Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.

1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA


MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
PROVINSI SULAWESI UTARA
Bryan Barsel Tulungen
F. Jansen , M. Manoppo
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: btulungen@gmail.co.id

ABSTRAK
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara merupakan kabupaten yang dahulunya di
mekarkan dari kabupaten kepulauan Sangihe dan Talaud saat ini sedang giat-giatnya membenahi
dan meningkatkan sarana infrastruktur yang ada terutama di ibukota kabupaten Talaud yaitu
Melonguane. Bandar udara Melonguane terletak di ibu kota kabupaten dan saat ini tergolong
sebagai bandara klas III dengan jenis pesawat yang beroperasi masih tergolong pesawat kecil yaitu
Dornier 328 dan ATR 72-500 sehingga dianggap perlu untuk ditingkatkan kemampuan pelayanannya
agar dapat memenuhi permintaan masyarakat serta ikut menunjang pertumbuhan dan perkembangan
daerah.
Dalam merencanakan pengembangan suatu lapangan terbang harus memperkirakan arus lalu lintas
di masa yang akan datang. Dengan menganalisa data lima tahun jumlah penumpang, bagasi dan
cargo menggunakan analisa regresi dapat diramalkan arus lalu lintas dimasa yang akan datang
sehingga pengembangan bandar udara diaggap perlu dilakukan atau tidak. Berdasarkan data-data
primer yang diperoleh dari bandara seperti data klimatologi, data karakteristik pesawat, data tanah,
keadaan Topografi dan data existing bandara digunakan sebagai acuan dalam merencanakan
pengembangan bandar udara.
Untuk pengembangan bandar udara Melonguane-Talaud yang akan direncanakan adalah Runway,
Taxiway, Apron, Terminal penumpang, Gudang dan Parkir kendaraan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada standar Internasional Civil Aviation organization
(ICAO) dengan pesawat terbang rencana Boing 737-800 maka dibutuhkan panjang landasan 2.656
meter lebar 51 meter dan jarak antara sumbu landasan pacu dan sumbu landasan hubung adalah 170
meter lebar total taxiway 25 meter dengan tebal perkerasan lentur 70 Cm, luas apron 102 × 93 =
9.486 m2, tebal perkerasan rigid pada apron Metode Federal Aviation Administration (FAA) = 35 Cm
sedangkan dengan metode Portland Cemen Asosiation (PCA) = 41 Cm, luas terminal penumpang
5.400 m2, luas gudang 32 m2 dan luas pelataran parkir 1000 m2.

Kata kunci: Kabupaten Kepulauan Talaud, Pengembangan Bandar Udara, Runway, Taxiway,
Apron.

PENDAHULUAN banyak, ini dapat dilihat dari pemesanan tiket


dimana para calon penumpang harus
Latar Belakang menggunakan daftar tunggu selama dua sampai
Kabupaten Kepulauan Talaud secara tiga minggu untuk mendapatkan tiket
astronomis terletak pada koordinat 04 0 keberangkatan, sedangkan jika dilihat dari segi
00’11,1’’LU - 126 0 40’24 BT. Yang memiliki tingkat perekonomian dan pariwisata kedua
daratan seluas 1.251,02 Km2 (sumber: Badan sektor ini akan memberikan keuntungan bagi
Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud daerah ini tetapi harus didukung dengan
2015). penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang seperti
Sebagai salah satu daerah kepulauan, transportasi, salah satunya transportasi udara.
Talaud sangat bergantung pada transportasi
udara, hanya saja fasilitas-fasilitas penunjang Maksud dan tujuan penulisan
dari bandara kurang memadai dan jumlah Yang menjadi maksud dan tujuan penulisan
pesawat yang beroperasi hanya Dornier 328 ini adalah untuk Merencanakan Pengembangan
untuk Express Air dan ATR-42 untuk Wings Air Lapangan Terbang Yang Berada di Kabupaten
sedangkan jumlah masyarakat pengguna cukup Talaud Propinsi Sulawesi Utara Yaitu Bandar

1
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Udara Melonguane, dengan pesawat jenis Boing d. Terminal Building ( gedung terminal )
737-800 sebagai pesawat rencana. Boing 737- e. Gudang
800 digunakan karena sesuai informasi dari f. Tower ( Menara pengontrol )
pimpinan bandar udara melonguane akan g. Fasilitas keselamatan (pemadam kebakaran)
disiapkan untuk didarati pesawat berbadan besar h. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, Air, dan
seperti B737-800 dan juga untuk pesawat Bahan bakar).
berbadan besar yang tersedia di indonesia
khususnya di bandara besar terdekat yaitu bandar Klasifikasi Lapangan Terbang
udara Sam Ratulangi yang beroprasi sekarang Dalam merencanakan suatu lapangan terbang
kebanyakan Boing 737-800. Hal ini juga di ditetapkan standar-standar perencanaan oleh dua
dukung oleh ketersediaan lahan yang masih badan penerbangan internasional yaitu ICAO dan
cukup luas untuk pngembangannya dan juga FAA yang merupakan badan penerbangan yang
guna mengantisipasi lonjakan arus penumpang mengeluarkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
yang terjadi. oleh sebuah lapangan terbang.

