Pranoto Mongso Oktafiya Nur Fitasari 200210303006
Pranoto Mongso Oktafiya Nur Fitasari 200210303006
NIM : 200210303006
Kelas : A
Pranoto Mongso
Iklim, pola musim, serta fenomena-fenomena alam yang lain diamati serta dihafalkan
oleh nenek moyang selama ribuan tahun. Hingga akhirnya penentuan tanggal didasarkan pada
fenomena-fenomena yang ada di alam seperti, musim kemarau, musim [enghujan, musim
berbunga, pengaruh bulan purnama pada peristiwa pasang serta surut air laut, serta letak bintang
atau formasi bintang dijadikan sebagai patokan dalam pembuatan kalender tahunan (pembuatan
kalender tidak didasarkan pada kalender masehi (syamsiah) serta kalender hijriyah/Islam
(qomariah). Pada masyarakat Jawa kalender ini memiliki nama Pranoto Mongso, pada
masyarakat Sunda dikenal dengan nama Pranata Mangsa, dan pada masyarakat Bali dikenal
dengan nama Kerta Masa. Pranoto mongso sendiri oleh Hariyanto diartikan sebagai salah satu
cara dalam mengetahui tanda-tanda atau hukum dari suatu peristiwa geografis yang dilakukan
oleh suku Jawa yang memiliki kegunaan dalam mencegah tingginya biaya yang dikeluarkan
dalam masa pertanian, penentuan masa panen, masa tanam, meminimalisir risiko panen yang
gagal, serta PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Berdasarkan pendapat dari Sindhunata, daalam satu tahun, pranata mangsa terdiri dari 12
mangsa kenudian terbagi jadi 4 mangsa utama, yakni mangsa terang yang terdiri dari 82 hari,
mangsa semplah yang terdiri dari 99 hari, mangsa udan yang terdiri dari 86 hari, serta mangsa
pengarep-arep yang terdiri dari 98 hari. Terdapat pula pembagian mangsa utama yang lain yang
simetris dengan 4 mangsa ini, yakni mangsa katigo yang terdiri dari 88 hari, mangsa labuh yang
terdiri dari 95 hari, mangsa rendheng yang terdiri dari 94 hari serta mangsa mareng yang terdiri
dari 88 hari. Panjang bayangan manusia yang ada pada siang hari merupakan indicator atau tanda
yang digunakan dalam mengetahui awal serta akhir dari setiap mangsa. Hal ini disebabkan
karena setiap harinya, posisi matahari selalu berpindah-pindah.
REFERENSI
Maridi, M. (2015). Meningkatkan budaya dan kearifan lokal dalam sistem konservasi tanah dan
air. Dalam Prosiding Konferensi Pendidikan Biologi: Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajaran (Vol. 12, No. 1, hlm. 20-39).
Riantika, RFP, & Hastuti, H. (2019). Kajian kearifan lokal dalam perspektif geografi manusia.
Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi Geografis , 17 (1).
Suarmika, PE, & Utama, EG (2017). Pendidikan mitigasi bencana di Sekolah Dasar (studi
analisis etnopedagogis). JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia) , 2 (2), 18-24.
Wiriadiwangsa, D. (2005). Pranata Mangsa, masih penting untuk pertanian. Tabloid Sinar Tani,
9.