-t (Yt) atas dasar harga


konstan diperoleh dengan menghitung selisih nilai tambah bruto
(NTB) atas dasar harga konstan 2000 tahun t (Yt) dengan nilai
tambah bruto (NTB) tahun sebelumnya (Yt-1), secara matematis
dituliskan :

Y t  Y t  Y t 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . ….. . . .(12)

.id
2.3.3. Penghitungan Koefisien ICOR
go
Setelah diperoleh nilai investasi dan peningkatan output
.
ps

atas dasar harga konstan 2000, maka selanjutnya adalah


.b
ab

menghitung koefisien ICOR.


gk

Rumus untuk menghitung koefisien ICOR bisa dilihat pada


an

bagian rumus dan asumsi yang telah dijelaskan sebelumnya.


nr

2.4. Tahap Rekonsiliasi


pi
://

Setelah data investasi menurut sektor ekonomi diperoleh


tp
ht

baik melalui metode langsung maupun melalui metode survei


dan metode penyusutan, maka data investasi tersebut masih
harus diselaraskan dengan memperhatikan tingkat kewajaran
dari masing-masing sektor; dan secara keseluruhan dikontrol
dengan total investasi, baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan. Pemeriksaan tingkat kewajaran
investasi dari masing-masing sektor dilakukan dengan
16
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

memperhatikan beberapa angka rasio, seperti indeks implisit,


struktur/distribusi, dan rasio antara investasi dengan output dari
masing-masing sektor. Setelah selesai dilakukan tahap ini,
kemudian dilakukan penghitungan koefisien ICOR menurut
sektor ekonomi.

.id
. go
ps
.b
ab
gk
an
nr
pi
://
tp
ht

17
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

BAB III
ULASAN SINGKAT

3.1. Perkembangan Investasi

Nilai investasi di kabupaten pinrang dalam kurun waktu


lima tahun terakhir bertumbuh rata-rata sebesar 11,37 persen
per tahun. Perkembangan investasi tersebut memberi dampak
terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Pinrang dalam

.id
go
periode yang sama dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,43
.
persen per tahun.
ps
.b

Pada tabel 1 berikut diuraikan secara rinci


ab

perkembangan investasi dalam periode 2006-2010. Terlihat


gk
an

bahwa ada tahun 2006 total investasi (atas dasar harga konstan
nr

2000) yang ditanamkan di berbagai sektor ekonomi di kabupaten


pi

Pinrang sebesar 303.441,91 juta rupiah kemudian meningkat


://

menjadi 406.230,83 juta rupiah pada tahun 2008 dan mencapai


tp
ht

466.766,97 juta rupiah pada tahun 2010. Demikian pula halnya


dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari
1.973.869,86 juta rupiah pada tahun 2006 meningkat menjadi
2.214.904,38 juta rupiah pada tahun 2008 dan mencapai
2.532.737,44 juta rupiah pada tahun 2010

18
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

Tabel 1. Nilai PDRB dan Investasi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Pinrang Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)

PDRB Investasi
Atas Dasar Atas Dasar Persentase Investasi
Tahun
Harga Konstan Harga Konstan Terhadap PDRB
2000 2000

2006 1.973.869,86 303.441,91 15,37


2007 2.075.243,70 327.908,02 15,80
2008 2.214.904,38 406.230,83 18,34
2009 2,384,282.50 429,483.54 18.01
2010 2,532,737.44 466,766.97 18.43

.id
Rata-rata
Pertumbuhan
dalam Periode
6.43. go 11.37
-
2006-2010 (%)
ps
.b

Tindakan investasi akan mendorong permintaan barang


ab

modal dan penyerapan tenaga kerja baru untuk mengaktifkan


gk

peningkatan kapasitas produksi tersebut. Peningkatan produksi


an

berarti meningkatkan pendapatan yang pada gilirannya akan


nr
pi

meningkatkan permintaan, dan selanjutnya akan terjadi


://

pertumbuhan ekonomi sebagaimana siklus roda perekonomian


tp

yang tidak pernah terputus.


ht

Besaran porsi investasi terhadap agregat PDRB setiap


tahun dalam periode 2006-2010 berkisar antara 15 persen
sampai dengan 18 persen. Porsi investasi sebesar itu
merupakan pendorong untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi dalam periode berikutnya dengan tenggang waktu yang
berbeda sesuai dengan sifat investasi yang dilakukan.
19
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

