29 22/02/2021
SMA TPS_PPU
1 (1) Eceng gondok ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli botani Jerman bernama Carl
Friedrich Philipp von Martius pada tahun 1824 saat sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon,
Brasil. (2) Tanaman ini dapat ditemukan dengan jumlah yang besar karena memiliki kecepatan
pertumbuhan yang tinggi, sehingga masyarakat umum sering menganggap eceng gondok sebagai
gulma yang dapat merusak estetika dan ekosistim lingkungan perairan. (3) Selain pertumbuhannya
yang cepat, daya adaptasinya yang sangat baik membuat eceng goncok dapat ditemui di berbagai
jenis lingkungan perairan, seperti di rawa, danau, sungai, bahkan di selokan. (4) Kesan buruk pun
semakin meningkat karena tanaman yang merambat ini sering menumpuk, lalu membuat sampah
menjadi tersendat sehingga eceng gondok sering menganggap sebagai pemicu terjadinya banjir.
(5) Dengan berbagai dampak buruk pada lingkungan tersebut, masyarakat pada akhirnya memilih
untuk membabat habis eceng gondok.
Kalimat (4) dalam bacaan tersebut akan menjadi baku jika diperbaiki dengan cara
A mengubah penulisan kata buruk pun menjadi burukpun.
2 (1) Eceng gondok ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli botani Jerman bernama Carl
Friedrich Philipp von Martius pada tahun 1824 saat sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon,
Brasil. (2) Tanaman ini dapat ditemukan dengan jumlah yang besar karena memiliki kecepatan
pertumbuhan yang tinggi, sehingga masyarakat umum sering menganggap eceng gondok sebagai
gulma yang dapat merusak estetika dan ekosistim lingkungan perairan. (3) Selain pertumbuhannya
yang cepat, daya adaptasinya yang sangat baik membuat eceng goncok dapat ditemui di berbagai
jenis lingkungan perairan, seperti di rawa, danau, sungai, bahkan di selokan. (4) Kesan buruk pun
semakin meningkat karena tanaman yang merambat ini sering menumpuk, lalu membuat sampah
menjadi tersendat sehingga eceng gondok sering menganggap sebagai pemicu terjadinya banjir.
(5) Dengan berbagai dampak buruk pada lingkungan tersebut, masyarakat pada akhirnya memilih
untuk membabat habis eceng gondok.
Penulisan kata yang tidak sesuai EBI dalam bacaan tersebut adalah
A ekspedisi (kalimat 1)
B estetika (kalimat 2)
C ekosistim (kalimat 2)
D pemicu (kalimat 4)
E membabat (kalimat 5)
3 (1) Eceng gondok ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli botani Jerman bernama Carl
Friedrich Philipp von Martius pada tahun 1824 saat sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon,
Brasil. (2) Tanaman ini dapat ditemukan dengan jumlah yang besar karena memiliki kecepatan
pertumbuhan yang tinggi, sehingga masyarakat umum sering menganggap eceng gondok sebagai
gulma yang dapat merusak estetika dan ekosistim lingkungan perairan. (3) Selain pertumbuhannya
yang cepat, daya adaptasinya yang sangat baik membuat eceng goncok dapat ditemui di berbagai
jenis lingkungan perairan, seperti di rawa, danau, sungai, bahkan di selokan. (4) Kesan buruk pun
semakin meningkat karena tanaman yang merambat ini sering menumpuk, lalu membuat sampah
menjadi tersendat sehingga eceng gondok sering menganggap sebagai pemicu terjadinya banjir.
(5) Dengan berbagai dampak buruk pada lingkungan tersebut, masyarakat pada akhirnya memilih
untuk membabat habis eceng gondok.
4 (1) Cangkang telur ayam merupakan suatu bagian yang berfungsi sebagai pelindung embrio
di dalamnya. (2) Kalsium dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dengan kadar 94% menjadi
komponen utama penyusun cangkang telur. (3) Dengan kadar kalsium yang tinggi, cangkang telur
memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber kalsium dalam pembuatan suatu
biomaterial untuk pengobatan berbagai penyakit tulang. (4) Biomaterial harus bersifat bioaktif,
biokompatibel, dan tidak beracun sehingga dapat menggantikan fungsi jaringan hidup tertentu. (5)
Hidroksiapatit merupakan satu di antara biomaterial yang bersifat bioaktif untuk tulang manusia
atau hewan. (6) Selain itu, hidroksiapatit adalah satu di antara bentuk dari senyawa kalsium fosfat.
