Anda di halaman 1dari 44

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA

SISTEM SATU FASA

Riko Fazasri
STT-PLN Jakarta
E-mail: Rikofazasri11@gmail.com
ABSTRACT

1 phase system is an electrical system that uses 1 sinusoidal wave like AC electrical
system in general. Electrical system consists of voltage, current and resistance. Voltage
occurs because of the potential difference between the 2 poles. While the electric current
occurs because the transfer of electric charge between two poles that have potential
differences. If the transfer of electric charge through the conductor, then in general the
conductor has a resistance or resistance. To get electricity, the first thing you look for is
"electromotive force" or emf. The emf generation uses the rule of Huk um Faraday, ie if a
conductor is moved in a magnetic field, then both ends of the conductor will emerge
induced emf.

Keywords: 1 phase electrical system

ABSTRAK

Sistem 1 phasa adalah sistem kelistrikan yang menggunakan 1 gelombang sinusoidal


seperti sistem kelistrikan AC secara umum. Sistem kelistrikan terdiri atas tegangan,
arus dan hambatan. Tegangan terjadi karena adanya beda potensial antara 2 kutub.
Sedangkan arus listrik terjadi karena perpindahan muatan listrik antara dua kutub yang
mempunyai beda potensial. Bila perpindahan muatan listrik tersebut melalui penghantar,
maka secara umum penghantar tersebut memiliki hambatan atau resitansi. Untuk
mendapatkan tenaga listrik, pertama yang dicari adalah “gaya gerak listrik” atau ggl.
Pembangkitan ggl tersebut menggunakan kaidah Hukum Faraday, yaitu apabila sebuah
penghantar digerakkan di dalam sebuah medan magnet, maka kedua ujung penghantar
tersebut akan timbul ggl induksi.

Kata Kunci : Sistem Listrik 1 fasa


I.Pendahuluan

pada praktikum ini bertujuan untuk memahami metode dalam melakukan


pengukuran besaran listrik pada sebuah beban. Pengukuran ini di lakukan agar
praktikan mengetahui apa saja dan bagaimana proses dalam melakukan
pengukuran listrik. Dalam melakukan pengukuran banyak hal yang diperhatikan
baik dalam metode alat pengukuran dan aspek keamanan. Dalam pengukuran
listrik semua berkaitan dengan arus,tegangan dan daya. Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini sudah lebih maju dengan menggunakan sistem
digital dan sudah lebih teliti. Bila di bandingkan dengan praktikum yang
sebelumnya dengan alat yang sederhana dan ketelitian yang kurang baik.
Praktikum kali ini menggunakan alat yang sudah sesuai dengan standar. Teori dan
metode yang di lakukan pada praktikum ini pun sudah semakin baik dalam
menentukan pengukuran dengan teliti, aman dan aspek lainnya. Pengukuran
besaran listrik mengandalkan keteliatan dan keaktifan agar paham dalam metode
dan pengetahuan tentang alat dan teknik pengambilan yang di lakukan.diharapkan
dengan dilakukannya praktikum ini kita dapat paham bagaimana metode,eknik
dan cara dalam melakukan suatu pengukuran besaran listrik. Diharapkan dalam
melakukan praktikum selanjutnya untuk metode da alt yang digunakan akan
semakin maju dan berkembang sehingga untuk generasi mendatang dapat
didimudahkan untuk mengethaui tentang pengukuran besaran listrik.
II.METODE PRAKTIKUM

Proses pengukuran dalam system tenaga listrik merupakan salah satu prosedur
standar yang harus dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh
besaran-besaran yang diperlukan, baik untuk pengambilan keputusan dan
instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh seorang user. Kepentingan
alat-alat ukur dalam kehidupan kita tidak dapat disangkal lagi.  Hampir semua alat
ukur berdasarkan energi elektrik, karena setiap kuantitas fisis mudah dapat diubah
kedalam kuantitas elektrik, seperti tegangan, arus, frekuensi, perputaran dan lain-
lainnya.  Misalnya : temperatur yang dulu diukur dengan sebuah termometer air-
raksa sekarang dapat diukur dengan thermocople.
Sifat dari pengukuran itu dibagi dalam :

1. Indication, menyatakan, menunjukkan, alat semacam ini tidak tergantung


pada waktu;
2. Recording, mencatat,   menyimpan,   merekam,   alat   ini   dipergunakan  
bila pengukuran berubah dengan perubahan waktu;
3. Integrating, menjumlahkan,  alat  ini  dipakai  bila  konsumsi  energi 
elektrik selama beberapa waktu waktu diperlukan.

Pekerjaan  mengukur  itu  pada  dasarnya  adalah  usaha  menyatakan  sifat 


sesuatu  zat/ benda ke dalam bentuk angka atau herga yang lazim disebut sebagai
hasil pengukuran. Pemberian angka-angka tersebut dalam praktek dapat dicapai
dengan :

1. Membandingkan dengan alat tertentu yang dianggap sebagai standar. 


2. Membandingkan besaran yang akan diukur  dengan suatu sekala yang
telah ditera atau dikalibrasikan. 

Jelaslah bahwa pengukuran sebagai suatu proses yang hasilnya sangat tergantung
dari unsur-unsurnya.  Unsur-unsur terpenting dalam proses pengukuran itu antara
lain :