Pembatasan Masalah Klasifikasi Menurut ICAO


Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas ICAO mengklasifikasikan suatu lapangan
pada perencanaan runway, taxiway, exit taxiway, terbang dengan kode yang disebut Aerodrome
apron, dan terminal area yang terdiri dari gedung Reference Code dengan mengkategorikan dalam
terminal, gudang dan pelataran parkir dimana dua elemen. Kode nomor 1 - 4
yang akan dihitung hanya luas yang dibutuhkan mengklasifikasikan panjang landas pacu
untuk masa yang akan datang sesuai dengan minimum atau Aerodrome Reference Field
perencanaan pengembangannya. Analisa yang Length (ARFL). Sedangkan kode huruf A-F
digunakan pada skripsi ini adalah analisa teknis mengklasifikasikan lebar sayap pesawat
namun tidak termasuk perencanaan sistem (wingspan) dan jarak terluar pada roda
drainase lapangan terbang dan struktur dari pendaratan dengan ujung sayap.
bangunan terminal.
Tabel 1 Klasifikasi lapangan terbang menurut ICAO
Elemen 1 Elemen 2
Manfaat Penulisan
Kode ARFL Kode Wingspan Jarak terluar
Dalam penelitian ini penulis berharap Angka Huruf roda
pendaratan
kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat 1 < 800 m A < 15 m < 4,5 m
bagi mahasiswa/mahasiswi Teknik Sipil 2 800 m - < 1.200 m
1.200 m - < 1.800 m
B
C
15 m - < 24 m
24 m - < 36 m
4,5 m - < 6 m
6m-<9m
3
Universitas Sam Ratulangi dalam menunjang 4
1.800 m D 36 m - < 52 m 9 m - < 14 m
E 52 m - < 60 m 9m - < 14 m
pembelajaran perencanaan pengembangan F 65 m - < 80 m 9 m - < 16 m
Bandar Udara dalam bidang transportasi (Sumber : ICAO, Aerodrome Design Manual Parth 1
khususnya transportasi udara. Dan juga agar Edition, 2006. Halaman 1-4)
menjadi pertimbangan dalam memberikan
informasi bagi para perencana, kontraktor Klasifikasi Menurut FAA
maupun pemerintah dalam hal pengembangan FAA mengklasifikasikan lapangan terbang dalam
dan peningkatan bandar udara dimasa yang akan dua kategori yaitu :
datang.  Pengangkutan udara ( air carrier )
 Penerbangan umum ( General Aviation )
LANDASAN TEORI
Konfigurasi Lapangan Terbang
Fungsi dan Peranan Lapangan Terbang Konfigurasi lapangan terbang adalah jumlah
Sistem lapangan terbang terbagi menjadi dua dan arah (orientasi) dari landasan (runway) serta
yaitu sisi udara ( air side ) dan sisi darat (land penempatan bangunan terminal termasuk
side), keduanya dibatasi oleh terminal yang lapangan parkirnya yang berkaitan dengan
memiliki komponen-komponen dan fungsi yang landasan itu.
berbeda dalam kegiatan kebandarudaraan.
Adapun komponen-komponen dari kedua sistem Menentukan Panjang Runway
lapangan terbang tersebut adalah sebagai berikut: Saat merencanakan runway, keadaan
a. Runway (landas pacu) lingkungan lapangan terbang yang sangat
b. Taxiway (landas hubung) berpengaruh adalah temperatur dan elevasi.
c. Apron (tempat parkir pesawat) Kebutuhan akan panjang runway untuk

2
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

perencanaan bandar udara dari ICAO, ARFL yang dibutuhkan oleh suatu pesawat rencana
(Aero Reference Field Lenght) adalah panjang dengan menggunakan koreksi sebagai berikut:
landasan pacu minimum yang dibutuhkan pada
kondisi standar yaitu: L3 = L2 x (1 + 0,1 x slope)........(3)
 Elevasi muka laut = 0
Dimana :
 Kondisi standar atmosfir = 15°C = 59°F
L3 = Panjang landasan yang dibutuhkan oleh
 Tidak ada angin bertiup pesawat rencana (m)
 Kemiringan (slope) = 0% L2 = Panjang landasan setelah dikoreksi terhadap
 Maximum certificate take off weight temperetur (m)
Dalam menentukan arah runway hal yang sangat
Menentukan Lebar Landas Pacu
penting diperhatikan adalah arah dan kecepatan
Untuk menentukan lebar landas pacu dapat
angin.
diambil sesuai persyaratan yang dikeluarkan
Persyaratan ICAO, panjang landasan pacu
ICAO.
yang diperlukan oleh pesawat rencana dalam
muatan penuh harus dikoreksi terhadap elevasi, Tabel 2 Lebar Perkerasan Landasan
temperature dan slop pada daerah KODE Code Letter
pengembanagan setempat. ANGKA A B C D E

