Riko Fazasri
STT-PLN Jakarta
E-mail: Rikofazasri11@gmail.com
ABSTRACT
1 phase system is an electrical system that uses 1 sinusoidal wave like AC electrical
system in general. Electrical system consists of voltage, current and resistance. Voltage
occurs because of the potential difference between the 2 poles. While the electric current
occurs because the transfer of electric charge between two poles that have potential
differences. If the transfer of electric charge through the conductor, then in general the
conductor has a resistance or resistance. To get electricity, the first thing you look for is
"electromotive force" or emf. The emf generation uses the rule of Huk um Faraday, ie if a
conductor is moved in a magnetic field, then both ends of the conductor will emerge
induced emf.
ABSTRAK
Proses pengukuran dalam system tenaga listrik merupakan salah satu prosedur
standar yang harus dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh
besaran-besaran yang diperlukan, baik untuk pengambilan keputusan dan
instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh seorang user. Kepentingan
alat-alat ukur dalam kehidupan kita tidak dapat disangkal lagi. Hampir semua alat
ukur berdasarkan energi elektrik, karena setiap kuantitas fisis mudah dapat diubah
kedalam kuantitas elektrik, seperti tegangan, arus, frekuensi, perputaran dan lain-
lainnya. Misalnya : temperatur yang dulu diukur dengan sebuah termometer air-
raksa sekarang dapat diukur dengan thermocople.
Sifat dari pengukuran itu dibagi dalam :
Jelaslah bahwa pengukuran sebagai suatu proses yang hasilnya sangat tergantung
dari unsur-unsurnya. Unsur-unsur terpenting dalam proses pengukuran itu antara
lain :
Jika ada salah satu unsur yang tidak memenuhi syarat, maka hasilnya tidak
mungkin baik. Penjelasan di atas merupakan pengertian pengukuran yang ditinjau
secara umum. Pengukuran listrik mempunyai tujuan yang lebih luas lagi, yaitu :
untuk mengetahui, menilai dan atau menguji besaran listrik. Alat yang
dipergunakan sebagai pembanding/ penunjuk disebut instrumen pengukur.
Instrumen ini berfungsi sebagai penunjuk nilai besaran Listrik yang diukurnya.
Banyak sekali macam jenis pengukuran ini sesuai dengan banyak besaran yang
akan diukur. Hasil pengukuran pada umumnya merupakan penunjukkan yang
langsung dapat dibaca/ diketahui, ada yang dengan sistim tercatat dan ada yang
tidak. Dari hasil penunjukkan ini selanjutnya dapat dianalisa atau dibuat data
untuk suatu bahan studi/ analisa lebih lanjut. Oleh sebab itu hasil pengukuran
diharapkan mencapai hasil yang optimal.
B. Macam-Macam Alat Ukur Elektrik
Macam- macam alat ukur elektrik itu dapat dikelompokkan berdasarkan pada :
(1). kuantitas yang diukur :
1. Alat-alat dibagi dalam alat ukur Arus Searah, alat ukur Arus Bolak Balik,
alat ukur Arus Searah/ Arus Bolak Balik.
3). Ketelitian :
Batas ketelitian dari alat ukur merupakan disini dasar pengelompokkannya : batas
ketelitian itu dibagi menurut VDE dalam 7 kelas : (dinyatakan dalam % dari skala
penuh)
Ketelitian yang tinggi yang diperlukan untuk penelitian, yaitu kelas : 0,1;
0,2;0,5;
Alat ukur untuk industri : 1; 1,5; 2,5; 5.