1. Alat yang dipergunakan sebagai pembanding/ penunjuk.


2. Orang yang melaksanakan pengukuran.
3. Cara melaksanakan pengukuran.

Jika ada salah satu unsur yang tidak memenuhi syarat, maka hasilnya tidak
mungkin baik.  Penjelasan di atas merupakan pengertian pengukuran yang ditinjau
secara umum. Pengukuran listrik mempunyai tujuan yang lebih luas lagi, yaitu :
untuk mengetahui, menilai dan atau menguji besaran listrik.  Alat yang
dipergunakan sebagai pembanding/ penunjuk disebut instrumen pengukur. 
Instrumen ini berfungsi sebagai penunjuk nilai besaran Listrik yang diukurnya.  
Banyak sekali macam jenis pengukuran ini sesuai dengan banyak besaran yang
akan diukur. Hasil pengukuran pada umumnya merupakan penunjukkan yang
langsung dapat dibaca/ diketahui, ada yang dengan sistim tercatat dan ada yang
tidak. Dari hasil penunjukkan ini selanjutnya dapat dianalisa atau dibuat data
untuk suatu bahan studi/ analisa lebih lanjut.   Oleh sebab itu hasil pengukuran
diharapkan  mencapai hasil yang optimal.
B. Macam-Macam Alat Ukur Elektrik
Macam- macam alat ukur elektrik itu dapat dikelompokkan berdasarkan pada :
(1). kuantitas yang diukur :

1. untuk mengukur besaran arus dipakai Ampere meter


2. untuk mengukur besaran tegangan dipakai Volt meter,
3. untuk  mengukur  besaran  resistans  dipakai :  ohm  meter  atau  Jembatan
resistans,
4. untuk mengukur besaran daya dipakai Watt meter
5. untuk mengukur besaran energi dipakai Watt-jam meter
6. untuk mengukur besaran frekuensi dipakai Frekuensi meter
7. untuk mengukur besaran faktor kerja dipakai cos   . meter

(2). Macamnya arus :

1. Alat-alat dibagi dalam alat ukur Arus Searah, alat ukur Arus Bolak Balik,
alat ukur Arus Searah/ Arus Bolak Balik.

3). Ketelitian :
Batas ketelitian dari alat ukur merupakan disini dasar pengelompokkannya : batas
ketelitian itu dibagi menurut VDE dalam 7 kelas : (dinyatakan dalam % dari skala
penuh)

 Ketelitian yang tinggi yang diperlukan untuk penelitian, yaitu kelas : 0,1;
0,2;0,5;
 Alat ukur untuk industri : 1; 1,5; 2,5; 5.

Kegunaan instrumen pengukur listrik sangat luas, meliputi bidang penyelidikan,


produksi, pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.   Oleh sebab itu instrumen
pengukur dibuat dengan kepekaan dan ketelitian penunjukan yang disesuaikan
dengan kebutuhan   masing- masing. Misalnya   instrumen   untuk   kebutuhan  
laboratorium diperlukan ketelitian dan kepekaan yang tinggi, sedang yang dipakai
untuk keperluan industri, tidaklah demikian, lebih mengutamakan kepraktisannya.
Pemilihan  instrumen  pengukur  pada  umumnya  mempertimbangkan  hal-hal 
sebagai berikut :

1. Dapat dipercaya – mudah penggunaannya – kecermatannya. 


2. Pemakaian tenaga – ukuran – bentuk – berat - harga

Dalam bidang penyelidikan dibutuhkan hasil pengukuran yang seteliti-telitinya ,


oleh karena itu diperlukan instrumen pengukur presisi. Karena mengutamakan
ketelitian dan kecermatan kadang- kadang bentuknya besar, memakan banyak
tempat dan sukar dipindah-pindahkan. Kegunaan instrumen pengukur dalam
bidang produksi ialah untuk menjamin kelancaran proses produksi yang meliputi
pencegahan dan pengawasan.

C. Besaran-Besaran Listrik

Besaran-besaran listrik yang banyak dijumpai dalam bidang industri,


perbengkelan ataupun keperluan- keperluan yang lain ialah :

 arus listrik – tegangan – tahanan – daya – dan sebagainya.  Dalam


pemakaian besaran listrik diukur dalam satuan praktis dan harga efektif.  
Untuk memudahkan dalam memahaminya dibuat ringkasan seperti daftar-
daftar di bawah .

 Daftar Untuk Arus Searah

Besaran Simbol Satuan Singk. Rumus

Kuat arus i:I Ampere A I = E/R


Tegangan e:E Volt V E=I.R

Tahanan r:R Ohm R = E/ I

Daya listrik W Watt W 2


W = E . I atau W = I .R

Usaha/ kerja A Watt jam Wh A = E . I . t; t – dalam jam

Untuk keperluan pengukuran arus bolak balik rumus-rumus di atas dapat


dipakai arus tegangannya sefasa atau Cos     = 1

Daftar Untuk Arus Bolak Balik

Besaran Simbol Satuan Singk. R u m u s/ Keterangan

Frekuensi F Hertz Hz f      = I/T ; T = periode/ dt

Daya (nyata) W Watt W


W    = E . I Cos
Daya buta Wb Watt W
Wb = E . I Sin
Daya semu Ws Volt VA Ws   = E . I

Ampere
Faktor kerja - - -
Cos

Daftar Besaran-Besaran yang lain

Besaran Simbol Satuan Singk. Keterangan

Kapasitans C Farad F 1 Farad  = Coul.per Volt

Induktans L Henry H Henry = Weber/ Amp.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampu Pijar : 100 w