(7) Sifat fisika dan kimia yang mirip dengan tulang manusia dan hewan menjadikan hidroksiapatit
suatu biomaterial yang dapat digunakan dalam bidang kedokteran, khususnya ortopedi, sebagai
bahan pembuatan graft tulang.
Kalimat (7) merupakan perluasan dari kalimat dasar
A Kemiripan tulang manusia dan hewan
5 (1) Cangkang telur ayam merupakan suatu bagian yang berfungsi sebagai pelindung embrio
di dalamnya. (2) Kalsium dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dengan kadar 94% menjadi
komponen utama penyusun cangkang telur. (3) Dengan kadar kalsium yang tinggi, cangkang telur
memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber kalsium dalam pembuatan suatu
biomaterial untuk pengobatan berbagai penyakit tulang. (4) Biomaterial harus bersifat bioaktif,
biokompatibel, dan tidak beracun sehingga dapat menggantikan fungsi jaringan hidup tertentu. (5)
Hidroksiapatit merupakan satu di antara biomaterial yang bersifat bioaktif untuk tulang manusia
atau hewan. (6) Selain itu, hidroksiapatit adalah satu di antara bentuk dari senyawa kalsium fosfat.
(7) Sifat fisika dan kimia yang mirip dengan tulang manusia dan hewan menjadikan hidroksiapatit
suatu biomaterial yang dapat digunakan dalam bidang kedokteran, khususnya ortopedi, sebagai
bahan pembuatan graft tulang.
Dalam bacaan tersebut terdapat kata hubung yang menyatakan pemilihan, yaitu
A untuk (kalimat 3).
6 (1) Wayang sebagai mitos yang disenikan tidak hanya menyuguhkan keindahan, permainan
bentuk, keterampilan, ritual, festival, klangenan atau kegemaran semata, tetapi juga perenungan
mendalam untuk mengungkap hal-hal esensial dalam realitas kehidupan supaya mendapatkan
pencerahan batin. (2) Sayangnya, di Indonesia wayang masih cenderung dianggap sebagai karya
seni semata, sedangkan wayang sebagai nilai budaya semakin terdegradasi. (3) Fenomena semakin
terpinggirkannya kekayaan budaya wayang, seperti dikatakan Guru Besar Filsafat Universitas
Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharta, disebabkan oleh adanya anggapan bahwa
kemoderenan lebih spektakuler, lebih menarik secara visual, dan pragmatis.
(4) Sementara itu, yang cukup mengherankan adalah di negara-negara maju justru muncul
gerakan untuk kembali menggali kekayaan budaya lokal mereka, seperti di Irlandia orang kembali
menggali kekayaan Keltik dan di Denmark orang kembali menggali Viking. (5) Artinya, di negara-
negara maju, ada gerakan dari logos atau sains ke mitos, seni, dan mistik. (6) Sebaliknya, di
Indonesia orang baru belajar bergerak dari mitos ke logos, sains, dan filsafat meski tertatih-tatih
dan bingung. (7) Dalam hal pewarisan budaya wayang, ada sebagian kalangan yang bersifat
defensif; mereka tidak mau wayang tergerus budaya lain. (8) Akan tetapi, ada pula pihak yang
bersemangat partisipasi dengan berupaya agar filsafat wayang dapat memperkaya filsafat dunia.
Kalimat topik paragraf kedua teks 1 tersebut adalah
A kalimat (4).
B kalimat (5).
C kalimat (6).
D kalimat (7).
E kalimat (8).
