Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Penerapan Discharge Planning dengan Tingkat Kepatuhan Pasien

Rawat Inap Check Up di RSUD Karanganyar

Christiana Arin Proborini1, Yeni Nur Rahmayanti 2


1
STIKes Mitra Husada Karanganyar. E-mail: christianaarin123@yahoo.com
2
STIKes Mitra Husada Karanganyar., E-mail: yeninur2004@gmail.com

Abstrak
Pelaksanaan discharge planning di akhir pasien akan pulang tentunya tidak akan berjalan optimal.
Discharge planning dapat dilakukan ketika pasien masuk dan selama proses perawatan, sehingga
pasien memahami tindakan yang tepat untuk perawatan dirinya. Hasil studi pendahuluan masih adanya
jumlah pasien yang dirawat inap di RSUD Karanganyar tidak datang kembali untuk kontrol. Discharge
planning merupakan bagian penting dari program perawatan klien yang dimulai segera setelah klien
masuk rumah sakit sampai dengan pasien pulang dari rumah sakit.Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis hubungan penerapan discharge planning dengan tingkat kepatuhan pasien rawat inap
untuk kontrol di RSUD Karanganyar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional
analitik dengan menggunakan studi secara cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini menggunakan
rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 81. Instrumen menggunakan data rekam medis pasien.Uji
statistik menggunakan Uji Chi Square.Hasil analisis menunjukkan adanya discharge planning dengan
tingkat kepatuhan pasien rawat inap untuk kontrol di RSUD Karanganyar, diperoleh (p value = 0.378).
Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada hubungan signifikan antara data discharge planning dengan
tingkat kepatuhan pasien rawat inap untuk kontrol di RSUD Karanganyar.
Kata Kunci: Discharge Planning, Kepatuhan Pasien, Rawat Inap

The Correlation between Discharge Planning Implementation and Patient Compliance


Level to Have Outpatient Appoinment at RSUD Karanganyar

Abstract
The implementation of discharge planning when the patient will be discharge from the hospital is
not optimal. Discharge planning can be accomplished when the patient enter and during the treatment
process, so the patient understands the right treatment for their selves. The results of the preliminary
study shows that there are numbers of patient at Karanganyar District Hospital do not come to have
outpatient appointment after discharge from hospital. Discharge planning is an important part of the
client care program that start promptly after the client is admitted to the hospital until discharged from
the hospital. This study aims to analyze the correlation between discharge planning implementation and
patient compliance level to have outpatient appointment at Karanganyar District Hospital. Observational
analytic design using cross sectional study was used in this research. Employed Slovin formula, the
sample obtained 81 respondents. Patient medical record was used as the instrument of this study. Chi
Square test was employed as statistical tests. The analysis shows the existence of discharge planning
and patient compliance level to have outpatient appointment at Karanganyar District Hospital obtained
(p value = 0.378). It can be concluded that there is no significant relationship between discharge

14 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


planning data and patient compliance level to have outpatient appointment at Karanganyar District
Hospital
Keywords: discharge planning, patient compliance, outpatient appointment