BESARAN KETERA
BEBAN LAMPU PIJAR
LISTRIK NGAN

Lumayan
TEGANGA
Terang
N SUMBER
(V) 180 190 200 210 220

Terang
ARUS (A)
0,37 0,38 0,39 0,41 0,42

DAYA Terang

AKTIF (W) 67,52 73,86 80,10 86,69 93,02

DAYA Terang
REAKTIF
-1,2 -1,2 -1,4 -1,3 -1,6
(VAR)

FAKTOR Sangat

DAYA Terang
0,99 0,99 0,99 0,99 0,99

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5

ENERGI
PADA
1 3 4 6 7
TEGANGA
N 220 V
(Wh)

Tabel 1

Analisa Tabel Pengamatan


Berdasarkan data yang diambil pertama berkaitan dengan pengukuran pada beban
lampu yang digunakan yaitu beban lampu pijar dan lampu ballast magnetik. Pada
percobaan ini alat-alat yang digunakan yaitu: clamp meter,slide voltage regulator
(SVR), lampu pijar, lampu ballast manetik dan kabel jumper.lampu pertama yang
digunakan yaitu lampu pijar 100W yang di rangkai pada meja tera dan di
hubungkan dengan sumber tegangan SVR.lalu SVR diatur dengan tegangan yang
bervariasi yaitu 180V,190V,200V,210V,220V. lalu dicari Arus,Daya aktif,Daya
Reaktif, Faktor daya yang sudah terukur pada papan modul percobaan.setelah itu
dicari energi pada tegangan 220V dalam waktu 5 menit yang di maksudkan untuk
mengukur berapa beban yang didapat dari penggunaan daya pada beban lampu
pijar 100W.hasil yang di dapatkan ada pada tabel di atas. Didapat bahwa dari
setiap tegangan yang diberikan pada beban efek yang ditimbulkan pada lampu
setiap kenaikan tegangan lampu akan semakin terang dan arus serta daya dan
faktor yang di dapat akan semakin besar. Dan dalam tabel baris energi pada 220v
di dapat hasil yang konstan karena biasanya penggunaan energi diukur dalam
satuan waktu perjam. Karna waktu yang dilakukan hanya 5 menit maka hasil yang
di dapat tidak begitu terlihat.

Lampu Ballast Elektronik: 108 W

BESARAN KETERA
BEBAN LAMPU PIJAR
LISTRIK NGAN

TEGANGAN
SUMBER (V) 180 190 200 210 220

ARUS (A)
0,65 0,68 0,68 0,69 0,69

DAYA AKTIF
(W) 83,49 87,60 90,03 94,88 99,80

DAYA REAKTIF
(VAR) -90,7 -95,8 -97,4 -113 -114
FAKTOR DAYA
0,67 0,68 0,65 0,64 0,65

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5

ENERGI PADA
TEGANGAN
1 3 5 7
220 V (Wh)

Tabel 2

Analisa Tabel Pengamatan

lampu ballast magnetik dan pijar pada magnetik terdapat kapasitor dan induktor
yang memanfaatkan beban induktif dan kapasitif dalam penggunaannya.lampu
ballas elektronik yang di gunakan 144W dan dgunakan 3 buah lampu. Setiap
kenaikan tegangan dari yang terkecil terlihat aliran gas argon pada lampu ballast
hingga 220V gas argon tidak terlihat lagi karna bergerak sangat cepat. Pada kedua
percobaan terdapat gallat yaitu yang disebabkan oleh kurang telitinya dalam
mengatur tegangan dan mencatat nilai yang sudah terukur pada tabel. Pada
percobaan terlihat lampu ballast menyerap daya reaktif paling banyak karna
didalamnya terdapat beban induktif dan kapasitif dimana beban reaktif terjadi
dengan memanfaatkan beban induktif dan kapasitif tersebut.dan dari faktor daya
pung terlihat beban lampu ballast magnetik paling besar karna penggunaan daya
rekatif membuat faktor daya menjadi besar.lampu pijar masih menggunakan daya
reaktif karna pada lampu pijar masih terdapat coil lilitan dan tidak menggunakan
beban resistif murni sehingga daya reaktif masih diserap oleh lampu
pijar.perubahan konsumsi energi listrik paling besar masih terdapat pada lampu
ballast karna beban watt yang lebih besar dari lampu pijar dan dari jumlah
banyaknya beban lampu yang digunakan. Perubahan lampu pijar dalam
penggunaan listrik terbilang konstan terhadap waktu dan tegangan yang diberikan.
Berbeda pada lampu ballast yang hanya besar disaat waktu menghidupkan dan
akan stabil ketika sudah menyala cukup lama.
Grafik Percobaan pada lampu pijar
0.43
0.42
0.42
0.41
0.41
0.4
0.39
0.39
Arus(A)

0.38
0.38
0.37
0.37
0.36
0.35
0.34
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.1

Grafik Percobaan pada lampu Ballast Elektronik


0.7
0.69 0.69
0.69
0.68
0.68
0.67
0.67
Arus(A)

0.66
0.65
0.65

0.64

0.63
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.2
Grafik Perhitungan pada lampu Pijar
0.44
0.43 0.43
0.42 0.42

0.41 0.4
0.4
Arus(A)

0.39
0.39
0.38
0.38
0.37
0.36
0.35
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.3