Dengan mengetahui nilai investasi yang ditanamkan


setiap tahun diharapkan dapat membantu pemerintah daerah
dalam menyusun kerangka kebijakan dan strategi untuk semakin
mendorong investasi dalam rangka membangun perekonomian
wilayah. Dimana investasi yang dilakukan oleh pemerintah
terutama bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana
fisik yang sifatnya non-profit, namun secara makro pertumbuhan
akan terjadi karena prasarana untuk melakukan kegiatan

.id
ekonomi tersedia dengan baik dan pada gilirannya akan
go
mengundang investor swasta untuk menanamkan modalnya
.
ps

dengan tujuan profit.


.b
ab

3.2. Struktur Investasi


gk
an

Struktur investasi kabupaten Pinrang atas dasar harga


nr

berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 yang telah


pi

ditanamkan dalam periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada


://

Tabel 2.
tp
ht

Secara akumulasi, tampaknya investasi yang ditanamkan


di sektor Pertanian selama tahun 2006-2010 merupakan jenis
investasi terbesar bila dibandingkan dengan sektor-sektor yang
lain, yaitu sebesar 1.296.351 juta rupiah per tahun atau 37,51
persen dari total investasi atas dasar harga berlaku. Investasi
sebesar ini terutama ditanamkan pada subsektor Tanaman

20
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

Bahan Makanan, Perikanan dan Perkebunan.

Posisi investasi selanjutnya adalah investasi yang


ditanamkan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
21,43 persen; sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 13,83
persen dan sektor Jasa-jasa sebesar 7,85 persen terhadap total
investasi kabupaten Pinrang

Tabel 2. Akumulasi dan Rata-rata Investasi Pertahun di Kabupaten

.id
Pinrang Selama Periode Tahun 2006-2010 (Juta Rp. dan Persen )

Akumulasi Investasi
Harga Berlaku
. go Akumulasi Investasi
Harga Konstan 2000,
Rata2 per Tahun
Dalam Periode
ps
Sektor Ekonomi 2006-2010 2006-2010 2006-2010
.b

Nilai % Nilai % Berlaku Konstan


ab

01. Pertanian 1,296,351 37.51 790,272 40.87 259,270 158,054


gk

02. Pertambangan
21,850 0.63 13,260 0.69 4,370 2,652
an

dan Penggalian

03. Ind. Pengolahan 202,137 5.85 128,607 6.65 40,427 25,721


nr

04. Listrik, Gas, dan


pi

19,317 0.56 10,755 0.56 3,863 2,151


Air Minum
://

05. Bangunan 178,192 5.16 103,563 5.36 35,638 20,713


tp

06. Perdagangan,
ht

740,598 21.43 377,279 19.51 148,120 75,456


Hotel & Restoran
07. Angkutan &
477,863 13.83 264,650 13.69 95,573 52,930
Komunikasi
08. Lembaga
248,408 7.19 142,748 7.38 49,682 28,550
Keuangan

09. Jasa-Jasa 271,394 7.85 102,699 5.31 54,279 20,540


Seluruh Sektor
3,456,109 100.00 1,933,831 100.00 691,222 386,766
Ekonomi

21
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

Adapun sektor Lembaga Keuangan menempati urutan


kelima dengan nilai investasi 248.408 juta rupiah atau 7,19
persen, sektor Industri Pengolahan pada posisi keenam dengan
nilai investasi sebesar 202.137 juta rupiah atau 5,85 persen dan
sektor Bangunan menempati posisi ketujuh dengan nilai
investasi 178.192 juta rupiah atau 5,16 persen dari rata-rata total
investasi per tahun sementara sektor-sektor lainnya mencatat
invetasi di bawah satu persen per tahun.