C. Besaran-Besaran Listrik
Ampere
Faktor kerja - - -
Cos
BESARAN KETERA
BEBAN LAMPU PIJAR
LISTRIK NGAN
Lumayan
TEGANGA
Terang
N SUMBER
(V) 180 190 200 210 220
Terang
ARUS (A)
0,37 0,38 0,39 0,41 0,42
DAYA Terang
DAYA Terang
REAKTIF
-1,2 -1,2 -1,4 -1,3 -1,6
(VAR)
FAKTOR Sangat
DAYA Terang
0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI
PADA
1 3 4 6 7
TEGANGA
N 220 V
(Wh)
Tabel 1
BESARAN KETERA
BEBAN LAMPU PIJAR
LISTRIK NGAN
TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220
ARUS (A)
0,65 0,68 0,68 0,69 0,69
DAYA AKTIF
(W) 83,49 87,60 90,03 94,88 99,80
DAYA REAKTIF
(VAR) -90,7 -95,8 -97,4 -113 -114
FAKTOR DAYA
0,67 0,68 0,65 0,64 0,65
WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI PADA
TEGANGAN
1 3 5 7
220 V (Wh)
Tabel 2
lampu ballast magnetik dan pijar pada magnetik terdapat kapasitor dan induktor
yang memanfaatkan beban induktif dan kapasitif dalam penggunaannya.lampu
ballas elektronik yang di gunakan 144W dan dgunakan 3 buah lampu. Setiap
kenaikan tegangan dari yang terkecil terlihat aliran gas argon pada lampu ballast
hingga 220V gas argon tidak terlihat lagi karna bergerak sangat cepat. Pada kedua
percobaan terdapat gallat yaitu yang disebabkan oleh kurang telitinya dalam
mengatur tegangan dan mencatat nilai yang sudah terukur pada tabel. Pada
percobaan terlihat lampu ballast menyerap daya reaktif paling banyak karna
didalamnya terdapat beban induktif dan kapasitif dimana beban reaktif terjadi
dengan memanfaatkan beban induktif dan kapasitif tersebut.dan dari faktor daya
pung terlihat beban lampu ballast magnetik paling besar karna penggunaan daya
rekatif membuat faktor daya menjadi besar.lampu pijar masih menggunakan daya
reaktif karna pada lampu pijar masih terdapat coil lilitan dan tidak menggunakan
beban resistif murni sehingga daya reaktif masih diserap oleh lampu
pijar.perubahan konsumsi energi listrik paling besar masih terdapat pada lampu
ballast karna beban watt yang lebih besar dari lampu pijar dan dari jumlah
banyaknya beban lampu yang digunakan. Perubahan lampu pijar dalam
penggunaan listrik terbilang konstan terhadap waktu dan tegangan yang diberikan.
Berbeda pada lampu ballast yang hanya besar disaat waktu menghidupkan dan
akan stabil ketika sudah menyala cukup lama.
Grafik Percobaan pada lampu pijar
0.43
0.42
0.42
0.41
0.41
0.4
0.39
0.39
Arus(A)
0.38
0.38
0.37
0.37
0.36
0.35
0.34
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.1
0.66
0.65
0.65
0.64
0.63
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.2
Grafik Perhitungan pada lampu Pijar
0.44
0.43 0.43
0.42 0.42
0.41 0.4
0.4
Arus(A)
0.39
0.39
0.38
0.38
0.37
0.36
0.35
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.3
0.64
0.62
0.62
0.6
0.58
0.56
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.4
Grafik Perubahan energi pada lampu Pijar
6
5
5
4
4
3
Arus(A)
3
2
2
1
1
0
1 3 4 6 7
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.5
3
2
2
1
1
0
1 3 5 7 9
Tegangan(Volt)
Grafik 3.1.6
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pengukuran
besaran listrik beban menentukan hasil dari pengukuran daya,arus dan tegangan,
dari diantara beban yang digunakan,lampu yang mengandung beban kapasitif dan
beban induktif yang menggunakan daya reaktif paling besar. Untuk lampu pijar
masih menyerap daya reaktif karna pada lampu masih terdapat coil berupa beban
induktif tapi penyerapan daya reaktif relatif kecil. Total daya yang digunakan
sebanding dengan banyak beban yang digunakan.
https://electrozone94.blogspot.com/2013/08/metode-pengukuran-
listrik_6952.html
https://elearningtptusmkn1cimahi.blogspot.com/2012/01/pengukuran-besaran-
listrik.html
https://kuliahtopik.blogspot.com/2011/11/pengukuran-besaran-listrik.html
https://ptemutiah.blogspot.com/2012/12/pengukuran-listrik.html
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA
FASA-EMPAT KAWAT
Riko Fazasri
STT-PLN Jakarta
E-mail: Riko Fazasri11@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Pengukuran besaran listrik dalam sistem 3 fasa – 4 kawat ini untuk memahami
metode dalam pengukuran besaran listrik tiga fasa. Pada metode ini berkaitan dengan
beban linier dan non linier serta memahami kondisi beban seimbang dan tidak seimbang.
Untuk mengetahui pengukuran pada kondisi beban linier dan non-linier sistem tiga fasa
empat kawat yaitu dengan sistem yang biasa dipakai dalam distribusi listrik PLN.