Grafik Perhitungan pada lampu Ballast


0.72
0.71
0.69
0.7 0.69
0.68
0.68
0.66
Arus(A)

0.64
0.62
0.62
0.6
0.58
0.56
180 190 200 210 220
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.4
Grafik Perubahan energi pada lampu Pijar
6
5
5
4
4
3
Arus(A)

3
2
2
1
1

0
1 3 4 6 7
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.5

Grafik Perubahan energi pada lampu Ballast


6
5
5
4
4
3
Arus(A)

3
2
2
1
1

0
1 3 5 7 9
Tegangan(Volt)

Grafik 3.1.6
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pengukuran
besaran listrik beban menentukan hasil dari pengukuran daya,arus dan tegangan,
dari diantara beban yang digunakan,lampu yang mengandung beban kapasitif dan
beban induktif yang menggunakan daya reaktif paling besar. Untuk lampu pijar
masih menyerap daya reaktif karna pada lampu masih terdapat coil berupa beban
induktif tapi penyerapan daya reaktif relatif kecil. Total daya yang digunakan
sebanding dengan banyak beban yang digunakan.

Setelah dilakukannya praktikum dan jurnal yang telah dibuat praktikan


mengucapkan terimakasih kepada asisten laboratorium dan laboratorium
pengukuran besaran listrik karna telah membimbing praktikan untuk mendapatkan
ilmu dalam pengukuran dan fasilitas yang telah diberikan kepada praktikan.
V.DAFTAR PUSTAKA

https://electrozone94.blogspot.com/2013/08/metode-pengukuran-
listrik_6952.html

https://elearningtptusmkn1cimahi.blogspot.com/2012/01/pengukuran-besaran-
listrik.html

https://kuliahtopik.blogspot.com/2011/11/pengukuran-besaran-listrik.html

https://ptemutiah.blogspot.com/2012/12/pengukuran-listrik.html
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA
FASA-EMPAT KAWAT

Riko Fazasri
STT-PLN Jakarta
E-mail: Riko Fazasri11@gmail.com

ABSTRACT

Measurement of electrical quantities in a 3-phase 4-wire system to understand


the method in measuring three-phase electrical quantities. In this method is related to
linear and non-linear loads and to understand balanced and unbalanced load conditions.
To find out the measurement in the condition of linear and non-linear load three-phase
four-wire system that is the system commonly used in the distribution of electricity PLN.
Measurements and experiments carried out by knowing the current, power, voltage, and
power factor in each phase of a three-phase four-wire system that is given a load of
lamps. The lamps used are incandescent and ballast lamps.

Keywords : Measurement, Linear Load, Non-Linear Load.

ABSTRAK

Pengukuran besaran listrik dalam sistem 3 fasa – 4 kawat ini untuk memahami
metode dalam pengukuran besaran listrik tiga fasa. Pada metode ini berkaitan dengan
beban linier dan non linier serta memahami kondisi beban seimbang dan tidak seimbang.
Untuk mengetahui pengukuran pada kondisi beban linier dan non-linier sistem tiga fasa
empat kawat yaitu dengan sistem yang biasa dipakai dalam distribusi listrik PLN.
Pengukuran dan percobaan yang dilakukan dengan mengetahui arus, daya ,tegangan, dan
faktor daya pada tiap fasa dari sistem tiga fasa empat kawat yang diberi beban lampu .
Lampu yang digunakan yaitu lampu pijar dan lampu ballast.

Kata kunci : Pengukuran, Beban Linier, Beban Non Linier.


I.Pendahuluan

Pada modul percobaan ini bertujuan untuk memahami konsep teori dan metode
pengukuran tegangan,arus,daya,dan faktor daya pada sistem 3 fasa-4 kawat.dan
memahami konsep ketidak seimbangan beban dan beban linier dan non linier.
Pengukuran kali ini berfokus pada sistem 3 fasa 4 kawat dimana memili 4
keluaran yaitu R,S,T,dan N yang berturut turut yaitu tiap fasa dan satu buah
netral. Di modul ini juga akan dilihat bagaimana fenomena arus netral.perlu
diketahui bahwa sistem 3 fasa 4 kawat merupakan sistem yang digunakan untuk
mendistribusikan listrik yang digunakan oleh PLN. Sistem 3 fasa 4 kawat juga
disebut dengan formasi wye karna mempunyai 3 fasa dan 1 netral. Hampir seluruh
perusahaan penyedia tenaga listrik menggunakan sistem listrik 3-phase ini. Sistem
ini diperkenalkan dan dipatenkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1887 dan 1888.
Sistem ini secara umum lebih ekonomis dalam penghantaran daya listrik,
dibanding dengan sistem 2-phase atau 1-phase, dengan ukuran penghantar yang
sama. Karena sistem 3-phase dapat menghantarkan daya listrik yang lebih besar.
Dan juga peralatan listrik yang besar, seperti motor-motor listrik, lebih powerful
dengan sistem ini.