Koreksi Terhadap Elevasi 1 18 m 18 m 18 m


2 23 m 23 m 23 m
Menurut ICAO, ARFL bertambah sebesar 3 30 m 30 m 30 m 45 m
7% setiap kenaikan 300m (100ft) dihitung dari 4 45 m 45 m 45 m
ketinggian muka laut. Maka koreksinya terhadap Shouldes should be provided for a Runway where tha code letter is D
or E, and tha runway width is less than 60 m.
landasan adalah sebagai berikut: The Runway soulder should extend symmetrically on each side of the
Runway so that the over all width of Runway and its shoulders is not
less than 60 m.
L1 = L0 x (1+ x )..............(1) (Sumber : F Jansen. “Perlengkapan Kuliah Lapangan
Dimana : Terbang”, hal 6)
Lo = panjang landas pacu minimum pada
kondisi standar (m) Perencanaan Landas Hubung (Taxiway)
H = Elevasi (m) Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalur
L1 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi keluar masuk pesawat dari landas pacu ke
terhadap elevasi (m) bangunan terminal dan sebaliknya atau dari
landas pacu ke hangar pemeliharaan.
Koreksi Terhadap Temperatur
Menurut ICAO panjang landas pacu harus
dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk
kenaikan 1°C, sedangkan untuk setiap kenaikan
1.000 m dari muka laut rata-rata temperatur turun
6,5°C. Dengan dasar ini ICAO
merekomendasikan hitungan koreksi temperatur
sebagai berikut:
L2 = L1 x [ 1 +0,01x(T(150,0065H))].......(2) Gambar 1 Exit taxiway
Dimana : (sumber : H.Basuki, 1984 “ Merencanakan
T = Temperatur Merancang Lapangan Terbang” hal 203)
H = Elevasi Menentukan Lokasi Exit Taxiway
L1 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi Lokasi exit taxiway ditentukan berdasarkan
terhadap elevasi (m) jarak yang diperlukan pesawat sejak menentu
L2 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi Threshold sampai pesawat dengan kecepatan
terhadap temperatur (m) tertentu bisa memasuki taxiway.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
Koreksi Terhadap Slope dalam menentukan lokasi exit taxiway adalah
Menurut ICAO bahwa setiap kenaikan slope sebagai berikut :
1 % panjang landas pacu bertambah 10%. 1. Jarak dari Threshold ke touchdown
Sehingga dapat dihitung panjang landas pacu 2. Kecepatan waktu touchdown

3
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

3. Kecepatan awal sampai titik A Perkerasan terdiri atas dua macam yaitu :
4. Jarak dari touchdown sampai titik A 1. Perkerasan Lentur ( Flexible Structural )
5. Group desain pesawat 2. Perkerasan Kaku ( Rigid Structural )

Untuk menentukan exit taxiway digunakan Dalam pengunaan grafik dari FAA ini
rumus sebagai berikut : diperlukan data nilai CBR dari subgrade dan
nilai CBR sub base, berat lepas landas dari
Distance to exit taxiway = Touchdowdn Distance pesawat rencana (MTOW) dan jumlah annual
+ D.................................(4) departure dari pesawat rencana serta pesawat-
Dimana : pesawat yang yang telah terkonversi.
Jarak touchdown = 300 m untuk pesawat group Analisa annual departure dari pesawat rencana
B, sedangkan untuk pesawat group C dan D menggunakan konversi pesawat rencana, dimana:
adalah 450 m.
( ) ( ) w 
Log R1 = (Log R2)  2  ….....…(8)
D = ..............................(5) w 
 1
S1 = Touchdown speed (m/s) R1 = Equivalent Annual Departure pesawat
S2 = Initial Exit Speed (m/s) rencana
a = Perlambatan (m/s²) R2 = Annual departure campuran yang
Hasil yang didapat pada perhitungan ini adalah dinyatakan dalam roda pendaratan
berdasarkan kondisi pada standar sea level. Jarak pesawat Rencana
yang didapat tersebut harus dikoreksi terhadap W1 = Beban roda dari pesawat rencana
dua kondisi yaitu elevasi dan temperatur dengan W2 = Beban roda dari pesawat yang ditanyakan
rumus sebagai berikut: setiap kenaikan 300 m
dari muka laut jarak harus ditambah 3%. Untuk menentukan tebal perkerasan yang
diperlukan, digunakan grafik yang telah
L1 = L0 (1+0,03 x H/300)................(6) ditentukan FAA. Dari grafik yang akan dipakai,
didapat total perkerasan (T) dan kebutuhan
Setiap kenaikan 6,5°C kondisi standar ( 15°C = surface coarse untuk tebal subbase coarse
59°F ) jarak bertambah 1% didapat dari grafik yang sama. Sedangkan tebal
base coarse didapat dengan mengurangkan tebal
L2 = L1 ( 1+1% x ( ))......(7) total dengan tebal surface dan subbase.

Tebal Base Coarse = T – (surface +subbase) (9)


Lebar Taxiway
Lebar taxiway dan lebar total taxiway yang Untuk daerah non-kritis tebal base dan
termasuk didalamnya bahu taxiway sesuai subbase coarse dipakai faktor pengali 0,9 dari
dengan yang disyaratkan ICAO. tebal pada daerah kritis. Sedangkan surface
coarse pada daerah non-kritis ditetapkan sesuai
Tabel 3 Lebar Taxiway pada kurva. Pada daerah transisi lapisan base
E D C B A
coarse direduksi sampai 0,7 dari tebal base pada
Lebar taxiway 23 m
(75 ft)
23m
(75 ft)18m
18m (60
ft)15m
10.5m
(35 ft)
7.5m
(25 ft) daerah kritis, tapi subbasenya harus dipertebal
(60 ft) (50 ft)
sehingga permukaan satu dan lainnya seimbang.
Lebar total 44m (145 ft) 38m 25m - -
dan bahu (125 ft) (82 ft)
landasan 93m (306 ft)
Apron
Taxiway strip 44m (145 ft) 85m 57m 39m 27m
width (275 ft) (188 ft) (128 ft) (74 ft) Apron berfungsi sebagai tempat untuk
Lebar area
yang diratakan
38m
(125 ft)
25m
(82 ft)
25m
(82 ft)
22m
(74 ft)
menaikkan dan menurunkan penumpang dan
untuk strip
taxiway
barang, tempat pengisian bahan bakar, parkir
(Sumber : H.Basuki,”Merancang,Merencana pesawat dan juga tempat perawatan pesawat
Lapangan Terbang”,hal 192) yang sifatnya ringan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi ukuran apron:
Metode Perencanaan Perkerasan Landas  Jumlah gate position
Pacu  Ukuran gate
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari  Sistem dan tipe parkir pesawat
beberapa lapisan material dengan kekuatan dan  Wing tip clearance
daya dukung yang berlainan.