7 (1) Wayang sebagai mitos yang disenikan tidak hanya menyuguhkan keindahan, permainan
bentuk, keterampilan, ritual, festival, klangenan atau kegemaran semata, tetapi juga perenungan
mendalam untuk mengungkap hal-hal esensial dalam realitas kehidupan supaya mendapatkan
pencerahan batin. (2) Sayangnya, di Indonesia wayang masih cenderung dianggap sebagai karya
seni semata, sedangkan wayang sebagai nilai budaya semakin terdegradasi. (3) Fenomena semakin
terpinggirkannya kekayaan budaya wayang, seperti dikatakan Guru Besar Filsafat Universitas
Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharta, disebabkan oleh adanya anggapan bahwa
kemoderenan lebih spektakuler, lebih menarik secara visual, dan pragmatis.
(4) Sementara itu, yang cukup mengherankan adalah di negara-negara maju justru muncul
gerakan untuk kembali menggali kekayaan budaya lokal mereka, seperti di Irlandia orang kembali
menggali kekayaan Keltik dan di Denmark orang kembali menggali Viking. (5) Artinya, di negara-
negara maju, ada gerakan dari logos atau sains ke mitos, seni, dan mistik. (6) Sebaliknya, di
Indonesia orang baru belajar bergerak dari mitos ke logos, sains, dan filsafat meski tertatih-tatih
dan bingung. (7) Dalam hal pewarisan budaya wayang, ada sebagian kalangan yang bersifat
defensif; mereka tidak mau wayang tergerus budaya lain. (8) Akan tetapi, ada pula pihak yang
bersemangat partisipasi dengan berupaya agar filsafat wayang dapat memperkaya filsafat dunia.
Dalam teks 1 tersebut, terdapat diksi yang tidak tepat, yakni
A kata esensial pada kalimat (1).
8 (1) Wayang sebagai mitos yang disenikan tidak hanya menyuguhkan keindahan, permainan
bentuk, keterampilan, ritual, festival, klangenan atau kegemaran semata, tetapi juga perenungan
mendalam untuk mengungkap hal-hal esensial dalam realitas kehidupan supaya mendapatkan
pencerahan batin. (2) Sayangnya, di Indonesia wayang masih cenderung dianggap sebagai karya
seni semata, sedangkan wayang sebagai nilai budaya semakin terdegradasi. (3) Fenomena semakin
terpinggirkannya kekayaan budaya wayang, seperti dikatakan Guru Besar Filsafat Universitas
Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharta, disebabkan oleh adanya anggapan bahwa
kemoderenan lebih spektakuler, lebih menarik secara visual, dan pragmatis.
(4) Sementara itu, yang cukup mengherankan adalah di negara-negara maju justru muncul
gerakan untuk kembali menggali kekayaan budaya lokal mereka, seperti di Irlandia orang kembali
menggali kekayaan Keltik dan di Denmark orang kembali menggali Viking. (5) Artinya, di negara-
negara maju, ada gerakan dari logos atau sains ke mitos, seni, dan mistik. (6) Sebaliknya, di
Indonesia orang baru belajar bergerak dari mitos ke logos, sains, dan filsafat meski tertatih-tatih
dan bingung. (7) Dalam hal pewarisan budaya wayang, ada sebagian kalangan yang bersifat
defensif; mereka tidak mau wayang tergerus budaya lain. (8) Akan tetapi, ada pula pihak yang
bersemangat partisipasi dengan berupaya agar filsafat wayang dapat memperkaya filsafat dunia.
Kesalahan penulisan kata dalam teks 1 tersebut terdapat pada
A kalimat (1).
B kalimat (3).
C kalimat (4).
D kalimat (5).
E kalimat (7).
9 (1) Pendidikan karakter yang dikembangkan di dunia pendidikan adalah pendidikan yang memiliki
empat aspek, yaitu olah kalbu, olah pikir, olah rasa, dan olahraga. (2) Olah kalbu adalah pendidikan
akhlak mulia dan budi pekerti luhur sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang unggul. (3)
Sementara itu, olah pikir merupakan pendidikan yang membangun manusia agar memiliki
kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. (4) Dalam hal ini, olah pikir
berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif, dan inovatif. (5) Olah rasa bertujuan
menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitif, serta mampu mengekspresikan keindahan dan
kehalusan. (6) Ini sangat penting karena tidak ada rasa syukur manakala kita tidak memiliki
apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. (7) Aspek ini pula yang selama ini kurang mendapat
perhatian kita sehingga kita merasakan kegagalan dalam mendidik para pelajar. (8) Sedangkan
olahraga merupakan proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai
penopang bagi berfungsinya hati, otak, dan rasa.