PENDAHULUAN pada tahun yang sama dibandingkan dengan


Angka kepatuhan pasien untuk kontrol di pasien yang menaati perjanjian untuk kontrol
delapan negara bagian Amerika menurut United (Nelson et al., 2000). Ketidakpatuhan dapat
Behavioral Health of Georgia (UBH-GA) diobservasi ketika pasien mengungkapkan
pada tahun 2000 masih rendah, dari 542 pasien ketidakpatuhan atau kebingungan mengenai
rehospitalisasi sebanyak 136 pasien (25%) terapi atau dengan melihat dan melakukan
merupakan pasien yang patuh untuk melakukan observasi langsung terhadap perilaku yang
kontrol setelah rawat inap dan 406 pasien (75%) menunjukkan ketidakpatuhan. Ketidakpatuhan
tidak patuh untuk melakukan kontrol. Pasien dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
yang tidak patuh untuk kontrol memiliki tingkat pertemuan saat pasien tidak hadir sesuai perintah
rehospitalisasi yang meningkat dari waktu ke yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pasien
waktu mulai dari 15% menjadi 29% (Nelson et hanya menggunakan sebagian obat atau bahkan
al., 2000). Pasien yang patuh melakukan kontrol tidak sama sekali, gejala yang menetap atau tidak
di seluruh rumah sakit yang berada di Amerika kunjung hilang, perkembangan proses penyakit
Serikat sebanyak 20% dari semua pasien yang yang lama, dan munculnya hasil akhir yang tidak
telah menjalani perawatan (Fierce Healthcare diharapkan (Carpenito, 2009).
Custom Publishing, 2012). Ketidakpatuhan juga dapat terjadi ketika
Kepatuhan adalah perilaku positif yang kondisi individu atau kelompok berkeinginan
dilakukan oleh pasien untuk mencapai tujuan untuk patuh, namun ada sejumlah faktor yang
terapeutik yang ditentukan bersama-sama antara menghambat kepatuhan terhadap saran atau
pasien dan petugas kesehatan (DeGreest et al., 1998 pendidikan tentang kesehatan yang diberikan
dalam Carpenito, 2009). Kepatuhan mengacu oleh tenaga kesehatan, salah satunya perawat
pada kemampuan untuk mempertahankan dalam menjalankan peran (Carpenito, 2009).
program-program yang berkaitan dengan promosi Dampak yang terjadi ketika perawat tidak
kesehatan atau pemberian instruksi pada pasien, memberikan pengajaran dalam discharge
yang sebagian besar ditentukan oleh petugas planning dapat menyebabkan meningkatnya
kesehatan (Bastable, 2002). Kepatuhan pasien angka kekambuhan pasien setelah berada di
untuk kontrol setelah melakukan rawat inap rumah, dikarenakan pasien dan keluarga belum
menjadi penting karena berhubungan dengan mampu untuk melakukan perawatan secara
tujuan yang akan dicapai. mandiri. Perawat perlu melaksanakan peran dan
memahami pentingnya kepatuhan pasien untuk
Dampak yang terjadi ketika pasien tidak patuh
kontrol sehingga perawat dapat mengevaluasi
untuk melakukan kontrol dapat menyebabkan
kondisi pasien dan angka kekambuhan pasien
rehospitalisasi bagi pasien. Rehospitalisasi
dapat dicegah (Dessy dkk., 2011). Tindakan
merupakan masuknya kembali pasien di rawat
keperawatan tersebut dapat dilakukan dengan
inap setelah diperbolehkan untuk pulang dari
optimal ketika pelaksanaan discharge planning
rawat inap. Pasien yang tidak memiliki kepatuhan
dilaksanakan dengan baik.
untuk kontrol setelah pemulangan, lebih
memungkinkan dua kali untuk rehospitalisasi Discharge planning adalah perencanaan yang
dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 15


pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan maka pengajaran akan menjadi fungsi yang
agar pasien dapat mencapai kesehatan yang lebih penting lagi dalam ruang lingkup praktik
optimal dan mengurangi lama rawat inap serta keperawatan (Woody et al., 1984 dalam Bastable,
biaya rumah sakit. Sebelum pemulangan pasien 2002).
dan keluarga harus memahami dan mengetahui Peran berperan membantu pasien mening-
cara menajemen pemberian perawatan yang dapat katkan kesehatannya melalui pemberian penge-
dilakukan di rumah seperti perawatan pasien tahuan tentang perawatan dan tindakan medis
yang berkelanjutan, sehingga dapat mengurangi yang diterima sehingga pasien atau keluarga
komplikasi. Komplikasi atau kegagalan dalam dapat mengetahui pengetahuan yang penting bagi
memberikan discharge planning akan beresiko pasien atau keluarga. Selain itu, perawat juga
terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
disfungsi fisik, selain dari pada itu pasien yang kelompok keluarga yang berisiko, kader kesehat-
tidak mendapatkan discharge planning sebelum an, dan masyarakat (Doheny, 1982 dalam Kus-
pulang terutama pada pasien yang memerlukan nanto, 2004).
perawatan di rumah seperti konseling kesehatan
Peran perawat dalam memberikan pendidikan
atau penyuluhan dan pelayanan komunitas,
kepada pasien menunjukkan potensinya
biasanya akan kembali ke instalasi gawat darurat
untuk meningkatkan kepuasan konsumen,
dalam 24-48 jam. Kondisi ini tentunya sangat
memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan
merugikan pasien, keluarga dan rumah sakit.
kelangsungan perawatan, mengurangi insidensi
Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan dalam
komplikasi penyakit, meningkatkan kepatuhan
menghadapi pemulangan.
terhadap rencana pemberian perawatan
Ruang lingkup praktik pendidikan kesehatan kesehatan, menurunkan ansietas pasien, dan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam memaksimalkan kemandirian dalam melakukan
menjalankan peran yaitu bertanggungjawab aktivitas kehidupan sehari-hari (Bastable,
dalam memberikan promosi kesehatan dan 2002). Pendidikan kesehatan kepada pasien
pencegahan penyakit di lingkungan seperti bertujuan untuk mempertahankan kondisi sehat
sekolah, rumah, rumah sakit, dan industri pasien, meningkatkan kesehatan, dan mencegah
(National League for nursing, 1918 dalam terjadinya suatu penyakit dan komplikasi (Potter
Bastable, 2002). National League for nursing & Perry, 2005).
(1937, dalam Bastable, 2002) mengemukakan
Peran perawat dalam menjalankan perannya
bahwa seorang perawat pada dasarnya merupakan
dengan memberikan pendidikan juga menjadi
seorang guru dan agen kesehatan tanpa melihat
bagian dalam perencanaan pulang/discharge
lingkungan tempat perawat bekerja.
planning. Perawat mempunyai tanggung jawab
Pengajaran bagi pasien maupun keluarganya utama untuk memberi instruksi kepada pasien
merupakan tugas perawat sebagai strategi inovatif tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang
yang berada pada garis depan untuk pemberian harus dihindari, penggunaan obat-obatan di
perawatan pasien (Bastable, 2002). Perawat rumah, jenis komplikasi, dan sumber bantuan
memiliki posisi utama untuk melaksanakan yang tersedia (Potter & Perry, 2005).
pendidikan kesehatan, karena perawat merupakan
Tujuan perawat memberikan pendidikan
pemberi perawatan kesehatan yang berhubungan
perencanaan pulang kepada pasien untuk
secara berkesinambungan dengan pasien dan
memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam
keluarga. Perawat menjadi sumber informasi
memenuhi kebutuhan perawatan berkelanjutan
yang paling mudah didapatkan oleh pasien,
(Potter & Perry, 2005). Perencanaan pulang