.id
go
Struktur investasi menurut harga konstan mengalami
.
ps

pergeseran walaupun relatif kecil. Pergeseran tersebut mengikuti


.b

terjadinya perubahan harga berbagai jenis barang-barang modal


ab

yang tidak sama selama lima tahun terakhir ini.


gk
an

3.3. Koefisien ICOR Seluruh Sektor


nr

Dalam kurun waktu 2006-2010 terlihat rata-rata koefisien


pi
://

ICOR di kabupaten Pinrang bervariasi akibat perbedaan metode


tp

dan time lag yang digunakan dalam penghitungan, meskipun


ht

perbedaannya relatif kecil. Rata-rata koefisien ICOR dalam


periode Tahun 2006-2010 dengan menggunakan metode
akumulasi dan time lag 0 sebesar 3,04. Apabila kita
menggunakan lag 1 dan lag 2 dengan metode penghitungan
yang sama, maka koefisien ICOR tersebut menjadi lebih kecil,
yaitu untuk lag 1 menjadi 2,92 dan lag 2 menjadi 2,85.
Sedangkan bila menggunakan metode standar, maka koefisien
22
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

ICOR yang diperoleh masing-masing untuk lag 0 sebesar 3,14;


lag 1 sebesar 2,66 dan lag 2 sebesar 2,28. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Koefisien ICOR Kabupaten Pinrang Periode 2006-2010

Tahun Koefisien ICOR


Lag 0 Lag 1 Lag 2
2006 3.88 2.99 2.17
2007 3.23 2.35 1.94

.id
2008 2.91 2.40 2.74
2009
. 2.54 go 2.89 -
ps
2010 3.14 - -
Metode Akumulasi 3.04 2.92 2.85
.b
ab

Metode Standar 3.14 2.66 2.28


gk

Tampaknya nilai rata-rata koefisien ICOR dengan


an

menggunakan dua jenis metode tetap konsisten. Karena


nr
pi

dengan menggunakan metode akumulasi maupun metode


://

standar dengan time lag yang sama diperoleh rata-rata koefisien


tp

ICOR dalam kurun waktu 2006-2010 yang relatif sama.


ht

Walaupun demikian koefisien ICOR setiap tahun dalam periode


2006-2010 tampak berfluktuasi.

Menurut Suseno Triyanto (1990), koefisien ICOR yang


sebesar antara 3 sampai dengan 4 dianggap bahwa investasi
yang dilakukan relatif produktif. Hal itu dapat kita jadikan sebagai

23
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

tolok ukur untuk membandingkan dengan koefisen ICOR yang


telah dialami kabupaten Pinrang setiap tahun dalam periode
2006-2010 seperti pada Tabel 3 di atas. Tampak dari tabel
tersebut suatu kecenderungan koefisien ICOR yang berfluktuasi
dari tahun ke tahun dengan menggunakan berbagai jenis lag.
Pada lag 0 terjadi perubahan dari 3,88 pada tahun 2006
menjadi 3,14 pada tahun 2010, selanjutnya pada lag 1 dari 2,99
pada tahun 2006 menjadi 2,89 pada tahun 2009. Dan pada lag 2

.id
dari 2,17 pada tahun 2006 berubah menjadi 2,74 pada tahun
go
2008.
.
ps
.b

Perubahan koefisien ICOR dari tahun ke tahun yang


ab

tampak cenderung menurun merupakan indikator yang


gk

menggambarkan adanya efektivitas dan efisiensi dari seluruh


an

investasi yang ditanamkan secara keseluruhan sektor usaha,


nr
pi

yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di


://

kabupaten Pinrang. Hal itu disebabkan karena kemungkinan


tp

investasi yang ditanamkan diberbagai sektor ekonomi telah


ht

sepenuhnya dapat berproduksi secara optimal.

3.4. Koefisien ICOR menurut Sektor Ekonomi

Koefisien ICOR kabupaten Pinrang menurut sektor


ekonomi terlihat sangat bervariasi, baik yang diperoleh dari hasil

24
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

penghitungan dengan menggunakan metode akumulasi maupun


metode standar pada berbagai jenis time lag.

Berdasarkan metode akumulasi tampak rata-rata


koefisien ICOR menurut sektor ekonomi dalam periode 2006-
2010, yaitu pada lag 0 bervariasi dari 1,45 (sektor Listrik,Gas
dan Air bersih) sampai dengan 7,07 (sektor Angkutan dan
Komunikasi). Tingginya koefisien ICOR pada sektor Angkutan &