4
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

 Clearance antara pesawat yang diparkir dan FAA (Federal Aviation Administration) dan PCA
yang sedang taxiing di apron (Portland Cement Afiation).
 Konfigurasi bangunan terminal Langkah-langkah yang digunakan dalam
 Efek jet blast (semburan jet) perencanaan perkerasan ini adalah sebagai
 Kebutuhan jalan untuk gate position. berikut:
Jumlah gate position yang diperlukan 1. Buatlah ramalan annual departure dari tiap-
dipengaruhi oleh : tiap pesawat yang harus dilayani oleh bandara
 Jumlah pesawat pada jam sibuk itu.Bagi lapangan terbang yang telah
 Jenis dan presentase pesawat terbang beroperasi beberapa tahun ,ramalan di buat
campuran dengan memproyeksikan kecendrungan lalu
lintas yang ada ke masa depan
 Presentase pesawat yang tiba dan berangkat
2. Tentukan tipe roda pendaratan untuk setiap
Jumlah gate position dapat dipakai rumus
pesawat.
sebagai berikut :
3. Maximum take off weight dari setiap pesawat.
VxT 4. Tentukan pesawat rencana dengan prosedur
G= ………..................…(10) seperti di bawah ini:
U
 Perkiraan harga K dari sub grade
(R. Horonjeff halaman 269 “planning and design  Tentukan Flexural strength beton.
airport”) Pengalaman menunjukan bahwa beton
dengan modulus keruntuhan 600-700 psi
Dimana : akan menghasilkan perkerasan yang paling
G = jumlah gate position ekonomis.
V = volume rencana pesawat yang tiba dan  Gunakan data-data, flexural streght, harga
berangkat k, MTOW, dan ramalan annual departure
U = faktor penggunaan (utility factor) untuk menentukan tebal slab yang
Untuk penggunaan secara mutual U = 0,6 – 0,8 dibutuhkan, yang dapat dengan memakai
Untuk penggunaan secara eksklusif = 0,5 - 0,6 kurva rencana sesuai tipe pesawat yang
Gate occupancy time untuk tiap pesawat berbeda. diberikan oleh FAA.
Untuk pesawat kecil tanpa pelayanan T = 10  Bandingkan ketebalan yang didapat untuk
menit, sedangkan untuk pesawat besar dengan setiap pesawat dengan ramalan lalu lintas.
pelayanan penuh T = 60 menit. Pesawat rencana adalah yang paling
menghasilkan perkerasan yang paling
Untuk Throught Flight (little or no serving) tebal.
T = 20-30 menit, untuk turn around flight 5. Konversikan semua model lalu lintas ke
(complete servicing) T = 40-60 menit. dalam pesawat rencana dengan equivalen
Pengambilan harga T annual departure dari pesawat –pesawat
campuran tadi.
Pesawat kelas A nilai T = 60 menit.
6. Tentukan Wheel load tiap tipe pesawat,95%
B nilai T = 45 menit.
MTOW di topang oleh roda pendaratan.bagi
C nilai T = 30 menit.
pesawat berbadan lebar MTOW di batasi
D = E nilai T = 20 menit.
sampai 300.000 lbs (136.100 kg) dengan dual
tandem.
Menghitung Ukuran Gate
7. Gunakan rumus:
Untuk menghitung ukuran gate tergantung
ukuran standart pesawat berdasarkan wingspan, Log = (Log ) ( ) ......(12)
whell track, forward roll, wing tip clearance. 8. Hitung total equivalent annual departure
9. Gunakan harga-harga: Flexural strength,
Turning radius ( r ) harga K, MTOW pesawat rencana dengan
equivalent annual departure total sebagai data
= ½ (wingspan + whell track) + forward roll
untuk menghitung perkerasa kaku dengan
D = (2 x r) + wing tip clearance…..(11)
menggunakan perkerasan rencana yang sesuia
Menghitung Perkerasan Apron dengan tipe roda pesawat,ketebalan yang di
Dalam perencanaan menghitung perkerasaan dapat adalah ketebalan betonnya saja,di luar
apron menggunakan dua metode yaitu metode sub base.Ketebalannya adalah untuk daerah

5
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

kritis,sedang untuk daerah tidak kritis dapat di METODOLOGI PENELITIAN


reduksi menjadi 0.9 T ( T=Tebal perkerasan).
Ketebalan yang didapat adalah ketebalan Metode Penelitian
betonnya saja, diluar subbase. Ketebalannya Penulisan skripsi ini disusun dengan
adalah untuk daerah kritis “T” dan untuk daerah didukung oleh data atau informasi yang didapat
non-kritis ketebalannya akan direduksi 10% berdasarkan:
menjadi 0,9 T. - Study literatur : Membaca buku dan tulisan
ilmiah yang berhubungan dengan penulisan
Perkerasan Beton dengan Joint (Sambungan) ini.
Joint dikategorikan berdasarkan fungsinya, - Data primer : Data yang dipero leh langsung
yaitu joint yang berfungsi kembang disebut dari hasil observasi penulis di lapangan.
expansion joint, untuk susut disebut contraction - Data sekunder : Data yang diperoleh dari
joint serta untuk perhentian waktu cor disebut kantor instansi terkait yaitu BPS, BMKG dan
construction joint. Bandar Udara Melonguane.