16 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat, Discharge planning yang berhasil
terkoordinasi, dan terdiri dari disiplin ilmu yang dilaksanakan dengan baik, maka kepulangan
memberi kepastian bahwa pasien mempunyai pasien dari rumah sakit tidak akan mengalami
suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang hambatan dan mencegah kekambuhan, namun
berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit sebaliknya bila discharge planning yang tidak
(AHA, 1983 dalam Potter & Perry, 2005). dilaksanakan dengan baik dapat menjadi salah satu
Perencanaan pulang memerlukan suatu faktor yang memperlama proses penyembuhan
komunikasi yang baik dan terarah sehingga (Pemila U. 2011). Keberhasilan discharge
pasien dapat mengerti dan menjadi berguna planning dipengaruhi oleh beberapa faktor.
ketika pasien berada di rumah. Sampai saat ini, Faktor-faktor tersebut antara lain: keterlibatan
perencanaan pulang yang dilakukan oleh perawat dan partisipasi, komunikasi, waktu, perjanjian
belum optimal, perawat masih berfokus pada dan konsensus serta personil discharge planning,
kegiatan rutinitas, yaitu hanya berupa informasi tipe rumah sakit (pendidikan atau umum),
kontrol ulang (Nursalam, 2008). kompleksitas pasien, dan kompetensi perawat
ikut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
Discharge planning dilakukan pada saat
discharge planning. (J Am Phys Ther Assoc.
pasien akan pulang berupa informasi tentang
Poglitsch, Emery, Darragh. 2011;6723–35).
nomer rekam medis, ruang, tanggal masuk
Discharge planning yang tepat yaitu dilakukan
dan tanggal keluar, dokter yang merawat,
secara bersama antar tenaga kesehatan.
konsultan, macam tindakan, tanggal tindakan,
pendidikan kesehatan atau perawatan di rumah, Rumah sakit di Indonesia telah merancang
diet, obat-obatan yang diteruskan dan dokumen berbagai bentuk format discharge planning.
yang disertakan waktu pulang (misalnya CT Namun Discharge planning kebanyakan dipakai
Scan, foto rontgen dan lain-lain), jadwal kontrol dalam bentuk pendokumentasian resume pasien
dokter, dan tanda tangan penerima maupun tanda pulang berupa informasi yang perlu disampaikan
tangan petugas ruangan. kepada pasien yang akan pulang seperti intervensi
medis dan non medis yang sudah diberikan,
Pelaksanaan discharge planning di akhir
jadwal kontrol, gizi atau nutrisi, istirahat dan
pasien akan pulang tentunya tidak akan
aktivitas, obat-obatan, perawatan luka, yang
berjalan optimal. Discharge planning dapat
harus dipenuhi di rumah.
dilakukan ketika pasien masuk dan selama
proses perawatan, sehingga pasien memahami Gambaran diatas tentunya perlu
tindakan yang tepat untuk perawatan dirinya. ditindaklanjuti untuk dijadikan sebuah kajian,
Hasil studi pendahuluan masih adanya jumlah dimana diharapkan penerapan discharge
pasien yang dirawat inap di RSUD Karanganyar planning dapat dijadikan sebagai standart
tidak datang kembali untuk kontrol. Discharge prosedur operasional sampai pasien kontrol
planning merupakan bagian penting dari program kembali di RSUD Karanganyar.
perawatan klien yang dimulai segera setelah klien
masuk rumah sakit sampai dengan pasien pulang METODE PENELITIAN
dari rumah sakit. (Cawthorn. J Nurs Leadersh.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
2005;18(5). Pemberian discharge planning
observasional analitik dengan menggunakan studi
dapat meningkatkan kemajuan penyembuhan,
secara cross sectional. Penelitian ini mencoba
membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
mencari hubungan antara variabel independen
yang lebih optimum sebelum dipulangkan.
yaitu penerapan discharge planning dengan
(Almborg, Ulander, Thulin, Berg , J Clin Nurs.
variabel dependen yaitu tingkat kepatuhan pasien
2010;19(15):2196–206.)