.id
Komunikasi sangat dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan
go
pembangunan prasarana fisik yang dilakukan oleh pemerintah di
.
Kabupaten Pinrang. Kondisi itu cukup realistis karena investasi
ps

di sektor ini sebagian besar dilakukan oleh pemerintah yang


.b

diarahkan dalam rangka penyediaan sarana/prasarana fisik,


ab

sehingga nilai koefisien ICOR sebesar 7,07. Atau dengan kata


gk

lainn fenomena tersebut lebih menggambarkan rata-rata


an

lamanya masa kegunaan dari penyediaan sarana/prasarana


nr

fisik tersebut. Selanjutnya pada lag 1, koefisien ICOR menurut


pi
://

sektor ekonomi bervariasi dari 1,51 pada sektor Listrik,Gas dan


tp

Air bersih sampai dengan 6,24 pada sektor Angkutan dan


ht

Komunikasi dan pada lag 2 bervariasi dari 1,46 (sektor Listrik,


Gas dan Air bersih) sampai dengan 5,87 pada sektor Angkutan
dan Komunikasi.

Apabila digunakan metode standar tampak rata-rata


koefisien ICOR menurut sektor ekonomi dalam kurun waktu
2006-2010, yaitu pada lag 0 bervariasi dari 1,49 pada sektor

25
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

Listrik,Gas dan Air bersih sampai dengan 11,51 pada sektor


Angkutan dan Komunikasi selanjutnya pada lag 1 bervariasi dari
1,30 pada sektor Listrik,Gas dan Air bersih sampai dengan
19,00 pada sektor Bangunan dan pada lag 2 bervariasi dari
1,03 pada sektor Listrik,Gas dan Air bersih sampai dengan
23,36 pada sektor Bangunan.

Tabel 4. Rata-rata Koefisien ICOR Kabupaten


Pinrang Selama Periode Tahun 2006-2010

.id
Sektor Ekonomi Rata-rata Koefisien ICOR

Metode Akumulasi:
. go Lag 0 Lag 1 Lag 2

01. Pertanian 2.73 2.49 2.37


ps

02. Pertambangan & Penggalian 1.83 1.86 1.87


.b

03. Industri Pengolahan 2.76 2.58 2.41


ab

04. Listrik, Gas, dan Air Minum 1.45 1.51 1.46


05. Bangunan 3.04 3.21 3.57
gk

06. Perdagangan, Hotel & Restoran 3.60 3.56 3.54


an

07. Angkutan & Komunikasi 7.07 6.24 5.87


08. Lembaga Keuangan 3.14 3.09 3.23
nr

09. Jasa-Jasa 1.60 1.85 1.88


pi

Seluruh Sektor Ekonomi 3.04 2.92 2.85


Metode Standar:
://

01. Pertanian 3.17 2.41 2.07


tp

02. Pertambangan & Penggalian 1.90 1.81 1.68


ht

03. Industri Pengolahan 3.63 2.99 2.52


04. Listrik, Gas, dan Air Minum 1.49 1.30 1.03
05. Bangunan 10.02 19.00 23.36
06. Perdagangan, Hotel & Restoran 3.63 3.23 2.79
07. Angkutan & Komunikasi 11.51 5.80 4.41
08. Lembaga Keuangan 3.16 2.78 2.56
09. Jasa-Jasa 1.68 1.68 1.52
Seluruh Sektor Ekonomi 3.14 2.66 2.28

Berdasarkan metode akumulasi, dimana sektor Angkutan

26
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

dan Komunikasi memiliki koefisien ICOR yang relatif tinggi, yaitu


sekitar 5,87 sampai dengan 7,07 pada berbagai time lag. Hal ini
berarti bahwa investasi yang di tanamkan di sektor Angkutan
dan Komunikasi belum cukup produktif, kondisi seperti itu cukup
realistis karena meskipun nilai investasi di sektor Angkutan dan
Komunikasi sudah relatif besar namun perubahan output
masih relatif kecil. Sedangkan berdasarkan metode standar,
koefisien ICOR di sektor Angkutan dan Komunikasi terlihat

.id
mengalami penurunan cukup berarti dari lag 0 sebesar 11,51
go
menjadi 5,80 pada lag 1 hingga menjadi 4,41 pada lag 2 artinya
.
ps

kinerja investasi sektor Angkutan dan Komunikasi semakin


.b

efisien.
ab
gk

Perbedaan besarnya koefisien ICOR pada sektor


an

Angkutan dan Komunikasi dari hasil penghitungan dengan


nr

menggunakan dua metode yang berbeda, hal ini menunjukkan


pi

bahwa rata-rata koefisien ICOR dengan metode standar tidak


://

menetralisir keadaan ekstrim yang terjadi dalam suatu tahun


tp

tertentu. Dengan demikian lebih baik menggunakan koefisien


ht

ICOR dengan metode akumulasi apabila terdapat nilai koefisien


ICOR tahunan yang bersifat ekstrim (terlampau tinggi atau
negatif).