Gedung Terminal
Gedung terminal adalah tempat untuk
memberikan pelayanan bagi penumpang maupun
barang yang tiba dan berangkat. Oleh karena itu
perlu disediakan ruang keberangkatan, ruang
kedatangan, ruang tiket, dan lain-lain.
Tabel 4 Faktor pengali kebutuhan ruang gedung terminal
Fasilitas Ruangan Kebutuhan ruangan 100 m2
untuk setiap 100 penumpang
pada jam sibuk
Tiket/check in 1,0
Pengambilan barang 1,0
Ruang tunggu penumpang 2,1
Ruang tunggu pengunjung 2,5
Bea cukai 3,0
Gambar 3 Bagan Alir
Imigrasi 1,0
Restoran 2,0
Operasi airline 5,0
Total ruang domestic 25,0
Total ruang internasional 30,0
( Sumber : R. Horonjeff halaman 258, “Planning and Design Airport”.)

Metodologi Pelaksanaan Penelitian


Perencanaan Gudang Perencanaan panjang landas pacu (runway),
Fungsi utama dari gudang adalah tempat didasarkan pada data pesawat rencana dan
penumpang, barang dan paket-paket pos yang dikoreksi terhadap faktor elevasi, slope dan
tiba maupun yang akan dikirim. Untuk temperatur. Peraturan dan persyaratan yang
perencanaan gudang standar yang dipakai adalah digunakan dalam perencanaan ini mengacu pada
yang dikeluarkan oleh IAIA yaitu ICAO (Internasional Civil Aviation
0,09 /ton/tahun untuk pergerakan barang Organization).
ekspor dan 0,1m2/ton/tahun untuk barang import. Perencanaan arah landas pacu didasarkan
pada data angin. Dengan menggunakan Wind
Untuk menghitung luas dari gudang tersebut Rosediagram dapat diketehui arah mana yang
diambil angka 0,1 /ton/tahun dikali dengan pos minimal 95% dari waktu yang ada, agar angin
paket + barang. bertiup searah dengan arah tersebut.
Perencanaan Taxiway, didasarkan pada data
Perencanaan Area Parkir pesawat rencana dan berpedoman pada syarat
Untuk merencanakan luas parkir kendaraan, yang dikeluarkan oleh ICAO.
terlebih dahulu dihitung besarnya jumlah Perencanaan perkerasan (flexibel pavement ),
penumpang pada jam sibuk. Maka diperkirakan didasarkan pada data pesawat rencana dan data
untuk 2 orang penumpang menggunakan 1 tanah. Yang mengacu pada metode yang
kendaraan. Sedangkan luas rata-rata parkir 1 dikembangkan oleh FAA (Federal Aviation
kendaraan adalah (2,6 × 5,5 ) m Administration).

6
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Analisa Data Y = a . ebx …………………..(15)


Dari data-data yang diperoleh, kita dapat
memperkirakan dikemudian hari bagaimana Dimana :
ramalan dan permintaan (Forecast and demand) e = Bilangan tetap 2,718281828459045
yang akan terjadi. Data-data tersebut dapat x = Tahun yang akan ditinjau
dianalisa dengan menggunakan metode statistik Y = Hasil ramalan
yang populer seperti analisa regresi. Dimana Persamaan ini diubah menjadi :
dengan mengunakan analisa regresi kita dapat LogY  LogB  LogBX
meramalkan perkembangan arus lalulintas udara Rumus untuk menghitung a dan b :
untuk masa yang akan datang. Pada dasarnya
ramalan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Log a 
 LogY 
a. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun n
b. Ramalan jangka menengah sekitar 10 tahun
c. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun Log b 
 LogY 
Dalam meramalkan atau memperkirakan arus x2
lalu lintas udara dimasa datang kita dapat Untuk menghitung r :
menggunakan perhitungan/analisa statistik yaitu n. x log Y    x  log Y 
r
Analisa Trend ( trend method ). Analisa trend
adalah analisa yang meramalkan kecendrungan
n. X 2 2