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 17


untuk kontrol yang kemudian dilakukan analisis Tabel 2 menunjukkan dari 81 data pasien
terhadap data yang terkumpul dan seberapa besar yang dianjurkan untuk kontrol di instalasi rawat
hubungan antar variabelnya. jalan RSUD Karanganyar, diketahui bahwa lebih
Populasi dalam penelitian ini adalah semua dari 50 persen yaitu 58 data (71.6%) patuh untuk
pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD kontrol
Karanganyar sebanyak rata-rata 100 pasien/
Tabel 3. Hubungan Discharge Planning dengan
bulan.
Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Inap untuk
Kriteria Inklusi Kontrol di RSUD Karanganyar
Kriteria penelitian dari penelitian ini terdiri
Discharge Tingkat kepatuhan Total pvalue
dari pasien rawat inap pasien dalam keadaan planning pasien untuk
sadar, pasien yang dianjurkan kontrol di RSUD kontrol
Karanganyar. Tidak Patuh
patuh
Kriteria eksklusi
F % F % F %
Penelitian ini adalah pasien yang meninggal Lengkap 12 33.3 24 66.7 36 100
sebelum diberikan discharge planning.
Besar sampel penelitian dari penelitian ini Tidak 11 24.4 34 75.6 45 100
lengkap
ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
diperoleh sampel sebanyak 81 Instrumen yang TOTAL 23 28.4 58 71.6 81 100 0.378
digunakan data rekam medis. Uji Statistik Sumber: Data Primer, Juli 2019
mengunakan uji Chi squre
Tabel 3 Menunjukkan Data discharge
planning dengan tingkat kepatuhan pasien rawat
HASIL DAN PEMBAHASAN
inap untuk kontrol di RSUD Karanganyar,
Tabel 1. Gambaran Kelengkapan Discharge diperoleh data dari 45 data yang mempersepsikan
Planning RSUD Karanganyar Tahun 2019 discharge planning dengan kategori tidak lengkap
menunjukkan lebih dari 50 persen responden
Lengkap 36 44,4
mempunyai tingkat kepatuhan pasien untuk
Discharge kontrol dalam kategori patuh yaitu sebanyak 34
Planning Tidak Lengkap 45 55,6 pasien (75,6%),
Data discharge planning yang dipersepsikan
TOTAL 81 100 oleh 36 data dalam kategori lengkap sebagian
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan gambaran besar patuh untuk melaksanakan kontrol
distribusi data discharge planning. Lebih dari 50 sebanyak 24 orang (66.7%)
persen responden mempersepsikan tidak lengkap Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=
discharge planning dengan kategori tidak lengkap 0.378. Ha diterima jika Ho ditolak, dimana Ho
sebanyak 45 data (55.6%). ditolak jika nilai p ≤ 0,05. Hasil analisis statistik
Tabel 2. Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Inap didapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan
untuk Kontrol antara data discharge planning dengan tingkat
kepatuhan pasien rawat inap untuk kontrol di
Jumlah Presentasi (%)
RSUD Karanganyar.
Patuh 58 71.6
Tidak Patuh 23 28.4 PEMBAHASAN
Total 81 100 Pembahasan pada penelitian ini disajikan
Sumber : Data Sekunder, Juli 2019 dalam bentuk narasi berdasarkan hasil penelitian

18 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


yang diperoleh. Penjabaran dari pembahasan tujuan dalam pendidikan yang diberikan
penelitian yaitu sesuai dengan tujuan penelitian tidak tercapai, dan dalam penelitian ini sudah
terdiri dari discharge planning, tingkat kepatuhan menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen
pasien rawat inap untuk kontrol, dan hubungan data mempersepsikan discharge planning
kelengkapan discharge planning dengan tingkat dalam kategori tidak lengkap.
kepatuhan pasien rawat inap untuk kontrol di Discharge planning memainkan
RSUD Karanganyar. peranan yang lebih penting untuk
RSUD Karanganyar merupakan salah satu memastikan kesinambungan perawatan di
Rumah Sakit Daerah yang berada di Kabupaten semua lingkungan. Perawat yang belum
Karanganyar, sehingga masyarakat dari berbagai menyampaikan discharge planning seluruh
kecamatan di Kabupaten Karanganyar memilih komponen pengetahuan secara jelas dan
rumah sakit ini untuk menjalani perawatannya. lengkap dapat menyebabkan meningkatnya
Masyarakat yang memiliki kartu JKN juga dapat angka kekambuhan pasien setelah berada
menjalani perawatan di RSUD Karanganyar di rumah, dikarenakan pasien dan keluarga
dengan menempati ruang rawat inap. belum mampu untuk melakukan perawatan
secara mandiri (Dessy, 2011).
a. Discharge Planning
b. Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Inap untuk
Tabel 4.1 menunjukkan gambaran
Kontrol
distribusi data discharge planning. Lebih
dari 50 persen responden mempersepsikan Menunjukkan dari 81 data pasien
tidak lengkap discharge planning dengan yang dianjurkan untuk kontrol di instalasi
kategori tidak lengkap sebanyak 45 rawat jalan RSUD Karanganyar, diketahui
data (55.6%), sisanya 36 data (44.4%) bahwa lebih dari 50 persen yaitu 58 data
mempersepsikan data discharge planning (71.6%) patuh untuk kontrol dan pasien
dengan kategori lengkap. Perawat dalam tidak patuh untuk kontrol sebesar 23 data
menjalankan pengisian discharge planning (28.4%). Kepatuhan adalah ketaatan atau
dengan lengkap dapat membantu pasien pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.
untuk meningkatkan kesehatannya melalui Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan
pemberian pengetahuan terkait dengan yang dicapai pada program pengobatan yang
keperawatan dan tindakan medis yang telah ditentukan. Kepatuhan pada program
diterima sehingga pasien atau keluarga dapat kesehatan merupakan perilaku yang dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal diobservasi dan dapat langsung diukur
yang diketahuinya (Doheny, 1982 dalam (Bastable, 2002). Peneliti melihat tingkat
Kusnanto, 2004). kepatuhan pada penelitian ini dengan melihat
secara langsung dari data rekam medis
Faktor yang mempengaruhi peran
instalasi rawat jalan RSUD Karanganyar.
educator perawat dalam discharge planning
yaitu pendidikan pasien masih menjadi Faktor-faktor yang mempengaruhi
prioritas rendah dan karakter pribadi kepatuhan yaitu, variabel lingkungan
perawat pendidik (Bastable, 2002). Karakter (keterjangkauan jarak) dan kemampuan
pribadi perawat memainkan peranan penting mengakses sumber yang ada (keterjangkauan
dalam menentukan hasil interaksi dalam biaya) (Carpenito, 2009). Keterjangkauan
proses pendidikan kesehatan. Kesadaran jarak dan biaya yang dikeluarkan untuk
pengajaran yang rendah dan kurang kontrol juga menjadi masalah yang ada di
keyakinan dalam pengajaran dapat membuat lapangan. Data pasien menunjukkan bahwa

