Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliat 2011).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001).

2. Faktor Pencetus
a) Faktor Predisposisi
1) Biologis
2) Psikologis
3) Sosial budaya
b) Faktor Presipitasi
1. Biologis
2. Stress lingkungan
3. Sumber koping

3. Macam-Macam Halusinasi
1) Pendengaran : 70% penderita
Mendengar suara / bunyi, suara sederhana, percakapan 2 orang / lebih, pasien
mendengar suara yang dipikirkan atau menyuruh pasien melakukan sesuatu.
2) Penglihatan : 20% penderita
Stimuli pandangan dalam bentuk gambar geometric, kartun, dll. Pandangan dapat
menyenangkan / menakutkan seperti melihat monster
3) Penciuman
Mencium bau seperti darah (anyir), urine, feses, tapi kadang bau terasa
menyenangkan
4) Tactile
Pengalaman nyeri atau tidak nyaman tampa stimuli yang tampak
5) Kinestetik
Merasa fungsi tubuh seperti aliran darah melalui vena dan arteri atau merasakan
pencernaan makanan atau pembentukan urine

1
4. Fase - Fase Halusinasi
Fase I : Comforting Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
Ansietas sedang : halusinasi kesepian, merasa bersalah, takut, dan mencoba untuk
menyenangkan berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika
ansietas dapat ditangani.
Fase II : Condemning Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
Ansietas berat : halusinasi mulai lepas kendali dan mengambil jarak dirinya dengan
menjadi menjijikkan sumber yang di persepsikan. Klien mungkin mengalami
dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain.
Fase III : Controlling Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
Ansietas berat : pengalaman halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi
sensori menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
Fase IV : Conquering Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
Panik : pada umum nya mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari
menjadi melebur dalam beberapa jam / hari jika tidak ada intervensi terapeutik.
halusinasi

5. Manifestasi Klinis
1) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4) Tidak dapat memusatkan perhatian
5) Curiga
6) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

6. Pohon Masalah

2
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, & lingkungan

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

7. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

1) Pikiran logis 1) Distorsi pikiran


1) Gangguan pikir / delusi
2) Persepsi akurat 2) Ilusi
2) Halusinasi
3) Emosi konsisten 3) Reaksi emosi berlebih
3) Sulit berespon
dgn pengalaman atau sangat kurang
4) Emosi
4) Perilaku sesuai 4) Perilaku aneh atau
5) Perilaku dis-organisasi
dengan hubungan tidak biasa
6) Isolasi sosial
sosial 5) Menarik diri

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama : menghardik
halusinasi
Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, saya mahasiswa keperawatan Unimus yang akan merawat bapak,
nama saya Nurhakim Yudhi Wibowo, senang dipanggil Yudhi. Nama bapak siapa ?
bapak senang dipanggil apa ?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apa keluhan bapak saat ini ?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujud nya ?”
“Dimana kita akan duduk ? di ruang tamu ?”
“Berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?”

Fase Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujud nya ?”
“Apa yang dikatakan suara itu ?”

3
“Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? kapan waktu yang paling
sering terdengar suara-suara itu ?”
“Berapa kali sehari bapak alami ? pada keadaan apa suara itu terdengar ? apakah pada
waktu sendiri ?”
“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?”
“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu ?”
“Apakah dengan cara itu suara itu hilang ?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul ?”
“Bapak, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang keempat, minum obat
dengan teratur.
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”
“caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang ((pergi!
Saya tidak mau dengar !! saya tidak mau dengar !! kamu suara palsu)). Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan !”
“Nah begitu, bagus… coba lagi ! ya bagus, bapak sudah bisa”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ?”
“Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut. Bagaimana kalau kita
buat jadwal latihan nya ? mau jam berapa saja latihan nya ?”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-
suara dengan cara yang kedua ?”
“Jam berapa bapak mau kita bertemu lagi ? bagaimana kalau 2 jam lagi ?”
“Berapa lama kita akan berlatih ? dimana tempat nya ?”
“Baiklah, sampai jumpa”

4
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : bercakap-cakap
dengan orang lain
Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
“Apakah suara-suara nya masih muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih ? berkurang kan suara-suara nya ?”
“Bagus ! sesuai janji kit tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain”
“Kita akan latihan selama 20 menit, mau dimana ?”

Fase Kerja
“Cara kedua untuk mencegah / mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak, contoh nya begini ((Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya)). Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri atau anak, bapak katakan
((Bu, ayo ngobrol dengan bapak ! bapak sedang medengar suara-suara)).
“Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi !”
“Bagus!! Nah, latihan terus ya bapak”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini ?”
“Jadi, sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu ?”
“Bagus! Cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana
kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak ?”
“Mau jam berapa latihan bercakap-cakap ?”
“Nah, nanti lakukan secara teratur jika sewaktu-waktu suara itu muncul. Besok pagi
saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal ?”
“Mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 10.00 ?”
“Mau dimana ? bagaimana kalau disini lagi ?”
“Sampai besok ya, selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga : melaksanakan


aktivitas terjadwal
Fase Orientasi

5
“Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara nya
masih muncul ?”
“Apakah sudah dipakai kedua cara yang telah kita latih ? bagaimana hasil nya ?”
“Bagus ! sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal”
“Mau dimana kita berbicara ? bagaimana kalau 30 menit ?”

Fase Kerja
“Baiklah, apasaja yang biasa bapak lakukan sehari-hari ?”
“Waaah, banyak sekali kegiatan nya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini”
“Bagus sekali bapak ! bapak bisa melakukan nya. Kegiatan yang lain akan kita latih
lagi agar dari pagi sampai malam bapak ada kegiatan nya”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara ?”
“Bagus sekali ! coba bapak sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara”
“Bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Coba lakukan
sesuai jadwal ya”
“Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat ?”
“Mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 12.00 nanti ? diruang makan ya ! sampai
jumpa”

SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Fase Orientasi
“Selamat siang bapak, bagaimana perasaan bapak ? apakah suara nya masih muncul ?”
“Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? apakah jadwal kegiatan nya sudah
dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat ?”
“Baik, hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum”
“Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Disini saja ya bapak”

Fase Kerja
“Adakah bedanya yang bapak rasakan setelah minum obat secara teratur ?”
“Apakah suara-suara berkurang / menghilang ?”

6
“Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu
selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ?”
“Ini yang warna orange (CPZ) 3x 1 hari gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini
yang putih (THP) 3x 1 hari gunanya untuk rileks dan kaku. Sedangkan ini yang merah
jambu (HLP) 3x 1 hari gunanya agar pikiran menjadi tenang. Semua nya diminum 3x 1
hari pada jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”
“Nanti kalau suara-suara sudah hilang obat nya tidak boleh berhenti diminum, bapak
harus konsultasi dengan dokter. Sebab jika putus obat, bapak akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke kekadaan semula”
“Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi”
“Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obat nya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak. Jangan
keliru dengan obat milik orang lain”
“Baca nama kemasan nya. Pastikan obat diminum tepat pada waktu nya dengan cara yang
benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat pada jam nya. Bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas /hari”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat ?”
“Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara ? coba sebutkan !”
“Bagus! Mari kita masukkan jadwal minum obat nya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan
lupa pada waktu nya minta obay pada perawat atau keluarga kalau dirumah”
“Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 10.00 ? sampai jumpa”

Anda mungkin juga menyukai