10 (1) Masalah keefisienan dan keefektifan terjadi dalam manajemen pendidikan, terutama dalam
pemanfaatan dana dan sumber daya manusia. (2) Sistem pendidikan dikatakan efisien dan efektif
bila dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat dihasilkan sejumlah lulusan yang berkualitas
tinggi. (3) Banyak ahli mengatakan bahwa sistem pendidikan sekarang ini masih kurang efisien. (4)
Masalah keefisienan pendidikan mempersoalkan kapabilitas suatu sistem pendidikan dalam
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. (5) Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran, maka dikatakan keefisienannya tinggi. (6) Hal ini
meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga pendidikan.
A menginformasikan bahwa sistem pendidikan yang ada belum sesuai dengan keinginan
semua pihak.
B menggambarkan sistem pendidikan yang efisien dan kinerja tenaga pendidikan
C menjelaskan korelasi antara tingginya kualitas hasil pendidikan dan keefisienan sistem
pendidikan.
D meyakinkan pembaca bahwa pengelolaan sistem pendidikan masih jauh dari kriteria
efisien-efektif.
E menceritakan tenaga pendidikan yang bermasalah dan menjadi sorotan dalam dunia
pendidikan.
11 (1) Masalah keefisienan dan keefektifan terjadi dalam manajemen pendidikan, terutama dalam
pemanfaatan dana dan sumber daya manusia. (2) Sistem pendidikan dikatakan efisien dan efektif
bila dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat dihasilkan sejumlah lulusan yang berkualitas
tinggi. (3) Banyak ahli mengatakan bahwa sistem pendidikan sekarang ini masih kurang efisien. (4)
Masalah keefisienan pendidikan mempersoalkan kapabilitas suatu sistem pendidikan dalam
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. (5) Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran, maka dikatakan keefisienannya tinggi. (6) Hal ini
meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga pendidikan.
A kalimat (1).
B kalimat (2).
C kalimat (3).
D kalimat (4)
E kalimat (5).
13 Some 40 years ago, Washington State University anthropologist Barry Hewlett noticed that when the Aka
pygmies stopped to rest between hunts, parents would give their infants small axes, digging sticks, and
knives.To parents living in the developed world, this could be seen as irresponsible. But in all the intervening
years. Hewlett has never seen an infant cut him – or herself. He has, however, seen the exercise as part of
the Aka way of teaching, an activity that most researchers – from anthropologists to psychologists to
biologists – consider rare or non – existent in such small – scale cultures. He has completed a small but novel
study of Aka, concluding that, "teaching is part of the human genome"."It is part of our human nature", said
Hewlett, a professor of anthropology at WSU Vancouver. "Obviously, teaching as it exists in formal education
is in a way different from the way it exists in small – scale groups that I work with. The thing is, there does
seem to be something going on there".The Aka are among the last of the world’s hunter– gatherers, but
their way of life accounts for 99 percent of human history. What they teach, and how they teach offers new
insights into who we are as humans and how we might best learn. Clearly, the Aka are not helicopter parents
who would shudder at the thought of giving sharp objects to any children, let alone 1 – year – olds. Rather,
the Aka place a high value on individual autonomy, in addition to sharing and social equality, so they are
unlikely to intervene with one another’s behavior"one does no coerce or tell others what to do, including
children", Hewlett and co–author Casey Roulette write in Royal Society Open Science, an open–access
journal by the world’s oldest scientific publisher, The Royal Society of London.