  X  n. log Y    log Y 
2 2

yang terjadi dari data-data yang ada saat ini. Dimana : -1 ≤ r ≤ 1
Dengan mengetahui kecendrungan data yang
akan datang berdasarkan garis trend atau garis Trend Logaritma
regresi. Analisa trend yang akan digunakan pada Bentuk persamaan : y = a + b ln x
perencanaan pengembangan ini adalah : .....…(16)
a. Trend Linear Dimana :
a dan b = Koefisien regresi
b. Trend Eksponensial
c. Trend Logaritma X = Tahun yang akan ditinjau
y = Hasil ramalan

n y ln x   y  ln x 


Trend Linear
Bentuk persamaan : Y = a + bx …(13) b
n ln x   . ln x 
2 2

Dimana : a dan b = koef regresi


x= tahun yang akan ditinjau
Y = hasil ramalan
a
 y  b   ln x
Rumus untuk menghitung a dan b : n
Menghitung r :
a
Y  X    X  X .Y 
2
n   y ln x   ln x   y
r
n X . X  n ln x   ln x n   y   y  
2 2
2 2 2 2

n  X .Y    X  Y 
b
n X . X  Dimana : -1 ≤ r ≤ 1
2 2

Rumus untuk menghitung korelasi :


r
 
n   X .Y    X  Y 
PEMBAHASAN

n. X 2 2

  X  n. Y   Y 
2 2
 Kondisi Existing Bandar Udara Melonguane
Data Umum
Dimana : -1 ≤ r ≤ 1 Nama Kota : Melonguane
Nama Bandara : Melonguane
Trend Eksponensial Kelas Bandara : III (Tiga)
Bentuk persamaan : Y = a . kx ..(14) Pengelola : Ditjen Perhubungan
Udara-Kementerian
Dimana: a dan k = bilangan tetap, maka Perhubungan
persamaan itu dapat diubah menjadi : Jam Operasional : 08.00–14.00
UTC,MON-SUN (06.00 - 16.00 WITA)

7
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Klasifikasi Operasi :- Analisa Penumpang


Kemampuan Operasi : Cessna Caravan 208A Data-data penumpang yang datang dan
Kordinat Lokasi : 04.00.11.1 N / 126.40.24 E berangkat di Bandar Udara Melonguane adalah
Kategori PKP-PK : V (Lima) sebagai berikut:
Elevasi : 3,9624 m DPL
Sisi Udara Tabel 7 Data Penumpang Tahun 2009-2014
Runway Area ( Daerah Landasan Pacu): Jumlah Penumpang
Panjang Runway : 1480 m Tahun Datang Berangkat Total
Lebar Runway : 30 m
2010 10.961 12.045 23.006
Arah Landasan : 18 – 36 2011 11.318 12.242 23.560
Apron : 2012 11.741 12.752 24.493
a. 60m x 40m 2013 12.383 13.035 25.418
2014 14.632 11.943 26.575
Analisa Arus Lalu Lintas Udara Tahunan ( Sumber : Kantor Bandar Udara Wamena)

Analisa Pesawat
Data pergerakan pesawat yang tiba dan
berangkat di Bandar Udara Melonguane adalah
sebagai berikut:

Tabel 5 Data Pesawat Tahun 2010-2014


Jumlah Pesawat
Tahun Tiba Berangkat Total
2010 278 278 556
Gambar 5 Diagram Pergerakan Penumpang
2011 270 270 540
2012 305 305 610
Dari hasil analisa perhitungan regresi penumpang
2013 301 301 602
2014 407 407 814
menunjukan bahwa koefisien korelasi terbesar
dan mendekati data awal analisa regresi linier
(Sumber : Kantor Bandar Udara Wasior)
dengan r = 0,995, jadi untuk meramalkan jumlah
pesawat digunakan regresi linier dengan
persamaan yang dipakai adalah Y=22032,587 e
0.036x

Tabel 8 Ramalan Jumlah Penumpang


Tahun X Regresi Linier
2020 10 31.580
2025 15 37.808
2030 20 45.265

Analisa Bagasi
Gambar 4 Diagram Pergerakan Pesawat Data bagasi yang masuk dan keluar pada
Bandar Udara Melonguane adalah sebagai
Dari hasil analisa perhitungan regresi
berikut.
pesawat menunjukan bahwa koefisien korelasi
terbesar dan mendekati data awal analisa regresi Tabel 9 Data Bagasi Tahun 2010-2014
logaritma dengan r = 0,846, jadi untuk Bagasi
meramalkan jumlah pesawat digunakan regresi Tahun Bongkar Muat Total
Exponensial. 2010 68.613 57.432 126.045
2011 81.815 66.532 148.347
Tabel 6 Ramalan Jumlah Pesawat 2012 81.464 72.195 153.659
Tahun X Regresi Exponensial 2013 90.314 75.454 165.768
2014 94.381 79.435 173.816
2020 10 1.135
(Sumber : Kantor Bandar Udara Melonguane)
2025 15 1.735
2030 20 2.709