Selanjutnya dalam kurun waktu 2006-2010, terlihat


adanya ketidakefisienan kinerja investasi khususnya sektor
Bangunan di kabupaten Pinrang. Kondisi tersebut terlihat dari

27
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

tingginya nilai koefisien ICOR menurut metode standar yaitu


pada lag 0 sebesar 10,02; pada lag 1 sebesar 19,00 dan pada
lag 2 sebesar 23,36. Fenomena tersebut terjadi karena nilai
investasi di sektor bangunan yang relatif tetapi tidak mampu
memberikan perubahan output berarti (perubahan output sektor
ini pada tahun 2010 sangat kecil).

Keragaman koefisien ICOR menurut sektor ekonomi


disebabkan selain adanya perbedaan karakteristik komoditas

.id
dari masing-masing sektor, juga karena perbedaan penggunaan
teknologi sektor-sektor
. go
tersebut. Faktor lain yang juga
ps

berpengaruh adalah; daya tarik sektoral di mata investor


.b

berbeda-berbeda, berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah


ab

khususnya yang berkaitan dengan masalah politik dan


gk

keamanan dalam negeri, secara langsung atau tidak langsung


an

akan mempengaruhi koefisien ICOR. Koefisien ICOR yang lebih


nr

lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran.


pi

.
://
tp
ht

28
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut:

 Total nilai investasi kabupaten Pinrang atas dasar harga


konstan 2000 pada tahun 2010 telah mencapai

.id
466.766,97 juta rupiah atau 18,43 persen dari total PDRB
go
secara riil yaitu 2.532.737,44 juta rupiah.
.
ps

 Investasi atas dasar harga konstan 2000 di kabupaten


.b

Pinrang dalam kurun waktu 2006-2010, mencatat rata-rata


ab

pertumbuhan sebesar 11,37 persen per tahun. Yaitu pada


gk

tahun 2006 total investasi yang ditanamkan di kabupaten


an

Pinrang sebesar 303.441,91 juta rupiah meningkat menjadi


nr

406.230,83 juta rupiah pada tahun 2008 hingga mencapai


pi
://

466.766,97 juta rupiah pada tahun 2010. Perkembangan


tp

investasi seperti itu telah memberi dampak terhadap


ht

pertumbuhan ekonomi di kabupaten Pinrang dalam periode


yang sama dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,43
persen per tahun.

 Dalam kurun waktu lima tahun terakhir diperoleh rata-rata


koefisien ICOR kabupaten Pinrang berdasarkan metode
akumulasi untuk keseluruhan sektor pada time lag 0

29
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

sebesar 3,04. Fenomena tersebut berarti bahwa apabila


diketahui total PDRB kabupaten Pinrang atas dasar harga
konstan 2000 pada tahun 2010, misalnya sebesar
Rp. 2.532 milyar dan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2010 ditargetkan sebesar 6 persen, maka dibutuhkan
investasi pada tahun 2010 sebesar 0,06 x Rp. 2.532 milyar
x 3,04 = Rp. 461,84,- milyar. Jadi nilai kebutuhan investasi
pada tahun 2010 sebesar Rp. 461,84,- milyar atas dasar

.id
harga konstan tahun 2000. Besarnya kebutuhan investasi
go
apabila kita inginkan target pertumbuhan ekonomi tertentu
.
ps

tergantung pada ICOR yang mana digunakan yang diyakini


.b
ab

lebih sesuai dengan kondisi yang ada.


gk

 Apabila kita menggunakan lag 1 dan lag 2 dengan


an

metode akumulasi, maka koefisien ICOR tersebut di atas


nr

menjadi lebih kecil lagi, yaitu untuk lag 1 menjadi 2,92 dan
pi

untuk lag 2 menjadi 2,85. Artinya dengan menggunakan


://
tp

koefisien ICOR yang lebih rendah tersebut secara


ht

matematis akan membutuhkan investasi yang lebih kecil


untuk menargetkan pertumbuhan ekonomi yang sama.