PLN mengaplikasikan sistem 3-phase dalam keseluruhan sistem kelistrikannya,


mulai dari pembangkitan, transmisi daya hingga sistem distribusi. Oh iya, agar
lebih jelas, sistem kelistrikan PLN secara umum dibagi dalam 3 bagian besar :

 Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik


Terdiri dari pembangkit-pembangkit listrik yang tersebar di berbagai tempat,
dengan jenis-jenisnya antara lain yang cukup banyak adalah PLTA
(menggunakan sumber tenaga air), PLTU (menggunakan sumber batubara),
PLTG (menggunakan sumber dari gas alam) dan PLTGU (menggunakan
kombinasi antara gas alam dan uap). Pembangkit-pembangkit tersebut
mengubah sumber-sumber alam tadi menjadi energi listrik.
 Sistem Transmisi Daya
Energi listrik yang dihasilkan dari berbagai pembangkit tadi harus langsung
disalurkan. Karena energi listrik sebesar itu tidak bisa disimpan dalam baterai.
Karena akan butuh baterai kapasitas besar untuk menyimpan energi sebesar
itu dan menjadi sangat tidak ekonomis. Sebagai gambaran, accu 12Vdc
dengan kapasitas 50Ah akan menyimpan energi listrik maksimal kira-kira 600
Watt untuk pemakaian penuh selama 1 jam. Sedangkan total pemakaian daya
listrik untuk jawa-bali bisa melebihi 15,000 MW (15,000,000,000 Watt).
Jadi….Berapa besar baterai untuk penyimpanannya?
Untuk itulah suplai energi listrik bersifat harus sesuai dengan permintaan saat
itu juga, tidak ada penyimpanan. Karena itu sistem transmisi daya listrik
dibangun untuk menghubungkan pembangkit-pembangkit listrik yang tersebar
tadi dan menyalurkan listriknya langsung saat itu juga ke pelanggan-
pelanggan listrik. Saluran penghantarannya dikenal dengan nama SUTT
(Saluran Udara Tegangan Tinggi), SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra
Tinggi) dll. Pastinya nggak asing dech dengan bentuknya yang kaya menara
itu ya..
Di Jawa-Bali, sistem transmisi daya listrik ini diatur oleh P3B (Penyaluran
dan Pusat Pengaturan Beban) Jawa-Bali yang berlokasi di daerah Gandul,
Cinere, Bogor.
 Sistem Distribusi Daya Listrik
Dari sistem transmisi daya tadi, listrik akan sampai ke pelanggan-
pelanggannya (terutama perumahan) dengan terlebih dahulu melalui Gardu
Induk dan kemudian Gardu Distribusi. Gardu Induk mengambil daya listrik
dari sistem transmisi dan menyalurkan ke Gardu-gardu distribusi yang
tersebar ke berbagai daerah perumahan. Dan di dalam gardu distribusi,
terdapat trafo distribusi yang menyalurkan listrik langsung ke rumah-rumah
dengan melewati JTR (Jaringan Tegangan Rendah), yang biasanya ditopang
oleh tiang listrik.
II.Metode Praktikum

Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P
pemakain, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang
terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama
tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda fase sebesar 120°listrik,
sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat dihubungkan
secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).

Gambar 1. sistem 3 fase.

Gambar 1 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fase. Bila fasor-fasor


tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan
jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut-
turut untuk fase V1, V2 dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang
mempunyai urutan fasa a – b – c . sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh
generator sinkron 3 fase.

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu
dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga
terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda
dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc
disebut tegangan “fase” atau Vf.
Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang
dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang
sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga


membentuk hubungan segitiga 3 fase.
Gambar 3. Hubungan Segitiga (delta, Δ, D).

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar
fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude
yang sama, maka:
Vline = Vfase

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase

Daya pada Sistem 3 Fase

1. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap
oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada
sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena
daya pada tiap-tiap fasenya sama.
Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.

Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa
adalah

Pfase = Vfase.Ifase.cos θ

sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase,
dan dapat dituliskan dengan,

PT = 3.Vf.If.cos θ

• Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase


maka tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama
dengan arus fase, IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian hubung
bintang (Y) adalah:

PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ

• Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan
tegangan fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga
arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga
adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya
daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada
tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban
yang seimbang.

2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus
pada ketiga fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase
tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol
dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja
terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada beban.

Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:


1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).

Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari


pemecahan permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan membahas
mengenai ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.

Gambar 5. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase.

Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri
arus listrik. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan
indikasi naiknya arus pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED

L1 :40 W L2 :40 W L3 :40 W L1 : 36W L2 : 36W L3 : 36W

DAYA

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED

LISTRIK R S T R S T

W 33 34 34 30 29 32

VA 43 43 52 56 56 62

VAR 27 -29 -39 -47 -47 -53

PF 0,767 0,755 0,653 0,535 0,517 0,516

ARUS

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED

LISTRIK R S T N R S T N

A RMS 0,20 0,21 0,23 0,26 0,26 0,28

TEGANGAN

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED


LISTRIK VRN VSN VTN VRN VSN VTN

V RMS 218,2 214,2 220,5 217,4 216,1 221,3


Analisa Data Pengamatan

pada percobaan pratikum Pengukuran yang di lakukan masih seputar arus,


tegangan,daya dan daya faktor pada beban R,S,T dan arus N. Alat yang digunakan
pada modul ini diantaranya adalah alat ukur digital clamp meter, 3 buah lampu
pijar, lampu ballast dan LED. Adapun pengukuran di lakukan secara langsung
dengan menggunakan clamp meter. Rangkaian dirangkai pada meja tera yang
terhubung dengan sistem pada meja tera yang digunakan yaitu sistem 3 fasa yang
di hubung kepada beban. Percobaan pertama yang di lakukan yaitu dengan
menggunakan 3 buah bubena yang seimbang. Dikatakan seimbang karna ketiga
beban memiliki spesifik yang serupa dan sama. Sehingga beban ketiganya
seimbang. Pertama yaitu lampu pijar 3 buah sebesar 40W. Pada percobaan
pertama menggunakan 3 buah lampu pijar yang seimbang didapatkan hasil pada
tabel di atas bahwa hasil pada r\R,S,T, dan N pada tabel. Pada teori dikatakan
bahwa arus pada netral akan tidak ada jika beban yang digunakan seimbang.
Sedangkan pada percobaan terdapat arus pada N karena beban yang digunakan
bukan resistif murni dan ada kebocoran arus yang terjadi ke netral dari tiap
fasanya.tetapi dalam beban yang seimbang arus netral lebih kecil bila di
bandingkan dengan beban yang tidak seimbang. Lalu percobaan kedua
menggunakan lampu ballast elektronik 3 buah. Lalu di ukur tiap R,S,T dan N
dengan clamp meter. Clamp meter termasuk alat ukur yang banyak fungsi karna di
dalamnya dapat mengukur banyak hal termasuk melihat gelombang dari tiap
pengukuran. Ujung ujung clamp meter mengandung kawat elektromagnetik
sehingg ketika kabel ketika dimasukan kedalam clamp meter akan terlihat
pengukurannya.
L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
T L12

N
I II L13
TABEL 2. BEBAN SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED

L1 :40 W L2 :40 W L3 :80 W L1 : W L2 : W L3 : W

DAYA

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED

LISTRIK R S T R S T

W 37 33 72 30 31 70

VA 48 53 77 54 59 109

VAR 30 -41 -27 -44 -50 -83

PF 0,770 0,622 0,935 0,555 0,525 0,642

ARUS

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED

LISTRIK R S T N R S T N

A RMS 0,22 0,24 0,35 0,25 0,27 0,49

TEGANGAN

BESARAN LAMPU PIJAR BALLAST MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED


LISTRIK VRN VSN VTN VRN VSN VTN

V RMS 218,3 217,4 220,5 216,4 219,7 220,2


Analisa Data Pengamatan

Pada percobaan kedua menggunakan lampu pijar dan lampu ballast


elektronik yang tidak seimbang, maksudnya ketiga jenis dan besarnya daya yang
di serap berbeda beda. Dari ketidak seimbangan itu akan diukur besaran listrik
dari tiap kabel fasa yang di hubungkan pada meja tera.pada percobaan pertama
menggunakan lampu pijar, lampu pijar yang digunakan besarnya 40W,40W, dan
100W. Lalu dihidupkanlah lampu pijar tersebut dan setelah semua lampu hidup
maka dilakukan pengukuran dengan clamp meter yang dapat mengukur besaran
listrik. Pengukuran dilakukan pada tiap kabel fasa yaitu R,S,T dan N. Setelah
dilakukan pengukuran maka didapatkanlah hasil dari pengukuran. Pada tabel di
atas hasil yang didapat bila di bandingkan dengan lampu pijar yang seimbang
akan terlihat lebih besar pada tiap kabel fasanya. Yang mempengarhinya yaitu
beban yang tidak seimbang karna terdapat beban yang besar di salah satu lampu.
Lalu pada arus N terdapat kebocoran arus. Karna beban yang tidak seimbang
itulah timbul arus pada netral. Bila dibandingkan lg dengan percobaan
sebelumnya arus yang terukur lebih besar. Lampu pijar pada tegangan RMS pada
tiap fasanya tidak lebih dari 220V karna jika lampu menerima tegangan lebih dari
220V maka lampu tidak akan kuat dan akan panas lalu rusak ataupun dapat
meledak.setelah pengukuran lampu pijar dilakukan maka selanjutnya pengukuran
lampu ballast dengan beban yang tidak seimbang. Dan didapatkan hasil bahwa
pengukuran ini lebih besar daripada beban seimbang karna beban itu sendiri
bahkan arus pada netralnya pun lebih besar. Arus pada netral jika pada sistem
distribus transmisi listrik akan menimbulkan kerugian. Maka percobaan ini
dilakukan agar paham tentang kerugian yang di hasilkan dan efeknya jika ada arus
pada netral.
L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13
IV.KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada modul ini yaitu arus netral akan ada dan
lebih besar pada beban yang tidak seimbang dari suatu sistem 3 fasa. Arus pada
netral dalam sistem distribusi listrik akan menghasilkan kerugian sehingga pada
percobaan ini diharapkan praktikan paham tentang arus pada netral. Dan
bagaimana proses pengukuran dari beban seimbang dan tidak seimbang pada 3
fasa. Saran yang diberikan oleh praktikan untuk keluarga laboratorium
pengukuran besaran listrik agar untuk selalu mengupdate alat yang lebih baik
demi ilmu pengtahuan yang bisa didapat oleh praktikan lain.