8
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

klasifikasi lapangan terbang yang ditetapkan


oleh ICAO yang disebut dengan aerodrome
reference code (tabel 2.1 parth 1 hal. 1-4) maka,
pesawat rencana B737-800 dengan kode 4C
mempunyai nilai ARFL ( Aero Reference Field
Lenght) = 2.256 m dan wingspan 34,32 m.
Menurut ICAO panjang landasan harus
dikoreksi terhadap temperatur, elevasi dan slope
atau kemiringan sesuai dengan kondisi bandar
udara Wamena yang ada. Adapun data-data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Diagram Pergerakan Bagasi  Pesawat rencana = Boeing B737-800 Kode
4C (ICAO Parth 1 hal. A 1-4)
 ARFL = 2.256 m
Dari hasil analisa perhitungan regresi Bagasi  Elevasi = 3,9624 m
menunjukan bahwa koefisien korelasi terbesar  Slope = 1%
dan mendekati data awal analisa regresi
 Temperature = 27,69C
logaritma dengan r = 0,991, jadi untuk
meramalkan jumlah pesawat digunakan regresi
Koreksi terhadap elevasi
linier dengan persamaan yang dipakai adalah :
Y = 126157.338 + 28584.552 ln(x) L1 = L0 x ( 1+ )
= 2256 x ( )
Tabel 10 Ramalan Jumlah Bagasi
Tahun X Regresi Logaritma = 2.258,08 m
2020 10 191.976
2025 15 203.556
Koreksi terhadap temperatur
L2= L1 x [1+0,01 x ( T ref – (15- 0,0065 H))]
2030 20 211.789 = 2.505,24 m
Perencnaan Runway Koreksi terhadap slope
Runway adalah arah atau jalur landas L3 = L2 x (1+0,1 x slope)
perkerasan yang digunakan oleh pesawat pada = 2505,24 x (1+0,1 x 0,6/1%)
saat Landing dan Take off. Landas pacu = 2.655,554 m 2656 m
biasanya dirancang berdasarkan pada
karakterristik dari suatu pesawat rencana yang Lebar runway
ditentukan. Lebar runway yang direncanakan akan
ditentukan berdasarkan pada kode huruf dan
Arah Runway angka dari pesawat rencana, maka untuk
Untuk merencanakan landas pacu (Runway) Pesawat rencana B737-800 Sesuai dengan
ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu Aerodrome Reference Code yang dikeluarkan
arah dan kecepatan angin. Untuk itu data angin ICAO untuk ARFL > 1800 m mempunyai kode
disekitar bandar udara perluh diketahui huruf C dan kode angka 4, sehingga bandar
kemudian dihitung atau dianalisa menggunakan udara Melonguane dalam pengembangannya
wind rose diagram untuk mendapatkan memerlukan lebar runway, bahu landasan,
presentase angin yang bertiup pada daerah yang kemiringan bahu dan kemiringan melintang
ditinjau. Arah runway yang dimiliki oleh Bandar sebagai berikut:
udara Melonguane terletak pada arah 18 – 36.
 Lebar runway = 36 m
Dari hasil analisa wind rose arah NW-SE
 Bahu landasan = 7,5 m
memenuhi persyaratan ICAO yaitu harus
memenuhi 95% atau lebih dari total waktu agar  Lebar total runway = 51 m
pesawat dapat landing dan take off dengan  Kemiringan melintang = 1,5%
aman.  Kemiringan bahu = 2,5%

Panjang Runway Menentukan Lebar Exit Taxiway


Panjang runway bandar udara Melonguane Untuk menentukan exit taxiway digunakan
yang ada saat ini adalah 1480 m. Berdasarkan rumus sebagai berikut :

9
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Distance to Exit taxiway = Touchdown Distance + D   28,2  15 


L2 = 1278,51 x 1  1%   
Dimana :   5,6 
L2 = 1.307,47 m  1.308 m
Jarak Touchdown 300 m untuk pesawat group I,
sedangkan untuk pesawat group II dan III Jadi bandar udara Melonguane direncanakan
adalah 450 m. (sumber : Heru Basuki, ” akan membutuhkan jarak dari threshold sampai
Merancang, Merencana Lapangan Terbang” hal titik awal exit taxiway dengan pesawat rencana
204) B737-800 adalah 1.766 m, baik dari runway arah
18 dan 36
( S1 ) 2  ( S 2 ) 2
D = Lebar Taxiway
2a Lebar taxiway dan lebar total taxiway
termasuk shoulder sesuai dengan yang ditetapkan
S1 = Touchdown speed (m/s)
ICAO adalah sebagai berikut ;
S2 = Initial Exit Speed (m/s)
a = Perlambatan (m/s2) Tabel 13 Lebar Taxiway
Data-data : Descriptio Code Letter
n E D C B A
Pesawat rencana B737-800 termasuk dalam Taxiway 23 m 23 m a) 18 m 10,5 m 7,
pesawat group C  F. Jansen, 2007 “Pelengkap width 18 m c)
5
Kuliah Lapangan Terbang“, hal 26 44 m b)
15 m
d)
- m
Overall 38 m
S1 = 222 km/jam = 61,667 m/det width of 25 m
taxiway
-
S2 = 32 km/jam = 9 m/dt and
a = 1,5 m/dt2 = 2,25 m/dt shoulders
Jarak touchdown = 450 m (Sumber : (H. Basuki, 1984. “Merancang, merencanakan lapangan terbang”,
hal 192)
61,667  9
2 2
D =  827,97 m
2  2,25 Berdasarkan pesawat rencana B737-800
yang akan mendarat di bandar udara Melonguane
termasuk dalam kategoti kelas 4C.
Distance to Exit Taxiway = 450 m + 827,97 Lebar taxiway = 18 m
m = 1.278 m  L0 Lebar total taxiway dan shoulder = 25 m
Jarak ini (L0) dihitung berdasarkan kondisi
standart sea level, lokasi exit taxiway setelah Jarak minimum antara landasan pacu dan landas
dikoreksi adalah sebagai berikut : hubung dapat diperoleh dengan persamaan:
Jrt = 0,5 × ( LS + W1 )
Koreksi terhadap elevasi
Syarat ICAO yaitu setiap kenaikan 300 m Dimana : LS = lebar strip area total
dari muka air laut jarak harus bertambah 3 %
W1 = lebar wingspan pesawat recana.
 h 
L1 = L0 1  3%   Tabel 14. Lebar Runway Strip
 300  Kode Jenis Lebar Runway
 3.96  Angka Pendekat Strip
= 1278 1  3%   1 Instrument 150 m
 300  2 Instrument 150 m
= 1.278,51 m 3 dan 4 Instrument 300 m
(Sumber : (H. Basuki, 1984. “Merancang, merencanakan lapangan terbang”,
hal 187)
Koreksi terhadap temperature
Syarat ICAO yaitu setiap kenaikan 5,6o C Dari table tersebut diperoleh runwaystrip
diukur dari 15o C, jarak bertambah 1%. untuk lapangan terbang dengan kode angka 4
untuk jenis pendekat instrument adalah 150 m
  Tref  T0  dengan lebar total 300m. maka klasifikasi
L2 = L1 x 
1  1%  