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 19


tidak patuh untuk kontrol karena rumahnya dalam pendidikan kesehatan sangat penting
jauh dan tidak ada yang mengantar untuk dalam perencanaan pemulangan yang akan
kontrol, serta biaya yang digunakan untuk memudahkan pasien dalam menerima atau
kontrol akan meningkat pada bulan ini memahami instruksi yang diberikan untuk
(bulan Juli 2019) pasien ketika berada di rumah yang dapat
c. Hubungan Discharge Planning dengan secara mandiri menjaga atau meningkatkan
Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Inap untuk kesehatannya. Komunikasi yang efektif juga
Kontrol akan meningkatkan kapatuhan pasien un-
tuk kontrol. Kontrol dilakukan untuk men-
Hubungan discharge planning dengan
gevaluasi kesehatan pasien karena pasien ti-
tingkat kepatuhan pasien rawat inap untuk
dak dapat malaksanakan secara madiri tanpa
kontrol di RSUD Karanganyar, dianalisis
bantuan petugas kesehatan. Dampak yang
dengan chi square. Hasil analisis Menunjuk-
terjadi ketika Pasien/keluarga yang belum
kan Data discharge planning dengan tingkat
mampu untuk melakukan perawatan secara
kepatuhan pasien rawat inap untuk kontrol
mandiri akan menyebabkan angka kekam-
di RSUD Karanganyar, diperoleh data dari
buhan pasien karena pasien tidak mampu
45 data yang mempersepsikan discharge
untuk menjaga atau meningkatkan kesehat-
planning dengan kategori tidak lengkap
annya dan pengetahuan tentang kontrol yang
menunjukkan lebih dari 50 persen responden
diberikan pada pasien yang bertujuan untuk
mempunyai tingkat kepatuhan pasien untuk
mengevaluasi kondisi pasien, sehingga ang-
kontrol dalam kategori patuh yaitu seba-
ka kekambuhan pasien dapat dicegah (Dessy
nyak 34 pasien (75,6%), sisanya sebanyak
dkk., 2011).
11 orang (24,4%) tidak patuh untuk kontrol.
Peran perawat dalam discharge planning
Data discharge planning yang
dengan tingkat kepatuhan pasien untuk
dipersepsikan oleh 36 data dalam kategori
kontrol dapat dipengaruhi oleh persepsi
lengkap sebagian besar patuh untuk
tentang kerentangan, keyakinan terhadap
melaksanakan kontrol sebanyak 24 orang
upaya pengontrolan, dan pencegahan
(66.7%), sisanya 12 orang (33.3,%) tidak
penyakit, kualitas instruksi kesehatan, dan
patuh untuk kontrol.
motivasi individu (Carpenito, 2009). Faktor
Hasil uji statistik menunjukkan nilai
pertama yaitu persepsi pasien tentang masalah
p = 0.378. Ha diterima jika Ho ditolak,
kesehatan dapat mempengaruhi penerimaan
dimana Ho ditolak jika nilai p ≤ 0,05. Hasil
informasi atau pendidikan kesehatan. Pasien
analisis statistik didapatkan bahwa tidak ada
yang kurang memahami tentang kesehatan
hubungan signifikan antara data discharge
pada dirinya akan menghiraukan saran dari
planning dengan tingkat kepatuhan
perawat untuk melaksanakan kontrol dengan
pasien rawat inap untuk kontrol di RSUD
patuh. Persepsi yang rendah dapat disebabkan
Karanganyar.
oleh tingkat pendidikan yang rendah pula.
Fisher (1992 dalam Bastable, 2002) Hal ini di dukung dari hasil penelitian oleh
mengemukakan bahwa perspektif ahli farma- Adi Nugroho, dkk. pada tahun 2008 yang
si terhadap pengukuran kepatuhan yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik
dilakukan pada program pengobatan lebih dapat meningkatkan kematangan intelektual
efektif dengan model komunikasi untuk pen- seseorang dan merupakan faktor penting
didikan yang diberikan kepada pasien. Ko- dalam proses penyerapan informasi. Semakin
munikasi antara perawat dan pasien/keluarga tinggi tingkat pendidikan maka semakin