Dalam hal ini praktikan mengucapkan terimakasih kepada seluruh asisten


laboratorium dan kepada seluruh pihak terkait,karna dalam praktikum ini
praktikan mendapatkan ilmu dan informasi yang semoga kedepannya dapat
berguna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.instalasilistrikrumah.com/sistem-listrik-3-phase/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44565/Cover.pdf?
sequence=7

https://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/sistem-3-fasa.html
Lampiran
PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN
DAN ARUS PADA BEBAN LINIER DAN NON LINIER

Riko Fazasri

STT-PLN Jakarta
E-mail: Riko fazasri11@gmail.com

ABSTRACT

PLN electricity is alternating current (AC) with a frequency of 50 Hertz. In AC


waves if the load is pure resistive then the wave will be balanced or called a linear load.
If the load is reactance or inductive and capacitive, so the load has a different phase
angle so that the current wave can overtake the voltage wave and the voltage wave can
lag behind, this is called a non-linear load. In waves that propagate in a non-linear
conductor, there will be distortion disturbances that cause the waves to be imperfect or
have defects in the waves. Harmonics are disturbances caused by the influence of non-
linear loads which cause distorted sinusoidal waves. In the experiment will take
measurements directly then compare the results. After analysis, it can be concluded that
non-linear load occurs in the distortion factor and THD (Total Harmonic Distortion)
arises, whereas in the linear load the distortion factor and THD do not exist at all.

Keywords: Waves, Harmonics, Distortion

ABSTRAK

Arus bolak-balik (AC) yang berasal dari PLN dengan frekuensi 50 Hertz. Pada
gelombang AC jika beban bersifat resistif murni maka gelombang akan seimbang atau
disebut beban linier. Apabila beban bersifat reaktansi atau induktif dan kapasitif,
makanya beban memiliki sudut fasa yang berbeda sehingga gelombang arus dapat
mendahului gelombang tegangan dan dapat tertinggal gelombang tegangannya, ini
disebut beban non-linier. Pada gelombang yang merambat pada suatu penghantar non-
linier, akan ada gangguan distorsi yang menyebabkan gelombang tidak sempurna atau
memgalami cacat pada gelombang. Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan oleh
pengaruh beban non-linier yang menyebabkan gelombang sinusoidal terdistorsi. Pada
percobaan akan melakukan pengukuran langsung kemudian membandingkan hasilnya.
Setelah dianalisa dapat ditarik kesimpulan bahwa pada beban non-linier terjadi distortion
factor dan timbul THD (Total Harmonic Distortion), sedangkan pada beban linier
distortion factor dan THD tidak ada sama sekali.

Kata Kunci: Gelombang, Harmonisa, Distorsi


I.PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya teknologi elektronik digital kontrol, maka hampir semua
peralatan listrik sekarang ini berbasiskan sistem mikro elektronik (peralatan elektronik).
Demikian juga peralatan listrik untuk keperluan domestik dan perkantoran seperti
komputer, sistem air conditioner, kulkas, lampu hemat energi, TV, oven microwave dan
lain sebagainya. Penggunaan peralatan elektronik lebih menguntungkan, karena
efisiensinya yang tinggi, pengaturan yang mudah dan mulus, dimensi ruang yang kecil
dan lebih fleksibel serta artistik . Untuk mengoperasikan peralatan elektronik diperlukan
sumber tegangan arus searah (DC power supplies). Umumnya tegangan DC ini
didapatkan dari tegangan bolak balik (AC) yang tersedia di jala-jala sistem dengan cara
menyearahkannya. Oleh karena itu, di setiap peralatan elektronik selalu terdapat
penyearah. Umumnya penyearah yang digunakan adalah jenis penyearah satu fasa
gelombang penuh yang dilengkapi dengan kapasitor perata tegangan, atau power suplai
DC jenis SMPS (Switch Mode Power Supply). Penyearah-penyearah jenis ini mempunyai
karaktristik non-linier yang mengakibatkan bentuk gelombang arus yang ditariknya dari
jala-jala sistem menjadi non-sinusoidal terdistorsi. Menurut Analisis Fourier, bentuk
gelombang arus yang non-sinusoidal akan terdiri dari arus fundamental dan sejumlah
komponen arus harmonisa. Oleh karena itu peralatan elektronik merupakan beban non-
linier yang menghasilkan harmonisa bagi sistem jala-jala listrik . Banyaknya aplikasi
beban nonlinier pada sistem tenaga listrik telah membuat arus sistem menjadi sangat
terdistorsi dengan persentase kandungan harmonisa arus, THD (total harmonic distortion)
yang sangat tinggi. Umumnya arus sistem tenaga listrik yang terdistorsi tersebut
didominasi oleh arus harmonisa orde ganjil frekuensi rendah, yakni arus harmonisa orde
lima, tujuh, sebelas, dan seterusnya, yang magnitud arus harmonisanya berbanding
terbalik dengan orde harmonisanya. Tingginya persentase kandungan harmonisa arus
(THD) pada suatu sistem tenaga listrik dapat menyebabkan timbulnya beberapa persoalan
harmonisa yang serius pada sistem tersebut dan lingkungannya, seperti terjadinya
resonansi pada sistem yang merusak kapasitor kompensasi faktor daya, membuat faktor
daya sistem menjadi lebih buruk, menimbulkan interferensi terhadap sistem
telekomunikasi, meningkatkan rugi-rugi sistem, menimbulkan berbagai macam kerusakan
pada peralatan listrik yang sensitif, yang kesemuanya menyebabkan penggunaan energi
listrik menjadi tidak efektif.
II.METODE PRAKTIKUM

Metodologi penelitian yang digunakan secara umum ditunjukkan seperti pada


Gambar 1. Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan dalam menyelesaikan penelitian. Data-data yang dikumpulkan berupa
data primer dan datasekunder. Pengambilan data primer adalah dengan melakukan
pengujian terhadap penunjukan kWh meter digital yang dihubungkan dengan
beban linier dan nonlinier. Langkah-langkah pengambilan data penelitian terlihat
pada Gambar 2.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengukur THD Lampu Pijar (100 W)