Pengukuran dan percobaan yang dilakukan dengan mengetahui arus, daya ,tegangan, dan
faktor daya pada tiap fasa dari sistem tiga fasa empat kawat yang diberi beban lampu .
Lampu yang digunakan yaitu lampu pijar dan lampu ballast.
Pada modul percobaan ini bertujuan untuk memahami konsep teori dan metode
pengukuran tegangan,arus,daya,dan faktor daya pada sistem 3 fasa-4 kawat.dan
memahami konsep ketidak seimbangan beban dan beban linier dan non linier.
Pengukuran kali ini berfokus pada sistem 3 fasa 4 kawat dimana memili 4
keluaran yaitu R,S,T,dan N yang berturut turut yaitu tiap fasa dan satu buah
netral. Di modul ini juga akan dilihat bagaimana fenomena arus netral.perlu
diketahui bahwa sistem 3 fasa 4 kawat merupakan sistem yang digunakan untuk
mendistribusikan listrik yang digunakan oleh PLN. Sistem 3 fasa 4 kawat juga
disebut dengan formasi wye karna mempunyai 3 fasa dan 1 netral. Hampir seluruh
perusahaan penyedia tenaga listrik menggunakan sistem listrik 3-phase ini. Sistem
ini diperkenalkan dan dipatenkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1887 dan 1888.
Sistem ini secara umum lebih ekonomis dalam penghantaran daya listrik,
dibanding dengan sistem 2-phase atau 1-phase, dengan ukuran penghantar yang
sama. Karena sistem 3-phase dapat menghantarkan daya listrik yang lebih besar.
Dan juga peralatan listrik yang besar, seperti motor-motor listrik, lebih powerful
dengan sistem ini.
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P
pemakain, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang
terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama
tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda fase sebesar 120°listrik,
sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat dihubungkan
secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).
Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu
dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga
terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda
dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc
disebut tegangan “fase” atau Vf.
Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).
Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang
dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase
Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang
sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic
Hubungan Segitiga
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar
fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude
yang sama, maka:
Vline = Vfase
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap
oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada
sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena
daya pada tiap-tiap fasenya sama.
Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.
Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa
adalah
Pfase = Vfase.Ifase.cos θ
sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase,
dan dapat dituliskan dengan,
PT = 3.Vf.If.cos θ
PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ
• Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan
tegangan fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga
arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga
adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ
Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya
daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada
tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban
yang seimbang.
Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus
pada ketiga fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase
tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol
dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja
terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada beban.
Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri
arus listrik. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan
indikasi naiknya arus pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
DAYA
LISTRIK R S T R S T
W 33 34 34 30 29 32
VA 43 43 52 56 56 62
ARUS
LISTRIK R S T N R S T N
TEGANGAN
L10
R S T
I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
T L12
N
I II L13
TABEL 2. BEBAN SEIMBANG
DAYA
LISTRIK R S T R S T
W 37 33 72 30 31 70
VA 48 53 77 54 59 109
ARUS
LISTRIK R S T N R S T N
TEGANGAN
L10
R S T
I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12
N
I II L13
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil pada modul ini yaitu arus netral akan ada dan
lebih besar pada beban yang tidak seimbang dari suatu sistem 3 fasa. Arus pada
netral dalam sistem distribusi listrik akan menghasilkan kerugian sehingga pada
percobaan ini diharapkan praktikan paham tentang arus pada netral. Dan
bagaimana proses pengukuran dari beban seimbang dan tidak seimbang pada 3
fasa. Saran yang diberikan oleh praktikan untuk keluarga laboratorium
pengukuran besaran listrik agar untuk selalu mengupdate alat yang lebih baik
demi ilmu pengtahuan yang bisa didapat oleh praktikan lain.
https://www.instalasilistrikrumah.com/sistem-listrik-3-phase/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44565/Cover.pdf?