20 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


mudah menerima serta mengembangkan bantu pengajaran antara lain (Potter & Perry,
pengetahuan dan teknologi. Peningkatan 2005): materi cetak, merupakan alat bantu
wawasan dan cara berfikir selanjutnya akan pengajaran tertulis yang tersedia seperti
memberikan dampak, salah satunya terhadap booklet, leaflet, dan pamflet. Materi dalam
persepsi seseorang dalam mengambil materi cetak harus dapat dibaca dengan
keputusan untuk berperilaku. mudah oleh peserta didik, informasi harus
Faktor kedua yaitu kualitas instruksi, akurat dan aktual, metode yang digunakan
dimana ketidakpatuhan terjadi ketika kondisi harus metode yang ideal untuk memahami
individu atau kelompok berkeinginan untuk konsep dan hubungan yang kompleks;
patuh, akan tetapi ada sejumlah faktor yang gambar atau foto, kedua media ini lebih
menghambat kepatuhan terhadap saran atau disukai daripada diagram karena lebih secara
pendidikan tentang kesehatan yang diberikan akurat menunjukkan detail dan benda yang
oleh tenaga kesehatan. Kenyataan di sesungguhnya. Gambar memperlihatkan
lapangan menurut peneliti yang didapatkan detail dalam objek nyata; objek fisik,
dari berbagai sumber baik dari perawat dan penggunaan perlengkapan objek atau model
responden, ketidakpatuhan responden dapat yang dapat dimanipulasi dari hasil kreatifitas
disebabkan karena responden atau pasien atau kerajinan.
menghiraukan waktu untuk kontrol karena Perawat dalam menjalankan discharge
responden tidak memahami penyakit yang planning belum menggunakan media pem-
diderita. Responden menganggap ketika belajaran. Belum tampak penggunaan media
obat yang diberikan belum habis atau tanda pembelajaran seperti leaflet, booklet, alat
dan gejala dari penyakit yang diderita tidak peraga. Pasien yang menerima pendidikan
muncul lagi maka responden mengabaikan kesehatan tanpa ada media pembelajaran
waktu yang telah ditetapkan untuk kontrol. dapat mengakibatkan kebingungan terhadap
Hal ini berhubungan dengan instruksi yang saran yang diberikan dan dapat menurunkan
diberikan oleh perawat ketika pasien akan motivasi dari pasien.
pulang. Kenyataan ini dapat mengakibatkan Faktor ketiga yaitu motivasi yang
pasien kembali menjalani rawat inap di dimiliki oleh individu. Keberhasilan seorang
RSUD Karanganyar. peserta didik dalam belajar tidak terlepas dari
Kualitas instruksi kesehatan berkaitan peran aktif pengajar yang mampu memberi
dengan adanya komunikasi. Komunikasi motivasi atau dorongan untuk mencapai
tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana suatu tujuan (Simamora, 2009). Keadaan di
penyampaian pesan atau media (Simamora, lapangan dalam penelitian memperlihatkan
2009). Perawat harus tahu cara menggunakan seorang peserta didik yaitu pasien dan
pendekatan yang singkat, efisien, dan tepat sebagai pengajar yaitu perawat, ketika
guna untuk pendidikan pasien dan staf perawat tidak mampu memberikan dorongan
dengan memakai metode dan peralatan untuk mencapai tujuan maka motivasi dari
instruksional saat pemulangan. individu akan lemah. Motivasi juga dapat
Berbagai alat bantu pengajaran tersedia berasal dari individu sendiri. Motivasi
bagi perawat untuk digunakan dalam diartikan suatu kekuatan yang mendorong
memberikan pendidikan kepada pasien. atau menarik yang tercermin dalam tingkah
Pemilihan alat bantu yang tepat bergantung laku yang konsisten menuju tujuan tertentu
pada metode instruksional yang dipilih. Alat (Lusi, 1996 dalam Simamora, 2009).