 Berdasarkan metode akumulasi pada lag 0 selama kurun


waktu 2006-2010 diperoleh rata-rata koefisien ICOR pada
sektor pertanian sebesar 2,73; pertambangan dan
penggalian 1,83; industri pengolahan 2,76; listrik dan air

30
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

1,45; bangunan 3,04; perdagangan, hotel dan restoran


3,60; angkutan dan komunikasi 7,07; lembaga keuangan
3,14, dan Jasa-jasa 1,60.

 Tingginya koefisien ICOR pada sektor Angkutan dan


Komunikasi disebabkan peningkatan nilai investasi yang
ditanamkan tidak diikuti dengan peningkatan output yang
dihasilkan. Atau dapat diasumsikan bahwa investasi di

.id
sektor Angkutan dan Komunikasi memerlukan waktu yang
go
relatif lama untuk mencapai produksi kembali pokok
.
ps
(break even point).
.b

 Dalam kurun waktu 2006-2010 terjadi ketidakefisienan


ab

kinerja investasi pada sektor bangunan di kabupaten


gk

Pinrang. Fenomena tersebut disebabkan nilai investasi


an

yang relatif besar ternyata tidak mampu memberikan


nr

perubahan output berarti (perubahan output sektor


pi
://

bangunan pada tahun 2010 sangat kecil).


tp
ht

31
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota Di


Indonesia. Jakarta: KPPO.

Baum, C. Warren & Tolbert, M. Stokes. 1985. Investasi


dalam Pembangunan- Pelajaran Dari Pengalaman

.id
Bank Dunia. (Terjemahan: Oleh Bassius Bengo
Teku).
. go
ps

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan


.b
ab

Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


gk

Widodo, Suseno Triyanto. 1985. Indikator Ekonomi - Dasar-


an

Dasar Penghitungan Perekonomian Indonesia.


nr

Yogyakarta.
pi
://
tp
ht

32
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

.id
. go
ps

TABEL-TABEL LAMPIRAN
.b
ab
gk
an
nr
pi
://
tp
ht

33
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG

ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2006-2010 (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 1,612,321.45 1,806,768.41 2,162,828.94 2,538,541.90 2,927,094.46

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 22,348.31 25,345.74 30,888.93 37,586.13 41,602.24

.id
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 121,205.32 136,413.23 162,709.49 177,359.14 228,382.71

4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH


.
21,585.65
go 23,401.06 25,589.50 28,298.56 37,731.46
ps
.b

5. BANGUNAN 105,248.94 127,619.22 156,963.84 179,096.09 196,112.18


ab

6. PERDAG., HOTEL & REST. 323,050.54 372,270.52 466,502.47 569,107.20 639,929.71


gk
an

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 118,113.86 128,501.79 151,530.71 172,402.89 224,335.13


nr
pi

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 98,495.21 121,530.45 152,522.84 178,039.03 205,737.36


://
tp

9. JASA - JASA 262,740.86 305,024.69 427,484.36 612,525.97 789,860.87


ht

SELURUH SEKTOR 2,685,110.14 3,046,875.09 3,737,021.08 4,492,956.91 5,290,786.11

34
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 2. DISTRIBUSI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2006-2010 (%)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 60.05 59.30 57.88 56.50 55.32

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 0.83 0.83 0.83 0.84 0.79

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.51 4.48 4.35 3.95 4.32

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 0.80 0.77 0.68 0.63 0.71
. go
5. BANGUNAN 3.92 4.19 4.20 3.99 3.71
ps
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 12.03 12.22 12.48 12.67 12.10


ab
gk

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 4.40 4.22 4.05 3.84 4.24


an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 3.67 3.99 4.08 3.96 3.89


nr
pi

9. JASA - JASA 9.79 10.01 11.44 13.63 14.93


://

SELURUH SEKTOR 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


tp
ht

35
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 3. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2010 (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 1,270,047.26 1,314,252.85 1,383,900.65 1,477,887.12 1,535,955.24

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 16,155.88 17,394.47 19,129.78 21,057.02 22,136.19

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 90,365.91 95,924.14 101,864.15 108,197.26 132,704.06

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 13,098.92 14,006.14 15,181.32 16,689.33 19,242.09

