id
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum
terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
uterus, kelainan pada servik, malposisi dan malpresentasi janin, merokok, dan faktor stres
psikologik maternal, tetapi faktor yang paling sering menyebabkan KPD adalah faktor
Insidensi KPD sebesar 10-15% dari jumlah kehamilan dan biasanya dari kasus
ketuban pecah dini akan diikuti dengan persalinan. Ketuban pecah dini memberikan
kontribusi 30% persalinan preterm dan 75% kasus ketuban pecah dini akan terjadi persalinan
(Sastrawinata, 2005).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Kehamilan dengan infeksi merupakan kehamilan risiko
tinggi dalam arti keselamatan saat kehamilan, persalinan dan janin mempunyai risiko untuk
terjadinya morbiditas dan mortalitas. Salah satu kehamilan dengan infeksi yang sering terjadi
menegakkan diagnosis dini dari suatu proses infeksi dan peradangan. Beberapa penelitian
commit
1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menunjukkan hubungan erat antara serum CRP ibu dan timbulnya korioamnionitis secara
histologi pada ketuban pecah dini. Penelitian lain menunjukkan bahwa CRP merupakan
parameter awal dan lebih akurat dari pada jumlah leukosit hitung jenis untuk mendiagnosis
korioamnionitis.
C-Reactive Protein merupakan salah satu protein fase akut yang terdapat dalam serum
normal dalam kadar yang rendah (0,3 - 8 mg/dl). C-Reactive Protein disintesis di dalam hati,
yaitu oleh sel hepatosit merupakan molekul berbentuk pentagonal simetris dengan berat
molekul 110.000 - 140.000 dalton dan tidak dapat melalui plasenta. (Archana, 2011)
manusia yang memiliki domain umum seperti pro-peptida, domain katalitik dan domain
membelah tiga heliks kolagen urat saraf dari tipe I dan III, yang kemudian terdegradasi oleh
gelatinases MMP-2 dan MMP-9. Gelatinases ini juga membelah kolagen tipe IV, fibronektin,
dan proteoglikan. Jadi, lapisan kolagen kompak dari membran janin terjepit di antara dua
lapisan sel yang menghasilkan MMP. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik
sebagai komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
(MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1).
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat
Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama kehamilan karena aktivitas MMP
yang rendah dan konsentrasi tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMP) yang relatif lebih
tinggi. Saat mendekati persalinan keseimbangan bergeser, yaitu didapatkan kadar MMP yang
meningkat dan penurunan yang tajam dari TIMP sehingga terjadi degradasi patologis
ketuban. Aktivitas kolagenase meningkat pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini.
Pada KPD ditemukan sel amnion dan korion yang mengalami apoptosis khususnya di sekitar
robekan selaput ketuban. Apoptosis terjadi setelah proses degradasi matrik ekstraseluler
dimulai, menunjukkan bahwa apoptosis merupakan akibat dan bukan penyebab degradasi
tersebut. Namun mekanisme regulasi dari apoptosis ini belum diketahui dengan jelas (Weiss,
2007).
Oleh karena itu pada penelitian ini akan diteliti etiopatogenesis KPD terutama yang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kadar CRP serum ibu pada ketuban pecah dini lebih tinggi bila dibandingkan
2. Apakah kadar MMP-1 serum ibu pada ketuban pecah dini lebih tinggi bila dibandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Apakah terdapat hubungan kausatif antara kadar serum CRP yang tinggi dengan
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perbedaan kadar CRP dan MMP-1 serum pada ketuban pecah dini
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat aplikatif
proses kehamilan.
Dengan mengetahui etiopatogenesis KPD dengan lebih jelas, diharapkan ibu hamil yang
mengalami KPD dapat tertangani lebih baik. Selain itu dapat mencegah untuk terjadinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KPD. Sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang
E. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian mengenat CRP serum ibu pada bidang obstetri telah banyak
dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri, Penelitian di RSUP Dr Mohammad Hoesin
tahun 1999 Palembang meneliti kadar CRP seram ibu pada persalinan ketuban pecah dini dan
hubungannya dengan infeksi, Demikian juga penelitian di RSUP Dr. Pirngadi Medan tahun
1999 meneliti kadar CRP serum ibu pada persalinan resiko tinggi infeksi. Penelitian di
Padang tahun 2000 mengenai kadar CRP pada persalinan KPD, Beberapa penelitian lain di
luar negeri seperti pada kehamilan normal, preeklamsia, partus prematurus serta pada
Tetapi, untuk penelitian yang menghubungkan kadar CRP dan MMP-1 serta
korelasinya pada KPD hamil aterm, di Indonesia belum ada yang melakukan. Oleh karena
itu, peneliti tertarik meneliti hubungan kadar serum CRP dan MMP-1 serta korelasinya pada
F. Definisi Operasional
- Ketuban pecah dini kehamilan aterm adalah apabila ketuban pecah spontan dan tidak
- Kehamilan normal adalah tidak ada ketuban pecah dini umur kehamilan 37 minggu
- Kadar serum CRP dan TNF α ditunjukkan dengan angka nominal pada pemeriksaan