sequence=7
https://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/sistem-3-fasa.html
Lampiran
PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN
DAN ARUS PADA BEBAN LINIER DAN NON LINIER
Riko Fazasri
STT-PLN Jakarta
E-mail: Riko fazasri11@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Arus bolak-balik (AC) yang berasal dari PLN dengan frekuensi 50 Hertz. Pada
gelombang AC jika beban bersifat resistif murni maka gelombang akan seimbang atau
disebut beban linier. Apabila beban bersifat reaktansi atau induktif dan kapasitif,
makanya beban memiliki sudut fasa yang berbeda sehingga gelombang arus dapat
mendahului gelombang tegangan dan dapat tertinggal gelombang tegangannya, ini
disebut beban non-linier. Pada gelombang yang merambat pada suatu penghantar non-
linier, akan ada gangguan distorsi yang menyebabkan gelombang tidak sempurna atau
memgalami cacat pada gelombang. Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan oleh
pengaruh beban non-linier yang menyebabkan gelombang sinusoidal terdistorsi. Pada
percobaan akan melakukan pengukuran langsung kemudian membandingkan hasilnya.
Setelah dianalisa dapat ditarik kesimpulan bahwa pada beban non-linier terjadi distortion
factor dan timbul THD (Total Harmonic Distortion), sedangkan pada beban linier
distortion factor dan THD tidak ada sama sekali.
THD DF
Komponen Harmonik VRMS I RMS Hz
(%) (%)
DC 213,9 0,3 50
Fundamental 214,2 0,47 49,9
2 0 0 99,8
3 1,4 0,39 149,7
4 0 0 199,7
5 1 0,23 249,5
6 0 0 299,4
7 0,9 0,11 349,3
8 0 0 399,2
9 0,9 0,11 449,1
10 0 0 499
11 0 0,08 548,9
12 0 0 598,8 0
3,8
13 0 0 648,7
14 0 0 698,6
15 0 0,02 748,5
16 0 0 798,4
17 0 0,02 848,3
18 0 0 898,2
19 0 0,02 948,1
20 0 0 998,0
21 0 0 1047
22 0 0 1097
23 0 0 1147
24 0 0 1197
25 0 0 1247
pada percobaan pertama untuk mengukur THD pada lampu pijar, lampu pijar
yang digunakan yaitu lampu 100W. Dan alat yang di gunakan pada pengukuran
yaitu clamp meter. Pada percobaan kabel fasa yang digunakan hanya satu yang
terhubung ke satu beban saja. Rangkaian dirangkai sedemikian rupa pada meja
tera yang terhubung ke sumber tegangan.
dibawah ini.
Gambar 2. Grafik tegangan dan arus
THD DF
Komponen Harmonik VRMS I RMS Hz
(%) (%)
DC -0,3 0 0
Fundamental 214,2 0,47 49,9
2 0 0 99,8
3 1,4 0,39 149,7
4 0 0 199,7
5 1 0,23 249,5
102,6
6 0 0 299,4
7 0,9 0,11 349,3
8 0 0 399,2
9 0,9 0,11 449,1
10 0 0 499
11 0 0,08 548,9
12 0 0 598,8 0
13 0 0 648,7
14 0 0 698,6
15 0 0,02 748,5
16 0 0 798,4
17 0 0,02 848,3
18 0 0 898,2
19 0 0,02 948,1
20 0 0 998,0
21 0 0 1047
22 0 0 1097
23 0 0 1147
24 0 0 1197
25 0 0 1247
Pada percobaan kedua untuk. Hasil dari pengukuran THD terdapat pada
tabel di atas. Pada tabel di atas di dapatkan hasil bahwa 90,9% disini mungkin
terjadi kesalahan yang besar mungkin dikarenakan salah dalam mengukur dengan
clamp meter ataupun kesalahan dalam rangkaian. Hal ini dikarenakan hasil THD
yang sangat besar sehingga seharusnya dengan THD yang sangat besar tersebut
membuat kesalahan. Lalu dari hasil pada tabel VRMS dan IRMS yang terdapat
pada komponen harmonik pada angka genap saja.jadi dari kedua percobaan THD
lampu ballast terbesar karna memiliki komponen kapasitor dan induktor sehingga
beban tidak linier dan THD besar. Tetapi terdapat kesalahan dalam pengukuran
dikarenakan salah dalam pengukuran atau salah dalam rangkaian. Adapun grafik
dari gelombang arus dan tegangan yang terukur dari beban lampu ballast yaitu di
bawah ini:
http://elektro.studentjournal.ub.ac.id/index.php/teub/article/viewFile/182/144
http://www.jurnal.upi.edu/file/Elih_M1.pdf
http://riset.polnep.ac.id/bo/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/03-Hadi.pdf