THD DF
Komponen Harmonik VRMS I RMS Hz
(%) (%)
DC 213,9 0,3 50
Fundamental 214,2 0,47 49,9
2 0 0 99,8
3 1,4 0,39 149,7
4 0 0 199,7
5 1 0,23 249,5
6 0 0 299,4
7 0,9 0,11 349,3
8 0 0 399,2
9 0,9 0,11 449,1
10 0 0 499
11 0 0,08 548,9
12 0 0 598,8 0
3,8
13 0 0 648,7
14 0 0 698,6
15 0 0,02 748,5
16 0 0 798,4
17 0 0,02 848,3
18 0 0 898,2
19 0 0,02 948,1
20 0 0 998,0
21 0 0 1047
22 0 0 1097
23 0 0 1147
24 0 0 1197
25 0 0 1247

pada percobaan pertama untuk mengukur THD pada lampu pijar, lampu pijar
yang digunakan yaitu lampu 100W. Dan alat yang di gunakan pada pengukuran
yaitu clamp meter. Pada percobaan kabel fasa yang digunakan hanya satu yang
terhubung ke satu beban saja. Rangkaian dirangkai sedemikian rupa pada meja
tera yang terhubung ke sumber tegangan.

gambar 1. Rangkaian modul 3

setelah rangkaian terangkai maka selanjutnya melakukan pengukuran alat yang di


gunakan pada pengukuran yaitu clamp meter. Di dalam clamp meter dapat
pengaturan yang dapat melihat grafik gelombang dari pengukuran dan dapat
mengukur THD pada beban. Cara pengukuran dengan clamp meter yaitu kabel
fasa dimasukan kedalam penjepit dan dilihat pengukurannya. Hasil dari
pengukuran seperti pada tabel di atas. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa
nilai persentase THD yang di dapat sebesar 3,5%. Itu masih dalam hal wajar
karena THD tidak boleh lebih dari 5% karna dapat merusak peralatan.arus RMS
pada fundamentalnya terdapat arus. Lalu setiap kenaikannya arusnya akan hilang.
Frekuensi dari tiap kenaikannya akan sebanding dan semakin besar.dan hasil dari
pengukuran gelombang arus dan tegangan terdapat pada pengukuran lampu pijar

dibawah ini.
Gambar 2. Grafik tegangan dan arus

Mengukur THD Lampu TL Ballast Elektronik

THD DF
Komponen Harmonik VRMS I RMS Hz
(%) (%)
DC -0,3 0 0
Fundamental 214,2 0,47 49,9
2 0 0 99,8
3 1,4 0,39 149,7
4 0 0 199,7
5 1 0,23 249,5
102,6
6 0 0 299,4
7 0,9 0,11 349,3
8 0 0 399,2
9 0,9 0,11 449,1
10 0 0 499
11 0 0,08 548,9
12 0 0 598,8 0
13 0 0 648,7
14 0 0 698,6
15 0 0,02 748,5
16 0 0 798,4
17 0 0,02 848,3
18 0 0 898,2
19 0 0,02 948,1
20 0 0 998,0
21 0 0 1047
22 0 0 1097
23 0 0 1147
24 0 0 1197
25 0 0 1247

Analisa Data Pengamatan

Pada percobaan kedua untuk. Hasil dari pengukuran THD terdapat pada
tabel di atas. Pada tabel di atas di dapatkan hasil bahwa 90,9% disini mungkin
terjadi kesalahan yang besar mungkin dikarenakan salah dalam mengukur dengan
clamp meter ataupun kesalahan dalam rangkaian. Hal ini dikarenakan hasil THD
yang sangat besar sehingga seharusnya dengan THD yang sangat besar tersebut
membuat kesalahan. Lalu dari hasil pada tabel VRMS dan IRMS yang terdapat
pada komponen harmonik pada angka genap saja.jadi dari kedua percobaan THD
lampu ballast terbesar karna memiliki komponen kapasitor dan induktor sehingga
beban tidak linier dan THD besar. Tetapi terdapat kesalahan dalam pengukuran
dikarenakan salah dalam pengukuran atau salah dalam rangkaian. Adapun grafik
dari gelombang arus dan tegangan yang terukur dari beban lampu ballast yaitu di
bawah ini:

gambar 3. Grafik arus dan tegangan


IV.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pengujian di laboratorium Pengukuran Besaran Listrik,


dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai THD arus nonlinier beban lampu sangat
besar dibandingkan THD arus beban linier. THD arus yang muncul pada beban
linier diakibatkan karena adanya faktor eksternal, sehingga nilai THD yang
muncul dapat diabaikan. Selain itu, besar prosentase kesalahan hasil penunjukan
alat ukur clamp meter terjadi akibat adanya komponen harmonisa yang
ditimbulkan. Lalu jenis beban yang digunakan juga berpengaruh terhadap nilai
THD yang terukur.
DAFTAR PUSTAKA

http://elektro.studentjournal.ub.ac.id/index.php/teub/article/viewFile/182/144

http://www.jurnal.upi.edu/file/Elih_M1.pdf

http://riset.polnep.ac.id/bo/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/03-Hadi.pdf

Anda mungkin juga menyukai