The passage mainly discusses a topic on…
14 Some 40 years ago, Washington State University anthropologist Barry Hewlett noticed that when the
Aka pygmies stopped to rest between hunts, parents would give their infants small axes, digging sticks, and
knives.To parents living in the developed world, this could be seen as irresponsible. But in all the intervening
years. Hewlett has never seen an infant cut him – or herself. He has, however, seen the exercise as part of
the Aka way of teaching, an activity that most researchers – from anthropologists to psychologists to
biologists – consider rare or non – existent in such small – scale cultures. He has completed a small but novel
study of Aka, concluding that, "teaching is part of the human genome"."It is part of our human nature", said
Hewlett, a professor of anthropology at WSU Vancouver. "Obviously, teaching as it exists in formal education
is in a way different from the way it exists in small – scale groups that I work with. The thing is, there does
seem to be something going on there".The Aka are among the last of the world’s hunter– gatherers, but
their way of life accounts for 99 percent of human history. What they teach, and how they teach offers new
insights into who we are as humans and how we might best learn. Clearly, the Aka are not helicopter parents
who would shudder at the thought of giving sharp objects to any children, let alone 1 – year – olds. Rather,
the Aka place a high value on individual autonomy, in addition to sharing and social equality, so they are
unlikely to intervene with one another’s behavior"one does no coerce or tell others what to do, including
children", Hewlett and co–author Casey Roulette write in Royal Society Open Science, an open–access
journal by the world’s oldest scientific publisher, The Royal Society of London.
The word genome in line 9 in the passage means…
A life
B nature
C culture
D genome
E education
15 Some 40 years ago, Washington State University anthropologist Barry Hewlett noticed that when the
Aka pygmies stopped to rest between hunts, parents would give their infants small axes, digging sticks, and
knives.To parents living in the developed world, this could be seen as irresponsible. But in all the intervening
years. Hewlett has never seen an infant cut him – or herself. He has, however, seen the exercise as part of
the Aka way of teaching, an activity that most researchers – from anthropologists to psychologists to
biologists – consider rare or non – existent in such small – scale cultures. He has completed a small but novel
study of Aka, concluding that, "teaching is part of the human genome"."It is part of our human nature", said
Hewlett, a professor of anthropology at WSU Vancouver. "Obviously, teaching as it exists in formal education
is in a way different from the way it exists in small – scale groups that I work with. The thing is, there does
seem to be something going on there".The Aka are among the last of the world’s hunter– gatherers, but
their way of life accounts for 99 percent of human history. What they teach, and how they teach offers new
insights into who we are as humans and how we might best learn. Clearly, the Aka are not helicopter parents
who would shudder at the thought of giving sharp objects to any children, let alone 1 – year – olds. Rather,
the Aka place a high value on individual autonomy, in addition to sharing and social equality, so they are
unlikely to intervene with one another’s behavior"one does no coerce or tell others what to do, including
children", Hewlett and co–author Casey Roulette write in Royal Society Open Science, an open–access
journal by the world’s oldest scientific publisher, The Royal Society of London.
Which of the following is important to the Aka ?
18 The invention of the phonograph happened quite by accident. Thomas Edison moved to
Menlo Park, New Jersey, in 1876, where he established an industrial research laboratory. There
Edison worked on a carbon telephone transmitter to improve the existing Bell system. In that
laboratory a year later Edison invented the phonograph while trying to improve a telegraph
repeater. He attached a telephone diaphragm to the needle in the telegraph repeater to produce a
recording that could be played back. After some improvements to the machine, he recited, “Marry
Had a Little Lamb” and played back the recognizable reproduction of his voice back to an
astonished audience.
A the invention
B Menlo
C industry
D 1876
E phonograph
19 The invention of the phonograph happened quite by accident. Thomas Edison moved to
Menlo Park, New Jersey, in 1876, where he established an industrial research laboratory. There
Edison worked on a carbon telephone transmitter to improve the existing Bell system. In that
laboratory a year later Edison invented the phonograph while trying to improve a telegraph
repeater. He attached a telephone diaphragm to the needle in the telegraph repeater to produce a
recording that could be played back. After some improvements to the machine, he recited, “Marry
Had a Little Lamb” and played back the recognizable reproduction of his voice back to an
astonished audience.
D A surprise invention.
E The phonograph.
20 The invention of the phonograph happened quite by accident. Thomas Edison moved to
Menlo Park, New Jersey, in 1876, where he established an industrial research laboratory. There
Edison worked on a carbon telephone transmitter to improve the existing Bell system. In that
laboratory a year later Edison invented the phonograph while trying to improve a telegraph
repeater. He attached a telephone diaphragm to the needle in the telegraph repeater to produce a
recording that could be played back. After some improvements to the machine, he recited, “Marry
Had a Little Lamb” and played back the recognizable reproduction of his voice back to an
astonished audience.