5. BANGUNAN
.
71,916.63
go 80,105.06 90,307.65 98,277.80 98,658.35
ps
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 201,762.82 218,897.48 242,436.05 269,286.60 291,401.09


ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 75,956.22 80,693.35 87,467.74 97,869.33 112,121.54


gk
an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 72,747.47 82,052.28 91,754.98 101,195.18 112,086.04


nr

9. JASA - JASA 161,818.76 171,917.93 182,862.06 193,822.87 208,432.84


pi
://

SELURUH SEKTOR 1,973,869.86 2,075,243.70 2,214,904.38 2,384,282.50 2,532,737.44


tp
ht

36
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 4. DISTRIBUSI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2010 (%)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 64.34 63.33 62.48 61.98 60.64

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 0.82 0.84 0.86 0.88 0.87

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.58 4.62 4.60 4.54 5.24

4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 0.66 0.67 0.69 0.70 0.76

.id
5. BANGUNAN . go
3.64 3.86 4.08 4.12 3.90
ps

6. PERDAG., HOTEL & REST. 10.22 10.55 10.95 11.29 11.51


.b
ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.85 3.89 3.95 4.10 4.43


gk

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 3.69 3.95 4.14 4.24 4.43


an
nr

9. JASA - JASA 8.20 8.28 8.26 8.13 8.23


pi

SELURUH SEKTOR 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


://
tp
ht

37
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 5. NILAI INVESTASI MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2006-2010 (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 163,893.06 193,892.17 270,677.03 309,790.65 358,098.45

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 2,918.24 3,309.65 4,571.76 5,315.14 5,735.33

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 26,067.95 29,338.76 39,471.26 43,066.72 64,192.67

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 2,523.73 2,705.50 3,358.32 3,973.16 6,755.84

5. BANGUNAN
. go
25,800.48 31,284.28 43,262.29 48,202.32 29,642.85
ps
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 93,438.17 107,669.80 152,421.58 188,362.56 198,705.52


ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 61,400.84 66,561.46 88,643.10 105,525.22 155,732.20


gk
an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 30,241.63 38,104.56 55,120.99 61,032.00 63,908.60


nr

9. JASA - JASA 26,924.59 31,233.52 49,011.46 70,566.31 93,657.68


pi
://

SELURUH SEKTOR 433,208.70 504,099.71 706,537.79 835,834.07 976,429.13


tp
ht

38
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 6. DISTRIBUSI INVESTASI MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2006-2010 (%)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 37.83 38.46 38.31 37.06 36.67

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 0.67 0.66 0.65 0.64 0.59

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.02 5.82 5.59 5.15 6.57

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 0.58 0.54 0.48 0.48 0.69
. go
5. BANGUNAN 5.96 6.21 6.12 5.77 3.04
ps
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 21.57 21.36 21.57 22.54 20.35


ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 14.17 13.20 12.55 12.63 15.95


gk
an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 6.98 7.56 7.80 7.30 6.55


nr
pi

9. JASA - JASA 6.22 6.20 6.94 8.44 9.59


://

SELURUH SEKTOR 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


tp
ht

39
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 7. NILAI INVESTASI MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2010 (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 128,112.81 137,580.96 169,326.10 172,409.87 182,842.21

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 2,109.64 2,271.37 2,851.78 2,946.31 3,080.85

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 19,435.24 20,630.66 24,889.38 25,995.56 37,655.81

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 1,497.20 1,588.56 1,953.34 2,278.71 3,436.94
. go
ps
5. BANGUNAN 17,629.48 19,636.77 25,070.27 26,171.70 15,054.79
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 58,002.45 62,903.21 79,006.98 87,122.85 90,243.04


ab
gk

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 38,893.80 41,189.94 50,379.09 57,927.09 76,259.65


an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 21,211.86 24,519.71 31,574.43 32,393.69 33,048.29


nr
pi

9. JASA - JASA 16,549.43 17,586.82 21,179.46 22,237.76 25,145.39


://

SELURUH SEKTOR 303,441.91 327,908.02 406,230.83 429,483.54 466,766.97


tp
ht

40
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 8. DISTRIBUSI NILAI INVESTASI MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2010 (%)

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 42.22 41.96 41.68 40.14 39.17