 bandara kode angka 4 lebar total 300 m dan W1

  5,6 
 = 34,32 m.

10
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Jrt = 0,5 × ( LS + W1 ) Saran


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
= 0,5 × ( 300 + 34,32 ) oleh penulis terhadap keadaan bandar udara
Wamena untuk saat ini maka, penulis ingin
= 167,16 m 170 m memberikan beberapa saran untuk jika
Perencanaan Fillet dikemudian hari ketika perlu diadakan
Fillet merupakan pelebaran sebelah dalam pengembangan adalah sebagai berikut:
pada intersection dari dua atau lebih pada traffic 1. Setidaknya perluh diadakan koreksi terhadap
way, misalnya runway, taxiway, dan apron. landas pacu bandar udara Melonguane yang
Persyaratan dari ICAO bahwa radius fillet tidak ada saat ini diantaranya kereksi terhadap
boleh lebih kecil dari lebar taxiway. Sedangkan elevasi, temperatur dan slope.
FAA mensyaratkan bahwa radius fillet antara 2. Pada perencanaan ini direncananakan untuk
runway dan taxiway dapat dilihat pada tabel 20 tahun kedepan yaitu tahun 2020 sampai
berikut ini : dengan tahun 2025, sehingga diatas dari tahun
2030 perlu diadakan evaluasi kembali untuk
Tabel 15 Radius fillet pada pertemuan runway pengembangan bandar udara Melonguane.
dengan taxiway 3. Untuk Bandar udara Melonguane saat ini
Radius of Fillet sudah dipasang fasilitas rambu perlampuan
Angle of Intersection
Small airport serving general
aviation aircraft
Large airport serving transport
category aircraft seperti ILS (Instrument Landing System )
(m) (ft) (m) (ft) namun belum berfungsi dengan baik sehingga
0 - 450 7.5 15 22.5 75 layanan penerbangan dipadatkan dimulai dari
45 – 1350 15.0 50 30.0 100
More than 1350 60.0 200 60.0 200 pagi hingga siang hari saja. Sehingga ketika
(Sumber : Khana S. K and Aurora, “Airport and Planning”, hal 146) dimana ada permintan pergerakan meningkat
maka penerbangan malam dapat dilakukan,
maka perlu di fungsikan lampu rambu pada
PENUTUP Bandar udara Melonguane
4. Untuk perencanaan pengembangan dipakai
Kesimpulan pesawat rencana Boeing 737-800 namun pada
Dari hasil analisa dan perhitungan untuk landasan perencanaan pengembangan ini
Perencanaan Pengembangan Bandar Udara dapat dapat didarati oleh pesawat yang lebih
Melonguane di kabupaten Kepulauan Talaud besar dalam hal ini pesawat boeing 737-400
Provinsi Sulawesi Utara, disimpulkan sebagai dengan syarat harus 83,2% dari Maximum
berikut : take off Weight (MTOW) yaitu 52.500 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, D.E. 2005. Perencanaan Pengmbangan Bandar Udara Sultan Babullah di Ternate
Propinsi Maluku Utara. Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado
Basuki, H 1986. Merancang Merencana Lapangan Terbang
Horonjeff, R. 1975. Planning and Desingn of Airport. Second Edition. New York Mac Graw – Hill
Book Company
International Civil Aviation Organization (ICAO). 1999. Aerodromes-Annex 14 International
Standards & Recommended Practices. 3rd Edition. Canada.
Jansen, F. 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang. Universitas Sam Ratulangi. Manado
Kantor Bandar Udara Melonguane. 2015. Data Lalu Lintas Udara Tahun 2010-2014 dan

Kantor BPS Kabupaten Talaud.2015 Kabupaten Talaud dalam Angka


Jimmy Regel. 2013. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Kuabang Kao di Kabupaten
Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara. Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado

11
Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.1 Januari 2016 (1-12) ISSN: 2337-6732

Samosir.J. 2009. Perencanaan Pengmbangan Bandar Udara Domine Eduard Osok di Kota
Sorong Provinsi Irian Jaya Barat. Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado
www.wheeltrack.com. (Jarak Antar Roda).

Khana,S.K & Aurora,M.G. 1979. Airport Planning and Designn 3 edition India, New Chand & Bross.

Riardi, Durold. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Sentani Di Kabupaten Jayapura


Propinsi Papua, skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado, 2008

Wardhani Sartono,H, AIRPORT ENGINEERING, 1992

12

Anda mungkin juga menyukai