Anda di halaman 1dari 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan

penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal maupun maternal (Manuaba, 2007).

Penyebab terjadinya KPD adalah infeksi, riwayat KPD sebelumnya, overdistensi

uterus, kelainan pada servik, malposisi dan malpresentasi janin, merokok, dan faktor stres

psikologik maternal, tetapi faktor yang paling sering menyebabkan KPD adalah faktor

eksternal yaitu infeksi 60-70% (Manuaba, 2007).

Insidensi KPD sebesar 10-15% dari jumlah kehamilan dan biasanya dari kasus

ketuban pecah dini akan diikuti dengan persalinan. Ketuban pecah dini memberikan

kontribusi 30% persalinan preterm dan 75% kasus ketuban pecah dini akan terjadi persalinan

(Sastrawinata, 2005).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah

perdarahan, infeksi dan eklampsia. Kehamilan dengan infeksi merupakan kehamilan risiko

tinggi dalam arti keselamatan saat kehamilan, persalinan dan janin mempunyai risiko untuk

terjadinya morbiditas dan mortalitas. Salah satu kehamilan dengan infeksi yang sering terjadi

adalah ketuban pecah dini (KPD) (Soewarto, 2009).

C-Reactive Protein (CRP) merupakan salah satu parameter untuk membantu

menegakkan diagnosis dini dari suatu proses infeksi dan peradangan. Beberapa penelitian

commit
1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menunjukkan hubungan erat antara serum CRP ibu dan timbulnya korioamnionitis secara

histologi pada ketuban pecah dini. Penelitian lain menunjukkan bahwa CRP merupakan

parameter awal dan lebih akurat dari pada jumlah leukosit hitung jenis untuk mendiagnosis

korioamnionitis.

C-Reactive Protein merupakan salah satu protein fase akut yang terdapat dalam serum

normal dalam kadar yang rendah (0,3 - 8 mg/dl). C-Reactive Protein disintesis di dalam hati,

yaitu oleh sel hepatosit merupakan molekul berbentuk pentagonal simetris dengan berat

molekul 110.000 - 140.000 dalton dan tidak dapat melalui plasenta. (Archana, 2011)

Metaloproteinase-1 (MMP-1) merupakan suatu enzim aktifitas proteolitik pada

manusia yang memiliki domain umum seperti pro-peptida, domain katalitik dan domain

terminal. Kolagenase interstisial matriks metaloproteinase-1 (MMP-1) dan MMP-8

membelah tiga heliks kolagen urat saraf dari tipe I dan III, yang kemudian terdegradasi oleh

gelatinases MMP-2 dan MMP-9. Gelatinases ini juga membelah kolagen tipe IV, fibronektin,

dan proteoglikan. Jadi, lapisan kolagen kompak dari membran janin terjepit di antara dua

lapisan sel yang menghasilkan MMP. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik

sebagai komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat

pertumbuhan struktur abnormal. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase

(MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1).

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada

degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat

peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini (Mercer, 2010)

Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama kehamilan karena aktivitas MMP

yang rendah dan konsentrasi tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMP) yang relatif lebih

tinggi. Saat mendekati persalinan keseimbangan bergeser, yaitu didapatkan kadar MMP yang

meningkat dan penurunan yang tajam dari TIMP sehingga terjadi degradasi patologis

ketuban. Aktivitas kolagenase meningkat pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini.

Pada KPD ditemukan sel amnion dan korion yang mengalami apoptosis khususnya di sekitar

robekan selaput ketuban. Apoptosis terjadi setelah proses degradasi matrik ekstraseluler

dimulai, menunjukkan bahwa apoptosis merupakan akibat dan bukan penyebab degradasi

tersebut. Namun mekanisme regulasi dari apoptosis ini belum diketahui dengan jelas (Weiss,

2007).

Oleh karena itu pada penelitian ini akan diteliti etiopatogenesis KPD terutama yang

berhubungan dengan CRP dan MMP-1.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kadar CRP serum ibu pada ketuban pecah dini lebih tinggi bila dibandingkan

dengan kehamilan normal ?

2. Apakah kadar MMP-1 serum ibu pada ketuban pecah dini lebih tinggi bila dibandingkan

dengan kehamilan normal ?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Apakah terdapat hubungan kausatif antara kadar serum CRP yang tinggi dengan

peningkatan kadar serum MMP-1 pada penderita Ketuban Pecah Dini ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Menganalisis etiopathogenesis KPD terutama yang berhubungan dengan kadar serum

CRP dan MMP-1.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui perbedaan kadar CRP dan MMP-1 serum pada ketuban pecah dini

(KPD) kehamilan aterm dan kehamilan normal

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah dan mengembangkan informasi ilmiah tentang etiopatogenesis terjadinya

ketuban pecah dini (KPD).

2. Manfaat aplikatif

Menambah khasanah korelasi pemeriksaan klinis dan laboratoris biomolekuler pada

proses kehamilan.

3. Manfaat kedokteran keluarga

Dengan mengetahui etiopatogenesis KPD dengan lebih jelas, diharapkan ibu hamil yang

mengalami KPD dapat tertangani lebih baik. Selain itu dapat mencegah untuk terjadinya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KPD. Sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang

disebabkan oleh KPD

E. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian mengenat CRP serum ibu pada bidang obstetri telah banyak

dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri, Penelitian di RSUP Dr Mohammad Hoesin

tahun 1999 Palembang meneliti kadar CRP seram ibu pada persalinan ketuban pecah dini dan

hubungannya dengan infeksi, Demikian juga penelitian di RSUP Dr. Pirngadi Medan tahun

1999 meneliti kadar CRP serum ibu pada persalinan resiko tinggi infeksi. Penelitian di

Padang tahun 2000 mengenai kadar CRP pada persalinan KPD, Beberapa penelitian lain di

luar negeri seperti pada kehamilan normal, preeklamsia, partus prematurus serta pada

persalinan dan nifas. (Haris Z, 2002)

Tetapi, untuk penelitian yang menghubungkan kadar CRP dan MMP-1 serta

korelasinya pada KPD hamil aterm, di Indonesia belum ada yang melakukan. Oleh karena

itu, peneliti tertarik meneliti hubungan kadar serum CRP dan MMP-1 serta korelasinya pada

KPD hamil aterm.

F. Definisi Operasional

- Ketuban pecah dini kehamilan aterm adalah apabila ketuban pecah spontan dan tidak

diikuti tanda persalinan umur kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu

- Kehamilan normal adalah tidak ada ketuban pecah dini umur kehamilan 37 minggu

sampai dengan 42 minggu

- Kadar serum CRP dan TNF α ditunjukkan dengan angka nominal pada pemeriksaan

Enzym Linked Imunossorben Assay ( ELISA).


commit to user

Anda mungkin juga menyukai