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 0.70 0.69 0.70 0.69 0.66

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.40 6.29 6.13 6.05 8.07

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 0.49 0.48 0.48 0.53 0.74

5. BANGUNAN
. 5.81
go 5.99 6.17 6.09 3.23
ps

6. PERDAG., HOTEL & REST. 19.11 19.18 19.45 20.29 19.33


.b
ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.82 12.56 12.40 13.49 16.34


gk

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 6.99 7.48 7.77 7.54 7.08


an
nr

9. JASA - JASA 5.45 5.36 5.21 5.18 5.39


pi

SELURUH SEKTOR 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


://
tp
ht

41
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 9. KOEFISIEN ICOR MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG


TAHUN 2003-2007
Lag 0

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 5.34 3.11 2.43 1.83 3.15

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 1.66 1.83 1.64 1.53 2.85

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.60 3.71 4.19 4.10 1.54

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 1.16 1.75 1.66 1.51 1.35
. go
5. BANGUNAN 2.41 2.40 2.46 3.28 39.56
ps
.b

6. PERDAG., HOTEL & REST. 3.81 3.67 3.36 3.24 4.08


ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 30.50 8.70 7.44 5.57 5.35


gk
an

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 3.45 2.64 3.25 3.43 3.03


nr
pi

9. JASA - JASA 0.95 1.74 1.94 2.03 1.72


://

SELURUH SEKTOR 3.88 3.23 2.91 2.54 3.14


tp
ht

42
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 10. KOEFISIEN ICOR MENURUT LAPANGAN USAHA


KABUPATEN PINRANG TAHUN 2006-2009
Lag 1

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1. PERTANIAN 2.90 1.98 1.80 2.97

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 1.70 1.31 1.48 2.73

.id
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.50 3.47 3.93 1.06

4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH


. go
1.65 1.35 1.30 0.89
ps
.b

5. BANGUNAN 2.15 1.92 3.15 68.77


ab
gk

6. PERDAG., HOTEL & REST. 3.39 2.67 2.94 3.94


an

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.21 6.08 4.84 4.06


nr
pi

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 2.28 2.53 3.34 2.97


://
tp

9. JASA - JASA 1.64 1.61 1.93 1.52


ht

SELURUH SEKTOR 2.99 2.35 2.40 2.89

43
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 11. KOEFISIEN ICOR MENURUT LAPANGAN USAHA


KABUPATEN PINRANG TAHUN 2006-2008
Lag 2

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4)

1. PERTANIAN 1.84 1.46 2.92

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 1.22 1.18 2.64

.id
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3.27 3.26 1.02

4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH


. go 1.27 1.05 0.77
ps
.b

5. BANGUNAN 1.73 2.46 65.88


ab
gk

6. PERDAG., HOTEL & REST. 2.46 2.34 3.57


an
nr

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 5.74 3.96 3.53


pi
://

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 2.19 2.60 2.90


tp
ht

9. JASA - JASA 1.51 1.60 1.45

SELURUH SEKTOR 2.17 1.94 2.74

44
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Pinrang, 2006-2010

TABEL 12. RATA-RATA KOEFISIEN ICOR MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN PINRANG
DALAM TAHUN 2006-2010

Metode Akumulasi Metode Standar


LAPANGAN USAHA
Lag-0 Lag-1 Lag-2 Lag-0 Lag-1 Lag-2

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PERTANIAN 2.73 2.49 2.37 3.17 2.41 2.07

2. PERTAMB.& PENGGALIAN 1.83 1.86 1.87 1.90 1.81 1.68

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.76 2.58 2.41 3.63 2.99 2.52

.id
4. LISTRIK,GAS & AIR BERSIH 1.45 1.51 1.46 1.49 1.30 1.03

5. BANGUNAN 3.04
. go
3.21 3.57 10.02 19.00 23.36
ps

6. PERDAG., HOTEL & REST. 3.60 3.56 3.54 3.63 3.23 2.79
.b
ab

7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 7.07 6.24 5.87 11.51 5.80 4.41


gk

8. KEU, PERSEW.& JASA PERUS. 3.14 3.09 3.23 3.16 2.78 2.56
an

9. JASA - JASA 1.60 1.85 1.88 1.68 1.68 1.52


nr
pi

SELURUH SEKTOR 3.04 2.92 2.85 3.14 2.66 2.28


://
tp
ht

45

Anda mungkin juga menyukai