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 21


Motivasi yang rendah untuk menerima Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan.
pendidikan kesehatan dalam persiapan Jakarta: EGC.
pemulangan dan untuk patuh kontrol dapat
mempengaruhi seseorang untuk memahami Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai
tentang kesehatannya dan dapat berdampak Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran
terjadinya rehospitalisasi pada pasien. Dan Pembelajaran. Jakarta: EGC.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk


SIMPULAN Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara
discharge planning dengan tingkat kepatuhan Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis
pasien rawat inap untuk kontrol di RSUD Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Karanganyar (p value 0.378). Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Departement of Health, Social Services, and


DAFTAR PUSTAKA Public Safety. 2011. Reporting Of Quarterly
Discharge planning under the umbrella of Outpatient Activity Information. Stormont:
advanced nursing practice case manager. Hospital Information Branch DHSSPS.
Cawthorn, J Nurs Leadersh. 2005;18(5). http://www.dhsspsni.gov.uk/ni_hospital_
statistics_-outpatient_activity_2011_12...
Konsep Discharge Planning. Jakarta: Salemba
[Serial on line]. [04 Mei 2013]
Medika; Pemila U. 2011
Dessy, Ni Wayan, dkk. 2011. Peran Perawat
Pedoman Perawatan Pasien. Monica Ester EWN.
Dalam Memberikan Discharge Planning
EGC, editor. Jakarta; 2005.
Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Dr. M.
Care and discharge planning : A guide for service Soewandhi Surabaya. Surabaya: Jurusan
providers. SDD19 ed. Singapore; NCSS. Keperawatan Poltekkes Kemenkes
2006. Surabaya. digilib.poltekkesdepkes-sby.
ac.id/view.php?id=235 [Serial on line]. [16
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Desember 2012]
Praktek Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC;
Potter & Perry. 2005. Fierce Healthcare Custom Publishing. 2012.
Reducing Hospital Readmissions With
Pedoman Perawatan Pasien. Monica Ester EW, Enhanced Patient Education. United
editor. Jakarta: EGC; 2005. States: Krames. www.bu.edu/fammed/.../
Nanda International Inc.Diagnosis Keperawatan: krames_dec_final.pdf [Serial on line]. [04
Definisi& Klasifikasi 2015-2017. 10th ed. Mei 2013]
Keliat BA, editor. Jakarta: EGC; 2015. Ikawati, Zullies. 2010. Cerdas Mengenali Obat.
Kepmenkes RI No 228/ 2002 tentang Pedoman Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Penyusunan Standart Pelayanan Minimal
Rumah Sakit yang Wajib dilaksanakan
Daerah. Jakarta; Depkes RI. 2002.

Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan:


Perspektif Internasional.Jakarta: EGC.

22 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)

Anda mungkin juga menyukai